Anda di halaman 1dari 18

EVIDENCE BASED DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

“DESAIN KOHORT”

Dosen Pembimbing : Suci Solihat, M.Keb


Disusun Oleh : kelompok 2
1. Linda alipia yulianti
2. Sarah cesar anugrah
3. Shalsabilillah defia putri
4. Siska nurhaliza
5. Vemmy zelpita

Kelas: D4 Kebidanan+profesi tingkat 2

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES


KEMENKES BENGKULU
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“DESAIN KOHORT”
Adapun makalah “DESAIN KOHORT” ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Dengan dibuatnya makalah ini penyusun berharap semoga makalah ini dapat diambil
manfaatnya sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih terhadap pembaca.

Bengkulu, februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN i
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan pembuatan makalah 1

BAB II PEMBAHASAN 2
A. Definisi kohort 2
B. Kelebihan dan kekurangan Studi Kohorta. 4
C. Karakteristik Studi Kohort 4
D. Pegunaan Rancangan Penelitian kohort 4
E. Langkah-langkah Melakukan Studi Kohorta 5

BAB III PENUTUP 14

A. KESIMPULAN 14
B. SARAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terusdikembangkan dinegara-negara luar menjadi tolak ukur masyarakat
dinegara Indonesia untuk ikut mengembangkan dunia pengetahuan
danteknologi dinegara ini. Dunia kesehatan juga terus
melakukanperkembangan baik dibidang teknologi dan ilmu pengetahuannya.
Salahsatu cara yang dilakukan adalah terus melakukan penelitian-penelitiandibidang
kesehatan.
Studi kohort akan melihat berbagai hubungan antara faktor risikodan efek
dengan memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktorrisiko. Kemudian
mengikuti sepanjang periode waktu tertentu untukmelihat seberapa banyak
subjek dalam masing masing kelompok yangmengalami efek. Faktor risiko penelitian
tersebut dapat diukur pada awalpenelitian (prospektif), ataupun pada penyakit sudah
terjadi terlebih dahulusebelum dimulainya penelitian (retrospektif)
B. Rumusan masalah
1. Apakah Definisi kohort
2. Apa saja Kelebihan dan kekurangan Studi Kohorta.
3. Bagaimana Karakteristik Studi Kohort
4. Bagaimana Pegunaan Rancangan Penelitian kohort
5. Apa sajaLangkah-langkah Melakukan Studi Kohorta.
C. Tujuan pembuatan makalah
1. Untuk mengetahui Definisi kohort
2. Untuk mengetahui Kelebihan dan kekurangan Studi Kohorta.
3. Untuk mengetahui Karakteristik Studi Kohort
4. Untuk mengetahui Pegunaan Rancangan Penelitian kohort
5. Untuk mengetahui Langkah-langkah Melakukan Studi Kohorta
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi kohort
Dalam studi epidemiologi dikenal dua kriteria penelitian epidemiologi,
yakni Observasional dan eksperimental ( Beaglehole, dkk,WHO 1993). Penelitian
kohort yang merupakan bagian dari penelitian epidemiologi observasional
yang merupakan pengamatan epidemiologi suntuk mempelajari hubungan serta
besarnya risiko, antara tingkat keterpaparan dengan kejadian penyakit.
Pengamatannya “diikuti kedepan”yakni dimulai dengan populasi atau kelompok
subyek yang bebas dari penyakit, dan secara alami kelompok subyek ini akan
terbagi menjadi terpapar dan tidak terpapar, kemudian diikuti sepajang waktu atau
periode tertentu untuk melihat ada tidaknya efek pada subyek tersebut.
Pengamatan (studi) kohort dapat bersifat deskriptif maupun analitis.Kohort
deskriptif adalah pengamatan kohort yang bertujuan hanya untuk menjelaskan
insidensi atau akibat yang terjadi terhadap populasi kohort setelah diamati dan diikuti
selama jangka Waktu tertentu. Sedangkan pengamatan kohort analitis bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara faktor risiko (efek keterpaparan) dengan kejadian
penyakit atau gangguan kesehatan yang terjadi selama/setelah waktu pengamatan
Dalam studi kohort ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu
penyebab penyakit (agent). Kemudian diambil sekelompok orang lagi yang
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama tetapi tidak dipaparkan
atau dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok
kontrol. Setelah beberapa saat yang telah ditentukankedua kelompok
tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut,
bermakna atau tidak.
Jenis penelitian ini mempunyai beberapa nama lain yakni Prospektif, Studi
Follow Up,Studi Longitudinal, Studi insidensi. Disebut dengan istilah seperti hal
tersebut diatas dikarenakan arah penelitain ini mengikuti kekedepan atau ke masa
yang akan yang akan di follow up sepanjang masa dan karena kejadian kasusnya
adalah kasus baru terjadi maka studi ini disebut dengan studi insiden. Studi kohort
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Studi kohort prospektif
Studi kohort disebut prospektif apabila faktor risiko, atau factor penelitian
diukur pada awal penelitian, kemudian dilakukan follow up untuk melihat
kejadian penyakit dimasa yang akan datang. Lamanya follow up dapat
ditentukan berdasarkan lamanya waktu terjadinya penyakit. Pada studi
kohort prospektif, faktor penelitian dimulai dari awal penelitian, kausa atau
faktor risiko diidentifikasi lebih dahulu,kemudian diikuti sampai waktu
tertentu untuk melihat efek atau penyakit.
Pada studi kohort prospektif, dapat dibedakan menjadi studi kohor prospektif
dengan pembanding internal dan eksternal. Studi kohort prospektif dengan
pembanding internal, kohort yang terpilih sama sekali belum terpapar oleh faktor
risiko dan belum mengalami efek, kemudian sebagian terpapar secara alamiah lalu
dilakukan deteksi kejadian efek pada kedua kelompok tersebut. Studi kohort
prospektif dengan pembanding eksternal, ada kelompok yang terpapar faktor
risiko namun belum memberikan efek dan kelompok lain tanpa paparan dan efek.
Pada bentuk pertama, populasi kohort dibagi dalam dua kelompok yakni yang
terpapar dan yang tidak terpapar sebagai kelompok pembanding. Kedua kelompok
tersebut diikuti secara prospektif sampai batas waktu penelitian, dimana akan
muncul dari kelompok terpapar dua subkelompok yakni subkelompok yang
mengalami akibat/efek (a) dan yang tidak mengalami akibat (b). sedangkan dari
kelompok yang tidak terpapar akan muncul juga dua subkelompok yakni yang
mengalami akibat (c) dan yang tidak mengalami akibat (d).dari hasil pengamatan
kohort tersebut, peneliti dapat menghitung insiden kejadian dari kelompok yang
terpapar dan insiden kejadian dari kelompok yang tidak terpapar dan kemudian
dapat dihitun: angka resiko relatif hasil pengamatan
Pada bentuk kedua dari kohort prospektif adalah populasi kohort terdiri dari
dua populasi yang berbeda, dengan satu populasi mengalami keterpaparan (ada
faktor risiko) dan populasi lainnya tanpa faktor risiko. bentuk studi kohortdengan
pembanding eksternal ini harus memperhatikan sifat kedua populasi awal
(populasi yang terpapar dan pembanding) yakni sifat-sifat populasi di luar factor
keterpaparan atau faktor risiko yang diteliti. hasil luaran terjadinya efek yang
diamati pada kedua populasi ini, memberikan nilai rate insiden populasi yang
terpapar dan rate insiden populasi yang tidak terpapar
2. Studi kohort retrospektif
Pada studi kohort retrospektif, faktor risiko dan efek atau penyakit sudah
terjadi dimasa lampau sebelum dimulainya penelitian. Dengan demikian
variabel tersebut diukur melalui catatan historis.
Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan kohort prospektif,
namun pada studi ini, pengamatan dimulai pada saat akibat(efek) sudah terjadi.
Yang terpenting dalam studi retrospektif adalah populasi yang diamati tetap
memenuhi syarat populasi kohort, dan yang diamati adalah faktor risiko masa lalu
yang diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan demikian,
bentuk penelitian kohort retrospektif hanya dapat dilakukan, apabila data
tentang faktor risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya paparan pada populasi
yang sama dengan efek yang ditemukan pada awal pengamatan. Dalam urutan
tingkat kekuatan hubungan sebab akibat desain ini berada dibawah penelitian
Eksperimen namun lebih kuat dari cross sectional dan Case Control.
Contoh: umpamanya seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor-faktor
risiko dari 78 orang penderita stroke yang berasal dari kelompok pegawai
perusahaan tertentu yang dijumpainya dalam dua tahun terakhir, dengan
menelusuri catatan kesehatan penderita tersebut sejak bekerja pada perusahan
yang dimaksud. contoh lain adalah pengamatan terhadap sejumlah pegawai bagian
produksi dari suatu pabrik semen tertentu yang sedang menderita sejenis penyakit
gangguan pernapasan. peneliti mencoba mengamati factor risiko yang
berhubungan dengan penyakit tersebut dengan menelusuri data kesehatan dan
factor lingkungan tempatnya bekerja sejak pegawai tersebut mulai bekerja pada
pabrik tadi. Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan kohort biasa,
namun pada bentuk ini, pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi.
B. Kelebihan dan kekurangan Studi Kohorta.
1. Kelebihan studi Kohort
a. Merupakan desain yang terbaik utuk menentukan insiden dan laju
insiden
b. Studi ini paling baik dalam menerangkan hubungan temporal antara faktor
risiko dengan efek
c. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor risiko tertentu
d. Bias pada paparan lebih minimal
e. Cocok untuk meneliti paparan yang langka
f. Dapat memeriksa dan mendiagnosa dengan teliti penyakit yang terjadi.
g. Hubungan sebab akibat lebih jelas dan lebih meyakinkan
2. Kekurangan Studi Kohort
a. Desain ini memerlukan waktu yang lama
b. Sarana dan biaya mahal
c. Tidak efisien untuk kasus (penyakit) yang langka
d. Terancam adanya drop out
e. Dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti membiarkan subyek
terpajan paparan yang dapat merugikan si subyek itu sendiri
C. Karakteristik Studi Kohort
Pada studi kohort, pemilihan subjek dilakukan berdasarkan status paparannya,
kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyekmengalami outcome
yang diamati atau tidak. Studi kohort memiliki karakteristik:
1. Studi kohort bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Studi kohort sering disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok control
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
D. Pegunaan Rancangan Penelitian kohort
Secara garis besar rancangan analisis diperlukan agar orang dapat mengetahui
analisis yang akan dilakukan oleh peneliti sehingga mudah dilakukan evaluasi
terhadap hasil penelitian. kegunaan yang diperoleh dengan penelitian kohort sebagai
berikut
1. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan
normal(ontogenik) yang terjadi dengan berjalannya waktu karena intervensi yang
dilakukan oleh alam berupa “waktu”. misalnya, mempelajari pertumbuhandan
perkembangan anak selama 2 tahun sejak dilahirkan.
2. Penelitian ini dapat pula digunakan untuk mempelajari timbulnya penyakit secara
alamiah akibat pemajanan (patogenik) yang dilakukan oleh orang yang
bersangkutan secara sengaja, misalkan merokok atau tidak sengaja memakan
makanan atau minuman yang tercemari bakteri patogen. Misalnya mempelajari
hubungan antara rokok dan penyakit jantung koroner atau mempelajari terjadinya
kejadian luar biasa pada keracunan makanan.
3. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan klinis suatu
penyakit (patogresif), misalnya perkembangan penyakit karsinoma payudara.
4. Rancangan penelitian ini dapat digunakan untuk mempelajari hubungan sebab-
akibat.
5. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari insidensi penyakit yang
diteliti.
6. Penelitian kohort tidak memiliki hambatan masalah etis.
7. Besarnya risiko relatif dan risiko atribut dapat dihitung secara langsung.
8. Pada penelitian kohort dapat dilakukan perhitungan statistik untuk menguji
hipotesis.
9. Pada penelitian kohort dapat diketahui lebih dari satu out come terhadap satu
pemaparan, misalnya penelitian tentang hubungan antara rokok dan karsinoma
paru-paru ternyata mempunyai hubungan juga dengan penyakit jantung, gastritis,
karsinoma kandung kemih, dan lain-lain (Lesmana, 2012).
E. Langkah-langkah Melakukan Studi Kohorta.
1. Merumuskan Pertanyaan Penelitian
Langkah awal dari suatu studi kohort adalah merumuskan masalah atau
pertanyaan penelitian yang kemudian akan mengantar peneliti merumuskan
hipotesis penelitian yang lebih tepat/sesuai. dari formulasi hipotesis tersebut,akan
tercermin berbagai variable yang menjadi variabel penelitian, baik yang bersifat
variabel bebas, variabel terikat dependent. maupun variabel-variabel lainnya yang
harus menjadi perhatian peneliti, antara lain variabel kendali (kontrol), variabel
pengganggu serta variabel lainnya yang harus dipertimbangkan.
2. Penetapan Populasi kohort
Dalam memilih populasi kohort harus diperhatikan beberapa hal tertentu seperti
berikut:
a. Populasi kohort sedapat mungkin agak stabil
b. Populasi kohort dapat bekerja sama selama penelitian.
c. Populasi kohort mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow up selama
penelitian.
d. Populasi kohort memiliki derajat keterpaparan yang cukup
Anggota kohort tidak sedang menderita penyakit yarig akan diamati.dalam
hal ini peneliti harus yakin bahwa kelompok kohort dan kelompok control betul-
betul tidak sedang menderita atau dicurigai sedang menderita (suspect case) efek
yang akan diteliti. subjek yang terpilih dari populasi harus memenuhi kriteria
pemilihan,meliputi kriteria inklusif dan eksklusif. Disebut kriteria inklusif adalah
karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan populasi kontrol.
sering terdapat kendala untuk mendapatkan kriteria yang sesuai dengan masalah
penelitian yang telah ditetapkan. untuk menghadapi hal tersebut dapat dilakukan
penyimpangan ilmiah sampai batas-batas tertentu, tetapi hal ini harus dijelaskan
dalam laporan penelitian tentang penyimpangan tersebut yang merupakan jarak
antara idealis ilmiah dengan kondisi yang dihadapi. Kriteria eksklusif bila dalam
memilih subjek penelitian, sebagian subjek yang telah memenuhi kriteria inklusif,
namun harus dikeluarkan dari pengamatan karena beberapa hal antara lain.
a. Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat mengganggu
pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian,umpamanya bila terdapat
predisposisi atau faktor genetis yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan.
b. Terdapat keadaan yang dapat mengganggu pelaksanaan studi,umpamanya
mereka yang tidak mempunyai alamat yang tetap sehingga sulit diamati.
c. adanya hambatan etis, kultur atau kepercayaan individual maupun masyarakat
untuk dapat berpartisipasi.
d. kemungkinan subjek yang akan diteliti, akan menolak berpartisipasi.sumber
populasi kohort dapat berasal dari berbagai kelompok populasi
1) kelompok penduduk yang tergabung/berada dalam satu wilayah pelayanan
kesehatan tertentu.
2) kelompok pekerja pada satu perusahaan tertentu/atau instansi tertentu.
3) kelompok penduduk dengan kondisi kesehatan yang menggunakan
pelayanan tertentu seperti kelompok akseptor,kelompok dengan
pengobatan radiasi dan lain-lain.
4) kelompok penduduk dengan asuransi kesehatan tertentu.
5) untuk populasi yang tidak terpapar (sebagai pembanding) dapat berasal
dari:
a) penduduk kelompok kohort yang sama,
b) populasi umum asal populasi kohort
c) opulasi lain yang memiliki keadaan yang sama dengan populasi kohort
yangterpapar (populasi target), tetapi tidak terpapar.
Semua anggota kelompok tersebut harus diperiksa sebelum pengamatand
imulai. dalam memilih populasi kohort ada beberapa faktor yang secara rinci
perlu diperhatikan pula:
1) komparabilitas sampel
artinya sedapat mungkin kelompok studi memiliki atribut yang sama
(tidak berbeda atau sebanding) dengan kelompok kontrol untuk
menghindari bias seleksi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
2) frekuensi faktor risiko
artinya bila faktor risiko tinggi maka diusahakan memilih populasi
penelitian yang berasal dari masyarakat umum (komunitas). sebaliknya,
bila faktor risiko rendah atau jarang diketemukan, maka populasi
penelitian dapat dipilih dari orang-orang (individu) yang mempunyai risiko
tinggi untuk menderita penyakit yang diteliti.
3) frekuensi penyakit
dimana semakin kecil atau rendah frekuensi kejadian penyakit dalam
masyarakat, semakin besar sampel yang diperlukan, yang disertai dengan
waktu follow up yang lebih lama.
4) Derajat sensitifitas pengamatan
dimana setiap peningkatan faktor risiko dengan presisi yang tinggi
akan menyebabkan ukuran besarnya sampel yang diperlukan akan menjadi
bertambah besar pula.
5) Representatif populasi penelitian
artinya populasi yang dipilih sedapat mungkin mendekati ciri-ciri yang
diinginkan untuk dianalisis, baik untuk kelompok studi maupun untuk
kelompok kontrol.

6) Tingkat asesibilitas
artinya populasi yang dipilih harus mampu memberikan informasi
lengkap mengenai segala sesuatunya yang berhubungan dengan faktor
risiko dan proses terjadinya penyakit.
3. Besarnya Sampel
Sebagaimana diketahui bahwa pada hipotesis nol (Ho) biasanya dinyatakan
bahwa besarnya kelompok yang akan menderita penyakit yang diteliti pada
kelompok terpapar tidak berbeda dengan kelompok yang tidak terpapar sehingga
nilai risiko relatifnya menjadi satu (RR=1). Sedangkan hipotesis alternant dapat
bersifat satu sisi atau dua sisi dengan RR>1 atau RR<1 atau tidak sama dengan
satu (RR ≠ 1). dalam menentukan besarnya sampel pada penelitian ini, umumnya
pada sebagian kasus, besarnya RR dan P2 ditentukan terlebih dahulu sedangkan
P1 dihitung dari kedua nilai tersebut. Besarnya sampel untuk pengujian dua sisi
menjadi.

4. Sumber keterangan keterpaparan


Sumber keterangan tentang adanya dan besarnya derajat keterpaparan dapat
diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya kebenarannya.
a. Dari status/kartu pemeriksaan kesehatan berkala dengan berbagai sifat tertentu
seperti tekanan darah, kadar kolesterol, dan lain lain.
b. dari kartu pelayanan kesehatan khusus seperti kartu KB, kartu pengobatan
radiologis dan lain lain.
c. wawancara langsung dengan anggota kohort, terutama tentang kebiasaan
sehari hari seperti merokok, pola makanan, kebiasaan olah raga dan lain lain.
d. keterangan hasil pemeriksaan lingkungan (fisik, biologis dan sosial) termasuk
lingkungan kerja, tempat tinggal, dan lain lain.
5. Identifikasi subjek
Subjek pada pengamatan kohort dapat dengan efek negatif maupun
denganefek positif. pada studi kohort prospektif umpamanya, kedua kondisi ini
dapat terjadi pada akhir pengamatan di mana efek positif dan negatif dapat
dijumpai baik pada kelompok terpapar (kelompok target) maupun pada kelompok
yang tidak terpapar (kelompok kontrol). pada pengamatan kohort prospektif
dengan kontrol internal, kelompok kontrol terbentuk secara alamiah, artinya
diambil dari populasi kohort yang tidak terpapar dengan faktor resiko yang
diamati. pada bentuk kohort dengan pembanding internal seperti ini, mempunyai
keuntungan tersendiri karena:
pertama, kedua kelompok (target dan kontrol) berasal dari populasi yang
sama, dan kedua, terhadap kedua kelompok tersebut dapatdilakukan follow-up
dengan tatacara dan waktu yang sama. dalam pelaksanaannya, perbedaan adanya
faktor risiko pada kelompok target dan absennya pada kelompok kontrol dapat
berupa faktor risiko internal (seperti rentannya kelompok target terhadap
gangguan kesehatan atau penyakit tertentu),dapat pula sebagai faktor risiko
eksternal (umpamanya adanya faktor lingkungan atau perilaku maupun
kepercayaan kelompok tertentu yang dapat mempermudah seseorang terkena
penyakit atau gangguan kesehatan tertentu). disamping itu, pada kelompok kontrol
internal. perbedaan faktor risiko antara dua kelompok yang diamati dapat pula
hanya berbeda pada intensitas,kualitas, dan waktu keterpaparan, umpamanya
perokok aktif dan mereka yang berada di sekitar perokok aktif tersebut. pada
penelitian kohort, pemilihan anggota kelompok kontrol biasanya tidak diperlukan
teknik matching (penyesuaian) dengan anggota kelompok target, terutama bila
subjek yang diteliti jumlahnya cukup besar, atau bila proporsi subjek dengan
faktor risiko (kelompok target) jauh lebih besar bila dibanding dengan kelompok
kontrol.
namun dalam beberapa keadaan tertentu,teknik matching perlu
dipertimbangkan, misalnya apabila peneliti ingin mengetahui besarnya pengaruh
pemapaparan yang lebih akurat, pada penelitian dengan besarnya sampel terbatas,
atau pada keadaan di mana proporsi kelompok target lebih kecil bila di banding
dengan kelompok kontrol. +amun demikian, bila*ariabel luar cukup banyak
ragamnya, teknik matching akan sulit dilakukan, danapabila tetap dipaksakan,
akan mengakibatkan jumlah subjek akan lebih kecilsehingga sulit mengambil
kesimpulan yang definitif.5ntuk penelitan kohort, perlumendapatkan perhatian
utama dalam menentukan hasil luaran secara standar, apa positif atau negatif
(menderita atau tidak menderita penyakit yang diteliti). ada penelitian ini
kemungkinan timbulnya negatif palsu cukup besar bila tidak dilakukan standar
penentuan diagnosis.
6. Memilih kelompok kontrol (pembanding)
Kelompok kontrol dalam penelitian kohort adalah kumpulan subjek yang tidak
mengalami pemaparan atau pemaparannya berbeda dengan kelompok target.
perbedaan antara kelompok target dengan kelompok kontrol dapat dalam beberapa
bentuk.
a. ada subjek dengan taktor risiko internal maka kelompok target dengan variabel
faktor risiko tersebut, sedangkan kelompok kontrol tanpa variable tersebut
pada populasi yang sama.
b. subjek dengan faktor risiko eksternal yang biasanya berupa variable
lingkungan, dimana kelompok target berada/hidup pada lingkungan tersebut
sedangkan kelompok kontrol bebas dari pengaruh lingkungan bersangkutan.
c. bila keduanya mengandung faktor risiko maka kelompok kontrol dipilih dari
mereka dengan dosis faktor risiko yang lebih sedikit (intensitas,kualitas,
kuantitas, dan waktu pemaparan yang lebih rendah) disbanding kelompok
target
sebagaimana disebutkan di atas bahwa pemilihan kelompok kontrol pada
rancangan kohort biasanya tidak disertai dengan teknik matching. keadaan
tanpa teknik matching biasanya pada pemilihan kelompok kontrol seperti
berikut.
1) penelitian yang melibatkan subjek yang besar.
2) enelitian dalam satu populasi atau sampel yang proporsi kelompok yang
terpapar dengan faktor risiko jauh lebih besar dibanding dengan kelompok
tanpa risiko (kontrol).
sedangkan yang dianjurkan melakukan teknik matching pada
pemilihankelompok kontrol adalah pada kondisi berikut.
1) penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko secara
teliti dan mendalam.
2) penelitian yang subjeknya sangat terbatas jumlahnya.
3) penelitian dengan proporsi subjek yang terpapar jauh lebih kecil.
7. Pengamatan Hasil Luaran (Timbulnya kejadian)
Pengamatan terhadap kedua kelompok (target dan kontrol) dilakukan secara
bersamaan selama jangka waktu tertentu. lamanya waktu pengamatan prospektif
kohort tergantung pada karakteristik penyakit atau kejadian yang diharapkan
timbul, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh sifat patogenesis serta perkembangan
penyakit/masalah kesehatan yang diteliti. untuk jenis penyakit keganasan,
misalnya timbulnya kanker hati pada kelompok target dengan faktor risiko adanya
Hbs-Ag positif, diperlukan periode pengamatan yang cukup lama (dapat sampai
puluhan tahun), sedangkan sebaliknya hubungan antara perokok pasif (asap rokok
sebagai faktor risiko)dengan keadaan kelahiran bayi (BBLR) dari satu proses
kehamilan dibutuhkan masa pengamatan hanya : bulan untuk setiap subjek.
Pengamatan terhadap timbulnya akibat, dapat dilakukan dengan hanya
pengamatan tunggal yakni menunggu sampai terjadinya efek sebagai hasil akhir,
tetapi dapat pula dengan pengamatan berkala, caranya setiap subjek diamati secara
periodik menurut interval waktu tertentu, termasuk pengamatan pada akhir
penelitian. di samping itu, dapat pula dilakukan analisis perbandingan antara
kelompok target dan kelompok kontrol dengan memperhitungkan unsur waktu
sebagai unit analisis sehingga dengan demikian perbandingannya menggunakan
skala rasio.
penentuan hasil akhir yakni penentuan tentang timbulnya akibat
harusdilakukan berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal
penelitian.untuk mengurangi bias, sebaiknya penilaian dilakukan dengan sistem
“Blind” dimana penilai tidak mengetahui apakah yang dinilainya adalah kelompok
targetatau kelompok kontrol, walaupun hal demikian agak sulit diterapkan.
salah satu masalah yang sering terjadi pada pengamatan bentuk kohort adalah
hilangnya subjek dari pengamatan (lost to follow up), terutama pada pengamatan
yang membutuhkan waktu yang cukup lama. oleh sebab itu bila sejak awal
diketahui bahwa ada subjek yang akan berpindah tempat, sebaiknya tidak
diikutsertakan pada penelitian. bila subjek dipilih dengan teknik matching,maka
setiap subjek yang hilang dari pengamatan, pasangannya harus dihapus puladari
pengamatan. apabila jumlah subjek yang hilang dari pengamatan cukup
besar,pengamatan harus dihentikan.untuk mengantisipasi adanya mereka yang
hilang dari pengamatan, dapat dilakukan perhitungan person years pada akhir
pengamatan.
a. ubjek menolak ikut/drop-out selama penelitian, sedangkan kegiatan penelitian
tetapteruskan, dapat dilakukan analisis hasil sebagai berikut:
1) usahakan keterangan tentang keadaan insiden mereka yang drop-
out/menolak ikut.
2) bandingkan sifat karakteristik tertentu mereka yang menolak/drop out
dengan populasi kohort- follow up mereka yang menolak drop out melalui
sarana lain.dan
3) melakukan pemeriksaan berkala yang lebih sering pada kelompok
kohortuntuk menilai kecenderungan penyakit yang diteliti dari waktu ke
waktu.
b. perhitungan person years dilakukan terutama pada:
1) anggota kohort memasuki kelompok penelitian tidak bersamaan waktunya.
2) sejumlah anggota kohort meninggal atau drop-out selama masa penelitian
c. perhitungan hasil akhir pada mereka yang drop out:
1) adakan perhitungan nilai rate maksimal (mereka yang; drop out dianggap
menderita semua)
2) adakan perhitungan dengan rate minimal (mereka yang drop out dianggap
tidak menderita)
3) adakan perhitungan dengan menganggap yang drop out sama keadaannya
dengan yang tidak drop out dan
4) adakan perhitungan dengan menambahkan penyebut sebesar setengahdari
jumlah drop out.
Follow-up terhadap subjek, baik sebelum, selama, atau setelah
mengalamiketerpaparan merupakan hal yang cukup penting dan sangat
mempengaruhi hasilluaran penelitian kohort. penentuan dimulainya follow-up
merupakan hal yang penting dan berbagai hasil yang diamati sangat dipengaruhi
oleh waktu awal follow-up tersebut. hal ini erat hubungannya dengan awal
keterpaparan maupun awal setiap anggota kelompok memasuki pengamatan. Hal
lain yang juga sangat penting dalam penelitian ini adalah lamanya masa
pengamatan. Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa lama pengamatan sangat
tergantung pada sifat dan jenis penyakit yang diamati.
8. Perhitungan Hasil Penelitian (Insinden dan Risiko)
Hasil penelitian kohort biasanya dianalisis berdasarkan besarnya
insidenkejadian pada akhir pengamatan terhadap kelompok yang terpapar
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dalam analisis demikian ini, selain
mereka yang tidak terpapar sebagai kelompok kontrol, juga dimungkinkan
membandingkan tingkat keterpaparan yang berbeda antara kelompok target
dengan kelompok kontrol.Hasil perhitungan adalah dengan menentukan besarnya
pengaruh keterpaparan atau hubungan tingkat keterpaparan dengan hasil luaran
(efek). Ukuran yang sering digunakan untuk menilai besarnya pengaruh taktor
keterpaparan terhadap kejadian adalah tingkat risiko relatif(RR)
a = Jumlah yang terpapar dan menderita
b = jumlah yang terpapar dan tidak menderita
c = jumlah yang tidak terpapar dan menderita
d = jumlah yang tidak terpapar dan tidak menderitaa
a+c = jumlah seluruhnya yang menderita pada akhir pengamatan
b+d = jumlah mereka yang tidak menderita pada akhir pengamatana
a+b = jumlah mereka yang terpapar pada awal pengamatan
c+d = jumlah mereka yang tidak terpapar pada awal pengamatan yang diamati
N = Jumlah populasi
risiko relatif (RR) disebut juga rasio Insiden kumulatif (Cumulatif Incidence
Ratio) adalah ukuran yang menunjukkan berapa kali (lebih besar ataulebih kecil)
risiko secara relatif untuk mengalami kejadian (penyakit ataukematian) pada
populasi terpapar bila dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar.
perhitungan RR dapat dilihat pada contoh tabel di atas.
Besarnya rate insiden (IR) umum : umlah penderita/jumlah yang diamati(ingat
perhitungan terhadap drop out dan Iain-lain):

Besarnya rate insiden kelompok terpapar (IRt): jumlah penderita


darikelompok terpapar/ jumlah semua anggota kohort yang terpapar:

besarnya rate insiden yang tidak terpapar (IRtt): jumlah pen-derita dari
kelompok yang tidak terpapar/jumlah anggota kohort yang tidak terpapar.
besarnya risk relatif (RR): Rate insiden yang terpapar/rate insiden yang tidak
terpapar.

Nilai RR menyatakan besarnya risiko (kemungkinan) untuk menderita bagi


mereka yang terpapar dibanding dengan mereka yang tidak terpapar
ataumemperlihatkan besarnya pengaruh keterpaparan terhadap timbulnya
penyakit.Risiko relatif merupakan nilai perbandingan (rasio) antara rate insiden
kelompok terpapar dengan rate insiden kelompok yang tidak terpapar, pada akhir
pengamatan. Bila nilai RR=1 artinya tidak ada pengaruh antara keterpaparan
dengan kejadian penyakit. Bila nilai RR>1 artinya ada pengaruh positif dimana
faktor keterpaparan mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang
diamati.Makin besar nilai RR, makin besar pula nilai kelipatan pengaruh
tersebut.Sedangkan bila nilai RR<1, artinya faktor keterpaparan bukan merupakan
risiko kejadian penyakit, tetapi mempunyai efek pencegahan terjadinya penyakit.
Selain nilai risiko relatit tersebut di atas, dikenal pula nilai perbedaan rate
insiden dari kedua kelompok yang diamati, dan nilai ini disebut risiko atribut
(Attributable Risk). Besarnya risiko atribut (RA) adalah selisih antara rate insiden
kelompok terpapar dengan rate insiden kelompok yang tidak terpapar.

nilai RA ini menunjukkan besarnya pengaruh bila faktor keterpaparan


dihilangkan atau untuk melihat besarnya kemungkinan dalam usaha pencegahan
penyakit. Kedua nilai tersebut di atas mempunyai arti tersendiri yaitu risiko relatif
menunjukkan berapa besarnya pengaruh faktor keterpaparan terhadap kejadian
penyakit maupun kematian, sedangkan risiko atribut mempunyai kepentingan
dalam kesehatan masyarakat di mana frekuensi kejadian dapat diperkirakan pada
suatu populasi tertentu.Untuk menganalisis hasil akhir suatu pengamatan kohort,
harus dianalisi sapakah setiap nilai yang diperoleh pada pengamatan, memenuhi
syarat serta betul- betul sesuai dengan ketentuan penelitian. Di samping itu, nilai
yang dicapai harus memberikan gambaran hubungan penyebab (causality
associated) dengan memperhatikan syarat-syarat yang telah dikemukakan
terdahulu.Di bawah ini diberikan suatu contoh perbandingan antara nilai risiko
relatif dengan risiko atribut antara perokok ringan dengan perokok berat untuk
penyakit kanker paru- paru dengan penyakit jantung kardiovaskuler
dari tabel tersebut tampak bahwa risiko relatit kanker paru-paru dengan
perokok berat sampai 32 kali dan jauh lebih besar bila dibanding dengan penyakit
jantung kardiovaskuler, tetapi resiko atribut keduanya hampir sama
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sederhana studi epidemiologi dibagi menjadi 2 kelompok
yakniepidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik. Dimana pada
penelitianepidemiologik analitik dibagi menjadi 2 studi yakni Studi
Observasionalyang membahas tentang studi Kohor dan Studi Eksperimental.
Padapenelitian kohort dilakukan perbandingan antara kelompok
terpapardengan kelompok tidak terpapar kemudian dilihat akibat
yangditimbulkannya
B. Saran
Dari makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui mengetahui
rancangan penelitian kohort meliputi pengertian, tujuan, ciri-ciri, skema, kelemahan,
kelebihan dan langkah-langkah, jika terdapat kesalahan kami dari pihak penulis
menerima kritik dan saran dari pembaca dan penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
- Beanglehole, R : R. Bonita dan T Kjellstrom, (1992)(2009). Basic
Epidemiology.Geneva, World Health Organization (WHO)
- Dyan, N. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta: EGC
- Kelsey, JE, Whittemore, AS, Evans, AS, dan Thompson, D. (1996). Metodedalam
Epidemiologi observasional, 2nd edition. New York: OxfordUniversity Press.
- Kleinbaum; Kupper L Laurence; Hal Morgenstern, 1982. Epideiologiy
Research,Principles and Quantitative Methods . Life Time Publication, California
- Last, John M, (1987), PUBLIC HEALTH AND HUMAN ECOLOGY, Appletion&
Lange, Connecticut
- Morton, Richard. 2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistik. Jakarta:EGC
- Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta
- Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:Rineka
Cipta
- Ayu, Sanyta. 2010. Desain Penelitian.(online),
(http://sanytaayu.blogspot.com/2010/12/desain-penelitian.html, Diakses pada Tanggal
6 Maret 2015)
- Budiarto, Eko. 2003.Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta. Penerbit EGC.
- Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta.
EGC.
- Budiharto. 2008.Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu
Kesehatan Gigi. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai