OLEH :
S1-4A (1801041)
DOSEN PEMBIMBING :
Adriani Susanty, M.Farm., Apt
2020
N Golongan Sub Golongan Obat
o
1 Alkilator Mustar nitrogen Mekloretamin, Siklofosfamid, Klorambusil,
Derivat etilenamin Mustar Urasil.
Alkil sulfonat Trietilenmelamin (TEM), Trietilentiofosforamid
Nitrosourea (tio-TEPA)
Busulfan
Karmustin (BCNU), Lomustin (CCNU), Semustin
(metil CCNU)
2 Antimetabolit Analog pirimidin 5-Fluorourasil, Sitarabin, 6-Azauridin, Floksuridin
Analog purin (FUDR).
Antagonis folat 6-Merkaptopurin, 6-Tioguanid (T6)
Metotreksat (MTX)
3 Antibiotik Daktinomisin, Mitomisin, Antrasiklin
(Doksorubisin, Daunorubisin), Mitamisin,
Bleomisin
4 Hormon Hormon Prednison
adrenokortikoster Hidroksiprogesteron Kaproat,
oid Hidroksiprogesteron Asetat, Megestrol Asetat
Progestin Dietilstilbestrol, Etinil Estradiol
Estrogen Tamoksifen
Inhibitor Estrogen Testosteron Propionat, Fluoksimesteron
Androgen Flutamid
Inhibitor
Androgen
5 Isotop Fosfor Natrium Fosfat (P32)
Radioaktif Iodin Natrium Iodida (I131)
6 Lain-lain Substitusi urea Hidroksiurea
Derivat Prokarbazin
metilhidrazin Sisplatin
Sejenis alkilator
Berbagai penelitian juga telah dilakukan dalam rangka pemanfaatan senyawa alam
untuk terapi kanker. Penelitian-penelitian tersebut masih terus dikembangkan untuk
menemukan obat kanker yang optimal dalam terapi. Beberapa Macam Obat Alami yang
berpotensi dalam Terapi Kanker.
No Golongan Senyawa
1 Alkaloid Vinca Vinblastin (VLR), Vinkristin (VCR), Vindesin
2 Epipodofilotoksin Etoposid, Teniposid
3 Taksan Paklitaksel, Dosetaksel
4 Turunan Kamtotekin, Irinotekan
Kamfotekin
1. Agen alkilasi
Agen alkilasi merupakan obat antineoplastik yang paling tua dan paling
banyak digunakan. Agen alkilasi menghasilkan efek sitotoksik melalui transfer
kelompok alkil-nya ke berbagai konstituen seluler. Agen alkilasi bekerja melalui
pembentukan ikatan kovalen dari gugus alkil yang sangat reaktif dengan gugus
nukleofilik dari protein dan asam nukleat. Interaksi ini terjadi pada rantai tunggal atau
pada kedua rantai DNA melalui rangkai-silang (cross-linking) dengan gugus reaktif
sehingga dapat mencegah terjadi mitosis. Akibatnya proses pembentukan sel
terganggu dan terjadi hambatan pertumbuhan sel kanker. Agen-agen alkilasi tidak
spesifik pada siklus sel, namun sel paling peka terhadap alkilasi dalam fase G dan
siklus sel dan mengekspresikan blokade dalam G2.
2. Antimetabolit
1.3. Antibiotik
a. Anthracyclin
Anthracyclin dapat menimbulkan toksisitas organ dan tumor melalui tiga aksi
meliputi pengikatan afinitas tinggi ke DNA melalui interkalasi, dengan akibat
penyakatan sintesis DNA dan RNA, dan pengguntingan rantai DNA melalui efeknya
pada topoisomerase II; pengikatan ke membran untuk mengubah fluiditas dan
transport ion; pembentukan radikal bebas semiquinone dan radikal oksigen melalui
proses reduksi dimediasi enzim.
b. Dactinomycin
Dactinomycin bekerja dengan berikat dengan DNA rantai ganda melalui
interkalasi di antara pasangan basa guaninc-cytocinc sekitarnya.
c. Plicamycin
Plicamycin melibatkan pengikatan DNA, mungkin melalui kompleks
antibiotik-Mg2+. Interaksi ini mengganggu sintesis RNA yang diarahkan DNA.
d. Mitomycin
Mitomycin merupakan agen alkilasi bioreduktif yang mengalami aktivasi
reduktif metabolis melalui reduksi yang dimediaşi enzim untuk menghasilkan agen
alkilasi yang merangkai silang DNA.
e. Bleomycin
Bleomycin bekerja melalui pengikatan DNA yang menyebabkan terpecahnya
rantai tunggal dan ganda setelah pembentukan radikal bebas, dan penghambatan
biosintesis DNA.
Produk tanaman lain yang dapat digunakan sebagai antikanker antara lain
adalah etoposide (VP-16) teniposide (VM-26), irinotecan, dan topotecan. Etoposide
dan teniposide merupakan derivat podophyllotoxin, ekstrak dari Podophyllum
peltatum, yang digunakan sebagai antikanker. Kedua senyawa ini memiliki
mekanisme aksi yang hampir sama, yaitu membentuk kompleks dengan enzim
topoisomerase II dan DNA yang menyebabkan fungsi enzim topoisomerase II
terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan DNA yang mengarah pada
kematian sel. Sel pada fase S dan G2 merupakan siklus sel yang paling sensitif
terhadap etoposide dan teniposide. Topotecan dan irinotecan merupakan senyawa
sitostatika analog campothecin yang bekerja spesifik pada fase S siklus sel.
Campothecin sendiri merupakan senyawa yang diisolasi dari Camptotheca acuminate.
Topotecan merupakan molekul semisintetik dari campothecin yang dibuat untuk
meningkatkan kelarutan senyawa dalam air, sedangkan irinotecan merupakan prodrug
dari topotecan. Target kerja dari topotecan dan irinotecan adalah enzim topoisomerase
I yang berfungsi mengurangi torsional stress pada DNA sehingga DNA lebih mudah
mengalami replikasi, rekombinasi, repair dan treanskripsi. Mekanisme kerja analog
campothecin adalah menghambat fungsi enzim topoisomerase I, dengan membentuk
kompleks yang stabil antara enzim topoisomerase I dan analog campothecin. Hal ini
menyebabkan tahap religasi terhambat sehingga akumulasi DNA single strand yang
terpotong bertambah. Replikasi DNA yang terjadi pada DNA ini menyebabkan
kerusakan DNA double strand yang irreversible yang mengarah pada kematian sel.
Toksisitas yang biasa terjadi pada agen antikanker yang berasal dari tanarnan antara
lain mual dan muntah, alopesia, diare, neurotoksisitas dan lain- lain.
1.5. Imunoterapi
Imunoterapi adalah terapi dengan menstimulasi sistem imun tubuh untuk
melawan sel kanker. Kemampuan immunoterapi menghancurkan sel kankerterbatas,
diperkirakan sampai sejumlah 10°-10' sel kanker. Agen-agen imunoterapi yang dapat
digunakan antara lain:
1. Interferon
Interferon (IFN) merupakan protein yang diproduksi oleh nukleus sel yang
terinfeksi. Saat ini interferon dapat dibuat secara teknologi DNA rekombinan.
Interferon diklasifikasikan sebagai interferon a B atau y berdasarkan sifat antigenik,
biologik dan farmakologi. IFN-a diproduksi oleh berbagai macam sel termasuk
makrofag dan limfosit, IFN-B diproduksi oleh fibroblast dan sel epitel sedangkan
IFN-y diproduksi oleh subtipe limfosit seperti CD 4+ atau sel CD 8+ dan NK (natural
killer) cells. Sebagai obat antikanker saat ini adalah IFN-a antara lain IFN-a-2a dan
IFN-a-2b. Mekanisme IFN-a sebagai antitumor dengan cara pengikatan kompleks
secara khusus pada reseptor di membran sel dan menginduksi serangkaian reaksi
intrasel, IFN meningkatkan aktivitas sitotoksik sel melalui proses sistem imun. IFN
memperpanjang siklus sel yang berakibat sitostatis, pembesaran ukuran sel dan
apoptosis. IFN dapat menghambat pembentukkan pembuluh darah tumor dan
meningkatkan ekspresi antigen pada permukaan sel tumor sehingga sel kanker lebih
mudah dikenali oleh sel sistem imun. IFN juga menghambat onkogen secara
langsung. Efek samping IFN-a antara lain mirip gejala influenza dengan sakit kepala
dan otot, rasa letih dan demam, mulut kering, alopesia serta gangguan darah dan
gangguan efek sentral ( agitasi, mudah tersinggung dan pikiran kacau).
2. Interleukin-2 (Aldesleukin)
3. Retinoids
4. Antibodi Monoklonal
b. Ifosfamide
Indikasi : Limfoma, sarkoma, tumor padat
Kontraindikasi : Hipersensitivtas, depresi umum tulang parah,
kehamilan dan menyusui
Efek samping : Kebingungan, alopesia, mual, muntah, flebilitas,
mengantuk, depresi, halusinasi. Penyembuhan luka
dapat terganggu selama penggunaan ifosfamide. Potensi
fatal; mielosupresi parah, sistitis hemoragik,
nefrotoksisitas, kardiotoksisitas, koma.
Interaksi obat : Menyebabkan peningkatan toksisitas dengan
aluporinol, cisplatin. Ifosfamide meningkatkan efek
antikoagulan warfarin.Penginduksi CYP2A6 (misal;
amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, rifampin dan
sekorbarbital) dapat mengurangi kadar serum.
Penginduksi CYP3A4 (misal; aminoglutethimide,
carbamazepine, nafcillin, nevirapine, fenobarbital,
fenitoin dan rifampisin) dapat mengurangi kadar serum
ifosfamide,sementara inhibitorna (misal; antifungi azol,
klaritromisin, diklofenak, doksisiklin, eritromisin,
imanitib, isoniazid) dapat meningkatkan kadar
serumnya
Toksisitas : Telah diteliti menghasilkan efek beracun seperti
nefrotoksisitas, myelosupresi, neuropati distribusi kaus
kaki dan sarung tangan, gangguan pendengaran dan
penglihatan. 30% dari pasien akan mengembangkan
nefrotoksisitas, terutama jika hidrasi tidak dikontrol
dengan baik. Hal ini menyebabkan koagulasi nekrosis
sel epitel tubulus ginjal proksimal dan distal dan
collecting duct yang mengarah ke penurunan aliran
darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus (GFR).
Mekanisme obat : obat ini bekerja dengan cara : menghambat sintesa
DNA dengan menukar gugus alkali sehingga
membentuk ikatan silang DNA. Mengganggu fungsi sel
dengan melakukan transfer gugus alkali pada gugus
amino, karboksil, sulfhidril, atau fosfat. Merupakan
golongan sel spesifik non fase spesifik
2. Golongan Mitotic Spindle / Anti mikrotubuler
a. Vinkristin
Indikasi : Leukemia akut, limfoma, Hodgkin dan non-hodgkin,
rhabdomyosarcoma, neuroblastoma, Wilm’s tumor dan
beberapa tumor padat seperti kanker payudara dan
kanker paru-paru
Kontraindikasi: Kehamilan, pemberian intrateka
Efek samping : Leukopenia, trombositopenia ringan, trombositosis
temporer. Neorotoksisitas, penurun reflex, parestesia,
konstipasi, kelemahan otot. Mual muntah, hilang selera
makan, diare, ulserasi oral. Polyuria, dysuria, retensi
urin. Hipertensi, hipotensi. Alopesia. Nefropati asam
urat akut. Dyspnea progresif.
Interaksi obat : Dapat meningkatkan uptake selular methotrexate.
Meningkatkan resiko induksi kariomiopati karena
Adriamycin. Penginduksi hati mempengaruhi
metabolisme hati vincristine. Isoniazid dan I-
asparaginase dapat mengakibatkan peningkatan
neurotoksisitas vincristine. Nafas pendek akut dan
bronkospasmus dapat terjadi jika alkaloid vinca
digunakan dalam kombinasi dengan nitomycin-C.
Mekanisme obat : Obat anti kanker yang termasuk golongan mitose
spindle berikatan dengan protein mikrotubular inti sel
tumor, menghambat sintesis dan polimerisasi
miktotubul sehingga menyebabkan mitosis berhenti
pada metaphase, dan menyebabkan replikasi sel
terganggu
Toksisitas : Vincristine mungkin satu-satunya obat yang dosis
untuk membatasi toksisitas adalah neurotoksisitas. Hal
ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, perifer atau
sistem saraf otonom. Neuropati perifer hadir sebagai
parestesia perifer dengan depresi refleks tendon dalam.
Parestesia menjalar ke proksimal dengan berlanjutnya
terapi. Gangguan disfungsi motorik dan gaya jalan
dapat terjadi.
Vincristine dapat menyebabkan neuropati toksik
dengan paresthesia, hilangnya refleks tendon dalam dan
kelemahan otot. efek saraf kranial dapat bermanifestasi
sebagai opthalmoplegia dan palsy wajah. Neuropati
otonom dapat hadir sebagai hipotensi ortostatik,
disfungsi ereksi, sembelit, kesulitan dalam berkemih,
atonia kandung kemih.
c) Capecitabine
Capecitabine adalah sebuah fluoropirimidin karbamat, yang dirancang sebagai
obat kemoterapi oral, merupakan prodrug fluorourasil yang mengalami hidrolisis di
hati dan jaringan tumor untuk membentuk fluorourasil yang aktif sebagai
antineoplastik. Mekanisme kerjanya sama seperti fluorourasil. Capecitabine
diabsorbsi cepat dan luas dalam saluran gastrointestinal yang kemudian
dimetabolisme menjadi 5’-deoksi-5-fluorocitidin (5’- DFCR), 5’-deoksi-5-
fluorouridin(5’-DFUR) dan fluorourasil, selanjutnya fluorourasil dikatabolisme di
hati menjadi dihidro-5- fluorourasil (FUH2), asam 5-fluoro-ureido-propionat
(FUPA) dan αfluoro-β-alanin (FBAL). Capecitabine dimetabolisme menjadi
fluorourasil dalam 3 langkah: Pertama kali, capecitabine dimetabolisme di hati oleh
carboxylesterase menjadi 5’-DFCR dan dikonversi menjadi 5’- DFUR oleh sitidin
deaminase yang pada prinsipnya terdapat pada hati dan jaringan tumor. Langkah
ketiga yakni metabolisme 5’- DFUR menjadi fluorourasil yang secara farmakologi
merupakan obat kemoterapi aktif, terjadi secara istimewa di sel tumor oleh adanya
timidin fosforilase (dThdPase). Konsentrasi dThdPase lebih tinggi pada sel-sel
tumor (termasuk tumor payudara dan kolorektal) dibandingkan sel normal.
Langkah kedua, fluorourasil dikatabolisme di hati menjadi FUH2 oleh enzim
dihidropirimidin dehidrogenase (DPD), selanjutnya menjadi FUPA oleh enzim
DHP dan menjadi FBAL oleh BUP, yang semuanya tidak memiliki aktivitas
antiproliferatif. Ketiga langkah proses katabolisme ini dapat diidentifikasi saat
fluorourasil diberikan secara intravena.
Capecitabine mempunyai efek pada nilai laboratorium, paling sering terjadi
adalah peningkatan total bilirubin. Capecitabine tidak memiliki efek dengan
pemberian bersama leucovorin. Pasien yang menggunakan antikoagulasi derivate
koumarin dan penggunaan capecitabine secara bersamaan perlu pemantauan ketat
dengan menilai perubahan parameter koagulasi (waktu protrombin).
Efek samping yang lebih sering timbul adalah sindrom palmarplantar
erythrodysesthesia atau hand-foot syndrome. Manifestasi sindrom ini adalah
sensasi baal pada tangan dan kaki, hiperpigmentasi, yang berkembang menjadi
nyeri saat memegang benda atau berjalan. Telapak tangan dan kaki menjadi
bengkak dan kemerahan, dan mungkin disertai dengan deskuamasi.
d) Oxaliplatin
Oxaliplatin merupakan derivat generasi ketiga senyawa platinum dan termasuk
dalam golongan obat pengalkilasi (alkylating agent). Oxaliplatin berbeda dari
cisplatin dalam hal gugus amin yang digantikan oleh diaminocyclohexane
(DACH). Oxaliplatin sedikit larut dalam air, lebih sedikit dalam metanol, dan
hampir tidak larut dalam etanol dan aseton. Secara kimia nama lengkapnya adalah
oxalato (trans-L-1,2-diamino-cyclohexane) platinum.
Mekanisme kerja oxaliplatin sama seperti senyawa dasar platinum lainnya.
Setelah mengalami hidrolisis intraselular, platinum berikatan dengan DNA
membentuk ikatan silang yang menghambat replikasi DNA dan transkripsinya
sehingga menyebabkan kematian sel.Apoptosis sel-sel kanker terjadi karena
terbentuk lesi DNA, menghentikan sintesis DNA, menghambat sintesis RNA, dan
merangsang reaksi imunologis. Oxaliplatin juga menunjukkan efek sinergik dengan
obat-obat sitotoksik lainnya. Sitotoksitasnya bersifat non spesifik siklus sel.
Pemberian oxaliplatin saja menghasilkan aktivitas yang rendah terhadap tumor,
sehingga sering diberikan berkombinasi dengan obat kemoterapi lain, yaitu 5-FU.
Mekanisme sinergis secara tepat di antara 5-FU dan oxaliplatin adalah sederhana,
berdasarkan pengamatan oxaliplatin menurunkan atau menghambat
dihidropirimidine dehidrogenase dan memperlambat katabolisme dari 5-FU.
Penambahan oxaliplatin pada regimen kemoterapi ajuvan pasien kanker kolorektal
stadium II berusia 70 tahun atau lebih terbukti tidak memberikan penambahan
manfaat dalam pencapaian overall survival, tetapi masih memberikan manfaat
DFS. Penambahan oxaliplatin pada pasien metastasis kanker kolorektal pada usia
75 tahun atau lebih yang sudah terseleksi tampaknya sama dengan pasien usia yang
lebih muda.
Efek samping oxaliplatin dapat terjadi pada sistem hematopoetik, sistem saraf
tepi dan sistem gastrointestinal. Sistem hematopoietik menyebabkan
mielotoksisitas derajat sedang, anemia, dan trombositopenia yang tidak berat. Pada
sistem saraf tepi sering terjadi neuropati perifer. Neuropati perifer akut dapat
terjadi sekitar 85%-95% pasien yang mendapat oxaliplatin. Neuropati perifer
dikarakteristikkan dengan parestesia, dysetesia atau allodynia pada ekstremitas,
bibir, dan orofaringolaringeal yang terjadi selama dan sesaat setelah oxaliplatin
infus diberikan, hal ini akan mereda dalam beberapa jam hingga beberapa hari.
Efek samping pada sistem gastrointestinal dapat berupa mual, muntah, dan diare.
e) Irinotecan
Irinotecan adalah bahan semisintetik yang mudah larut dalam air dan
merupakan derivat alkaloid sitotoksik yang diekstraksikan dari tumbuhan seperti
Camptotheca acuminata. Irinotecan dan metabolit aktifnya yakni SN-38
menghambat aksi enzim Topoisomerase I, yakni suatu enzim yang menghasilkan
pemecahan DNA selama proses replikasi DNA. Irinotecan dan SN-38 mengikat
DNA Topoisomerasi I sehingga mencegah pemecahan DNA yang menghasilkan
dua DNA baru serta kematian sel. Irinotecan bekerja pada fase spesifik siklus sel
(S-phase). Irinotecan digunakan dalam beberapa terapi kanker seperti kanker
kolorektal, servik uteri, lambung, glioma, paru, mesothelioma, dan kanker
pankreas. Efek samping yang dapat timbul pada pemberian irinotecan yakni diare,
gangguan enzim hepar, insomnia, alergi, anemia, leukopenia, neutropenia,
trombositopenia, bradikardia, oedem, hipotensi, demam, dan fatigue.
a. Mielosupresi
b. Gangguan gastrointestinal : mual, muntah, diare,
konstipasi
c. Ulserasi mukosa
d. Alopesia
e. Sistitis hemoragik dan non hemoragik
Interaksi : Menggunakan cyclophosphamide dengan obat
apapun yang diinformasikan di bawah ini biasanya
tidak direkomendasikan, tetapi bisa saja dibutuhkan
pada beberapa kasus. Kalau dokter memberikan dua
obat secara bersamaan, biasanya dosis salah satu obat
diubah atau frekuensi penggunaannya yang diubah,
supaya kedua obat bisa bekerja dengan baik.
1) Cyclophosphamide akan meningkatkan risiko
kerusakan jantung jika digunakan bersamaan
dengan obat doxorubicin atau obat yang
menyebabkan kerusakan jantung lainnya.
2) Cyclophosphamide dengan obat inhibitor protease
akan meningkatkan peradangan pada selaput
lendir.
3) Obat ACE inhibitors, natalizumab, paclitaxel,
thiazide diuretics, dan zidovudine jika digunakan
bersamaan dengan cyclophosphamide akan
meningkatkan risiko keracunan pada darah.
Cyclophosphamide jika digunakan bersamaan
dengan amiodarone akan meningkatkan keracunan
pada paru-paru.
4) Cyclophosphamide dengan obat amphotericin B
akan meningkatkan keracunan pada ginjal.
5) Cyclophosphamide dengan indometacin akan
meningkatkan keracunan air akut. Azathioprine
akan meningkatkan keracunan pada hati jika
digunakan bersamaan dengan cyclophosphamide.
6) Busulfan akan meningkatkan penyumbatan
pembuluh darah pada hati dan peradangan pada
selaput lendir jika digunakan bersamaan dengan
cyclophosphamide.
7) Cyclophosphamide jika digunakan bersamaan
dengan radioterapi dapat meningkatkan risiko
sistitis hemoragik (peradangan pada kandung
kemih disertai perdarahan).
8) Metronidazole jika digunakan bersamaan dengan
cyclophosphamide dapat menyebabkan
ensefalopati (kerusakan pada otak) akut.
9) Cyclophosphamide jika digunakan bersamaan
dengan ciclosporin dapat meningkatkan efek
menekan sistem imun.
10) Suxamethonium jika digunakan bersamaan
dengan cyclophosphamide akan menyebabkan
henti napas.
Mekanisme Kerja : Berikatan silang terhadap DNA sehingga menghambat
proliferasi. Mengalami biotransformasi di hati menjadi
bentuk aktif, ekskresi terutama melalui ginja.
Cyclophosphamide merupakan golongan obat antikanker
yang bekerja dengan membentuk senyawa kationik yang
diikuti pemecahan cincin membentuk io karbonium
reaktif, ion ini bereaksi melalui reaksi alkilasi,
membentuk ikatan kovalen dengan gugus pendonor
elektron yang terdapat pada 8 struktur asam amino.
Reaksi ini membentuk cross lingking antara dua
rangkaian DNA dan mencegah mitosis. Sehingga proses
pembentukan sel terganggu dan terjadi hambatan
pertumbuhan sel kanker.
2. Golongan Antimetabolit
a. Metotrekson
Obat ini menghambat reduksi dari asam folat menjadi tetrahydrofolic acid
(THFA) dengan jalan pengikatan pada enzim reduktase. THFA penting sekali bagi
sintesa DNA dan pembelahan sel. Antagonis folat ini adalah sitostatika pertama
yang efektif pada leukemia limfe akut dan kanker chorion yang sudah tersebar
dengan sekitar 80% penyembuhan. Dosis tergantung pada jenis kanker dan
keadaan pasien oral 5-30 mg sehari selama 5 hari.
b. Fluorourasil ( 5-FU)
Fluorouracil adalah obat untuk mengobati pertumbuhan kulit pra-kanker dan
kanker. Fluorouracil termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai anti-metabolit.
Obat ini bekerja dengan menghalangi pertumbuhan sel tidak normal yang
menyebabkan kondisi kulit tersebut.
Mekanisme Kerja : 5-Fluorouracil merupakan agen kemoterapi utama
yang digunakan untuk terapi kanker kolon. 5-FU adalah
antimetabolit yang bekerja secara antagonis dengan
timin terhadap aktivitas enzim timidilat sintetase (TS).
5- FU merupakan prodrug, metabolisme 5-FU
menghasilkan fluoridin-5′- trifosfat (FUTP) yang
bergabung ke dalam RNA dan mempengaruhi
fungsinya, dan fluorodeoksiuridilat (FdUMP) yang
menghambat replikasi DNA. Mekanisme utama aktivasi
5-FU adalah konversi menjadi fluorouridine
monophosphate (FUMP) juga secara langsung oleh
orotate phosphoribosyl transferase (OPRT), atau secara
tidak langsung via fluorouridine (FUR) melalui aksi
berurutan dari uridine phosphorylase (UP) dan uridine
kinase (UK). FUMP kemudian difosforilasi menjadi
fluorouridine diphosphate (FUDP), yang dapat juga
difosforilasi lebih lanjut menjadi metabolit aktif
fluorouridine triphosphate (FUTP), atau dikonversi
menjadi fluorodeoxyuridine diphosphate (FdUDP) oleh
ribonucleotide reductase (RR). Di sisi lain, FdUDP
dapat pula di fosforilasi atau didefosforilasi menjadi
metabolit aktif masing-msaing FdUTP dan FdUMP.
Jalur aktivasi alternatif lainnya melibatkan
thymidine phosphorylase yang mengkatalisis konversi
5-FU menjadi fluorodeoxyuridine (FUDR), kemudian
difosforilasi oleh thymidine kinase (TK) dan menjadi
thymidylate synthase (TS) inhibitor, FdUMP. Ada pula
enzim Dihydropyrimidine dehydrogenase (DPD) yang
mengkonversi 5-FU menjadi dihydrofluorouracil yang
tidak aktif. (DHFU) adalah rate-limiting step
katabolisme 5-FU pada sel normal dan sel tumor, dan
proporsi dari pengrusakan menjadi metabolit tidak aktif
mencapai 80% (Longley and Johnston, 2007).
Interaksi : Celecoxib merupakan suatu antiinflamasi nonsteroid
yang mempunyai aktifitas antiinflamasi, analgesik, dan
antipiretik. Mekanisme kerjanya ialah dengan
menghambat sintesa prostaglandin, terutama melalui
penghambatan cyclooxygenase-2 (COX-2). Dari kedua
obat tersebut dilakukan kombinasi karena mampu
memberikan efek penekan pembentukan pembuluh
darah baru, apabila hanya diberikan obat celecoxib saja
efeknya ialah seperti pada mekanisme kerjanya hanya
sebagai penekan pertumbuhan pembuluh darah, dan
apabila dikombinasikan dengan 5-fluorouracil ialah
mampu memberikan penekanan terhadap penyebaran
dan penghambatan pembentukan pembuluh darah baru
oleh metabolit fluoro-deoxyuridine monophosphate
(FdUMP), fluorodeoxyuridine triphosphate (FdUTP),
dan fluorouridine triphosphate (FUTP) menjadi
metabolit yang tidak aktif. Heterofil merupakan suatu sel
yang berasal dari sel darah putih salah satunya ialah
granulosit. Granulosit mempunyai inti tidak teratur
dalam sitoplasma yaitu neutrofil, eosinofil, basofil,
dimana heterofil masuk dalam bagian neutrofil.
Heterofil dalam pembentukan pembuluh darah baru
berperan sebagai lini pertama yang bermigrasi ketempat
infeksi untuk pemberian respon inflamasi atau
peradangan pada pembuluh darah baru.
Dosis : Intraarterial (diberikan melalui pembuluh darah
arteri) Pengobatan paliatif dari kanker kolon, rektum,
payudara, lambung, atau pankreas. Dewasa: 5-7.5 mg/kg
per hari sebagai obat infus kontinyu (perfusi regional).
Intravena (diberikan melalui pembuluh darah vena)
Pengobatan paliatif dari kanker kolon, rektum,
payudaran, lambung, atau pankreas. Dewasa: 12
mg/kg/hari (maksimal 0.8-1g/hari) selama 3-4 hari, jika
tidak terjadi gejala dan tanda keracunan, dapat diikuti
pemberian selang 1 hari dengan dosis 6mg/kg untuk 304
kali pemberian. Pemberian dapat diulang setelah 4-6
minggu atau dosis rumatan sebanyak 5-15mg/kg/minggu
(maksimal 1gr/minggu).
Sebagai larutan infus 15mg/kg/hari (maksimal
1gr per hari) dalam 500ml larutan salin normal atau
larutan glukosa 5% selama 4 jam, diulang pada hari
berikutnya sampai munculnya gejala toksisitas atau total
tercapai 12-15gr telah diberikan. Setelah itu dapat
diulang kembali setelah 4-6 minggu
Oral
Pengobatan paliatif dari kanker kolon, rektum, payudara,
lambung, atau pankreas. Dewasa: 15 mg/kg (maksimal:
1 gr/hari), dapat diberikan sekali per minggu untuk dosis
pemeliharaan. Maksimal 1 gr/minggu.
Efek samping : Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping
tertentu dan bersifat individual. Jika terjadi efek samping
yang berlebih, harus segera ditangani oleh tenaga medis.
Fluorouracil dapat menyebabkan efek samping yang
meliputi:
Gangguan pada sel-sel darah (leukopenia,
trombositopenia), sariawan, ulkus pada s aluran cerna,
perdarahan dan diare
Mual, muntah, ruam, hiperpigmentasi, kebotakan
Topikal: tanda peradangan awal dan reaksi
fotosensitivitas. Dermatitis dan eritema
multiformis (jarang)
3. Golongan Antibiotik
a. Doxorubisin
Doxorubicin adalah larutan obat yang termasuk ke dalam jenis antraksiklin,
yaitu antibiotik yang berasal dari bakteri streptomyces, yang digunakan
untuk mengobati kanker. Obat ini termasuk ke dalam obat resep, sehingga tidak bisa
Anda dapatkan dengan bebas di apotek. Selain itu, obat yang disuntikkan ke dalam
tubuh melalui pembuluh darah ini sebaiknya dilakukan oleh ahli, seperti dokter atau
perawat. Cara kerja obat ini doxorubicin adalah dengan memperlambat
atau menghentikan pertumbuhan sel kanker. Obat ini utamanya digunakan untuk
mengobati kanker-kanker berikut:
Mekanisme kerja : Doxorubisin ( DOX ) bekerja dengan cara mengikat
DNA sel kanker dan memblok enzim yang penting
seperti topoisomerase II. Hal ini membuat DNA menjadi
kusut dan sel kanker tidak dapat membelah dan tumbuh.
DOX mempunyai mekanisme kerja yang tidak dapat
dipisahkan dengan mekanisme toksisitasnya.
Mekanisme antikanker DOX adalah interkalasi dengan
DNA, inhibisi kerja topoisomerase II, menghambat
religasi untai DNA, dan mengganggu membran fluiditas.
Gugus kuinon DOX dapat membentuk radikal
semikuinon yang berperan dalam pembentukan radikal
bebas oksigen. Penurunan efektifitas DOX dalam
pengobatan kanker dapat disebabkan pengurangan dosis
atau penundaan terapi.
4. Produk Alamiah
a. Paklitasel
Mekanisme kerja : Menghambat depolimerisasi mikrotubulus. Kadar
plasma bifasik, nonlinear, metabolisme di hati oleh
cytochrome P450, ekskresi terutama nonrenal. Paclitaxel
bekerja bekerja dengan menginduksi pembentukan
mikrotubulus dan menghambat penguraiannya menjadi
tubulin, sehingga sel akan terhenti pada fase G2-M, dan
terjadi hambatan proliferasi sel. Kemoterapi golongan
taxane juga bekerja menghambat ekspresi onkoprotein
Bcl-2, di mana perannya adalah sebagai protein anti-
apoptosis. Oleh karena itu, dengan hambatan Bcl-2 oleh
taxane, maka akan memicu terjadinya apoptosis sel
kanker.
Indikasi Paclitaxel dapat digunakan antara lain
untuk kanker payudara, NSCLC, kanker ovarium, AIDS
related sarkoma Kaposi, kanker kepala & leher, kanker
nasofaring, kanker serviks, kanker gaster.
Dosis : 175 mg/m2.
Kontraindikasi : Neutropenia < 1.500/µL, trombositopenia <
100.000/µL, hipersensitif.
Efek Samping : Efek yang ditimbulkan yaitu mielosupresi, reaksi
alergi, perubahan EKG, neuropati perifer,
mialgia/artralgia, mual-muntah, diare, mukositis,
alopesia, gangguan fungsi hati.
b. Vinblastine
5. Antrasenedion
a. Mitoxantrone
Mekanisme kerja : Mitoxantrone merupakan salah satu anti kanker
(antineoplastic or cytotoxic) dalam obat kemotrapi.
Kanker dikenal sebagai penyakit yang disebabkan
karena pembelahan sel yang tidak lagi terkontrol oleh
jaringan normal. Mitoxantrone diterima secara cepat
oleh jaringan, secara efektif dapat menurunkan
perkembangan dari penyakit dengan beberapa
mekanisme yang berbeda. Seperti contoh, obat ini dapat
menekan proliferasi sel T, sel B, dan makrofag.
mitaxantrone dapat bekerja sedemikian rupa dalam DNA
untuk menurunkan replikasi sel. Obat ini akan
dieksresikan lewat urin dan empedu.
Indikasi : Mitoxantrone juga dapat digunakan untuk pengobatan
penyakit kanker prostat, multiple sclerosis (MS), kanker
payudara, dan juga penyakit non-hodgkin’s lymphoma.
Dengan mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh,
mitoxantrone memperlambat aktivitas Multiple Sclerosis
dan mengurangi frekuensi kambuh.
Dosis : Dosis dewasa awalnya, 14 mg / m2, lalu ulangi setiap 3
minggu. Sesuaikan dosis berikutnya sesuai dengan
tingkat myelosupresi. Pasien yang lemah atau mereka
yang menjalani kemoterapi sebelumnya: Dapat
mengurangi dosis awal menjadi 12 mg/m2. Sebagai
bagian dari rejimen kombinasi: Dapat mengurangi dosis
awal menjadi 10-12 mg / m2.
Efek samping : Yang terjadi dalam penggunaan mitoxantrone dalam
pengobatan kemotrapi antara lain: badan menjadi lemah,
luka pada mulut, kerontokan rambut, diare atau sembelit,
tekanan darah rendah, bagian mata yang berwarna putih
dan urin menjadi berwarna biru atau hijau, sakit perut,
dan siklus menstruasi menjadi tidak teratur.
Interaksi : Dengan cyclosporine, digoxin dan trastuzumab
Klasifikasi Dosis Obat Kanker Payudara
FAC EC
5-Fluorouracil 500 mg/m2 iv hari 1&8 atau hari 1&4 Epirubicin 100 mg/m2 iv hari 1
Doxorubicin 50 mg/m2 iv hari 1 (atau 72 jam Cyclophosphamide 830 mg/m2 iv hari 1
diteruskan infus) Setiap 21 hari selama 8 siklus
Cyclophosphamide 500mg/m2 IV hari 1 Siklus setiap
21 hari selama 6 siklus
CAF TAC
Cyclophosphamide 100 mg/m2 PO hari 1-14 Docetaxel 75 mg/m2 iv hari 1
Doxorubixicin 30 mg/m2 iv hari 1&8 Doxorubixicin 50 mg/m2 iv hari 1
5-Fluorouracil 500 mg/m2 iv hari 1&8 Setiap 28 hari Cyclophosphamide 500 mg/m2 iv hari 1
selama 6 siklus Setiap 21 hari selama 6 siklus