Anda di halaman 1dari 7

Smk kesehatan Bhakti Medika Wiyata Kristen Magelang BAB

PEMBUATAN SIMPLISIA 3

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apa
pun juga dan kecuali dinyatakan lain. Simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Tanaman obat yang
menjadi sumber simplisia nabati merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, simplisia harus
memenuhi persyaratan minimal dan untuk dapat memenuhhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang
berpengaruh, antara lain bahan baku simplisia dan proses pembuatan simplisia. Proses pembuatan simplisia
merupakan proses tindak lanjut setelah bahan baku simplisia selesai dipanen sehingga sering disebut proses
pascapanen.
Tumbuhan liar umumnya kurang baik untuk dijadikan sumber simplisia jika dibandingkan dengan
tanaman budi daya karena simplisia yang dihasilkan mutunya tidak tetap.

 TAHAPAN PEMBUATAN SIMPLISIA


Adapun tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah :
1. Pengumpulan bahan baku
Pengumpulan bahan baku (kadar senyawa aktif) dalam suatu simplisia berbeda-beda, antara lain
bergantung pada :
a. Bagian tanaman yang digunakan
b. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
c. Waktu panen
d. Lingkungan tempat tumbuh
Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses budi daya tanaman obat. Waktu cara
panen dan penanganan bahan setelah panen merupakan periode kritis yang sangat menentukan kualitas
dan kuantitas hasil tanaman. Oleh sebab itu, waktu, cara panen, dan penanganan tanaman yang tepat
dan benar merupakan faktor penentu kualitas dan kuantitas.

2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar
atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak
lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau
bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam
bahan.

3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan
simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur, atau air PAM.
Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian
dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran
satu kali, dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal. Jika dilakukan pencucian sebanyak
tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat
membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya
mengandung juga sejumlah mikroba.

Farmakognosi Dasar – X Teknologi Farmasi


Smk kesehatan Bhakti Medika Wiyata Kristen Magelang

Cara sortasi dan pencucian sangat memengarugi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia.
Misalnya jika air digunakan untuk pencucian kotor, jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia
dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat
pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus,
Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan Esherichis. Pada simplisia akar, batang, atau
buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena
sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan simplisia. Bahan yang telah dikupas
tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan
bersih.

4. Perajangan
Perajangan bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, peng-
emasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada
bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang, buah dan lain-lain.
Ukuran perajangan bergantung dari bahan yang digunakan dan berpengaruh terhadap kualitas
simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yg terkandung dalam
bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan
waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.

5. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi
kadar air sehingga proses pembusukan dapat terhambat. Hasil panen tanaman obat untuk pembuatan
simplisia umumnya perlu segera dikeringkan. Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air, untuk
menjamin dalam penyimpanan, mencegah pertumbuhan jamur, serta mencegah terjadinya proses atau
reaksi enximatik yang dapat menurunkan mutu. Dakam pengeringan, faktor yang penting adalah
suhu, kelembapan dan aliran (ventilasi). Sumber suhu dapat berasal dari matahari atau dapat pula dari
suhu buatan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “ face hardening”, yaitu
bagian luar bahan sudah kering, sedangkan bagian dalamnya masih basah.
Bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri atau komponen lain yang termolabil hendak-
nya dilakukan pada suhu tidak terlalu tinggi dengan aliran udara berlengas rendah secara teratur.
Simplisia yang mengandung alkaloida umumnya dikeringkan pada suhu kurang dari 70°C. pada
pengeringan tidak terjadi proses pembusukan. Hendaknya simplisia jangan tertumpuk terlalu tebal
sehingga proses penguapan berlangsung dengan cepat. Sering suhu yang tidak terlalu tinggi dapat
menyebabkan warna simplisia menjadi lebih menarik, misalnya pada pengeringan temulawak suhu awal
pengeringan dengan panas buatan antara 50°-55°C.

Farmakognosi Dasar – X Teknologi Farmasi


Smk kesehatan Bhakti Medika Wiyata Kristen Magelang

6. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi
adalah memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan
sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi di
sini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang, sering jumlah akar
yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-
partikel pasir, besi, dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia
dibungkus.

7. Pengepakan dan penyimpanan


Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan. Jenis kemasan yang
digunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat
menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat
melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi (inert). Perlu
diberikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan nama bahan, bagian
dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat
penghasil, berat bersih.metode penyimpanan.
Simplisia sebaiknya disimpan ditempat yang kelembapannya rendah, terlindung dari sinar
matahari dan terlindung dari gangguan serangga dan tikus. Simplisia nabati atau simplisia hewani
harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl ₄,
eter, atau pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai sehingga tidak meninggalkan sisa
yang membahayakan kesehatan.

 PENILAIAN SIMPLISIA
Cara pemeriksaan untuk menilai simplisia
1) Secara Organoleptik
Adalah cara pemeriksaan dengan pancaindra dan meliputi pemeriksaan terhadap bentuk, bau, rasa
pada lidah dan tangan. Kadang-kadang pengamatan dengan pendengaran. Dalam hal ini diperhatikan
bentuk, ukuran, warna bagian luar dan bagian dalam, retakan-retakan atau gambaran-gambaran dan
susunan bahannya (berserat-serat, bergumpal dan lain sebagainya). Pemeriksaan secara organoleptik
harus dilakukan lebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan dengan cara lain karena pada umumnya
pemeriksaan baru dilanjutkan jika penilaian organoleptik memberikan hasil baik. Pada simplisia
bentuk serbuk, pemeriksaan secara mikroskopik dapat dilakukan secara serentak dengan cara
organoleptik.
2) Secara Mikroskopik
Umumnya meliputi pengamatan terhadap irisan melintang dan terhadap serbuk
3) Secara Fisika
Meliputi penetapan daya larut, bobot jenis, rotasi optik, titik lebur, kadar air, sifat-sifat simplisia
dibawah sinar ultraviolet, pengamatan mikroskopik dengan sinar polarisasi dan lain sebagainya.
4) Secara Kimia

Farmakognosi Dasar – X Teknologi Farmasi


Smk kesehatan Bhakti Medika Wiyata Kristen Magelang

Yang bersifat kualitatif disebut identifikasi dan pada umumnya berupa reaksi warna atau pengendapan.
Sebelum reaksi-reaksi tersebut dilakukan, terlebih dahulu diadakan, isolasi terhadap zat yang
dikehendaki, misalnya isolasi dengan cara pelarutan, penyaringan dan mikrosublimasi. Pemeriksaan
secara kimia yang bersifat kuantitatif disebut penetapan kadar.
5) Secara Hayati/Biologi
Pada umumnya bersifat penetapan potensi zat berkhasiat.

 PEMALSUAN DAN PENURUNAN MUTU SIMPLISIA

Pemalsuan umumnya dilakukan secara sengaja, sedangkan penurunan mutu mungkin dilakukan secara tidak
sengaja.
1. Simplisia dianggp bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah
ditetapkan, khususnya persyaratan kadarnya. Mutu rendah ini dapat disebabkan oleh tanaman asal,
cara panen dan pengeringan yang salah, disimpan terlalu lama, terpengaruh kelembapan, panas atau
penyulingan.
2. Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu keadaannya tidak lagi memenuhi syarat, misalnya
menjadi basah oleh air laut, tercampur minyak pelumas eaktu diangkat dengan kapal, dan lain
sebagainya.
3. Simplisia dinyatakan bulukan jika kualitasnya turun karena dirusak oleh bakteri, cendawan, atau
serangga
4. Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat bersama-sama bahan-bahan atau
bagian tanaman lain, misalnya kuncup cengkeh tercampur dengan tangkai cengkeh, daun sena
tercampur dengan tangkai daun.
5. Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja diganti, diolah, atau ditambahi bahan lain yang
tidak semestinya, misalnya minyak zaitun diganti minyak biji kapas tetapi tetap dijual dengan nama
minyak zaitun, tepung jahe yang ditambahi pati terigu agar bobotnya bertambah, ditambah serbuk
cabe agar tetap ada rasa pedasnya, ditambah serbuk temulawak agar warnanya tampak seperti keadaan
semula

 PEMBUATAN SERBUK SIMPLISIA

1. Bersihkan simplisia dari bahan organik asing dan pengotoran lain secara mekanik atau dengan cara
lain yang cocok, keringkan pada suhu yang cocok, haluskan, ayak. Kecuali dinyatakan lain, seluruh
simplisia harus dihaluskan sesuai derajat halus yang ditetapkan.
2. Simplisia yang mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan panas, dkeringkan pada suhu serendah
mungkin, jika perlu dengan pengurangan tekanan udara.
3. Pada pembuatan serbuk simplisia yang mempunyai persyaratan potensi dan kadar zat tertentu,
misalnya serbuk Digitalis dan serbuk Opium, boleh ditambahkan serbuk sejenis yang mempunyai
potensi atau kadar lebih rendah atau lebih tinggi, atau ditambah bahan lain yang cocok, misalnya
laktosa, pati beras, hingga hasil pengolahan terakhir memenuhi persyaratan .

 URAIAN TENTANG SIMPLISIA

1. Buku-buku yang digunakan :


a. Simplisia yang monografinya diuraikan di FI
b. Beberapa simplisia yang monografinya diuraikan di FI dan dianggap masih relevan untuk
diketahui siswa
c. Beberapa simplisia yang monografinya diuraikan dalam MMI (Materia Medika Indonesia)
d. Simplisia yang sediaan galeniknya diuraikan di FI
e. Simplisia didalam bab-bab tertentu masih disebutkan oleh FI baik sebagai ontoh maupun
keterangan lain
2. Uraian masing-masing simplisia meliputi :
a. Nama dan sinonim/nama lain simplisia
b. Tanaman asal simplisia
c. Familia atau keluarga simplisia
d. Isi/zat berkhasiat utama dan persyaratan kadar
e. Penggunaan
f. Pemerian
g. Bagian yang digunakan
h. Keterangan mengenahi :
 Sediaan atau preparat yang terdapat di FI dan Form, Nas yang masih digunakan
 Penyimpanan
 Jenis-jenisnya

Farmakognosi Dasar – X Teknologi Farmasi


Smk kesehatan Bhakti Medika Wiyata Kristen Magelang

 Waktu panen/cara memperoleh


 Keterangan lain yang dianggap perlu.

 GLOSARIUM

1. Amara : Menambah nafsu makan/pahitan


2. Anhidrotika : Mengurangi keluarnya keringat
3. Analgetika : Mengurangi rasa nyeri
4. Antelmintika : Membasmi cacing dari dalam tubuh manusia
5. Antifungi : Membasmi jamur, terutama jamur pada kulit
6. Antihipertensi : Menurunkan tekanan darah
7. Antipiretika : Menurunkan suhu badan
8. Antiemetika : Mencegah atau menghilangkan mual atau muntah
9. Antidiare : Menghentikan buang air besar, mencret atau murus
10 Antineuralgia : Menghilangkan rasa sakit/nyeri dikepala
.
11. Antireumatika : Menghilangkan rasa sakit pada encok/rematik
12 Antispasmodika : Pereda/pelawan keadaan kejang pada tubuh (pereda kejang)
.
13 Antiseptika : Membasmi kuman (desinfeksi)
.
14 Antidotum : Penawar racun
.
15 Antitusif : Pereda batuk
.
16 Antidiabetika : Untuk mengobati kencing manis
.
17 Antihemoroida : Untuk mengobati wasir
.
18 Antiiritansia : Mencegah perangsangan pada kulit dan selaput lendir
.
19 astringensia : Menciutkan selaput lendir atau pori/pengelat
.
20 Dismenorrhoe : Untuk mengobati nyeri haid
.
21 Diaforetika/Sudorifika : Memperbanyak keluarnya keringat (peluruh keringat)
.
22 Digestiva : Merangsang pencernaan makanan
.
23 Diuretika : Melancarkan keluarnya air seni/peluruh air seni
.
24 Dilatator : Melebarkan pembuluh darah
.
25 Depuratif : Pembersih darah
.
26 Ekspektoransia : Mengurangi batuk berdahak
.
27 Emenagoga : Memperbanyak keluarnya haid/peluruh haid
.
28 Emetika : Menyebabkan muntah
.
29 Gonorrhoe : Kencing nanah
.
30 Hair tonic : Menguatkan atau menyuburkan rambut
.
31 Hipotiroidisme : Kekurangan aktivitas dari kelenjar gondok
.
32 Holitosis : Menyegarkan napas
.
33 Hemostatika : Menghentikan perdarahan
.
34 Insektisida : Membasmi serangga
.
35 Kardiaka : Untuk jantung
.

Farmakognosi Dasar – X Teknologi Farmasi


Smk kesehatan Bhakti Medika Wiyata Kristen Magelang

36 Kardiotonika : Untuk penguat kerja jantung


.
37 Kolagoga : Membantu fungsi empedu
.
38 Konstipasi : Sembelit/ susah buang air besar
.
39 Karminativa : Mengeluarkan angin dari dalam tubuh manusia
.
40 Laktagoga : Memperlancar air susu ibu
.
41 Laktifuga : Menghentikan atau mengurangi air susu ibu
.
42 Litotriptika : Menghancurkan batu pada kandung kemih
.
43 Laxantia, laksativa,purgativa : Melancarkan buang air besar/pencahar
.
44 Nephrolitiasis : Penyakit kencing batu
.
45 Neuropsikiatrik : Gangguan saraf kejiwaan
.
46 parkinson : Penyakit dengan ciri adanya tremor (gemetar), tangan serta
. kaki gemetaran pada waktu diam
47 Parkinsonisme : Penyakit yang mirip parkinson
.
48 Parasimpatolitika : Pelawan efek perangsang saraf parasimpatik
.
49 pertutis : Batuk rejan perangsang saraf parasimpatik
.
50 Robornsia/tonikum : Obat kuat
.
51 Stomakika : Memacu enzim-enzim pencernaan
.
52 Skabisida : Obat kudis
.
53 Sedativa : Obat penenang
.
54 Skorbut : Seriawan, gusi berdarah karena kekurangan vitamin C
.
55 Trikomoniasis : Penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur yang hidup di
. atas kulit (dermatofit), jamurnya Trichophyton
56 Urolitiasis : Adanya batu dalam saluran air kemih
.
57 vasodilatansia : Memperlebar pembuluh darah.
.

 SOAL PENGETAHUAN

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat !


1.
1. Pengeringan
2. Sortasi basah
3. Pengumpulan bahan baku
4. Pengubahan bentuk
5. Pencucian
Apabila diurutkan, tahapan pembuatan simplisia adalah .....
a. 5-4-2-1-3 d. 3-2-1-5-4
b. 1-2-3-4-5 e. 3-2-5-4-1
c. 2-4-5-1-3

2. penyortiran basah yang dilakukan setelah selesai panen memiliki tujuan.....


a. Mendapatkan hasil yang kering
b. Mengurangi cemaran yang melekat pada bahan
c. Memperluas permukaan bahan

Farmakognosi Dasar – X Teknologi Farmasi


Smk kesehatan Bhakti Medika Wiyata Kristen Magelang

d. Memisahkan kotoran/bahan asing, bahan yang tua atau muda, ukuran yang besar atau kecil
e. Mengurangi mikroba yang melekat pada bahan.

3. tahapan sortasi kering termasuk dalam tahapan pembuatan simplisia, arti dari sortasi kering adalah....
a. Pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar
b. Pemilihan hasil panen ketika tanaman selesai dicuci
c. Pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan.
d. Pemilihan bahan setelah mengalami sortasi basah
e. Pemilihan bahan setelah mengalami proses pengepakan.

4. Tujuan tahapan pengubah bentuk dalam proses pembuatan simplisia adalah.....


a. untuk membersihkan kotoran yang melekat
b. untuk memperluas permukaan bahan baku
c. untuk menurunkan kadar air
d. untuk melindungi kandungan bahan aktif
e. untuk memberikan kualitas yang baik
5.
1. Suhu
2. Kelembapan
3. Aliran udara
4. Bahan baku
5. Reaksi Kimia
Faktor-faktor yang memengaruhi proses pengeringan adalah :
a. 1,2 dan 3 d. 1,3 dan 5
b. 2,3 dan 4 e. 2,4 dan 5
c. 3,4 dan 5

6. faktor- faktor yang memengaruhi pengepakan dan penyimpanan simplisia adalah....


a. Bahan baku d. Pengubah bentuk
b. Pengerngan e. Luas permukaan
c. Cahaya

7. Proses pengeringan untuk tiap bahan baku berbeda-beda, suhu pengeringan untuk simplisia yang
mengandung alkaloida umumnya dikeringkan pada suhu.....
a. Suhu antara 75°C dan 100°C d. Suhu kurang dari 70°C
b. Suhu lebih dari 70°C e. Suhu lebih dari 121°C
c. Suhu antara -20°C dan -10°C

8. cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya face hardening. Face hardening adalah....
a. Irisan bahan yang terlalu tebal
b. Bahan yang telalu keras
c. Bagian luar bahan sudah kering, sedangkan bagian dalamnya masih basah
d. Bagian luarnya maupun dalam bahan sudah kering
e. Bagian luarnya maupun dalam bahan belum kering

9. Proses penyimpanan simplisia nabati/hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba
sehingga perlu penambahan.....
a. Air, Karbon tetraklorida d. Air, Alkohol
b. Asam sulfat, Kloroform e. Kloroform, Karbon tetraklorida
c. Alkohol, asam sulfat

10. Simplisia yang mudah menyerap air harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan perlu penambahan..
a. Karbon d. Kapur tohor
b. Kloroform e. Asam Sulfat
c. Alkohol

Farmakognosi Dasar – X Teknologi Farmasi

Anda mungkin juga menyukai