Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI – FITOKIMIA III


PENYIAPAN SAMPEL RIMPANG LEMPUYANG GAJAH
(Zingiber zerumbet Rhizoma)

Kelompok 3D

Dhiya Charissa A. 11171020000076


Ghina Khalidah 11171020000078
Shabrina Kamila 11171020000080
Salsabila Ineke Putri 11171020000088
Retno Tri Rahayu 11171020000094
Aldina Sausan Firdausa 11171020000097
Jihan Istiqomah 11171020000098
Angelia Nuuril Fahmi N. 11171020000099

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SEPTEMBER/2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

1.2 Tujuan Praktikum .................................................................................................................. 1

BAB II ............................................................................................................................................. 2

TEORI ............................................................................................................................................. 2

BAB III ........................................................................................................................................... 2

METODE KERJA........................................................................................................................... 7

BAB IV ........................................................................................................................................... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................................... 9

4.1 Hasil....................................................................................................................................... 9

4.2 Pembahasan ......................................................................................................................... 12

BAB V........................................................................................................................................... 16

KESIMPULAN ............................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17

LAMPIRAN .................................................................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanpa dapat diragukan lagi, dari zaman dahulu tumbuhan telah memberi
peranan penting dalam memenuhi kehidupan manusia. Tumbuhan telah
digunakan semenjak zaman dahulu untuk mengobati berbagai penyakit. Pada
awalnya, tumbuhan digunakan dalam proses pengobatan dalam bentuk herbalnya.
Tetapi, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini
tumbuhan berperan menyediakan senyawa murni yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat. Proses pencarian senyawa obat dari tumbuhan adalah suatu proses
yang kompleks dan panjang serta melibatkan berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Tumbuhan memberi peranan penting dalam pengobatan penyakit, dapat berada
dalam bentuk the herbal, fitofarmaka dan senyawa murni yang diisolasi dari
tumbuhan obat.

Praktikum kali ini yaitu praktikum tentang Penyiapan Sampel dalam


Pengisolasian Senyawa dari Bahan Alam. Dalam praktikum ini mahasiswa
farmasi dituntut untuk terampil bekerja dengan baik dalam penyiapan sampel
yang merupakan tahap yang penting dalam proses isolasi senyawa dari bahan
alam. Kesalahan kecil dalam proses ini dapat berakibat fatal dalam proses dan
identifikasi senyawa dari tumbuhan.

1.2 Tujuan Praktikum


Setelah praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menyiapkan sampel
bahan alam dengan cara merujuk kepada jurnal – jurnal ilmiah yang berkaitan
dengan sampel bahan alam yang dipilih dan sifat bahan alam tersebut.
BAB II

TEORI

Proses isolasi senyawa merupakan suatu proses yang dilakukan untuk


mencari atau mengidentifikasi suatu senyawa dari suatu tanaman atau bahan alam.
Secara garis besar, tahapan dalam proses isolasi senyawa kimia dari tumbuhan
adalah sebagai berikut.
1. Persiapan sampel / simplisia
- Pemilihan sampel, pengambilan, dan identifikasi sampel
- Sortasi basah, perajangan, dan penghalusan.
2. Skrining fitokimia
3. Ekstraksi
4. Isolasi senyawa murni

Persiapan sampel merupakan salah satu tahap yang terpentik dalam proses
isolasi senyawa dari bahan alam. Kesalahan kecil pada proses penyiapan sampel
bias berakibat fatal dalam proses dan identifikasi senyawa tumbuhan.

Penyiapan sampel / simplisia

1. Pemilihan Sampel, Pengambilan, dan Identifikasi Sampel


Metode yang digunakan dalam pemilihan, pengumpulan, dan identifikasi
bahan tanaman secara langsung akan mempengaruhi reproduksibilitas dari suatu
penelitian fitokimia. Kecerobohan pada tahap ini akan sapat mengurangi nilai
ilmiah dari suatu keseluruhan.
Secara umum, pemilihan sampel dapat dilakukan menggunakan beberapa
pendekatan, antara lain
- Pemilihan sampel secara random
- Pendekatan fitokimia : Pemilihan sampel berdasarkan kandungan
kimianya
- Pendekatan farmakologis : Pemilihan sampel berdasarkan bioaktivitasnya

2
- Pendekatan etnobotani : Pemilihan sampel berdasarkan informasi
penggunaan tradisional tumbuhan tertentu. Biasanya sumber informasi
adalah seorang herbalis ataupun dari masyarakat yang biasa menggunakan
tumbuhan obat.
- Pendekatan kemotaksonomi: Pemilihan berdasarkan kesamaan taksonomi,
misalnya dipilih berdasarkan family tumbuhan tertentu
- Pemilihan sampel berdasarkan laporan atau jurnal ilmiah tentang pengujian
bioaktivitas suatu tumbuhan
Kadar zat aktif suatu senyawa dalam suatu tumbuhan berbeda-beda dan
sangat tergantung pada bagian tanaman yang diambil, waktu pengambilan, umur
tumbuhan, dan lingkungan tempat tumbuh.
Identifikasi sampel perlu dilakukan oleh ahlinya, serta sampel yang
diambil harus disimpan dengan nomor kode sampel di herbarium untuk
memudahkan penelusuran kembali.
2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan dengan cara pencucian sampel yangbertujuan untuk
menghilangkan sampel dari tanah dan kotoran lainnya yang melekat.
3. Perajangan
Beberapa sampel memerlukan perajangan terlebih dahulu sebelum
dikeringkan, yang bertujuan untuk membantu proses pengeringan. Tanaman
yang diambil, jangan langsung dirajang, tetapi dijemur dalam keadaan utuh
Selma 1 hari, selanjutnya baru dirajang dengan menggunakan pisau atau alat
pemotong lainnya sehingga membentuk irisan tipis atau sesuai dengan bentuk
yang diinginkan.
4. Pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk mendapatkan simplisia yang dapat disimpan
dalam waktu yang lama. Secara umum simplisia harus dikeringkan dibawah
30oC,untunk menghindari terurainya komponen kimia yang terdapat dalam
tumbuhan akibat dari pengaruh suhu. Pada pengeringan, sampel harus
dilindungi dari sinar matahari langsung karena adanya potensi transformasi

3
kimia akibat dari radiasi sinar uv, atau alternatif lain dapat dilakukan dengan
menutupnya menggunakan kain hitam.
5. Penghalusan
Jika jumlah sampel sedikit dapat dihaluskan dengan blender, namun bila
jumlah sampel banyak maka dianjurkan untuk menghaluskan dengan
menggunakan peralatan penghancur skala industri.

Pada praktikum kali ini digunakan lempuyang gajah atau Zingiber


zerumbetL. (Smith). Zingiber zerumbetL. (Smith) termasuk ke dalam family
Zingiberaceae.
Botani
Zingiberaceae mengandung sekitar 50 genus dengan jumlah spesies
mencapai 1400 species. Zingiberaceae memiliki tiga tribes yaitu Zingibereae,
Alpinieae, dan Hedychieae. Zingiber merupakan satu-satunya genus pada tribe
Zingibereae, walaupun demikian Zingiber memiliki sekitar 100 spesiesbahkan
mencapai 141 species. Sebagian besar spesies Zingiberaceae terdistribusi di
hampir di seluruh Asia, Australia, dan Pasifik Selatan dengan pusat penyebaran di
daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) merupakan salah satu spesies dari
Zingiber yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Ukuran rhizoma lempuyang
gajah lebih besar dibandingkan dengan lempuyang lainnya, namun Backer and
Brink (1968) menyatakan bahwa rhizoma Zingiber zerumbet memiliki variasi
morfologi rimpang yang sangat besar.
Secara morfologi struktur daun Zingiber zerumbet realatif sama dengan
Zingiber aromaticum, namun struktur anatominya. Daun Zingiber zerumbet
memiliki ikatan pembuluh pada tulang daun utama sebanyak 10 buah, banyak
kristal silika pada jaringan bunga karang, sel jaringan palisade melebar dengan
ukuran 25-37,5 x 12,5 – 15 µm, jumlah sel epidermis pada abaksial daun lebih dari
175 buah/satuan bidang pandangan.

4
Lempuyang memiliki batang tegak dengan tinggi sekitar 1-2m. Daun dan
perbungaan dari Zingiber aromaticum berbentuk pinecone muncul dari rimpang
yang tebal atau batang bawah yang tumbuhtepat di bawah permukaan tanah. Daun
kadang-kadang berwarna keunguan di bawah tunas muda, tipis dengan ukuran
sekitar 25-35 cm dengan pelepah mereka sangat kuat di permukaan bawah.
Tangkai daun berikuran sekitar 6cm panjang sedangkan ligule sangat tipis, utuh,
dan lebar, panjangnya sekitar 1,5-2,5 cm.

Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder tumbuhan merupakan metabolit yang dihasilkan dari
proses metabolisme sekunder, dengan menggunakan senyawa antara yang dari
proses metabolisme primer, seperti senyawa antara dari proses glikolisis. Secara
umum metabolit sekunder dibedakan menjadi alkaloid, flavonoid, dan terpenoid.
Berbagai jenis metabolit sekunder dihasilkan tumbuhan dengan fungsi yang

5
berbeda beda seperti anti feedant, anti mikroba, dan anti grazing. Tumbuhan
menyimpan metabolit sekunder yang pada organ yang berbeda.
Metabolit sekunder yang ditemukan pada rhizoma Zingiber zerumbet
antara lain: flavonoids (kaempferol, quercetin, dan curcumin) dan minyak
atsiri/volatile oils. Volatile oils yang terdapat pada Zingiber zerumbet seperti
cyclic sesquiterpene zerumbone atau 2,6,9humulatrien-8-one sebagai komponen
utama dan humulene camphene.
Manfaat
Zingiber zerumbet telah lama digunakan berbagai etnis di Indonesia
maupun etnis lainnya sebagai obat tradisional maupun sebagai bahan jamu. Dalam
bidang kuliner Zingiber zerumbetbanyak digunakan sebagai pemberi aroma
makanan (food flavoring) dan appetizer. Berbagai etnis di Asian, India, China,
dan Arab telah lama memanfaatkan Zingiber zerumbet tujuan pengobatan seperti
sakit kepala, pembengkakan, pilek, bisul, luka dan kehilangan nafsu makan, mual
dan bahkan ketidaknyamanan menstruasi. Hasil bioessay terhadap rizoma Zingiber
zerumbet menunjukkan sebagai antiinflamantori.

6
BAB III

METODE KERJA

3.1. Bahan dan Alat


a. Bahan
- Rimpang lempuyang (Zingiber zerumbet Rhizoma)
b. Alat
- Pisau
- Gunting
- Alat pemotong
- Blender
- Kertas HVS bekas
- Tissue
- Tampah
- Nampan
-
3.2.Prosedur Kerja
a. Pemilihan Sampel
Sampel tumbuhan yang akan diisolasi kandungan kimianya dipilih dan
ditentukan pendekatan yang digunakan dalam pemilihan sampel tersebut.
b. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan, serta dilakukan pencatatan terhadap
- Bagian tanaman yang diambil
- Umur tanaman
- Waktu pengambilan
- Lokasi pengambilan
- Waktu pengambilan
- Jumlah (gram) sampel segar yang diambil
c. Identifikasi

7
Identifikasi tumbuhan atau sampel dilakukan di laboratorium Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
d. Perajangan
Untuk mempermudah dan membantu proses pengeringan, maka sampel yang
telah disortasi basah dan telah dibiarkan selama 1 hari, selanjutnya dirajang
dengan menggunakan pisau atau pemotong lainnya sehingga membentuk
irisan tipis. Jika sampel yang diambil adalah daun, maka proses perajangan
tidak diperlukan
e. Pengeringan
Sampel yang telah dirajang selanjutnya dikeringkan dengamn cara dikering
anginkan dan hindari terkena cahaya matahari langsung
f. Penghalusan
Sampel yang telah kering, kemudian dihaluskan dengan menggunakan
blender. sampel yang telah halus selanjutnya ditimbang beratnya.

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Informasi Sampel
- Sampel yang dipilih : Lempuyang (Zingiber zerumbet (L.) Smith.)
- Bagian tanaman yang diambil: Rimpang (rhizoma)
- Umur tanaman :-
- Waktu pengambilan : Jum’at dan Selasa, 06 dan 10 September 2019
- Lokasi pengambilan : Pasar Ciputat
- Jumlah (gram) sampel : 3 kg

No. Keterangan Hasil


1. Rimpang lempuyang seberat 3 kg

2. Berat rajangan kelompok 1, 2 dan 3 670,39 gram

9
3. Serbuk kelompok 1 216,75 gram

4. Serbuk kelompok 2 216,31 gram

10
5. Serbuk kelompok 3 216,25 gram

6. Total Serbuk kelompok 1, 2, dan 3 649,31 gram


di kurang dengan berat wadah
(175,25)

Perhitungan

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 216,27


Rendemen = 𝑥 100% = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 1000

Rendemen = 21,675%

Organoleptis

- Warna : Kuning pucat


- Bau : Khas rimpang lempuyang
- Bentuk : Serbuk

11
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini kami melakukan tahap penyiapan sampel atau
simplisia. Tahap penyiapan sampel atau simplisia secara garis besar terdiri dari
pemilihan sampel, pengambilan sampel, identifikasi sampel, sortasi basah,
perajangan, pengeringan hingga penghalusan. Sampel yang kami pilih adalah
rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet Rhizoma). Disebut lempuyang
gajah karena bagian rimpang tanaman ini lebih besar dibandingkan rhizoma
lempuyang lainnya.
Dalam pemilihan sampel lempuyang gajah, pendekatan awal yang
digunakan adalah pendekatan etnobotani. Lempuyang merupakan spesies dari
Zingiber yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai
obat tradisional khususnya sebagai bahan jamu.
Selain pendekatan etnobotani, dalam pemilihan sampel tersebut juga
dilakukan pendekatan secara fitokimia. Lempuyang memiliki aroma kuat yang
khas yang mengidentifikasikan bahwa tanaman ini memiliki kandungan
minyak atsiri yang cukup. Selain itu dalam berbagai studi literatur, telah diteliti
adanya kandungan minyak atsiri yang terdapat pada tanaman lempuyang gajah.
Sebagaimana kita ketahui, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang
berpotensi sebagai senyawa obat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Marina Silalahi yang berjudul Botani dan Aktivitas Lempuyang (Zingiber
zerumbet (L.) Smith.), senyawa golongan minyak atsiri yang paling banyak
ditemukan pada tanaman lempuyang gajah adalah seskuiterpenoid dan
monoterpenoid. Selain itu, hasil bioessay terhadap rhizoma dariZingiber
zerumbet menunjukkan bahwa lempuyang dapat bermanfaat sebagai anti-
inflamantori, anti mikroba, dan anti analgesik. Hal ini yang membuat kami
tertarik sehingga memilih lempuyang gajah sebagai sampel uji.
Menurut literatur, kadar aktif suatu senyawa dalam suatu tumbuhan
berbeda-beda dan sangat tergantung pada; bagian tanaman yang diambil,
waktu pengambilan, umur tumbuhan dan lingkungan tempat tumbuh. Oleh
sebab itu, pada proses pengambilan sampel, bagian tanaman yang diambil

12
adalah bagian rimpang atau rhizomanya yang telah diteliti memiliki kadar
minyak atsiri yang lebih tinggi dibandingkan organ tanaman yang lainnya,
seperti organ daun misalnya yang banyak terakumulasi adalah flavonoid.
Sebab, Zingiberaceae sebagian besar menyimpan metabolit sekunder
khususnya minyak atsiri pada bagian rhizomanya. Data mengenai umur
tanaman, waktu pengambilan serta lokasi spesifik pengambilan sampel
tanaman tidak diketahui sebab kami mendapatkan sampel tersebut di pasar
Ciputat pada hari Jumat dan Selasa tanggal 6 dan 10 September 2019 dengan
jumlah (gram) sampel segar yang diambil sebanyak 3 kg.
Setelah rimpang lempuyang gajah diidentifikasi, proses selanjutnya
adalah sortasi basah terhadap rimpang lempuyang gajah. Tahap sortasi basah
dimulai dengan memisahkan rimpang dari bagian-bagian yang tidak
dibutuhkan. Akar-akar yang berada pada rimpang dipotong menggunakan
pisau. Selain itu, kotoran-kotoran yang bisa dipisahkan tanpa air ikut
dihilangkan untuk menghindari adanya cemaran pada simplisia.
Rimpang lempuyang gajah kemudian dicuci di bawah air mengalir
sambil disikat menggunakan sikat berbulu lembut. Air yang digunakan adalah
air bersih yang mengalir dari keran. Penggunaan sikat pada pencucian
dilakukan karena tanah yang menempel pada bagian rimpang sulit hilang bila
hanya menggunakan air mengalir. Penggunaan air mengalir dalam pencucian
bertujuan agar kotoran yang sudah terlepas dari rimpang tidak menempel
kembali.
Setelah dicuci, rimpang lempuyang ditiriskan di atas nampan plastik
yang memiliki lubang-lubang di bagian dasar. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi air sekaligus mencegah pembusukan pada rimpang. Penirisan
dilakukan segera setelah proses pencucian.
Kemudian, untuk memudahkan proses pengeringan dan pengolahan
selanjutnya, bahan baku diubah ke bentuk lain. Rimpang lempuyang yang
sudah kering dipotong tipis-tipis menggunakan pisau stainless steel yang tidak
berkarat. Rimpang lempuyang yang telah dipotong tipis-tipis diharapkan

13
mampu mempercepat proses penguapan air sehingga pengeringan menjadi
lebih cepat.
Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah mengeringkan potongan
rimpang lempuyang. Bahan tanaman jarang sekali digunakan dalam keadaan
segar karena mudah rusak dan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air agar bahan simplisia
tidak rusak dan dapat disimpan dalam waktu lama, menghentikan reaksi
enzimatis, dan mencegah pertumbuhan kapang, jamur, dan jasad renik lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan.faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh
simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan.
Proses pengeringan pada kali ini menggunakan proses pengeringan
secara alamiah. Pengeringan dilakukan di ruangan yang mendapat sinar
matahari cukup dengan diangin-anginkan. Metode seperti ini diharapkan
mampu meminimalisasi adanya kondisi face hardening yakni kondisi dimana
bagian luar bahan telah kering, namun bagian dalam bahan masih basah. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu
pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang
menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi
air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi
keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. Face hardening dapat
mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang
dikeringkan. Oleh karena itu, setelah proses perajangan selesai dilakukan, hasil
rajangan tersebut diletakkan secara tertata dan rapi di atas tampah dan
dipastikan hasil rajangan tersebut tidak menumpuk satu sama lain. Hal ini
dilakukan agar simplisia pada tiap hasil rajangan merata (tidak ada yang masih
basah) sama seperti alasan mengapa sampel dirajang secara tipis.
Suhu pengeringan tergantung pada bahan simplisia. Bahan simplisia
umumnya dikeringkan pada suhu di bawah 600C. Bahan simplisia yang

14
mengandung senyawa aktif mudah menguap dan tidak tahan panas sebaiknya
dikeringkan pada suhu yang rendah, yaitu antara 30-400C (Ningsih,
2016).Secara umum, simplisia harus dikeringkan pada suhu di bawah 30°C
untuk menghindari terurainya komponen kimia yang terdapat dalam tumbuhan
tersebut. Oleh karena itu, simplisia pun harus dihindari dari paparan sinar
matahari secara langsung karena akan menyebabkan adanya potensi
transformasi kimia akibat dari radiasi sinar UV. Lama proses pengeringan
tidak ditentukan secara pasti, ketika simplisia sudah kering secara menyeluruh
maka proses penghalusan dapat dilakukan.
Proses penghalusan dilakukan ketika semua simplisia sudah dipastikan
kering secara menyeluruh. Proses tersebut bertujuan untuk mendapatkan
produk serbuk agar mempermudah melakukan skrinning fitokimia, ekstraksi
dan beberapa tahap yang akan dilakukan setelahnya. Sortasi kering pun perlu
dilakukan untuk untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang
masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
Setelah sampel menjadi serbuk, selanjutnya dilakukan identifikasi
terhadap sampel. Pada proses identifikasi sampel, dilakukan identifikasi
berdasarkan organoleptis atau karakteristik makroskopis yang dapat dilihat
pada sampel. Diperoleh data warna daging rimpang lempuyang gajah yaitu
kuning pucat sedangkan warna kulit rhizomanya coklat muda, memiliki bau
khas lempuyang serta telah diolah menjadi bentuk serbuk.
Dari proses persiapan sampel diperoleh data berat total awal rimpang
lempuyang gajah adalah 3 kg, setelah dilakukan perajangan diperoleh berat
sampel 670,39 gram setelah mengalami susut pengeringan 78,356% sehingga
tersisa 21,633% dari berat rimpang awal. Kemudian dari hasil perajangan
setelah dilanjutkan dengan proses penghalusan diperoleh berat 649,31 gram
yang dibagi untuk 3 kelompok dengan berat masing-masing setelah
penimbangan; kelompok 1 seberat 216,75 gram, kelompok 2 seberat 216,31
gram dan kelompok 3 seberat 216,25 gram.

15
BAB V

KESIMPULAN

1. Secara garis besar, tahapan proses persiapan sampel atau simplisia meliputi
pemilihan sampel, pengambilan sampel, identifikasi sampel, sortasi basah,
perajangan, pengeringan, dan penghalusan sampel.
2. Kadar aktif suatu senyawa dalam suatu tumbuhan berbeda-beda dan sangat
tergantung pada bagian tanaman yang diambil, waktu pengambilan, umur
tumbuhan dan lingkungan tempat tumbuh.
3. Sampel yang dipilih adalah rimpang lempuyang gajah. Pemilihan sampel
tersebut dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan secara
etnobotani dan pendekatan fitokimia.
4. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dari proses persiapan sampel
diperoleh data berat total awal rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet
Rhizoma) adalah 3 kg, setelah dilakukan perajangan diperoleh berat sampel
670, 39 gram setelah mengalami susut pengeringan 78,356 % sehingga
tersisa 21,633 % dari berat rimpang awal. Hasil perajangan setelah dilanjutkan
dengan proses penghalusan diperoleh berat 649,31 gram yang dibagi untuk 3
kelompok.
5. Pada kelompok kami sampel kering yang diperoleh sebesar 216,75 gram
dengan nilai randemen sebesar 21,675 %.
6. Sampel rimpang lempuyang gajah memiliki warna daging kuning pucat
sedangkan warna kulit rhizomanya coklat muda, memiliki bau khas
lempuyang serta telah diolah menjadi bentuk serbuk.

16
DAFTAR PUSTAKA

Komala, Ismiarni M.Sc., Ph.D., Apt, dkk. 2019. Penuntun Praktikum Farmakognosi
Fitokimia III. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ningsih, Indah Yulia. 2016. Modul Saintifikasi Jamu Penanganan Pasca Panen.
Fakultas Farmasi Universitas Jember. Jawa Timur.

Silalahi, Marina. 2018. Botani dan Bioaktivitas Lempuyang (Zingiber zerumbet (L.)
Smith.).Jurnal EduMatSains, 2 (2) Januari 2018, 147-160. Jakarta Timur: Universitas
Kristen Indonesia.

17
LAMPIRAN

No Keterangan Gambar
1 Rimpang lempuyang gajah 3 kg

2 Penyucian dengan air mengalir


(Sortasi Basah)

3 Penyikatan rimpang (Sortasi


Basah)

18
4 Perajangan

5 Pengeringan

6 Penghalusan

19

Anda mungkin juga menyukai