Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS KUALITATIF SENYAWA BAHAN ALAM

(SAPONIN dan FENOLIK)


ROSNANI (K1A015032)
PENDAHULUAN

Senyawa bahan alam kini telah banyak dikembangkan sebagai alternatif dalam pengobatan
herbal karena kashiat yang terkandung dalam senyawa metabolit sekundernya. Salah satu bahan
alam yang biasa digunakan oleh masyarakat adalah Alpinia galangal (L) atau Lengkuas putih putih
(Khoerunnisa, 2015). Alpinia galangal (L) berasal dari Famili Zingiberaceae. Famili ini tersebar luas
di daerah tropis khususnya Asia Tenggara (Habsah, 1999). Pada pengobatan tradisional Cina,
tumbuhan ini digunakan untuk menghilangkan sakit perut, dan mengobati flu (Srividya, 2010).
Rimpang dan bunga dari tumbuhan ini juga digunakan untuk penambah rasa pada masakan atau
sebagai bumbu dapur(Wei, 2010). Secara tradisional, lengkuas putih sering digunakan sebagai obat
sakit perut, karminatif, antijamur, antigatal, antiinflamasi, antialergi, dan antihipoglikemik
(Darmawan, 2013).
Kandungan kimia Alpinia galangal (L) antara lain senyawa-senyawa terpenoid seperti
galanolakton, 16-dial, 12-labdiena-1510,25, Galanolakton, 16-dial, 12-labdiena-15 yang termasuk
dalam golongan diterpen dan 1,8 cineol yang termasuk golongan monoterpen (Darmawan, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Iswantini, dkk(2010) bahwa ekstrak air
lengkuas putih positif mengandung saponin dan flavonoid. Selain itu, lengkuas putih mengandung
flavonoid dan terpenoid yang berupa minyak atsiri. Flavonoid lengkuas putih terdiri atas kaemferol,
galangin, kuersetin dan mirisetin (BPOM, 2004). Bagian tanaman yang mengandung kadar fenolik
total paling tinggi berarti memiliki aktivitas yang paling tinggi (Elsha, 2012).
Beradasarkan alasan tersebut, tujuan praktikum ini adalah untuk melakukan pemeriksaan
metabolit sekunder (saponin dan flavonoid) yang terdapat didalam simplisia lengkuas putih atau
Alpinia galangal (L).

MATERIAL DAN METODE PRAKTIKUM


Material
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, Erlenmeyer 50 mL, cawan
petri, gelas kimia 50 mL, gelas kimia 100mL, gelas ukur, timbangan analitik, penangas air, bejana
KLT, mikropipiet, yellow dan blue tip, pipet kapiler, dan alat semprot reagen . Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu simplisia lengkuas putih, aquadest, plat KLT, pereaksi Folin ciocalteu(FeCl 3),
etil asetat, dan etanol.
Metode
1. Deteksi Saponin
0.5 gram simplisia
-Ditambahkan 10 aquades
-Dipanaskan 10 menit
Hasil
-Dibiarkan dingin
-Digojog dengan kuat (10 detik) hingga terbentuk buih
Hasil
-didiamkan 10 menit
Ditambahkan 1 tetes HCl 2N
Hasil (positif mengandung saponin jika buih terbentuk setinggi 3 cm dan stabil selama 30
menit)

2. Deteksi Senyawa Fenolik


2 gram simplisia
-Diekstraksi dengan 20 mL metanol (5menit), ditutup dengan aluminium voil
Hasil
-Disaring
-Diulangi sebanyak 2 kali
Hasil
-Dipanaskan (dipekatkan) diatas hotplate menggunakan cawan petri
Hasil
-Ditotolkan pada plat KLT
-Dimasukkan plat kedalam chamber (15 menit) yang berisi fase gerak
EtOAch:MeOH:H2O (10:1.35:1)
Hasil
-Diamati hasil spot dibawah UV 254nm
Hasil
-Dikeluarkan dari alat UV
-Disemprotkan pereaksi FeCl3 pada plat KLT
-Diamati
Hasil (positif mengandung fenolik jika terbentuk warna abu/coklat)
PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM

Analisis kualitatif terhadap lengkuas putih yang pertama yaitu uji kandungan saponin. Uji
saponin dilakukan dengan penggojokan sampel simplisia didalam tabung reaksi yang telah
dilarutkan menggunakan aquades dan telah dipanaskan. Tujuan pemanasan adalah agar kandungan
senyawa dalam simplisia lengkuas putih keluar dan tercampur bersama aquadest. Penggojokan
dilakukan selama 10 detik. Buih yang terbentuk diukur, dan positif jika buih terbentuk setinggi 3 cm
diatas cairan dan stabil selama 10 menit (Khoerunnisa, 2015). Apabila timbul buih yang stabil di
permukaan yang tidak hilang setelah ditetesi HCl encer, menunjukkan adanya saponin. Hasil uji
yang diperoleh terbentuk buih namun tidak stabil setelah ditetesi HCl encer, dan tingginya tidak
mencapai 3 cm. Hal ini menunjukkan bahwa larutan ekstrak aquadest simplisia lengkuas putih
negatif mengandung saponin.
Menurut Khoerunnisa(2015) dalam penelitiannya menujukkan bahwa simplisia lengkuas
putih saat diuji kandangan saponin dengan menggunakan uji buih mendapatkan hasil yang negatif,
yang berarti simplisia lengkuas putih negatif mengandung saponin dalam kesimpulannya
menyatakan bahwa lengkuas putih hanya mengandung flavonoid dan terpenoid. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Kusriani(2015) juga mendapatkan bahwa lengkuas putih negatif
mengandung saponin. Berdasarkan hasil penelitiannya, lengkuas putih mengandung flavonoid,
tanin, kuinon, dan steroid triterpenoid. Sehingga hasil analisis senyawa saponin dalam praktikum
sesuai dengan teori yaitu negatif mengandung saponin.

Hasil Pengamatan Analisis Senyawa Saponin

Buih yang terbentuk tidak


mencapai 3 cm dan tidak
stabil
Analisis senyawa yang kedua yaitu kandungan fenolik. Penetapan kandungan fenol
dilakukan dengan cara melakukan ekstraksi 2 gram serbuk simplisia dengan 20 ml metanol yang
dilakukan pengulangan senyakan 2 kali, tujuan ekstrak berulang ini agar mendapatkan hasil yang
lebih maksimal. Hasil ekstraksi dipanaskan diatas hotplate hingga diperoleh ekstrak kental atau
pekat, tujuannya adalah untuk menguapkan pelarut. Kemudian hasil ekstraksi kental di totolkan
pada plat KLT sebanyak 1 totolan, lalu dimasukkan kedalam chamber yang berisi fase gerak etil
asetat : metanol : H2O (10 : 1.35 : 1). Saat fase gerak telah mencapai batas atas plat KLT, selanjutnya
dilihat dibawah UV 245nm. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh satu spot yang berada pada
ujung atas dari plat KLT. Selanjutnya plat KLT tersebut di semprot dengan menggunakan FeCl3.

Menurut Wagner(1996) penyemprotan FeCl 3 untuk mendeteksi senyawa polifenol


menunjukkan hasil positif jika pada plat KLT terbentuk warna hijau kehitaman akibat pembentukan
kompleks antara gugus fenol dengan Fe yang terdapat pada pereaksi FeCl 3. Reaksi tersebut
dianalogkan dengan reaksi antara gugus fenol pada flavonoid dengan senyawa AlCl 3 karena Fe juga
merupakan logam. Namun, pada hasil praktikum ini menunjukkan hasil yang negative karena pada
plat KLT tidak terjadi perubahan apapun setelah penyemprotan pereaksi FeCl 3. Sedangkan menurut
Lestari (2005) bahwa lengkuas putih mengandung minyak atsiri, minyak atsiri simplisia biasanya
tersusun atas senyawa alkohol, hidrokarbon, aldehid, fenol, keton, eter dan lain-lain. Sehingga, hasil
ini tidak sesuai dengan teori. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh waktu pengeringan yang terlalu
lama yaitu selama 3 minggu, sehingga kemungkinan besar senyawa fenol yang terkandung banyak
yang menguap.
Hasil Pengamatan Analisis Senyawa Fenolik

Plat KLT dibawah UV 245 nm Plat KLT Setelah di Semprot AlCl3

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa simplisia
Lengkuas putih (Alpinia galangal (L).) tidak mengandung senyawa saponin dan fenolik. Hasil
analisis senyawa saponin telah sesuai dengan toeri bahwa lengkuas putih tidak mengandung
saponin, sedangkan hasil analisis senyawa fenolik yang negative, tidak sesuai dengan teori, bahwa
seharusnya lengkuas putih mengandung senyawa fenol. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
faktor pengeringan simplisia yang terlalu lama yaitu selama 3 minggu, sehingga kandungan
senyawa fenolik kemungkinan telah menguap.

DAFTAR PUSTAKA

BPOM, 2004
Darmawan, 2013).
Elsha, 2012
Habsah, 1999).
Iswantini, dkk(2010
Khoerunnisa(2015
Kusriani(2015
Lestari (2005
Srividya, 2010).
Wei, 2010).
Wagner 1996

Anda mungkin juga menyukai