Anda di halaman 1dari 5

BAB I

METODE KOHORT

A. Pengertian Metode Kohort


Metode kohort adalah salah satu metode penelitian farmakoepidemiologi yang
tergolong penelitian observasional analitik, dimana dalam metode ini peneliti tidak
memberikan perlakuan terhadap hal yang diteliti melainkan hanya mengamati efek
dari perlakuan yang sudah ada. Metode kohort secara umum akan diawali dengan
penentuan paparan (exposure) terlebih dahulu, lalu mengamati luaran (output) dalam
jangka waktu tertentu.
Tujuan dari metode penelitian ini ialah membuktikan suatu hipotesa dari
hubungan sebab akibat anatara suatu faktor dengan satu masalah. Metode kohort ini
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Metode Kohort retrospektif : merupakan metode kohort yang faktor resiko dan
luarannya sudah terjadi di masa lampau sebelum penelitian dilakukan. Dalam
melakukan penelitian ini, dibutuhkan data yang sudah ada sebelumnya dan
biasanya didapatkan melalui rekam medik pasien.
2. Metode kohort prospektif : merupakan metode kohort yang meninjau faktor resiko
diawal penelitian yang selanjutnya akan dilakukan follow up terhadap subjek
untuk melihat kejadian suatu penyakit di massa yang akan datang.

B. Desain Metode
Prof. Dr. Buchari Lapau, dr. MPH

Masalah +
Kelompok yang terpajan

Masalah -
Sampel

Masalah +

Kelompok yang tidak terpajan


Masalah -

Gambar 4.3 Model jenis desain Kohort Prospektif

Sumber: Buchari Lapau, Prinsip dan metode epidemiologi, Jakarta:balai penerbit FKUI 2009

C. Karakteristik
Metode kohort ini memilki beberapa karakteristik diantaranya adalah :
1. Penelitian observasional.
2. Tergolong analitikal.
3. Pengamatan diawali dengan penentuan exposure lalu mengamati akibat dari
exposure (output).
4. Terdapat hipotesis spesifik.
5. Dapat bersifat retrospektif maupun prospektif.

D. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


Kelebihan Kekurangan
 Dapat mempelajari luaran (outout)  Membutuhkan biaya dan waktu
selain tujuan penelitian. yang lama.
 Dapat mengetahui munculnya paparan  Tidak efisien untuk kasus yang
diluar tujuan penelitian. jarang terjadi.
 Bias minimal.  Validitas hasil penelitian dapat
 Dapat menghitung laju insidensi atau terancam karena adanya subjek yang
kecepatan terjadinya penyakit, karena hilang pada saat follow up.
penelitian dimulai dari faktor resiko  Dapat menimbulkan masalah etika,
sampai terjadinya penyakit. karena peneliti memberikan
 Dapat memberikan hubungan sebab exposure (merugikan) pada pasien.
akibat yang jelas dan lebih meyakinkan.
 Dapat mengyukur variable secara
lengkap.

BAB II
JURNAL
(STUDI KOHORT KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE)

A. Latar Belakang dan Tujuan


Menurrut WHO penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah
satu penyebab utama kematian dan kesakitan di Asia Tenggara. Penelitian yang
dilakukan di tahun 2008 menunjukkan adanya peningkatan kasus DBD sebesar 18%
khususnya di negara Indonesia, Thailand, dan Myanmar. Peningkatan kasus tersebut
diikuti pula dengan peningkatan kasus kematian akibat DBD sebesar 15% di tiga
negara tersebut. Akibat tingginya kasus DBD tersebut, maka DBD menjadi salah satu
kasus endemik yang menyebar luas di Indonesia terutama di kota besar seperti
Surabaya. Selama 5 tahun terakhir (2004-2008), kasus DBD terus meningkat tiap
bulannya terutama dikecamatan Sawahan (159 kasus), diikuti dengan kecamatan
Semampir (140 kasus), dan kecamatan Tandes (139 kasus). Peningkatan kasus DBD
tersebut diduga disebabkan oleh hunian rumah yang padat, keberadaan tempat
penampungan air, dan prilaku penduduk. Oleh karena itu dilakukanlah sebuah
penelitian yang bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan anatara hunian
rumah yang padat, keberadaan tempat penampungan air, dan prilaku penduduk
dengan angka kejadian DBD di kecamatan sawahan kota Surabaya.

B. Metode
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan rancangan kohort
atau prospektif.

1) kepadatan hunian rumah


2) keberadaan tempat (+) Demam Berdarah Dengue (+)
penampungan air
3) perilaku penduduk

Warga
kec. Sawahan,
Surabaya

1) kepadatan hunian rumah


2) keberadaan tempat (-) Demam Berdarah Dengue (-)
penampungan air
3) perilaku penduduk

2. Populasi dan Sampel


Warga kecamatan Sawahan kota Surabaya.
3. Sampel
Jumlah sampel individu sebanyak 4.549 orang dan rumah sebanyak 1.090 rumah.
4. Waktu Penelitian
Penelitian Penelitian dilakukan secara prospektif selama tiga bulan.
5. Teknik Pengambilan Sampel dan Pengolahan Data
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode cluster sampling.
Data-data yang diperoleh akan dianalisis dengan uji chi square dan data-data
tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel.

C. Hasil dan pembahasan


1. Distribusi responden
Distribusi responden menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan di Kecamatan Sawahan kota Surabaya.

2. Kepadatan hunian rumah


Hasil pengukuran terhadap 1.092 (ditinggali oleh 4549 respoden) terdapat
502 (46%) rumah yang masuk kategori padat dan ditinggali oleh 2620 responden
(57.6%), dan terdapat 590 rumah (54%) yang masuk kategori rumah tidak padat
yang ditinggali oleh 1929 responden (42.4%). Berdasar kepadatan hunian
rumah ini, distribusi kejadian DBD dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari data tersebut, melalui uji chi square dengan taraf signifikansi (α) sebesar
5 % ata 0.05 , diperoleh nilai p = 0.269. Nilai p tersebut lebih besar jika
dibandingkan dengan nilai α, yang menunjukkan bahwa antara tingkat kepadatan
hunian rumah dan kejadian DBD bersifat non signifikan atau tidak behubungan.
Walaupun kedua vaiabel tersebut dianggap tidak berhubungan, kasus DBD lebih
banyak ditemukan pada hnian rumah padat. pehitungan nilai RR (Risk Relative)
menunjukkan angka 1.242 kali yang bearti kelompok orang yang tinggal pada
hunian rumah padat memiliki resiko 1.242 kali lebih tinggi untuk terkena DBD
jika dibandingkan dengan orang ang tinggal pada hunian rumah tidak padat.

Anda mungkin juga menyukai