Anda di halaman 1dari 12

Materi kelompok 3

Desain penelitian kohort


Kohort
Penelitian kohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survey
(non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara factor resiko dengan
efek (penyakit). Faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu kemudian diikuti ke
depan secara prospektif timbulnya efek yaitu penyakit atau salah satu indicator status
kesehatan. Contoh klasik studi kohort adalah Framingham Heart Study.
Rancangan penelitian kohort disebut juga sebagai survey prospektif meskipun
sesungguhnya kurang tepat. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian
epidemiologis noneksperimental yang paling kuat mengkaji hubungan antara faktor risiko
dengan dampak atau efek suatu penyakit.
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan longitudinal ke depan, dengan mengkaji
dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek suatu penyakit. Pendekatan yang
dilakukan adalah mengidentifikasi faktor risiko, kemudian dinamikanya diikuti atau diamati
sehingga timbul suatu efek atau penyakit.
Kesimpulan hasil penelitian diketahui dengan membandingkan subyek yang mempunyai
efek positif (sakit) antara kelompok subyek dengan faktor risiko positif dan faktor risiko
negative (kelompok kontrol).

Kelebihan penelitian Kohort :


a. Dapat membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok subyek dengan faktor risiko
positif dan subyek dari kelompok control sejak awal penelitian.
b. Secara langsung menetapkan besarnya angka risiko dari waktu ke waktu.
c. Keseragaman observasi terhadap faktor risiko maupun efek dari waktu ke waktu.

Kekurangan penelitian Kohort :


a. Memerlukan waktu penelitian yang relative cukup lama.
b. Memerlukan sarana dan prasarana serta pengolahan data yang lebih rumit.
c. Kemungkinan adanya subyek penelitian yang drop out sehingga mengurangi ketepatan
dan kecukupan data untuk dianalisis.
d. Menyangkut etika sebab faktor risiko dari subyek yang diamati sampai terjadinya efek,
menimbulkan ketidaknyamanan bagi subyek.
Contoh penelitian retrospektif kohort: penelitian yang dilakukan oleh National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH) yang bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa
energy yang dihasilkan oleh video display terminal (VDT’s) dimungkinkan dapat menybabkan
keguguran secara spontan
Penelitian Kohort
Adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik observasional yang
mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara
membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar berdasarkan
status penyakit.
Ciri-ciri Penelitian Kohort :
1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohor retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
Kelebihan Penelitian Kohort :
1. Kesesuaian dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal
2. Dapat menghitung laju insidensi
3. Untuk meneliti paparan langka
4. Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan

Kekurangan Penelitian Kohort :


1. Lebih mahal dan butuh waktu lama
2. Pada kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
3. Tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka
4. Risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi
rendah atau meninggal

Langkah-langkahnya :
1. Merumuskan pertanyaan penelitian.
2. Penetapan populasi kohort.
3. Penetapan Besarnya sampel.
4. Pencarian sumber keterpaparan.
5. Pengidentifikasian subyek.
6. Memilih kelompok control.
7. Pengamatan hasil luaran.
8. Perhitungan hasil penelitian.
Tabel Analisis Kohort :
Perhitungan Relative Risk
Outcome+ outcome-
a b

c d
Exposure+
Exposure-
a+c b+d

Desain Penelitian Epidemiologi


Cohort
Study cohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan

cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok tidak terpapar berdasarkan

status paparannya. Ciri-ciri studi cohort adalah pemilihan subjek berdasarkan status paparannya, dan

kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subjek dalam perkembangannya mengalami
penyakit atau tidak.

Pada saat mengidentifikasi status paparan semua subjek harus bebas dari penyakit yang diteliti. Studi

cohort disebut juga studi follow-up (kleinbaum et al., 1982; Rothman, 1986), sebab cohort diikuti dalam
suatu periode untuk diamati perkembang penyakit yang dialaminya.

Kelebihan

1. Study cohort adalah kesesuainnya dengan logika studi eksperimental dalam membuat inferensi

kausal yaitu penelitian dimulai dengan menentukan faktor penyebab diikuti dengan akibat.

Karena pada saat dimulai penelitian telah dipastikan bahwa semua subjek tidak berpenyakit.

2. Peneliti dapat menghitung laju insidensi, sesuatu hal yang hampir tidak mungkin dilakukan pada

studi case control, sehingga perhitungan rasio laju insidensi harus didekati dengan rasio odds.

3. Studi cohort sesuai untuk meneliti paparan yang langka. Dalam hal ini rancangan yang efisien

adalah memilih subjek berdasarkan status paparan, untuk memastikan diperolehnya ukuran

sample yang cukup untuk menguji hipotesis.

4. Studi cohort memungkinkan peneliti mempelajari jumlah efek secara serentak.

5. Karena bersifat opserfasional maka tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena tidak
mendapat terapi yang bermanfaat, atau mendapat paparan faktor yang merugikan kesehatan.

Kelemahan

1. Rancangan studi cohort prospektif lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada

studi case control.

2. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali jika ukuran

sampel sangat besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup tinggi.

3. Hilangnya subjek selama penelitian, karena migrasi, tingkat partisipasi rendah atau meninggal dan

sebagainya merupakan problem yang mengganggu validitas penelitian. Jika subjek yang hilang
cukup besar atau walaupun sedikit tetapi hilangnya itu berkaitan dengan paparan dan penyakit
yang diteliti, maka temuan penelitian menjadi tidak valid karena adanya bias hilang waktu follow-

up.

4. Karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih duhulu pada awal penelitian, maka studi

cohort tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor etiologi lainnya untuk
penyakit itu, tatkala penelitian berlangsung.

Contoh

Di dalam suatu populasi ingin diteliti apakah orang obesitas menyebabkan hipertensi. Jika dalam 1

populasi terdapat 1000 penduduk. Kemudian dari populasi tersebut ditentukan kelompok yang obesitas

dan kelompok yang tidak obesitas. Dari masing-masing kelompok diikuti selama 1 tahun ke depan.

Kemungkinannya, pada kelompok obesitas bisa ditemukan hipertensi dan tidak hipertensi, pada kelompok
tidak obesitas juga dapat ditemukan hipertensi dan tidak hipertensi.

Desain studi epidemiologi (studi observasional)

1. Studi Kohort
Studi kohort merupakan penelitian epidemiologic analitik non-
eksperimental yang mengkaji hubungan antara factor risiko merupakan
suatu penelitian survei ( non ksperimen ) yang paling baik dalam
menghubungkan antara faktor resiko dengan efek ( Penyakit ).
Penelitian cohort digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor resiko dengan efek melalui pendekatanlongitudinal ke
depan atau prospektif. Artinya faktor resiko yang akan dipelajari
diidentifikasi dulu kemudian diikuti ke depan secara prospektif
timbulnya efek, yaitu : penyakit atau salah satu indikator status
kesehatan.

Penelitian Cohort membandingkan proporsi subjek yang menjadi sakit (


efek positif ) antara kelompok subjek yang diteliti dengan faktor positif
dengan kelompok subjek dengan faktor resiko negatif ( kelompok
kontrol ).

Penelitian observasional analitik yang didasarkan pada pengamatan


sekelompok penduduk tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal
ini kelompok penduduk yang diamati merupakan kelompok penduduk
dengan 2 kategori tertentu yakni yang terpapar dan atau yang tidak
terpapar terhadap faktor yang dicurigai sebagai faktor penyebab.
Penelitian ini (cohort) adalah kebalikan dari case control. faktor resiko
(penyebab) telah diketahui terus diamati secar terus menerus akibat
yang akan ditimbulkannya.

Langkah-langkah pelaksanan penelitian cohort:

a.Identifikasi faktor-fakor rasio dan efek

b.Menetapkan subjek penelitian ( menetapkan populasi dan sampel )

c.Pemilihan subjek dengan faktor resiko positif dari subjek dengan efek
negatif

d.Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol

e.Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang


ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada
kedua kelompok

f.Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang


mendapatkan efek positif dengan subjek yang mendapat efek negatif
baik pada kelompok resiko positif maupun kelompok kontrol.

Kohort

Skema dasar penelitian

Dari skema di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :


Penelitian di mulai dengan mengidentifikasi subyek yang dalam hal ini anak
sekolah tanpa efek dan tanpa factor risiko. Artinya pada awal penelitian, subyek
yang diambil adalah subyek yang sehat tanpa thypoid dan belum terpajan factor
risiko. Kemudian mereka diikuti, sebagian akan terpajan factor risiko atau factor
risiko (+) yang da;am hal ini yang dianggap factor risiko (+) adalah kebiasaan
jajan di sekolah, dan kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan
sebagian yang lain tidak terpajan factor risiko (factor risiko (-), kebiasaan tidak
jajan di sekolah, dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan). Pengamatan
diteruskan sampai waktu tertentu, kemudian dibandingkan insiden efek pada
kelompok dengan factor risiko dengan insiden efek pada kelompok tanpa factor
risiko

METODE PENELITIAN
Studi Kohort
Berlawanan dengan studi kasus-kontrol yang dimulai dengan identifikasi efek.
Pada penelitian kohort yang diidentifikasi dulu adalah kasusnya, kemudian
subyek diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk mencari ada
tidaknya efek. Pada penelitian kohort murni (internal), yang diamati adalah
subyek yang belum mengalami pajanan factor risiko serta belum mengalami
faktor efek. Subyek yang terpajan menjadi kelompok yang diteliti, sedang
subyek yang tidak terpajan menjadi kontrol. Kedua kelompok tersebut kemudian
diikuti selama periode waktu tertentu, dan ditentukan apakah telah terjadi efek
atau penyakit yang diteliti sedangkan pada studi kohort eksternal apabila subyek
yang dipilih sudah terkena factor risiko namun belum mengalami efek dan
kelompok pembanding dipilih dari subyek lain yang tanpa pajanan factor risiko
dan tanpa efek.
Modifikasi Rancangan Studi Kohort
a.Studi Kohort Retrospektif
Pada desain ini, peneliti mengidentifikasi factor risiko dan efek pada kohort yang
telah terjadi di masa lalu namun kejadian efek ditelusur prospektif dilihat dari
saat pajanan risiko. Jenis analisis yang digunakan sama dengan pada studi
kohort prospektif. Kesahihan hasil studi ini sangat bergantung pada kualitas data
pada rekam medik atau catatan yang dipergunakan sebagai sumber data.
b.Studi kohort berganda
Pada studi kohort berganda dengan kelompok pembanding eksternal, penelitian
dimulai dengan kedua kelompok subyek dari populasi yang berbeda, yakni satu
kelompok dengan factor risiko dan kelompok lain tanpa faktor risiko. Desain ini
lebih sering digunakan ketimbang studi kohort dengan kelompok pembanding
internal. Pendekatan metodologis pada rancangan penelitian kohort berganda ini
dapat dilaksanakan dengan cara prospektif maupun retrospektif.
c.Nested case-control study
Jenis studi ini secara harfiah berarti terdapatnya bentuk studi kasus-kontrol
yang bersarang (nested) di dalam rancangan penelitian kohort. Data yang
digunakan adalah data yang diperoleh dari studi kohort. Setelah penelitian
kohort selesai maka diperoleh sejumlah subyek dengan efek yang positif yang
berasal dari kelompok yang terpajan dan kelompok control.
Keunggulan studi in, yaitu penghematan biaya karena pemeriksaan laboratorik
pada factor risiko hanya dilakukan pada kelompok kasus dan kantrol bukan pada
semua subyek penelitian studi kohort, selain itu studi ini lebih unggul disbanding
studi kasus-kontrol biasa karena sampel kontrolnya ditarik dari populasi yang
sama dengan populasi kasus.
Contoh : Hubungan antara pemberian susu formula pada masa
neonates(formula dini) berkaitan dengan peningkatan kejadian asma dibawah
usia 1 tahun (asma dini)
Jika pada studi kohort, yaitu dengan mengamati bayi baru lahir, mencatat yang
diberi formula dini dan yang tidak.
Kelebihan :
1.Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insidens dan
perjalanan penyakit atau efek yang diteliti
2.Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika antara
hubungan factor risiko dengan efek secara temporal
3.Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan
progresif
4.Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu
factor risiko tertentu
5.Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, studi kohort
memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang
makin meningkat.
Kekurangan :
1.Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama
2.Sarana dan biaya biasanya mahal
3.Studi kohort seringkali rumit
4.Kurang efisien dari segi waktu dan biaya untuk meneliti kasus jarang
5.Terancam drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau factor
risiko dapat mengganggu analisis lain
6.Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti
membiarkan subyek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap dapat
merugikan subyek.
RANCANGAN PENELITIAN EPIDEMIOLOGI
(OBSERVASIONAL ANALITIK)
Studi cohort

Adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik observasional yang mempelajari hubungan antara
paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak
terpapar berdasarkan status penyakit.

gambar 3. skema rancangan penelitian cohort

terpapar (E) --> sakit (D)

--> tidak sakit (D)

tidak terpapar (E) --> sakit (D)

--> tidak sakit (D)

Ciri-ciri:

Pemilihan subyek berdasarkan status paparannya, kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan
apakah subyek mengalami outcome yang diamati atau tidak. Bisa bersifat retrospektif atau
prospektif.
Karakteristik:

1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder

Keuntungan:

1. Kesesuaian dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal


2. Dapat menghitung laju insidensi
3. Untuk meneliti paparan langka
4. Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan

Kelemahan:

1. Lebih mahal dan butuh waktu lama


2. Pada kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
3. Tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka
4. Risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi rendah
atau meninggal

Perhitungan Relative Risk (RR)

outcome+ outcome- jumlah

Exposure + a b a+b

Exposure – c d c+d

jumlah a+c b+d a+b+c+d

RISIKO RELATIF (RR)= a/(a+b) : c/(c+d)

1. RR = 1, faktor resiko bersifat netral


2. RR>1; Confident Interval (CI)> 1, faktor resiko menyebabkan sakit

3. RR< 1; Confident interval (CI)< 1, faktor risiko mencegah sakit

Contoh soal:

Dalam penelitian tentang hubungan antara alkohol dengan terjadinya hemorage stroke diambil 2916
orang yang tidak minum alkohol dan 4960 orang peminum alkohol yang diikuti selama 12 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 197 orang peminum alkohol dan 93 orang bukan peminum
alkohol mengalami stroke. Hitunglah besar resiko relatifnya!

outcome+ outcome- jumlah

Exposure + 197 4763 4960

Exposure – 93 2823 2916

jumlah 290 7586 7876

RISIKO RELATIF (RR) = a/(a+b) : c/(c+d)

= 197/4960 : 93/2916

= 1,25

RR>1; Confident Interval (CI)> 1, faktor resiko menyebabkan sakit

DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH


PENDEKATAN COHORT

 Penelitian Analitik dengan pendekatan Cohort adalah penelitian dimana


pengambilan data variabel bebas (sebab) dilakukan terlebih dahulu, setelah
beberapa waktu kemudian baru dilakukan pengambilan data variabel
tergantung (akibat)
 Populasi pada penelitian ini adalah semua responden yang mempunyai
kriteria variabel sebab (sebagai kelompok studi)
 Pada penelitian Cohort perlu kontrol, yaitu kelompok yang tidak mempunyai
kriteria variabel sebab
 Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia
Subur
 Jika penelitian menggunakan pendekatan Cohort, maka populasinya adalah:
 Semua Wanita Usia Subur yang menggunakan Depo Propera (kelompok
studi)
 Sedangkan kelompok kontrolnya adalah: semua WUS yang tidak
menggunakan Depo Propera
 Setelah diamati beberpa waktu tertentu (misal 1 tahun), dilakukan
pengambilan data obesitas (variabel akibat), baik pada kelompok sebab
maupun kelompok akibat
 Kemudian data kedua kelompok studi dan kontrol dianalisa dengan
menggunakan uji statistik yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai