Anda di halaman 1dari 10

1 Pengertian Penelitian Kohort

Penelitian Kohort adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik


observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara
membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar berdasarkan status
penyakit (Nuraini, 2010).

Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitan epidemiologis


noneksperimental yang paling kuat mengkaji hubungan antara faktor resiko dengan
dampak atau efek suatu penyakit (Budiharto, 2008).

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan longitudinal ke depan,


dengan mengikuti proses perjalanan penyakit ke depan bedasarkan urutan waktu.
Penelitian prospektif ini dimaksudkan untuk menemukan insidensi penyakit pada
kelompok yang terpapar oleh faktor resiko maupun pada kelompok yang tidak
terpapar, kemudian insidensi penyakit pada kedua kelompok tersebut secara
sistematik dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan sebab-akibat
antara paparan dan penyakit yang diteliti. Kelompok yang diteliti tersebut dinamakan
kohort. Peneliti prospektif kohort ini mengikuti paradigma dari sebab ke akibat
(Budiarto, 2002).

Dari uraian singkat di atas dapat dijelaskan bahwa secara garis besar proses
perjalanan penelitian prospektif sebagai berikut:

1. Pada awal penelitian, kelompok terpapar maupun kelompok tidak terpapar


belum menampakan gejala penyakit yang diteliti.
2. Kedua kelompok diikuti ke depan berdasarkan sekuens waktu (prospektif).
3. Dilakukan pengamatan untuk mencari insidensi penyakit (efek) pada kedua
kelompok.
4. Insidensi penyakit pada kedua kelompok dibandingkan menggunakan
perhitungan statistik untuk menguji hipotesis tentang hubungan sebab akibat
antara paparan dan insidensi penyakit (efek) (Budiarto, 2002).

Kesimpulan hasil penelitian diketahui dengan membandingkan subyek yang


mempunyai efek positif (sakit) antara kelompok subyek dengan faktor resiko positif
dan faktor resiko negatif (Kelompok kontrol) (Budiharto, 2008).

2 Tujuan

Kegunaan yang diperoleh dengan penelitian kohort sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perkembangan normal (ontogenik) yang terjadi dengan


berjalannya waktu karena intervensi yang dilakukan oleh alam berupa
“waktu”. Misalnya, mempelajari pertumbuhan dan perkembangan anak
selama 5 tahun sejak dilahirkan.
2. Untuk mempelajari timbulnya penyakit secara alamiah akibat patogenik yang
dilakukan oleh orang yang bersangkutan secara sengaja, misalkan merokok
atau tidak sengaja memakan makanan atau minuman yang tercemari bakteri
patogen. Misalnya mempelajari hubungan antara rokok dan penyakit jantung
koroner atau mempelajari terjadinya kejadian luar biasa pada keracunan
makanan.
3. Untuk mempelajari perjalanan klinis suatu penyakit (patogresif), misalnya
perkembangan penyakit karsinoma payudara.
4. Untuk mempelajari hubungan sebab-akibat.
5. Untuk mempelajari insidensi penyakit yang diteliti (Gordis,2004).
3 Karakteristik Penelitian Kohort

1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
(Nuraini, 2010).

4 Bentuk – bentuk studi kohort

Studi kohort pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok utama yakni

 kohort prospektif
 kohort retrospektif (historical cohort study).
 modi-fikasi studi kohort yakni nested case-control study yakni suatu
bentuk pengamatan kohort yang menggunakan analisis bentuk kasus-
kelola (case control study).
(1) Kohort Prospektif
Bentuk pengamatan dimulai pada saat populasi kohort belum mengalami
akibat yang diteliti dan hanya diketahui kelompok yang terpapar (berisiko)
dan yang tidak terpapar.
Bentuk ini ada dua macam yaitu
 kohort prospektif dengan pembanding internal
kelompok yang terpapar dan yang tidak terpapar
sebagai kelompok pembanding atau kontrol berasal dari satu
populasi yang sama.
 kohort prospektif dengan pembanding eksternal
kelompok terpapar dan kelompok pembanding tidak
berasal dari satu populasi yang sama.

Dari hasil pengamatan kohort tersebut, peneliti dapat menghitung insiden


kejadian dari kelompok yang terpapar dan insiden kejadian dari kelompok
yang tidak terpapar dan kemudian dapat dihitung; angka resiko relatif
hasil pengamatan.
Tabel1(Sastroasmoro,1995).

(2) Kohort Retrospektif


Umumnya studi kohort bersifat prospektif, di mana peneliti memulai
pengamatan dengan mengidentifikasi kelompok dengan faktor risiko
(terpapar) dan kelompok tanpa faktor risiko (tidak terpapar), kemudian
diamati akibat yang diharapkan terjadi sepanjang waktu tertentu.
Dilakukan dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan pada waktu
yang lalu. Umpamanya seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor-
faktor risiko dari 78 orang penderita stroke yang berasal dari kelompok
pegawai perusahaan tertentu yang dijumpai dalam dua tahun terakhir,
dengan menelusuri catatan kesehatan penderita tersebut sejak bekerja pada
perusahan yang dimaksud.
Peneliti mencoba mengamati factor risiko yang berhubungan dengan
penyakit tersebut . Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan
kohort biasa, tetapi yang diamati adalah faktor risiko masa lalu yang
diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan demikian, bentuk
penelitian retrospektif kohort hanya dapat dilakukan bila data tentang
faktor risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada
populasi yang sama dengan efek yang ditemukan pada awal pengamatan
(Sastroasmoro,1995).

5 Langkah-langkah Penelitian Kohort

1. Merumuskan pertanyaan penelitian & hipotesis.


Hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian Kanker Mulut.
 Hipotesis: kebiasaan merokok berhubungan dengan kejadian
Kanker Mulut.
 Faktor risiko: kebiasaan merokok.
 Efek yang diteliti: kejadian Kanker Mulut.

2. Menetapkan Kohort
 Tersedianya kelompok subyek tanpa efek tertentu pada awal studi.
 Pembanding internal atau pembanding ekstenal.
 Dapat dipilih dari populasi terjangkau berdasarkan geografi penduduk,
kelompok profesi, rumah sakit, dll.

3. Memilih kelompok kontrol


 Kontrol internal: terbentuk dengan sendirinya (secara alamiah).
Keuntungan: kedua kelompok berasal dari populasi yang sama dan
menggunakan follow-up dengan prosedur yang sama.
 Faktor risiko internal (kerentanan thdp penyakit) dan eksternal
(faktor lingkungan).
 Perbedaan kedua kelompok dapat hanya berupa derajat paparan
(mis:perokok aktif dan pasif).
 Matching.

4. Identifikasi variabel penelitian


 Didefinisikan dengan jelas
 Faktor risiko internal & faktor risiko eksternal.
 Perhatikan variabel lain yang tidak diteliti  confounding
variables  dikeluarkan.
 Pembatasan variabel faktor risiko.

5. Mengamati timbulnya efek


 Pengamatan dalam periode tertentu.
 Lama waktu pengamatan tergantung pada karakteristik penyakit
atau efek yang diteliti.
 Loss to follow-up. Batas: 10% untuk studi klinis dan 15 % untuk
studi lapangan.
 Pengamatan tunggal: dilakukan 1X pada akhir penelitian.
 Pengamatan berkala: periodik menurut interval waktu yang
ditetapkan sampai akhir penelitian.

6. Analisis Hasil.
 Studi insiden.
 Membandingkan insiden penyakit antara kelompok dengan faktor
risiko dengan kelompok tanpa risiko  Risiko Relatif (Relative Risk
 RR).
 Menyertakan interval kepercayaan (Sastroasmoro,1995).

6 Kelebihan dan Kelemahan Penelitian kohort

6.1 Kelebihan
1. Dapat membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok subyek dengan faktor
resiko positif dan subyek dari kelompok kontrol sejak awal penelitian.
2. Secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari waktu ke waktu.
3. Keseragaman observasi terhadap faktor resiko maupun efek dari waktu ke
waktu.

6.2 kelemahan
1. Memerlukan waktu penelitian yang relatif cukup lama
2. Memerlukan sarana dan prasarana serta pengolahan data yang lebih rumit.
3. Kemungkinan adanya subyek penelitian yang drop out sehingga mengurangi
ketepatan dan kecukupan data untuk dianalisis.
4. Menyangkut etika sebab faktor resiko dari subyek yang diamati sampai
terjadinya efek, menimbulkan ketidaknyamanan bagi subyek.
7 Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Penelitian Kohort
1. Sampel dimulai dengan adanya paparan atau tidak
2. Peneliti harus mengetahui status keterpaparan subyek
3. Untuk memperoleh “n” subyek terpapar perlu memeriksa “n” subyek, yang
banyaknya tergantung proporsi paparan di populasi
4. Kohort dapat dilakukan secara retrsopektif dg menggunakan rekam medis atau
catatan yang ada (Ayu, 2010).

8 Perbedaan cohort dan studi case control

Tabel2(Hiremat,2007).
Studi Case Control Studi Cohort

Proses dari efek hingga penyebab Proses dari penyebab hingga efek
Dimulai dari penyakit Dimulai dari orang yang terpapar faktor
resiko
Mempelajari tingkat eksposur pada Menguji frekuensi penyakit pada orang
orang yang terpapar dan tidak yang terpapar dan tidak terpapar
terpapar
Pendekatan pertama dengan Pengujian hipotesis dijadikan cadangan
menguji hipotesis
Meliputi subjek dalam jumlah Meliputi subjek dalam jumlah besar
sedikit
Sumber daya dan waktu yang Membutuhkan waktu dan biaya lebih
sedikit
Cocok untuk penyakit yang jarang Sulit untuk penyakit yang jarang
terjadi
Menghasillkan odd ratio Menghasilkan tingkat insidensi, relative
risk, attributable risk, attributable risk
populasi
Tidak dapat menghasilkan Dapat memperoleh informasi mengenai
informasi mengenai penyakit selain penyakit selain yang diteliti
yang dipilih

Ayu, Sanyta. 2010. Desain Penelitian. (Online),


(http://sanytaayu.blogspot.com/2010/12/desain-penelitian.html, Diakses pada
Tanggal 7 Oktober 2018)
Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran.Jakarta : EGC

Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta:
EGC

Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu


Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC

Gordis, Leon. 2004. Epidemiology. Philadelphia : Elsevier Saunders

Nuraini, Siska. 2010. Penelitian Kohort. (Online),


(http://siskanuraini08.studentsblog.undip.ac.id/2010/11/04/penelitian-kohort/,
Diakses pada Tanggal 7 Oktober 2018)

Sastroasmoro, Sudigdo dkk. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.


Jakarta: Binarupa

Hiremat SS. 2007. Textbook of Preventive and Community Dentistry. Bangalore :


Elsevier. Hal 23-29.

Anda mungkin juga menyukai