Anda di halaman 1dari 7

PEMBUATAN DAN PEMERIKSAAN SIMPLISIA

ROSNANI (K1A015032)

PENDAHULUAN
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipakai sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan.
Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat (isi yang
secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat
nabati lainnya yang dikeluarkan dari tanamannya (Anonim, 1978). Dalam pembuatan simplisia,
umumnya ada beberapa tahapan yaitu pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,
perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu
simplisia (Sudrajat, 2004).
Lengkuas yang merupakan anggota famili Zingeberaceae adalah salah satu jenis rempah-
rempah Indonesia. Rimpang lengkuas telah digunakan sebagai salah satu bumbu masak selama
bertahun-tahun dan tidak pernah menimbulkan masalah. Terdapat dua jenis lengkuas, yaitu
lengkuas merah dan lengkuas putih. Secara tradisional, lengkuas sering digunakan sebagai obat
sakit perut, karminatif, antijamur, antigatal, antiinflamasi, antialergi, dan antihipoglikemik.
(Darmawan, 2013). Sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu produk herbal
yang biasanya dalam bentuk simplisia. Berdasarkan alasan tersebut, tujuan praktikum ini yaitu
untuk mengaplikasikan langkah-langkah pembuatan simplisia serta pemeriksaannya.

MATERIAL DAN METODE PRAKTIKUM


Material
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu baskom pencucian, pisau, alas pemotong,
plastik wadah simplisia, lemari pengering, belender dan mikroskop. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu sampel lengkuas, air pencuci dan klorhidrat.

Metode
 Pencucian, Sortasi Basah, Perajangan dan Pengeringan
Sampel Lengkuas
-Dipisahkan dari kotoran dan bahan asing
- Dicuci menggunakan air bersih
-Ditiriskan beberapa saat
Hasil
-Dilakukan perajangan menggunakan pisau (pengecilan ukuran sampel/pemotongan)
-Dikeringkan sampel yang telah dirajang didalam oven simplisia (dibawah lampu)
Hasil
 Sortasi Kering, Pengepakan, dan Pemeriksaan Simplisia
Sampel kering yang telah dirajang
- Dipisahkan kotoran-kotoran yang masih tertinggal atau bagian tanaman yang rusak
Hasil
-Disimpan sebagian pada wadah yang telah disediakan
-Diperiksa sebagian kualitas simplisia secara mikroskopik dan makroskopik
Hasil

 Pemeriksaan Secara Makroskopik


Simplisia kering
-Diamati bentuk, warna, bau dan ukuran
Hasil
 Pemeriksaan Secara Mikroskopik
Simplisia kering
-Dibelender hingga halus
-Diambil sedikit dan diletakkan diatas kaca preparat
-Ditetesi 1 tetes larutan Kloralhidrat
-Diamati di bawah mikroskop pada 40x, 100x, dan 400x
Hasil

PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM


Pembuatan simplisia umumnya ada beberapa tahapan yaitu pengumpulan bahan baku,
sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan
pemeriksaan mutu simplisia (Sudrajat, 2004). Menurut Prasetyo dan Entang( 2013) :
1. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya
dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat bahan-
bahan asing seperti kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta kotoran lain harus
dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh karena itu
pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah  mikroba awal.
2. Pencucian
Pencucian bahan dilakukan untuk  menghilangkan  tanah dan kotoran lain yang melekat 
pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih misalnya dari mata air, air sumur atau
air PAM. Simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dicuci dalam air yang mengalir,
pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pencucian sayur-sayuran satu kali
dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dillakukan pencucian sebanyak tiga kali,
jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat
membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya
terdapat pada permukaan bahan simplisia. Jika bahan yang dicucu telah dikupas, bahan tersebut
mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.
Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia.
Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan
bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat
mempercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah pseudomonas,
proteus, micrococcus, bacillus, streptococcus, escherichia. Pada simplisia akar, batang atau buah
dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena
sebagian besar mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia.
3. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan
simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,  pengepakan dan penggilingan.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau dengan mesin perajangan khusus sehingga
diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang seragam sesuai yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga  mempercepat
waktu pengeringan. Akan tetapi, irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya
atau hilangya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan
rasa yang diinginkan. Oleh karena itu, bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur,
lengkuas, kunyit dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah
berkurangnya kandungan senyawa yang mudah menguap seperti minyak atsiri(flavonoid). Selama
perajangan seharusnya  jumlah mikroba tidak bertambah.
4. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan
reaksi enzimatik dapat mencegah perusakan atau penurunan mutu simplisia.
Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media
pertumbuhan kapang jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel masih dapat bekerja
menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih
mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi
enzimatik yang merusak tidak terjadi karena adanya keseimbangan  antara proses-proses
metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang
segera setelah sel tumbuhan mati. Dari hasil penelitian diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak
berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%. Dengan demikian proses pengeringan
sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang
dari 10%.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan
suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan,  kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada
pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat dari plastik.
5. Sortasi Kering
Sortasi kering dilakukan setelah proses pengeringan dan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia . Tujuan sortasi kering ini untuk memisahkan pengotor-pengotor yang tidak
diinginkan dan masih tertinggal pada simplisia kering.
6. Pengepakan dan Penyimpanan
Pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat mengakibatkan 
kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan, pewadahan persyaratan gudang
simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya penyebab kerusakan pada
simplisia yang utama adalah air dan kelembababan.
Suhu yang baik untuk simplisia umumnya adalah suhu kamar (15° – 30°C). Untuk simplisia
yang membutuhkan suhu sejuk dapat disimpan pada suhu (5 – 15°C) atau simplisia yang perlu
disimpan pada suhudingin (0° – 5°C) (Agoes, 2007).
Tabel Hasil Pengamatan Tiap-tiap Langkah
Perlakuan Hasil pengamatan Perlakuan Hasil pengamatan

1. Sampel 2. Sortasi
Lengkuas Basah
3. Perajangan
4. Pengeringan

6. Pengepakan
5. Sortasi
dan
Kering
Pengemasan

Pada pemeriksaan simplisia dilakukan secara makroskopik dan mikroskopik. Pada


pemeriksaan makroskopik, didapatkan bahwa simplisia rimpang lengkuas mempunyai bentuk dan
ukuran yang beragam dan tidak beraturan karena sudah kering dan menyusut, berwarna coklat dan
berbau aromatik khas lengkuas.
Hasil Pemeriksaan Simplisia Secara Makroskopik

Simplisia Utuh Rimpang Lengkuas Serbuk Simplisia Rimpang Lengkuas


Sedangkan pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan mengambil sedikit serbuk
simplisia dan diletakkan pada kaca preparat kemudian diteteskan dengan larutan klorhidrat, fungsi
kloralhidrat adalah untuk mempermudah pengamatan karena larutan ini dapat memisahkan
fragmen-fragmen yang ada kemudian melisiskan sel, sehingga dapat diamati bentuk fragmen-
fragmen sel penyusunnya secara spesifik. Menurut Khoerunnisa (2015) hasil pemeriksaan secara
mikroskopik serbuk simplisa lengkuas, ditemukan fragmen epidermis berhimpitan dengan sel
gabus, parenkim dengan sel minyak, butiran amilum, fragmen serabut sklerenkim dengan dinding
sel tebal, fragmen xylem dengan pembuluh tangga.

Hasil Pemeriksaan Simplisia Secara Mikroskopik


Hasil pengamatan

Jaringan Sklerenkim,
Epidermis, Butir Amilum dan
(Perbesaran 40x) (Perbesaran 100x)
Jaringan Parenkim
(Perbesaran 400x)
Menurut Koerunnisa(2015)

Jaringan Epidermis
Butiran Amilum berbentuk Sklerenkim dengan dinding
berhimpitan dengan Jaringan
lonjong dan bulat telur tebal
Gabus
(perbesaran 400x) (perbesaran 100x)
(perbesaran 100x)

Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopik, didapatkan serbuk simplisia lengkuas


terdiri atas jaringan sklerenkim dengan dinding tebal, jarinngan epidermis berhimpitan dengan
jaringan gabus, terdapat butir amilum yang lonjong, serta jaringan parenkim yang dipenuhi dengan
sel-sel minyak yang merupakan ciri khas dari rimpang-rimpangan yang mengandung minyak atsiri.
Pemeriksaan mikroskopik bertujuan untuk mencari unsur-unsur anatomi yang khas, sehingga dapat
diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia
(Depkes RI, 1987).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah dalam pembuatan simplisia adalah pengumpulan sampel, sampel disortasi basah dan di
cuci untuk menghilangkan kotoran, selanjutnya dikeringkan dibawah lampu (dalam oven simplisia)
atau dijemur dibawah sinar matahari, setelah kering disortasi kering lalu dikemas dan disimpan.
Jika perlu dilakukan pemeriksaan secara makroskopik dan mikroskopik untuk mengetahui
kekhasan dari sampel sinplisia yang dibuat. pada sampel simplisia lengkuas secara makroskopik
akan mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam dan tidak beraturan karena sudah kering dan
menyusut, berwarna coklat dan berbau aromatik khas lengkuas. Sedangkan secara mikroskopik
serbuk simplisia lengkuas terdiri atas jaringan sklerenkim dengan dinding tebal, jarinngan
epidermis berhimpitan dengan jaringan gabus, terdapat butir amilum yang lonjong, serta jaringan
parenkim yang dipenuhi dengan sel-sel minyak yang merupakan ciri khas dari rimpang-rimpangan
yang mengandung minyak atsiri.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin., 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung : Penerbit ITB.
Anonim., 1978. Materia Medika Indonesia II. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim., 1987. Analisis Obat Tradisional I. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Darmawan, Dyka Arief., 2013. Efektivitas Ekstrak Etanol Lengkuas Putih (Alpinia Galanga L.Willd.)
dalam Menghambat Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro. Malang : Universitas
Brawijaya.
Khoerunnisa, Utami., 2015. Studi Farmakognosi Rimpang dan Uji Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri
Rimpang Lengkuas ( Alpinia galangal L.). Surabaya : Universitas Airlangga.
Sudrajat, Heru., 2004. Pengaruh ketebalan irisan dan lama perebusan (blanching)terhadap
gambaran makroskopik dan kadar minyak atsiri simplisia dringo (acorus calamus L.). Media
of Health Research and Development., 14(1).
Prasetyo dan Entang., 2013. Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-Obatan (Bahan Simplisia).
Bengkulu : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB.

Anda mungkin juga menyukai