“DESAIN KOHORT”
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN i
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan pembuatan makalah 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Definisi kohort 2
B. Kelebihan dan kekurangan Studi Kohorta. 4
C. Karakteristik Studi Kohort 4
D. Pegunaan Rancangan Penelitian kohort 4
E. Langkah-langkah Melakukan Studi Kohorta 5
A. KESIMPULAN 14
B. SARAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terusdikembangkan dinegara-negara luar menjadi tolak ukur masyarakat
dinegara Indonesia untuk ikut mengembangkan dunia pengetahuan
danteknologi dinegara ini. Dunia kesehatan juga terus
melakukanperkembangan baik dibidang teknologi dan ilmu pengetahuannya.
Salahsatu cara yang dilakukan adalah terus melakukan penelitian-penelitiandibidang
kesehatan.
Studi kohort akan melihat berbagai hubungan antara faktor risikodan efek
dengan memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktorrisiko. Kemudian
mengikuti sepanjang periode waktu tertentu untukmelihat seberapa banyak
subjek dalam masing masing kelompok yangmengalami efek. Faktor risiko penelitian
tersebut dapat diukur pada awalpenelitian (prospektif), ataupun pada penyakit sudah
terjadi terlebih dahulusebelum dimulainya penelitian (retrospektif)
B. Rumusan masalah
1. Apakah Definisi kohort
2. Apa saja Kelebihan dan kekurangan Studi Kohorta.
3. Bagaimana Karakteristik Studi Kohort
4. Bagaimana Pegunaan Rancangan Penelitian kohort
5. Apa sajaLangkah-langkah Melakukan Studi Kohorta.
C. Tujuan pembuatan makalah
1. Untuk mengetahui Definisi kohort
2. Untuk mengetahui Kelebihan dan kekurangan Studi Kohorta.
3. Untuk mengetahui Karakteristik Studi Kohort
4. Untuk mengetahui Pegunaan Rancangan Penelitian kohort
5. Untuk mengetahui Langkah-langkah Melakukan Studi Kohorta
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi kohort
Dalam studi epidemiologi dikenal dua kriteria penelitian epidemiologi,
yakni Observasional dan eksperimental ( Beaglehole, dkk,WHO 1993). Penelitian
kohort yang merupakan bagian dari penelitian epidemiologi observasional
yang merupakan pengamatan epidemiologi suntuk mempelajari hubungan serta
besarnya risiko, antara tingkat keterpaparan dengan kejadian penyakit.
Pengamatannya “diikuti kedepan”yakni dimulai dengan populasi atau kelompok
subyek yang bebas dari penyakit, dan secara alami kelompok subyek ini akan
terbagi menjadi terpapar dan tidak terpapar, kemudian diikuti sepajang waktu atau
periode tertentu untuk melihat ada tidaknya efek pada subyek tersebut.
Pengamatan (studi) kohort dapat bersifat deskriptif maupun analitis.Kohort
deskriptif adalah pengamatan kohort yang bertujuan hanya untuk menjelaskan
insidensi atau akibat yang terjadi terhadap populasi kohort setelah diamati dan diikuti
selama jangka Waktu tertentu. Sedangkan pengamatan kohort analitis bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara faktor risiko (efek keterpaparan) dengan kejadian
penyakit atau gangguan kesehatan yang terjadi selama/setelah waktu pengamatan
Dalam studi kohort ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu
penyebab penyakit (agent). Kemudian diambil sekelompok orang lagi yang
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama tetapi tidak dipaparkan
atau dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok
kontrol. Setelah beberapa saat yang telah ditentukankedua kelompok
tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut,
bermakna atau tidak.
Jenis penelitian ini mempunyai beberapa nama lain yakni Prospektif, Studi
Follow Up,Studi Longitudinal, Studi insidensi. Disebut dengan istilah seperti hal
tersebut diatas dikarenakan arah penelitain ini mengikuti kekedepan atau ke masa
yang akan yang akan di follow up sepanjang masa dan karena kejadian kasusnya
adalah kasus baru terjadi maka studi ini disebut dengan studi insiden. Studi kohort
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Studi kohort prospektif
Studi kohort disebut prospektif apabila faktor risiko, atau factor penelitian
diukur pada awal penelitian, kemudian dilakukan follow up untuk melihat
kejadian penyakit dimasa yang akan datang. Lamanya follow up dapat
ditentukan berdasarkan lamanya waktu terjadinya penyakit. Pada studi
kohort prospektif, faktor penelitian dimulai dari awal penelitian, kausa atau
faktor risiko diidentifikasi lebih dahulu,kemudian diikuti sampai waktu
tertentu untuk melihat efek atau penyakit.
Pada studi kohort prospektif, dapat dibedakan menjadi studi kohor prospektif
dengan pembanding internal dan eksternal. Studi kohort prospektif dengan
pembanding internal, kohort yang terpilih sama sekali belum terpapar oleh faktor
risiko dan belum mengalami efek, kemudian sebagian terpapar secara alamiah lalu
dilakukan deteksi kejadian efek pada kedua kelompok tersebut. Studi kohort
prospektif dengan pembanding eksternal, ada kelompok yang terpapar faktor
risiko namun belum memberikan efek dan kelompok lain tanpa paparan dan efek.
Pada bentuk pertama, populasi kohort dibagi dalam dua kelompok yakni yang
terpapar dan yang tidak terpapar sebagai kelompok pembanding. Kedua kelompok
tersebut diikuti secara prospektif sampai batas waktu penelitian, dimana akan
muncul dari kelompok terpapar dua subkelompok yakni subkelompok yang
mengalami akibat/efek (a) dan yang tidak mengalami akibat (b). sedangkan dari
kelompok yang tidak terpapar akan muncul juga dua subkelompok yakni yang
mengalami akibat (c) dan yang tidak mengalami akibat (d).dari hasil pengamatan
kohort tersebut, peneliti dapat menghitung insiden kejadian dari kelompok yang
terpapar dan insiden kejadian dari kelompok yang tidak terpapar dan kemudian
dapat dihitun: angka resiko relatif hasil pengamatan
Pada bentuk kedua dari kohort prospektif adalah populasi kohort terdiri dari
dua populasi yang berbeda, dengan satu populasi mengalami keterpaparan (ada
faktor risiko) dan populasi lainnya tanpa faktor risiko. bentuk studi kohortdengan
pembanding eksternal ini harus memperhatikan sifat kedua populasi awal
(populasi yang terpapar dan pembanding) yakni sifat-sifat populasi di luar factor
keterpaparan atau faktor risiko yang diteliti. hasil luaran terjadinya efek yang
diamati pada kedua populasi ini, memberikan nilai rate insiden populasi yang
terpapar dan rate insiden populasi yang tidak terpapar
2. Studi kohort retrospektif
Pada studi kohort retrospektif, faktor risiko dan efek atau penyakit sudah
terjadi dimasa lampau sebelum dimulainya penelitian. Dengan demikian
variabel tersebut diukur melalui catatan historis.
Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan kohort prospektif,
namun pada studi ini, pengamatan dimulai pada saat akibat(efek) sudah terjadi.
Yang terpenting dalam studi retrospektif adalah populasi yang diamati tetap
memenuhi syarat populasi kohort, dan yang diamati adalah faktor risiko masa lalu
yang diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan demikian,
bentuk penelitian kohort retrospektif hanya dapat dilakukan, apabila data
tentang faktor risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya paparan pada populasi
yang sama dengan efek yang ditemukan pada awal pengamatan. Dalam urutan
tingkat kekuatan hubungan sebab akibat desain ini berada dibawah penelitian
Eksperimen namun lebih kuat dari cross sectional dan Case Control.
Contoh: umpamanya seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor-faktor
risiko dari 78 orang penderita stroke yang berasal dari kelompok pegawai
perusahaan tertentu yang dijumpainya dalam dua tahun terakhir, dengan
menelusuri catatan kesehatan penderita tersebut sejak bekerja pada perusahan
yang dimaksud. contoh lain adalah pengamatan terhadap sejumlah pegawai bagian
produksi dari suatu pabrik semen tertentu yang sedang menderita sejenis penyakit
gangguan pernapasan. peneliti mencoba mengamati factor risiko yang
berhubungan dengan penyakit tersebut dengan menelusuri data kesehatan dan
factor lingkungan tempatnya bekerja sejak pegawai tersebut mulai bekerja pada
pabrik tadi. Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan kohort biasa,
namun pada bentuk ini, pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi.
B. Kelebihan dan kekurangan Studi Kohorta.
1. Kelebihan studi Kohort
a. Merupakan desain yang terbaik utuk menentukan insiden dan laju
insiden
b. Studi ini paling baik dalam menerangkan hubungan temporal antara faktor
risiko dengan efek
c. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor risiko tertentu
d. Bias pada paparan lebih minimal
e. Cocok untuk meneliti paparan yang langka
f. Dapat memeriksa dan mendiagnosa dengan teliti penyakit yang terjadi.
g. Hubungan sebab akibat lebih jelas dan lebih meyakinkan
2. Kekurangan Studi Kohort
a. Desain ini memerlukan waktu yang lama
b. Sarana dan biaya mahal
c. Tidak efisien untuk kasus (penyakit) yang langka
d. Terancam adanya drop out
e. Dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti membiarkan subyek
terpajan paparan yang dapat merugikan si subyek itu sendiri
C. Karakteristik Studi Kohort
Pada studi kohort, pemilihan subjek dilakukan berdasarkan status paparannya,
kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyekmengalami outcome
yang diamati atau tidak. Studi kohort memiliki karakteristik:
1. Studi kohort bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Studi kohort sering disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok control
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
D. Pegunaan Rancangan Penelitian kohort
Secara garis besar rancangan analisis diperlukan agar orang dapat mengetahui
analisis yang akan dilakukan oleh peneliti sehingga mudah dilakukan evaluasi
terhadap hasil penelitian. kegunaan yang diperoleh dengan penelitian kohort sebagai
berikut
1. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan
normal(ontogenik) yang terjadi dengan berjalannya waktu karena intervensi yang
dilakukan oleh alam berupa “waktu”. misalnya, mempelajari pertumbuhandan
perkembangan anak selama 2 tahun sejak dilahirkan.
2. Penelitian ini dapat pula digunakan untuk mempelajari timbulnya penyakit secara
alamiah akibat pemajanan (patogenik) yang dilakukan oleh orang yang
bersangkutan secara sengaja, misalkan merokok atau tidak sengaja memakan
makanan atau minuman yang tercemari bakteri patogen. Misalnya mempelajari
hubungan antara rokok dan penyakit jantung koroner atau mempelajari terjadinya
kejadian luar biasa pada keracunan makanan.
3. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan klinis suatu
penyakit (patogresif), misalnya perkembangan penyakit karsinoma payudara.
4. Rancangan penelitian ini dapat digunakan untuk mempelajari hubungan sebab-
akibat.
5. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari insidensi penyakit yang
diteliti.
6. Penelitian kohort tidak memiliki hambatan masalah etis.
7. Besarnya risiko relatif dan risiko atribut dapat dihitung secara langsung.
8. Pada penelitian kohort dapat dilakukan perhitungan statistik untuk menguji
hipotesis.
9. Pada penelitian kohort dapat diketahui lebih dari satu out come terhadap satu
pemaparan, misalnya penelitian tentang hubungan antara rokok dan karsinoma
paru-paru ternyata mempunyai hubungan juga dengan penyakit jantung, gastritis,
karsinoma kandung kemih, dan lain-lain (Lesmana, 2012).
E. Langkah-langkah Melakukan Studi Kohorta.
1. Merumuskan Pertanyaan Penelitian
Langkah awal dari suatu studi kohort adalah merumuskan masalah atau
pertanyaan penelitian yang kemudian akan mengantar peneliti merumuskan
hipotesis penelitian yang lebih tepat/sesuai. dari formulasi hipotesis tersebut,akan
tercermin berbagai variable yang menjadi variabel penelitian, baik yang bersifat
variabel bebas, variabel terikat dependent. maupun variabel-variabel lainnya yang
harus menjadi perhatian peneliti, antara lain variabel kendali (kontrol), variabel
pengganggu serta variabel lainnya yang harus dipertimbangkan.
2. Penetapan Populasi kohort
Dalam memilih populasi kohort harus diperhatikan beberapa hal tertentu seperti
berikut:
a. Populasi kohort sedapat mungkin agak stabil
b. Populasi kohort dapat bekerja sama selama penelitian.
c. Populasi kohort mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow up selama
penelitian.
d. Populasi kohort memiliki derajat keterpaparan yang cukup
Anggota kohort tidak sedang menderita penyakit yarig akan diamati.dalam
hal ini peneliti harus yakin bahwa kelompok kohort dan kelompok control betul-
betul tidak sedang menderita atau dicurigai sedang menderita (suspect case) efek
yang akan diteliti. subjek yang terpilih dari populasi harus memenuhi kriteria
pemilihan,meliputi kriteria inklusif dan eksklusif. Disebut kriteria inklusif adalah
karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan populasi kontrol.
sering terdapat kendala untuk mendapatkan kriteria yang sesuai dengan masalah
penelitian yang telah ditetapkan. untuk menghadapi hal tersebut dapat dilakukan
penyimpangan ilmiah sampai batas-batas tertentu, tetapi hal ini harus dijelaskan
dalam laporan penelitian tentang penyimpangan tersebut yang merupakan jarak
antara idealis ilmiah dengan kondisi yang dihadapi. Kriteria eksklusif bila dalam
memilih subjek penelitian, sebagian subjek yang telah memenuhi kriteria inklusif,
namun harus dikeluarkan dari pengamatan karena beberapa hal antara lain.
a. Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat mengganggu
pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian,umpamanya bila terdapat
predisposisi atau faktor genetis yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan.
b. Terdapat keadaan yang dapat mengganggu pelaksanaan studi,umpamanya
mereka yang tidak mempunyai alamat yang tetap sehingga sulit diamati.
c. adanya hambatan etis, kultur atau kepercayaan individual maupun masyarakat
untuk dapat berpartisipasi.
d. kemungkinan subjek yang akan diteliti, akan menolak berpartisipasi.sumber
populasi kohort dapat berasal dari berbagai kelompok populasi
1) kelompok penduduk yang tergabung/berada dalam satu wilayah pelayanan
kesehatan tertentu.
2) kelompok pekerja pada satu perusahaan tertentu/atau instansi tertentu.
3) kelompok penduduk dengan kondisi kesehatan yang menggunakan
pelayanan tertentu seperti kelompok akseptor,kelompok dengan
pengobatan radiasi dan lain-lain.
4) kelompok penduduk dengan asuransi kesehatan tertentu.
5) untuk populasi yang tidak terpapar (sebagai pembanding) dapat berasal
dari:
a) penduduk kelompok kohort yang sama,
b) populasi umum asal populasi kohort
c) opulasi lain yang memiliki keadaan yang sama dengan populasi kohort
yangterpapar (populasi target), tetapi tidak terpapar.
Semua anggota kelompok tersebut harus diperiksa sebelum pengamatand
imulai. dalam memilih populasi kohort ada beberapa faktor yang secara rinci
perlu diperhatikan pula:
1) komparabilitas sampel
artinya sedapat mungkin kelompok studi memiliki atribut yang sama
(tidak berbeda atau sebanding) dengan kelompok kontrol untuk
menghindari bias seleksi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
2) frekuensi faktor risiko
artinya bila faktor risiko tinggi maka diusahakan memilih populasi
penelitian yang berasal dari masyarakat umum (komunitas). sebaliknya,
bila faktor risiko rendah atau jarang diketemukan, maka populasi
penelitian dapat dipilih dari orang-orang (individu) yang mempunyai risiko
tinggi untuk menderita penyakit yang diteliti.
3) frekuensi penyakit
dimana semakin kecil atau rendah frekuensi kejadian penyakit dalam
masyarakat, semakin besar sampel yang diperlukan, yang disertai dengan
waktu follow up yang lebih lama.
4) Derajat sensitifitas pengamatan
dimana setiap peningkatan faktor risiko dengan presisi yang tinggi
akan menyebabkan ukuran besarnya sampel yang diperlukan akan menjadi
bertambah besar pula.
5) Representatif populasi penelitian
artinya populasi yang dipilih sedapat mungkin mendekati ciri-ciri yang
diinginkan untuk dianalisis, baik untuk kelompok studi maupun untuk
kelompok kontrol.
6) Tingkat asesibilitas
artinya populasi yang dipilih harus mampu memberikan informasi
lengkap mengenai segala sesuatunya yang berhubungan dengan faktor
risiko dan proses terjadinya penyakit.
3. Besarnya Sampel
Sebagaimana diketahui bahwa pada hipotesis nol (Ho) biasanya dinyatakan
bahwa besarnya kelompok yang akan menderita penyakit yang diteliti pada
kelompok terpapar tidak berbeda dengan kelompok yang tidak terpapar sehingga
nilai risiko relatifnya menjadi satu (RR=1). Sedangkan hipotesis alternant dapat
bersifat satu sisi atau dua sisi dengan RR>1 atau RR<1 atau tidak sama dengan
satu (RR ≠ 1). dalam menentukan besarnya sampel pada penelitian ini, umumnya
pada sebagian kasus, besarnya RR dan P2 ditentukan terlebih dahulu sedangkan
P1 dihitung dari kedua nilai tersebut. Besarnya sampel untuk pengujian dua sisi
menjadi.
besarnya rate insiden yang tidak terpapar (IRtt): jumlah pen-derita dari
kelompok yang tidak terpapar/jumlah anggota kohort yang tidak terpapar.
besarnya risk relatif (RR): Rate insiden yang terpapar/rate insiden yang tidak
terpapar.