Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

ANALISA herba SECARA MIKROSKOPIS

Disusun Oleh:
NAMA

: MARHAMAH

NPM

: 1443057049

Grup

: SORE

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2015
Percobaan 1

Analisa Folium Secara Mikroskopis


I.

II.

Tujuan
1.

Mengamati simplisia secara organoleptik, meliputi bentuk, rasa, warna, dan bau.

2.

Melakukan identifikasi simplisia herba dengan metode mikroskopik.

Dasar teori
Tanaman herba adalah salah satu tanaman yang memiliki ketinggian kurang dari satu
meter, umumnya hidup pada lingkungan dengan kandungan air yang rendah dan intensitas
cahaya yang tinggi. Berdasarkan pada kondisi tersebut tanaman ini umumnya banyak tumbuh
di daerah yang tidak terlalu tinggi intensitas hujannya. Kondisi lingkungan pada suatu area
tertentu akan berpengaruh pada pola penyebaran suatu tanaman. Pola penyebaran tanaman
yang ada di alam umumnya memiliki pola yang tidak sama, jarak antara satu tanaman dengan
tanaman yang lain. Tetapi kondisi lingkungan yang tanaman ini tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor di atas. Faktor lingkungan lain yang berpengaruh pada pola penyebaran tanaman adalah
adanya perbedaan kondisi lingkungan meliputi: sumber daya, pH, suhu, intensitas cahaya,
predator, dan persaingan interspesies maupun intraspesies. Perbedaan kondisi lingkungan tidak
hanya memodifikasi pola penyebaran tanaman, tetapi juga mengubah laju pertumbuhan,
produksi biji, pola percabangan, area daun, area akar dan ukuran individu.Golongan herba
(herbaceous) atau terna merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak
sama sekali (tidak berkayu) tetapi dapat berdiri tegak. Kana dan tapak darah termasuk dalam
golongan tanaman herba.
Farmakognosi merupakan bagian, biokimia, dan kimia sintesis sehingga ruang
lingkupnya menjadi luas seperti yang didefenisikan sebagai fluduger, yaitu penggunaan secara
serentak sebagai cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu
diketahui tentang obat. Dalam kehidupan sehari-sehari, kita ketahui bahwa banyak
masyarakat didunia ini sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini adalah obat. Sering kita
lihat bahwa sebagian dari masyarakat memanfaatkan tanaman sebagai makanan, sedangkan
pada bidang farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obatobatan. Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia khususnya seorang
farmasi harus semakin mengenal tentang jaringan-jaringan yang terdapat dalam tanaman
khususnya simplisia yang dapat dijadikansebagai obat. Hal ini perlu kita ketahui agar
pengetahuan kita semakin berkembang, mengenai jaringan didalam didalam suatu simplisia
pada daun.

A. Pengertian Simplisia
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang
digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen kesehatan RI
:1989).
B. Penggolongan Simplisia
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a.

Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis
nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat
berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna

b.

yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak
ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang

c.

belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga (Dep.Kes RI,1989).
C. Cara Pembuatan Simplisia
a.

Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan
bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang diguna-kan dipilih dengan
tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan. Seperti
rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang rusak
atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keranjang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak
menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan
supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan
terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama
(hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).

b.

Penanganan Pasca Panen


Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap tanaman
budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk

membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta
mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen perlu
diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah
dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat penting
diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi
pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan.
Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang
bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
c. Penyortiran (segar)
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang
muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik
memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses
penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang
muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam
bahan.
d.

Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi
mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian harus segera di-lakukan setelah
panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih
seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan
jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat
pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat kotor ulangi
pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.Perlu diperhatikan bahwa pencucian
harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan
terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain.
1) Perendaman bertingkat
Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung
kotoran seperti daun, bunga, buah dll. Proses perendaman dilakukan beberapa kali
pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya
mengandung kotoran paling banyak. Saat perendaman kotoran-kotoran yang
melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini
akan menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang
terkandung dalam bahan.

2) Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat
pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain. Proses penyemprotan
dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih menyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada bahan dapat
dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya meng-gunakan air yang
cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam
bahan.
3) Penyikatan (manual maupun oto-matis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras/tidak
lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat. Pencucian ini memakai alat bantu sikat
yang di- gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu diperhatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan
secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya. Pem-bilasan dilakukan
pada bahan yang sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan bahan
yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun
meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri
atau mikro-organisme.
4) Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti
pengeringan, pengemasan, penyulingan

minyak atsiri dan

penyimpanan.

Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan
tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan
tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia
yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif

yang

terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air
dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan
kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.Ketebalan perajangan
untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 5
mm. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam
dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan
split atau slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak
atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin
bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).
e. Pengeringan

Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan


dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat.
Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan
disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat
aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu
diperhati-kan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada
umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 600C dan hasil yang baik dari proses
pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%. Demikian pula dengan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan
mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak
saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan
menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pengering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan dengan
menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu 30 500C.
Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga
mutunya dapat menurun. Untuk irisan rim-pang jahe dapat dikeringkan meng-gunakan
alat pengering energi surya, dimana suhu pengering dalam ruang pengering berkisar
antara 36 450C dengan tingkat kelembaban 32,8 53,3% menghasilkan kadar
minyak atsiri lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan matahari lang-sung
maupun oven. Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari
langsung, sebelum dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan
asam sitrat 3% selama 3 jam. Selesai peren-aman irisan dicuci kembali sampai bersih,
ditiriskan kemudian dijemur dipanas matahari. Tujuan dari perendaman adalah untuk
mencegah terjadinya degradasi kur-kuminoid pada simplisia pada saat penjemuran
juga mencegah peng-uapan minyak atsiri yang berlebihan. Dari hasil analisis diperoleh
kadar minyak atsirinya 13,18% dan kur-kumin 1,89%. Di samping meng-gunakan
sinar

matahari

langsung,

penjemuran

juga

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan blower pada suhu 40 500C. Kelebihan dari alat ini adalah waktu
penjemuran lebih singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan dengan sinar matahari
membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis pengeri-ng tersebut juga
terdapat alat pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang,
tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu pengeringan

selama 3 hari. Untuk daun atau herba, penge-ringan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari di dalam tampah yang ditutup dengan kain hitam,
menggunakan alat pengering fresh dryer atau cukup dikering-anginkan saja.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzi-matis,
pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu pengering-an sudah berakhir
apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah. Pada
umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air 8 10%. Dengan
jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan maupun waktu penyimpanan.
f.

Penyortiran (kering)
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang
terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing
lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering
sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah
penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca
panen yang dilakukan.

g.

Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-keringkan.
Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung
goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas,
mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu
pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh
mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ;
nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan,
nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.

h.

Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar)
ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup
kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara
yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10
kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia
tanaman obat. Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia
selama penyimpanan 3 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus
diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes.

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia


adalah :
1) Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya ataupun
penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
2) Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan masuk
air hujan.
3) Suhu gudang tidak melebihi 300C.
4) Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin (650 C) untuk
mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat
memacu pertumbuhan mikroorganisme se-hingga menurunkan mutu bahan baik
dalam bentuk segar maupun kering.
5) Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus dicegah.
6) Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan simplisia
yang disimpan harus dicegah.(Anonim : 2009).
Klasifikasi:
1. Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Artemisia
Spesies : Artemisia vulgaris L.
2.

3.

Kingdom

:Plantae

Divisio

:Spermatophyta

Sub Divisio

:Angiospermae

Kelas

:Dicotyledoneae

Ordo

:Convolvulales

Famili

:Convolvulacae

Genus

:Ipomoea

Spesies
Kingdom

: Ipomoea Aquatica.
: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Scrophulariales

Famili

: Acanthaceae

Genus

: Andrographis

Spesies

: Andrographis paniculata Nees

Sinonim
4. Kingdom: Plantae

: Justicia paniculata Burm., Justicia latebrosa Russ.

Order: Lamiales
Family :Acanthaceae
Genus:Andrographis
Species : Andrographis Paniculata Nees

5. Kingdom

III.

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledone

Ordo

: Umbillales

Famili

: Umbilliferae (Apiaceae)

Genus

: Centella

Spesies

: Centella Asiatica

Prosedur kerja
A. ALAT DAN BAHAN
Alat Yang Digunakan:

1. Tisue
2. Kaca Objek
3. Kaca Pentup ( Cover )

4. Spatula
5. Mikroskop
6. Botol Aquadest
Bahan Yang Digunakan:
1. Sampel Bahan:
2. Aquadest.
B. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil sedikit serbuk simplisisa yang akan diperiksa, letakkan di atas gelas obyek lalu tetesi
dengan aquades tutup dengan gelas penutup.
3. Amati masing-masing simplisia yang telah diperlakukan sesuai dengan cara pada point 1.
Gunakan mikroskop dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.

IV. Hasil dan Pembahasan


A. Hasil
No
.
1

Hasil pengamatan
Artemesia Vulgaris Herba

keterangan
Organoleptis :
-Warna : coklat muda
-Bentuk: serbuk kaya kapas

-Rasa: tidak berasa


-Bau: berbau khas

Ipomea Augaticae Herba

Organoleptis :
-Warna :coklat tua
-Bentuk: serbuk
-Rasa: tidak berasa
-Bau: berbau khas

Andrographis Paniculata Herba

Organoleptis :
-Warna :hijau tua
-Bentuk: serbuk jarum
-Rasa: pahit
-Bau:berbau khas

Thymus Vulgaris Herba

Organoleptis :
-Warna :coklat muda
-Bentuk: serbuk
-Rasa: tidak berasa
-Bau: berbau khas

Centella Asiatica Herba

Organoleptis :
-Warna :coklat muda
-Bentuk: serbuk halus
-Rasa: tidak berasa
-Bau: berbau khas

B. Pembahasan
Pengertian simplisia menurut farmakope indonesia edisi III adalah bahan alam yang
digunakan sebagai obat alam yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali
dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah

dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman, eksudat tanaman adalah
isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari sel dan zat-zat nabati lainnya dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Haksel merupakan
bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, biji dan lain-lain yang dikeringkan
tetapi belum dalam bentuk serbuk. Sedangkan simplisia merupakan bahan alami yang
digunakan sebagai obat dan belum mengalami proses perubahan apapun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia terbagi atas simplisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral.
Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah Artemesia Vulgaris Herba, Ipomea
Augaticae Herba, Andrographis Paniculata Herba, Thymus Vulgaris Herba, dan Centella
Asiatica Herba.
Herba Baru cina (Artemesia Vulgaris Herba )
Pada pengamatan haksel terlihat berwarna coklat muda, berbau khas, berbentuk serbuk
seperti kapas dan tidak berasa. Pengamatan mikroskopik yaitu ada rambut seperti benang,
polen, serabut sklerenkim, dan kristal rosette. Morfologi batang setengah berkayu, percabangan
banyak, beralur dan berambut, daun berbentuk bulat-telur dengan tepi berbagi menjari ujung
meruncing, kedua permukaan daun berambut halus. Warna daun hijau, di bagian bawah warna
lebih putih, duduk berseling, bunga bunga majemuk, kecil-kecil, warna kuning muda berbentuk
bonggol tersusun dalam rangkaian berbentuk malai yang tumbuh menunduk, keluar dari ketiak
daun dan ujung tangkai. Habitat dan penyebaran berasal dari Cina, terdapat sampai 3000 m di
atas permukaan laut. Tanaman ini menyenangi tanah yang cukup lembab dan tanah yang kaya
humus, tumbuh liar di hutan dan di ladang. Jenis yang biasa ditanam di pekarangan sebagai
tanaman obat. Kandungan kimia Minyak menguap (Phellandrene, cadinene, thujvl alkohol),
alfa-amirin, fernenol, dehydromatricaria ester, cineole,Terpinen-4-ol, beta- karyophyllene, 1quebrachitol).

Akar

dan

batang

: Inulin (mengandung

artemose),

Cabang

kecil

Oxytocin, yomogi alcohol, dan ridentin. Daun mengandung skopoletin dan isoskopoletin.
Kegunaan Sebagai obat untuk mengatasi sakit haid, keguguran, disentri, keputihan, susah
punya anak, muntah darah, mimisan, pendarahan usus, mudah persalinan.
Herba Kangkung ( Ipomea Augaticae Herba )
Pada pengamatan haksel terlihat berwarna coklat tua, berbau khas, berbentuk serbuk
dan tidak berasa. Pengamatan mikroskopik yaitu ada sisik kelenjar, stomata, kalsium oksalat
bentuk rosette dan berkas pengangkut.

Kangkung merupakan tanaman yang sangat tergolong lama tumbuh, tanaman ini
memiliki akar tunggang dan bercabang-cabang. Perakaran ini menembus dengan kedalam 60
100 cm, dan menyebar luas secara mendatar 150 cm hingga lebih, terutamanya tanaman
kangkung pada air.
Batang pada tanaman kangkung bult dan berlubang, berbuku-buku, dan banyak
mengandung air. Terkadang buku-buku tersebut mengeluarkan akar tanaman yang serabut dan
juga berwarna putih dan ada juga berwrana kecoklatan tua.
Kangkung juga memiliki tangkai dauan melekat pada buku-buku batang dan di keiak
batang terdapat mata tunas yang dapat tumbuh cabang baru. Bentuk dauan memiliki ujung
runcing dan juga tumpul, permukaan dauan berwarna hijau tua , dan juga berwarna hijau muda.
Bunga pada tanaman kangkung memiliki bentuk terompet dan memiliki dauan
mahkota yang berwara putih atau kemerahan. Dan jika menghasilkan buah berbentuk bulat atau
oval yang di dalamnya memiliki tiga butit biji. Warna biji tanaman kangkung berwran hitam
jika sudah tua dan hijau ketika mudah. Kangkung mengandung zat seperti vitamin A, vitamin
B1, vitamin C, protein, kalsium, fosfor, zat besi. Pada kangkung terdapat 2,5 mg/100g, Zat
besi, sehingga sangat baik untuk mengatasi anemia/kurang darah.
Andrographis Paniculata Herba
Pada pengamatan haksel terlihat berwarna hijau tua, berbau khas, berbentuk serbuk
jarum dan pahit. Pengamatan mikroskopik yaitu ada sistolit, sel batu dan stomata.
Morfologi Batang tak berambut, tebal 2 mm sampai 6 mm, berbentuk persegi empat,
batang bagian atas seringkali dengan sudut agak berusuk. Daun bersilang berhadapan,
umumnya terlepas dari batang,bentuk lanset sampai bentuk lidah tombak, panjang 2 cm sampai
7 cm, lebar 1 cm sampai 3 cm, rapuh tipis, tidak berambut, pangkal daun runcing, ujung
meruncing, tepi daun rata. Permukaan berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, permukaan
bawah berwarna hijau pucat. Tangkai daun pendek. Kelopak bunga terdiri dari 5 helai daun
kelopak, panjang 3 mm sampai 4 mm, dan berambut. Daun mahkota berwarna putih sampai
keunguan. Buah berbentuk jorong, pangkal dan ujung tajam, panjang 2 cm, lebar 4 mm,
kadang kadang pecah secara membujur menjadi 4 keping.permukaan luar kulit buah
berwarna hijau tua sampai hijau kecoklatan, permukaan dalam berwarna putih atau putih
kelabu. Biji agak keras, panjang 1,5 mm sampai 3 mm, lebar 2 mm. Permukaan luar
berwarna coklat muda bertonjol tonjol. Pada penampang melintang biji terlihat endosperm
berwarna kuning kecoklatan, lembaga berwarna putih kekuningan.

Herba Tyhmus Vulgaris


Pada pengamatan haksel terlihat berwarna coklat muda, berbau khas, berbentuk serbuk
dan tidak berasa. Pengamatan mikroskopik yaitu ada rambut bengkok, serbuk sari, rambut
kelenjar, dan rambut sklerenkim.
Herba timi atau Thymus vulgaris adalah salah satu jenis tanaman yang sudah lama
digunakan sebagai anti batuk. Efek utama sebagai pengeluar dahak atau ekspektoran dan anti
pasmodik. Hal tersebut berkaitn dengan kandungan Minyak Atsiri (timol dan karvakrol), serta
flavonoid yang dikandung oleh herba timi. Pemberian minyak thimi secara oral dan intra
muscular pada hewan coba, memperlihatkan stimulasi saluran pernapasan. Penggunaan sirup
dengan ekstrak thimi selama 5 hari, terbukti memberikan efek yang sama dengan obat
bromheksin. Zat aktif yang terdapat pada minyak timi adalah senyawa phenol dengan
komponen utamanya terdiri dari thymol sebesar 30-70% dan carvacrol 70%. Selain zat itu,
senyawa thymol methyl eter, p-cymene, terpinene, linalool, dan juga mengandung senyawa
golongan flavonoid yaitu Circineol, 8-methoxycircineol, thymonin dan eriodyctol.
Timi memiliki ukuran daun 412 mm untuk panjang dan lebar sampai 3mm, memiliki
tangkai daun yang sangat pendek. Daun berbentuk lonjong sampai bulat telur. Kelopak
berwarna hijau, sering disertai bintik-bintik ungu, dan berbentuk tubular. Setelah berbunga,
tabung kelopak ditutup oleh mahkota yang panjang dan berambut kaku. Mahkota bunga
biasanya berwarna kecoklatan dalam keadaan kering dan sedikit berbibir dua.
Herba kaki kuda ( Centella Asiatica Herba )
Pada pengamatan haksel terlihat berwarna coklat muda, berbau khas, berbentuk serbuk
jarum dan tidak berasa. Pengamatan mikroskopik yaitu ada sistolit, sel batu dan stomata.
Centella asiatica merupakan tanaman herba tahunan, tanpa batang tetapi dengan
rimpang pendek dan stolon-stolon yang melata, panjang 10-80 cm. Daun tunggal, tersusun
dalam roset yang terdiri dari 2-10 daun, kadang-kadang agak berambut, tangkai daun panjang
sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar, dan bundar dengan garis tengah 1-7 cm,
pinggir daun beringgit sampai beringgit-bergerigi, terutama ke arah pangkal daun. Perbungaan
berupa payung tunggal atau 3-5 bersama-sama keluar dari ketiak daun kelopak, gagang
perbungaan 5-50 mm, lebih pendek dari tangkai daun. Bunga umumnya 3, yang ditengah
duduk, yang disamping bergagang pendek, daun pelindung 2, panjang 3-4 mm, bentuk bundar
telur, tajuk berwarna merah lembayung, panjang 1-1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. buah pipih,
lebar lebih kurang 7mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna

kuning kecoklatan, berdinding agak tebal. Manfaat pegagan lainnya yaitu meningkatkan
sirkulasi darah pada lengan dan kaki; mencegah varises dan salah urat; meningkatkan daya
ingat, mental dan stamina tubuh; serta menurunkan gejala stres dan depresi. pegagan pada
penelitian di rsu dr.soetomo surabaya

dapat dipakai untuk menurunkan tekanan

darah,Penurunan tidak drastis, jadi cocok untuk penderita usia lanjut.


Dalam percobaan ini, digunakan medium aquadest karena dipakai untuk melihat
jaringan-jaringan yang terdapat dalam daun.
V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Haksel merupakan suatu bahan alam yang berasal dari tumbuhan, berupa daun, biji,
akar, batang, dain lain-lain yang dikeringkan dan belum diserbukan.
b. Serbuk merupakan suatu bahan alam yang berasal dari tumbuhan, berupa daun, biji,
akar, batang, dain lain-lain yang dikeringkan dan sudah diserbukan, tidak dapat
dibedakan bentuknya.
c. Simplisia daun yang berupa halsel memiliki bentuk yang berbeda-beda, warna
dominannya coklat, memiliki rasa, serta ada yang berbau khas dan tidak berbau.

DAFTAR PUSTAKA
Adhyatma, 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Tjitrosoepomo, G., 2001., Morfologi Tumbuhan., Gadjah Mada University Press., Yogyakarta
Widyaningrum, MPH. 2011. Kitab Tanaman Obat Nasional. Media Pressindo. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai