Senyawa bahan alam kini telah banyak dikembangkan sebagai alternatif dalam pengobatan
herbal karena kashiat yang terkandung dalam senyawa metabolit sekundernya. Salah satu bahan
alam yang biasa digunakan oleh masyarakat adalah Alpinia galangal (L) atau Lengkuas putih putih
(Khoerunnisa, 2015). Alpinia galangal (L) berasal dari Famili Zingiberaceae. Famili ini tersebar luas
di daerah tropis khususnya Asia Tenggara (Habsah, 1999). Pada pengobatan tradisional Cina,
tumbuhan ini digunakan untuk menghilangkan sakit perut, dan mengobati flu (Srividya, 2010).
Rimpang dan bunga dari tumbuhan ini juga digunakan untuk penambah rasa pada masakan atau
sebagai bumbu dapur(Wei, 2010). Secara tradisional, lengkuas putih sering digunakan sebagai obat
sakit perut, karminatif, antijamur, antigatal, antiinflamasi, antialergi, dan antihipoglikemik
(Darmawan, 2013).
Kandungan kimia Alpinia galangal (L) antara lain senyawa-senyawa terpenoid seperti
galanolakton, 16-dial, 12-labdiena-1510,25, Galanolakton, 16-dial, 12-labdiena-15 yang termasuk
dalam golongan diterpen dan 1,8 cineol yang termasuk golongan monoterpen (Darmawan, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Iswantini, dkk(2010) bahwa ekstrak air
lengkuas putih positif mengandung saponin dan flavonoid. Selain itu, lengkuas putih mengandung
flavonoid dan terpenoid yang berupa minyak atsiri. Flavonoid lengkuas putih terdiri atas kaemferol,
galangin, kuersetin dan mirisetin (BPOM, 2004). Bagian tanaman yang mengandung kadar fenolik
total paling tinggi berarti memiliki aktivitas yang paling tinggi (Elsha, 2012).
Beradasarkan alasan tersebut, tujuan praktikum ini adalah untuk melakukan pemeriksaan
metabolit sekunder (saponin dan flavonoid) yang terdapat didalam simplisia lengkuas putih atau
Alpinia galangal (L).
Analisis kualitatif terhadap lengkuas putih yang pertama yaitu uji kandungan saponin. Uji
saponin dilakukan dengan penggojokan sampel simplisia didalam tabung reaksi yang telah
dilarutkan menggunakan aquades dan telah dipanaskan. Tujuan pemanasan adalah agar kandungan
senyawa dalam simplisia lengkuas putih keluar dan tercampur bersama aquadest. Penggojokan
dilakukan selama 10 detik. Buih yang terbentuk diukur, dan positif jika buih terbentuk setinggi 3 cm
diatas cairan dan stabil selama 10 menit (Khoerunnisa, 2015). Apabila timbul buih yang stabil di
permukaan yang tidak hilang setelah ditetesi HCl encer, menunjukkan adanya saponin. Hasil uji
yang diperoleh terbentuk buih namun tidak stabil setelah ditetesi HCl encer, dan tingginya tidak
mencapai 3 cm. Hal ini menunjukkan bahwa larutan ekstrak aquadest simplisia lengkuas putih
negatif mengandung saponin.
Menurut Khoerunnisa(2015) dalam penelitiannya menujukkan bahwa simplisia lengkuas
putih saat diuji kandangan saponin dengan menggunakan uji buih mendapatkan hasil yang negatif,
yang berarti simplisia lengkuas putih negatif mengandung saponin dalam kesimpulannya
menyatakan bahwa lengkuas putih hanya mengandung flavonoid dan terpenoid. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Kusriani(2015) juga mendapatkan bahwa lengkuas putih negatif
mengandung saponin. Berdasarkan hasil penelitiannya, lengkuas putih mengandung flavonoid,
tanin, kuinon, dan steroid triterpenoid. Sehingga hasil analisis senyawa saponin dalam praktikum
sesuai dengan teori yaitu negatif mengandung saponin.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa simplisia
Lengkuas putih (Alpinia galangal (L).) tidak mengandung senyawa saponin dan fenolik. Hasil
analisis senyawa saponin telah sesuai dengan toeri bahwa lengkuas putih tidak mengandung
saponin, sedangkan hasil analisis senyawa fenolik yang negative, tidak sesuai dengan teori, bahwa
seharusnya lengkuas putih mengandung senyawa fenol. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
faktor pengeringan simplisia yang terlalu lama yaitu selama 3 minggu, sehingga kandungan
senyawa fenolik kemungkinan telah menguap.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM, 2004
Darmawan, 2013).
Elsha, 2012
Habsah, 1999).
Iswantini, dkk(2010
Khoerunnisa(2015
Kusriani(2015
Lestari (2005
Srividya, 2010).
Wei, 2010).
Wagner 1996