Anda di halaman 1dari 27

TUGAS FARMAKOLOGI KLINIS

“PENGGOLONGAN OBAT KANKER DAN MEKANISME KERJANYA”

Oleh

YULIA PERMATASARI

1701138

S1-4A

Dosen pengampu :

Adriani Susanty, M.Farm, Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
2020
PENGGOLONGAN OBAT KANKER

Terapi pada kanker


1.Terapi local:operasi dan radiasi
2.Terapi sistemik:antineoplastic kemoterapi,hormonal terapi,immunoterapi

Modalitas pengobatan kanker:


 Tunggal :bedah,radiasi,kemoterapi,hormone,bioterapi
 Kombinasi:bedah+kemoterapi:radiasi+kemoterapi:bedah+radiasi

Kemoterapi :pengobatan kanker dengan zat atau obatberkhasiat membunuh sel kanker
Obat disebut sitostatika=penghambat kerja sel yang sedang tumbuh
Obat diberikan secara sistemik (ke seluruh system tubuh).
Penggunaan obat-obat kemoterapi:
 Kumpulan obat-obat sitostatika disebut regimen kemoterapi
 Regimen tunggal:
Digunakan zaman dulu(sampai sekarang)
Khasiat kurang dibanding kombinasi
Efek samping ringan
 Regimen kombinasi:
Untuk meningkatkan khasiat
Mengurangi efek samping

Beberapa Macam Obat yang Telah Banyak Digunakan dalam Terapi Kanker
adalah :

o Golongan Sub Golongan Obat


1 Alkilator Mustar nitrogen Mekloretamin, Siklofosfamid, Klorambusil,
Derivat etilenamin Mustar Urasil.
Alkil sulfonat Trietilenmelamin (TEM),
Nitrosourea Trietilentiofosforamid (tio-TEPA)
Busulfan
Karmustin (BCNU), Lomustin (CCNU),
Semustin (metil CCNU)
2 Antimetaboli Analog pirimidin 5-Fluorourasil, Sitarabin, 6-Azauridin,
t Analog purin Floksuridin (FUDR).
Antagonis folat 6-Merkaptopurin, 6-Tioguanid (T6)
Metotreksat (MTX)
3 Antibiotik Daktinomisin, Mitomisin, Antrasiklin
(Doksorubisin, Daunorubisin), Mitamisin,
Bleomisin
4 Hormon Hormon Prednison
adrenokortikosteroi Hidroksiprogesteron Kaproat,
d Hidroksiprogesteron Asetat, Megestrol
Progestin Asetat
Estrogen Dietilstilbestrol, Etinil Estradiol
Inhibitor Estrogen Tamoksifen
Androgen Testosteron Propionat, Fluoksimesteron
Inhibitor Androgen Flutamid
5 Isotop Fosfor Natrium Fosfat (P32)
Radioaktif Iodin Natrium Iodida (I131)
6 Lain-lain Substitusi urea Hidroksiurea
Derivat Prokarbazin
metilhidrazin Sisplatin
Sejenis alkilator

Klasifikasi Agen Kemoterapi adalah sebagai berikut :


1. Agen alkilasi
Agen alkilasi merupakan obat driamycin lin yang paling tua dan paling
banyak digunakan. Agen alkilasi menghasilkan efek sitotoksik melalui transfer
kelompok alkil-nya ke berbagai konstituen seluler. Agen alkilasi bekerja melalui
pembentukan ikatan kovalen dari gugus alkil yang sangat reaktif dengan gugus
nukleofilik dari protein dan asam nukleat. Interaksi ini terjadi pada rantai tunggal atau
pada kedua rantai DNA melalui rangkai-silang (cross-linking) dengan gugus reaktif
sehingga dapat mencegah terjadi mitosis. Akibatnya proses pembentukan sel
terganggu dan terjadi hambatan pertumbuhan sel kanker. Agen-agen alkilasi tidak
spesifik pada siklus sel, namun sel paling peka terhadap alkilasi dalam fase G dan
siklus sel dan mengekspresikan driamyc dalam G2.
2. Antimetabolit
Agen driamycin lin adalah senyawa yang dapat menghambat jalur driamyci
yang penting untuk kehidupan dan reproduksi sel kanker, melalui penghambatan asam
folat, purin, pirimidin dan asam amino, serta jalur nukleosida pirimidin, yang
diperlukan pada sintesis DNĄ, Penghambatan, terlikasi DNA ini berkembangbiak dan
mengalami kematian. Antimetabolit memiliki struktur yang analog dengan metabolit
normal yang diperlukan bagi pertumbuhan dan replikasi sel.
 Antagonis asam folat
Antagonis asam folat bekerja secara tidak khas, dengan menghambat secara
bersaing dihidrofolat reduktasc, suatu enzim yang mengkatalisisreduksi asam
dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat. Antagonis folat mengikat enzim tersebut
secara kuat dan menyebabkan hambatan takterpulihkan yang bersifat semu
menyebabkan hambatan sintesis DNA, RNA dan protein. Antagonis asam folat juga
menghambat enzim timidilat sintctase dan menyebabkan kematian sel karena
kekurangan timin. Contoh: driamycin l dan kethotrexat.
 Antagonis purin.
Antagonis purin adalah pra-obat dan menjadi aktif setelah mengalami
anabolisme menjadi nukleotida atau menjadi turunan difosfat atau trifosfat. Contoh:
6-Mercaptopurine, azatioprin, 6-Tioguanin.
 Antagonis pirimidin
Antagonis pirimidin umumnya berupa pra-ubat, secara in vivo mengalami
anabolisme menjadi senyawa aktif yang dapat mempengaruhi sintesis DNA pada fase
awal dengan cara menghambatenzim timidilat sintetase (enzim yang mengkatalisis
metilasi asam deoksiuridilat menjadi asam timidilat) menyebabkan kekosongan asam
timidilat sehingga sel mengalami kematian (thymineless death). Contoh: 6-
Fluorourasil, tegafur, cytarabin,floksuridin.

(Modifikasi basa dari DNA untuk memproduksi analog purin dan pirimidin)

Agen Hormonal
Terapi menggunakan driamy merupakan salah satu pilihan dalam manajemen
terapi kanker yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh driamy, seperti kanker prostat,
payudara, dan endometrium. Dengan membuang kelenjar penghasil driamy di dalam
tubuh atau memberikan driamy yang bekerja secara antagonis dapat menginduksi
regresi dari sel tumor.
 Hormon steroid dan obat antisteroid
Hormon steroid mengikat ke protein reseptor dalam sel kanker, dan tingginya
kadar protein reseptor mengindikasikan responsivitas terhadap terapi endokrin
 Penghambat estrogen dan androgen
Termasuk kelompok ini contohnya tamoxifen yang terbukti sangat berguna
untuk mengobati kanker payudara, dan juga mempunyai aktivitas melawan kanker
endometrium yang resisten progesterone.
 Agonis driamy perilis-gonadotropin (GnRH)
Termasuk kelompok ini adalah Leuprolide acetate dan goserelin yaitu analog
driamy sintesis dari driamy perilis gonadotropin yang terjadi secara alami
(Gonadotropine-Releasing Hormone = GnRH, LNRH). Analog ini lebih kuat daripada
driamy alami dan berfungsi sebagai agonis GnRH, dengan efek driamy, bila
diberikan secara terus menerus, pada pituitary stimulasi awal yang disertai dengan
penghambatan rilis FSH(Follicle-stimulating hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone).
 Penghambat aromatase
Termasuk kelompok ini adalah Aminoglutethimide dan Anastrozole.
Aminoglutethimide merupakan penghambat sintesis steroid adrenal pada tahap
pertama. Aminoglutethimide juga menghambat sintesis estron dan estradiol ekstra-
adrenal. Anastrozole merupakan penghambat aromatase nonsteroid merupakan
nonsteroid yang dianggap tidak memiliki efek nyata pada sintesis glukokortikoid dan
mineralokortikoid
Antibiotik
Sebagian besar driamycin yang digunakan untuk kemoterapi kanker bekerja
dengan membentuk ikatan atau kompleks dengan DNA, sehingga menghambat
sintesis DNA dan atau RNA. Pada akhirnya akan menghambat sintesis protein melalui
penghambatan terhadap sintesis RNA yang tergantung DNA (DNA-dependent RNA
synthesis) (McEvoy, 2004). Efek samping dari driamycin kemoterapi antara lain
anoreksia, mual dan muntah biasanya terjadi pada beberapa jam setelah terapi
dilakukan. Supresihematopoesis terjadi pada minggu pertama terapi. Efek samping
yang sering terjadi antara lain depresi sumsum tulang belakang gangguan saluran
cema , diare, alopesia.
o Anthracyclin
Anthracyclin dapat menimbulkan toksisitas organ dan tumor melalui tiga aksi
meliputi pengikatan afinitas tinggi ke DNA melalui interkalasi, dengan akibat
penyakatan sintesis DNA dan RNA, dan pengguntingan rantai DNA melalui efeknya
pada topoisomerase II; pengikatan ke membran untuk mengubah fluiditas dan
transport ion; pembentukan radikal bebas semiquinone dan radikal oksigen melalui
proses reduksi dimediasi enzim.
o Dactinomycin
Dactinomycin bekerja dengan berikat dengan DNA rantai ganda melalui
interkalasi di antara pasangan basa guaninc-cytocinc sekitarnya.

o Plicamycin
Plicamycin melibatkan pengikatan DNA, mungkin melalui kompleks
driamycin-Mg2+. Interaksi ini mengganggu sintesis RNA yang diarahkan DNA.
o Mitomycin
Mitomycin merupakan agen alkilasi bioreduktif yang mengalami aktivasi
reduktif metabolis melalui reduksi yang dimediaşi enzim untuk menghasilkan agen
alkilasi yang merangkai silang DNA.

o Bleomycin
Bleomycin bekerja melalui pengikatan DNA yang menyebabkan terpecahnya
rantai tunggal dan ganda setelah pembentukan radikal bebas, dan penghambatan
biosintesis DNA.

Alkaloid tanaman
Produk tanaman yang banyak digunakan sebagai antikanker adalah vinkristin
dan driamycin yang merupakan alkaloid dari tanaman Vinca rosea. Kedua senyawa
ini memberi efek sitotoksik melalui ikatan dengan protein mikrotubular dalam sel,
menyebabkan berhentinya proses driamyci, penghambatan sintesis asam nukleat, dan
sintesis protein. Pembentukan kompleks antara alkaloid vinca dan tubulin
menghambat polimerisasi tubulin dan menginduksi depolimerisasi mikrotubuli
menyebabkan berhentinya proses mitosis pada fase driamyci. Proses ini
menyebabkan disfungsi spindle apparatus, pembekuan fase driamyci serta mencegah
segregasi kromosom dan proliferasi sel.
Produk tanaman lain yang digunakan sebagai antikanker adalah paclitaxel
yang dikenal dengan nama taxol. Paclitaxel didapat dari ekstrak kayu tanaman Taxus
brevifolia (western yew tree) atau ekstrak ranting tanaman Taxus baccata. Paclitaxel
berkhasiat sebagai sitostatika dengan jalan menghambat mitosis dan mengikat pada
suatu protein yang menghalangi terjadinya apoptosis. Mekanisme kerja paclitaxel
mirip dengan alkaloid vinca yaitu berikatan dengan tubulin namun berbeda dengan
alkaloid vinca ikatan polimerisasi yang dihasilkan lebih stabil. Fłal ini menginduksi
depolimerisasi mikrotubuli menghasilkan bentukan mikrotubuli yang tetap sehingga
menyebabkan disfungsi mikrotubuli. Proses ini menyebabkan terjadinya kematian sel.

Imunoterapi

Imunoterapi adalah terapi dengan menstimulasi sistem imun tubuh untuk


melawan sel kanker. Kemampuan immunoterapi menghancurkan sel kankerterbatas,
diperkirakan sampai sejumlah 10°-10' sel kanker (Minna, 2001). Agen-agen
imunoterapi yang dapat digunakan antara lain:

1. Interferon

Interferon (IFN) merupakan protein yang diproduksi oleh nukleus sel yang
terinfeksi. Saat ini interferon dapat dibuat secara teknologi DNA rekombinan.
Interferon diklasifikasikan sebagai interferon a B atau y berdasarkan sifat antigenik,
biologik dan farmakologi (DiPiro et al., 2005). IFN-a diproduksi oleh berbagai
macam sel termasuk makrofag dan limfosit, IFN-B diproduksi oleh fibroblast dan sel
epitel sedangkan IFN-y diproduksi oleh subtipe limfosit seperti CD 4+ atau sel CD 8+
dan NK (natural killer) cells (DeVita, et al., 2001) Sebagai obat antikanker saat ini
adalah IFN-a antara lain IFN-a-2a dan IFN-a-2b (DiPiro et al., 2005). Mekanisme
IFN-a sebagai antitumor dengan cara pengikatan kompleks secara khusus pada
reseptor di membran sel dan menginduksi serangkaian reaksi intrasel (Parfitt, 1999),
IFN meningkatkan aktivitas sitotoksik sel melalui proses sistem imun. IFN
memperpanjang siklus sel yang berakibat sitostatis, pembesaran ukuran sel dan
apoptosis. IFN dapat menghambat pembentukkan pembuluh darah tumor dan
meningkatkan ekspresi antigen pada permukaan sel tumor sehingga sel kanker lebih
mudah dikenali oleh sel sistem imun. IFN juga menghambat onkogen secara langsung
(DiPiro et al., 2005). Efek samping IFN-a antara lain mirip gejala influenza dengan
sakit kepala dan otot, rasa letih dan demam, mulut kering, alopesia serta gangguan
darah dan gangguan efek sentral ( agitasi, mudah tersinggung dan pikiran kacau)
(Parfitt,1999).

2. Interleukin-2 (Aldesleukin)

Interleukin-2 (IL-2, aldesleukin) adalah limfokin yang dihasilkan secara


rekombinan dan mempunyai efek imunologik. IL-2 meningkatkan proliferasi dan
diferensiasi sel T dan sel B seria inisiasi sitokin. Reseptor IL-2 meningkatkan jumlah
sel T teraktifasi dan menengahi sebagian besar efek IL-2. Efek antitumor bergantung
pada proliferasi sel sitotoksik yang dapat mengenali dan merusak sel tumor tanpa
mengganggu sel normal. Beberapa sel sitotoksik adalah NK cells, limphokine-
actovated killer (LAK) cells dan tumor-infiltrating lymphocytes (TIL)DiPiro et al.,
2005). Efek samping yang sering terjadi adalah gejala-influenza dan gangguan
lambung-usus. Adakalanya juga efek-efek sentral (pikiran kacau, halusinasi,
desorientasi, konvulsi) dan depresi sumsum tulang (Parfitt, 1999).

3. Retinoids

Retinoid adalah pemberian vitamin A dan metabolitnya. Retinoid mempunyai


peranan penting dalam proses biologi termasuk diferensiasi sel. Retinoid
diklasifikasikan sebagai morphogens yaitu molekul kecil yang dihasilkan oleh satu
tipe sel yang berpengaruh pada pertumbuhan dan diferensiasi sel tetangga. Fungsi
normal dari retinoid adalah merangsang diferensiasi beberapa sel, menghentikan
diferensiasi sel yang lain serta menghambat dan merangsang apoptosis pada tipe sel
lainnya. Pertumbuhan kanker didefinisikan sebagai diferensiasi abnormal selular,
karena itu retinoid merupakan agen terapi yang penting dalam pengobatan dan
pencegahan kanker (DiPiro et al., 2005).

4. Antibodi Monoklonal

Antibodi monoklonal menjadi agen biologi yang penting dalam pengobatan


kanker. Agen yang dapat digunakan sebagai antikanker antara lain : trastuzumab,
ituxima gemtuzumab dan alertuzumab. Agen-agen merupakan imunoglobulin spesifik
yang mengenali antigen spesifik atau protein pada permukaan sel. Mekanisme dari
antibodi monoklonal adalah meningkatkan kematian sel kanker. Mekanisme langsung
dari antibodi monoklonal adalah menginduksi apoptosis, menghambat reseptor faktor
pertumbuhan dan merangsang antibodi anti-idiotype (DiPiro et al., 2005).

Isotop Radioaktif

 Radiodiagnostik

I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over
aktif atau kita sebut hipertiroid. I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang terbuat
dari iodin yang selalu memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini dimasukkan
kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini akan masuk ke dalam
pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan melewati kelenjar tiroid
yang kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut. Hal ini akan
memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa kasus dapat
merubah kondisi tiroid.

 Radioterapi

Bila jaringan terkena radiasi penyinaran, maka jaringan akan menyerap


energi radiasi dan akan menimbulkan ionisasi atom-atom. Ionisasi tersebut dapat
menimbulkan perubahan kimia dan biokimia yang pada akhirnya akan
menimbulkan kerusakan biologik. Kerusakan sel yang terjadi dapat berupa
kerusakan kromosom, mutasi, perlambatan pembelahan sel dan kehilangan
kemampuan untuk berproduksi.

Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila
mengenai sebuah atom akan menyebabkan terpentalnya elektron keluar dari orbit
elektron tersebut. Pancaran energi dapat berupa gelombang elektromagnetik, yang
dapat berupa sinar gamma dan sinar X. Pancaran partikel dapat berupa pancaran
elektron (sinar beta) atau pancaran partikel netron, alfa, proton.

Dengan pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker
yang mati dan tumor akan mengecil. Sel-sel yang mati akan hancur, dibawa oleh
darah dan diekskresi keluar dari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bisa
pulih kembai dari pengaruh radiasi. Tetapi bagaimanapun juga, kerusakan yang
terjadi pada sel-sel sehat merupakan penyebab terjadinya efek samping radiasi.

A. KANKER PARU

a) Definisi Kanker Paru

Kanker paru-paru adalah suatu kondisi di mana sel-sel tumbuh secara tidak
terkendali di dalam paru-paru (organ yang berfungsi untuk menyebarkan oksigen ke
dalam darah saat menghirup napas dan membuang karbondioksida saat menghela
napas).
Terdapat dua jenis utama kanker paru-paru, yang ditentukan dari bentuk sel
yang terlihat di bawah mikroskop. Kedua jenis kanker ini berkembang dan
diperlakukan dengan berbeda .

1. Kanker paru-paru sel kecil (SCLC) – sekitar 10% sampai 15% dari kanker paru-
paru adalah kanker paru-paru sel kecil. Jenis kanker ini biasanya menyebar lebih
cepat dibandingkan kanker paru-paru bukan sel kecil, menyebabkan kematian lebih
cepat. Pengobatan dengan obat-obatan dan radiasi lebih disukai dibandingkan operasi.

2. Kanker paru-paru bukan sel kecil (NSCLC) – Kanker paru-paru jenis ini tercatat
85% sampai 90% dari kanker paru-paru. Kanker ini menyebar lebih lambat
dibandingkan dengan kanker paru-paru sel kecil dan bisa disembuhkan dengan
operasi jika terdeteksi pada stadium awal.

b) Penggolongan Obat Kanker Paru

Contoh Obat Kanker Paru :

1. Golongan Alkilating Agent

 Cisplastin

Indikasi : Kanker testis dan kandung kemih, tumor pyelic dan uretra, karsinoma
prostat, karsinoma ovarium, tumor ganas kepala dan leher, kanker paru paru sel
non kecil, karsinoma esophagus, kanker uterus, leher Rahim, neuroblastoma

Mekanisme Kerja : Obat ini bekerja dengan cara : menghambat sintesa DNA
dengan menukar gugus alkali sehingga membentuk ikatan silang DNA.
Mengganggu fungsi sel dengan melakukan transfer gugus alkali pada gugus
amino, karboksil, sulfhidril, atau fosfat. Merupakan golongan sel spesifik non fase
spesifik.

` 2. Golongan Mitotic Spindle / Anti mikrotubuler

 Vinkristin

Indikasi :Leukemia akut, limfoma, Hodgkin dan non-hodgkin,


rhabdomyosarcoma, neuroblastoma, Wilm’s tumor dan beberapa tumor padat
seperti kanker payudara dan kanker paru-paru
Mekanisme Obat : obat anti kanker yang termasuk golongan mitose spindle
berikatan dengan protein mikrotubular inti sel tumor, menghambat sintesis dan
polimerisasi miktotubul sehingga menyebabkan mitosis berhenti pada metaphase,
dan menyebabkan replikasi sel terganggu

3. Golongan Topoisomerase Inhibitor

 Etoposide

Indikasi : Penanganan tumor testis refrakter dan small cell lung cancer

Mekanisme obat : mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga


menghambat proses transkripsi dan replikasi

4. Golongan Antibiotik

 Doxorubicin

Indikasi : berbagai tipe neoplasia

Mekanisme kerja: menghambat enzim topoisomerase II sehingga menghambat


proses pembelahan sel dan pembentukan DNA. Bersihan plasma cepat, ekskresi
terutama melalui empedu.

B. KANKER PAYUDARA

a) Definisi Kanker Payudara


Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali. Kanker payudara ini terjadi pada jaringan yang ada di payudara.

b) Penggolongan Obat Kanker Payudara

Tabel. Klasifikasi Dosis Obat Kanker Payudara


Nama Obat Rute Dosis

1. Zat Alkilasi
a. Cyclophosphamide Oral 50-100 mg/m2/hari
iv 30-50 mg/kg
b. Ifosfamide iv 50 mg/kg/hari
c. Melphalan oral 0,2 mg/kg/hari
d. Klorambusil oral 0,1-0,2 mg/kg/hari
2. Antimetabolit
a. Fluorourasil iv 500-600 mg/m2
b. Methotrexate iv 30-60 mg/m2
3. Antimitotika
a. Etoposida iv 100 mg/m2
b. Paclitaxel iv 175-250 mg/m2
c. Vinblastin 0,1-0,5 mg/kg
d. Docetaxel iv 60-100 mg/m2
4. Antibiotik
a. Doksorubisin 60-75 mg/m2
b. Mitomycin iv 20 mg/m2
c. Mitoxantron iv 12-14 mg/m2
d. Epirubisin iv 100-120 mg/m2
e. Idarubisin iv 12 mg/m2/hari
5. Imunodulansia
a. Siklosporin iv 5-6 mg/kg
b. Bevacizumab iv 3 mg/kg
c. Xetuximab iv 50-200 mg/m2
6. Hormon dan Antihormon
a. Toremifene Oral 60 mg sekali sehari
b. Mifepristone Oral 600 mg
c. Tamoxifen Oral 20-40 mg

1. Obat Golongan Pengalkilasi


Agen pengalkilasi merupakan salah satu golongan obat antikanker
yang bekerja dengan membentuk senyawa kationik yang diikuti pemecahan
cincin membentuk ion karbonium reaktif, ion ini bereaksi melalui reaksi
alkilasi, membentuk ikatan kovalen dengan gugus pendonor elektron yang
terdapat pada 8 struktur asam amino. Reaksi ini membentuk cross lingking
antara dua rangkaian DNA dan mencegah mitosis. Sehingga proses
pembentukan sel terganggu dan terjadi hambatan pertumbuhan sel kanker
(Siswandono, 2008).
Terdapat beberapa toksisitas yang umum terjadi ketika menggunakan
obat golongan ini antara lain, yaitu neurotoksisitas, oral toksisitas, toksisitas
pada rambut, toksisitas hematologi, toksisitas gastrointestinal toksisitas pulmo
(Remesh, 2003).
 Cyclophosphamide
Indikasi : Penggunaan cyclophosphamide yang utama adalah untuk penyakit
keganasan. Cyclophosphamide merupakan salah satu agen kemoterapi
spektrum luas yang aktif terhadap beberapa macam kanker. Berdasarkan cara
kerjanya, cyclophosphamide termasuk dalam siklus sel spesifik.
Mekanisme kerja : Berikatan silang terhadap DNA sehingga menghambat
proliferasi. Mengalami biotransformasi di hati menjadi bentuk aktif, ekskresi
terutama melalui ginja. Cyclophosphamide merupakan golongan obat
antikanker yang bekerja dengan membentuk senyawa kationik yang diikuti
pemecahan cincin membentuk io karbonium reaktif, ion ini bereaksi melalui
reaksi alkilasi, membentuk ikatan kovalen dengan gugus pendonor elektron
yang terdapat pada 8 struktur asam amino. Reaksi ini membentuk cross
lingking antara dua rangkaian DNA dan mencegah mitosis. Sehingga proses
pembentukan sel terganggu dan terjadi hambatan pertumbuhan sel kanker.
2. Obat Golongan Anti Metabolit
Antimetabolit merupakan obat antikanker yang bekerja menghambat
enzim-enzim yang diperlukan untuk memproduksi basa yang menjadi bahan
penyusun DNA (Cheung-Ong, 2013). Antimetabolit dan juga asam folat dapat
mencegah terjadinya pembelahan pada sel kanker. Obat ini juga memiliki
toksisitas yang hampir sama dengan golongan agen pengalkilasi yaitu
neurotoksisitas, oral toksisitas, toksisitas pada rambut, toksisitas hematologi, 9
toksisitas gastrointestinal (Remesh, 2003). Methrotrexat merupakan salah satu
dari golongan antimetabolit yang memiliki efek pulmotoksisitas (7 %)
(Sweetman, 2009).
 Methotrexate
Indikasi : Methotrexate digunakan untuk mengobati jenis kanker yang
menyerang payudara, kepala dan leher, paru-paru, darah, tulang, kelenjar
getah bening, rahim, dan rheumatoid arthritis yang parah. Obat ini juga dapat
digunakan untuk mengatasi gejala psoriasis berat pada orang dewasa.
Mekanisme Kerja : Metotreksat (MTX) menghambat enzin dihidrofolat
reduktasi sehingga produksi tertrahidrofolat terhambat, akhirnya menghambat
sintesis DNA. Setelah pemberian dosis super besar MTX dalam 6-24 jam
diberikan pertolongan (rescue) leukovorin (CF),dapat membuat sel tumor,
terutama sel tumor sistem saraf pusat terbasmi relatif besar sedangkan
rudapaksa jaringan normal berkurang. Ini merupakan dasar terapi MTX dosis
besar dan pertolongan leukovorin (HDMTX-CFR) merkaptopurin (6MP) dan
tiguanin (6TG) dapat memutus perubahan hipoxantin menjadi asam adenilat
hingga menghambat sintesis asam nukleat.
Antagonis Folat misalnya metroteksat menghambat dihidrofolat
reduktase dengan kuat dan berlangsung lama. Dihidrofolat reduktase ialah
enzim yang mengkatalis dihidrofolat (FH2) menjadi tetrahidrofolat ( FH4).
Tetrahidrofolat merupakan metabolit aktif dari asam folat yang berperan
sebagai kofaktor penting dalam berbagai reaksi transfer satu atom karbon pada
sintetis protein dan asam nukleat. Efek penghambatan ini tidak dapat diatasi
dengan leokovorin. Anagonis folat membasmi sel dalam fase S, terutama pada
fase pertumbuhan yang pesat. Namun dengan efek penghambatan terhadap
sintesis RNA dan protein, metoteksat menghambat sel memasuki fase S,
sehingga bersifat swabatas terhadap efek sitotoksiknya.
3. Obat Golongan Antimitotika

Zat-zat yang menghindari pembelahan sel pada metaphase (tingkat


keduadari mitosis) dengan jalan merintangi pembelahan inti dengan mencegah
masuknya belahan kromosom ke dalam anak inti .

Obat- Obat Golongan Ini adalah :

 Hasil tumbuhan alkaloida Vinca (vinblastin, vinkristin dan derivat


semisintetiknya vindesin.
 Podofilin dan derivatnya; etoposida dan tenoposida
 Obat terbaru dr keiompok taxoida (paclitaxel dan docetaxei)

Vinblastine
Mekanisme kerja : Mencegah polimerisasi tubulin menjadi mikrotubulus.
Cepat terdistribusi ke jaringan, dimetabolisme luas di hati, ekskresi terutama
melalui saluran empedu.
Indikasi : Leukemia akut, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin,
neuroblastoma, rabdomiosarkoma, osteosarkoma, sarkoma Ewing, fungoides
mikosis, tumor Wilms, kanker payudara, kanker serviks, kanker paru
4. Obat Golongan Antibiotik
 Doxorubisin
Doxorubicin adalah larutan obat yang termasuk ke dalam jenis
antraksiklin, yaitu antibiotik yang berasal dari bakteri streptomyces, yang
digunakan untuk mengobati kanker. Obat ini termasuk ke dalam obat resep,
sehingga tidak bisa Anda dapatkan dengan bebas di apotek. Selain itu, obat
yang disuntikkan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah ini sebaiknya
dilakukan oleh ahli, seperti dokter atau perawat. Cara kerja obat ini
doxorubicin adalah dengan memperlambat atau menghentikan pertumbuhan
sel kanker. Obat ini utamanya digunakan untuk mengobati kanker-kanker
berikut:
Mekanisme kerja : Doxorubisin ( DOX ) bekerja dengan cara mengikat DNA
sel kanker dan memblok enzim yang penting seperti topoisomerase II. Hal ini
membuat DNA menjadi kusut dan sel kanker tidak dapat membelah dan
tumbuh. DOX mempunyai mekanisme kerja yang tidak dapat dipisahkan
dengan mekanisme toksisitasnya. Mekanisme antikanker DOX adalah
interkalasi dengan DNA, inhibisi kerja topoisomerase II, menghambat religasi
untai DNA, dan mengganggu membran fluiditas. Gugus kuinon DOX dapat
membentuk radikal semikuinon yang berperan dalam pembentukan radikal
bebas oksigen. Penurunan efektifitas DOX dalam pengobatan kanker dapat
disebabkan pengurangan dosis atau penundaan terapi.
Reactive oxygen species (ROS) timbul di jaringan yang diberikan
DOX. ROS merusak komponen sel seperti lemak sehingga terjadi peroksidasi
lemak yang dapat dinilai dengan pengukuran kadar malondialdehid (MDA).
Selain itu, ROS mempengaruhi kerja enzim antioksidan termasuk superoxide
dismutase (SOD). DOX dapat menyebabkan apoptosis sel melalui aktivasi
jalur intrinsik (jalur mitokondria dan jalur retikulum endoplasma). Aktivasi
ersebut akan mengaktifkan kaspase yang berakhir pada kematian sel.
5. Obat Golongan Imunodulansia
 Bevacizumab
Indikasi : Digunakan untuk mengobati sejumlah jenis kanker dan penyakit
mata tertentu.
Mekanisme Kerja : Bevacizumab bekerja dengan mengikat EGF yang
dikeluarkan oleh sel kanker agar tidak berikatan dengan EGFR di permukaan
pembuluh darah sehingga tidak terbentuk pembuluh darah baru. Tidak
terbentuknya pembuluh darah baru ini akan menyebabkan sel kanker akan
kekurangan asupan nutrisi sehingga sel kanker tidak akan tumbuh menyebar.
6. Obat Golongan Hormon dan antihormon
 Tamoxifen, bekerja dengan cara menghentikan hormon estrogen yang
mengikat sel. Tujuannya, agar kanker tidak tumbuh dan membelah diri.
Menurut penelitian, mengonsumsi tamoxifen selama 5 hingga 10 tahun dapat
memperpanjang usia hidup. Kanker payudara juga cenderung tidak akan
kambuh lagi.
 Toremifene, direkomendasikan untuk pasien yang sudah mengonsumsi
Tamoxifen namun hasilnya tidak memuaskan. Obat jenis ini hanya disetujui
untuk mengobati kanker payudara yang telah menyebar ke bagian lain dari
tubuh. Toremifene disetujui untuk pengobatan kanker payudara metastasis
pada wanita pascamenopause dengan tumor reseptor estrogen-positif atau
status tidak diketahui.

C. KANKER KOLON

a) Definisi Kanker Kolon


Kanker usus besar atau kanker kolorektal, termasuk pertumbuhan sel kanker
pada usus, anal dan usus buntu. Biasanya dimulai sebagai polip adenomatous yang
kecil, dan bukan berupa kanker. Namun, karena polip ini tumbuh, mereka dapat
mengambil sifat kanker. Polip juga dapat terbentuk dalam usus besar, tetapi hanya
beberapa inci dari bagian bawah. Dalam kasus ini, kanker ini disebut sebagai kanker
kolorektal (usus dan saluran pembuangan).
b) Penggolongan Obat Kanker Kolon
1. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker kolorektal dapat dilakukan sebagai terapi ajuvan,
neoaduvan atau paliatif. Terapi ajuvan direkomendasikan untuk KKR stadium III
dan stadium II yang memiliki risiko tinggi. Yang termasuk risiko tinggi adalah:
jumlah KGB yang terambil performance status (PS) 0 atau 1. Selain itu, untuk
memantau efek samping, sebelum terapi perlu dilakukan pemeriksaan darah tepi
lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal (ureum dan kreatinin), serta elektrolit
darah.
 5-Flourourasil (5-FU)
Secara kimia, fluorourasil suatu fluorinated pyrimidine, adalah 5-fluoro-
2,4 (1H,3H)-pyrimidinedione. 5-Fluorourasil (5-FU) merupakan obat
kemoterapi golongan antimetabolit pirimidin dengan mekanisme kerja
menghambat metilasi asam deoksiuridilat menjadi asam timidilat dengan
menghambat enzim timidilat sintase, terjadi defisiensi timin sehingga
menghambat sintesis asam deoksiribonukleat (DNA), dan dalam tingkat yang
lebih kecil dapat menghambat pembentukan asam ribonukleat (RNA). DNA
dan RNA ini penting dalam pembelahan dan pertumbuhan sel, dan efek dari 5-
FU dapat membuat defisiensi timin yang menimbulkan ketidakseimbangan
partum buhan dan menyebabkan kematian sel. Untuk terjadinya mekanisme
penghambatan timidilat sintase tersebut, dibutuhkan kofaktor folat tereduksi
agar terjadi ikatan yang kuat antara 5-FdUMP dan timidilat sintase. Kofaktor
folat tereduksi didapatkan dari leucovorin. 5-FU efektif untuk terapi
karsinoma kolon, rektum, payudara, gaster dan pankreas. Kontraindikasi pada
pasien dengan status nutrisi buruk, depresi sumsum tulang, infeksi berat dan
hipersensitif terhadap fluorourasil. Efek samping dapat terjadi pada
penggunaan 5-FU adalah sebagai berikut:
 Stomatitis dan esofagofaringitis, tampak lebih awal
 Diare, anoreksia, mual dan muntah;
 Tukak dan perdarahan gastrointestinal;
 Lekopenia (leukosit < 3500/mm3 ), atau penurunan leukosit secara cepat
 Trombositopenia (trombosit < 100.000/mm-3 );
 Efek yang jarang terjadi dapat berupa sindrom palmar-plantar
erythrodysesthesia atau hand-foot syndrome, dan alopesia.
 Leucovorin/Ca-folinat
Secara kimia, fluorourasil suatu fluorinated pyrimidine, adalah 5-fluoro-
2,4 (1H,3H)-pyrimidinedione. 5-Fluorourasil (5-FU) merupakan obat
kemoterapi golongan antimetabolit pirimidin dengan mekanisme kerja
menghambat metilasi asam deoksiuridilat menjadi asam timidilat dengan
menghambat enzim timidilat sintase, terjadi defisiensi timin sehingga
menghambat sintesis asam deoksiribonukleat (DNA), dan dalam tingkat yang
lebih kecil dapat menghambat pembentukan asam ribonukleat (RNA). DNA
dan RNA ini penting dalam pembelahan dan pertumbuhan sel, dan efek dari 5-
FUdapat membuat defisiensi timin yang menimbulkan ketidakseimbangan
pertumbuhan dan menyebabkan kematian sel. Untuk terjadinya mekanisme
penghambatan timidilat sintase tersebut, dibutuhkan kofaktor folat tereduksi
agar terjadi ikatan yang kuat antara 5-FdUMP dan timidilat sintase. Kofaktor
folat tereduksi didapatkan dari leucovorin. 5-FU efektif untuk terapi
karsinoma kolon, rektum, payudara, gaster dan pankreas.Kontraindikasipada
pasien dengan status nutrisi buruk, depresi sumsum tulang, infeksi berat dan
hipersensitif terhadap fluorourasil. Efek samping dapat terjadi pada
penggunaan 5-FU adalah sebagai berikut:
 Stomatitis dan esofagofaringitis, tampak lebih awal;
 Diare, anoreksia, mual dan muntah;
 Tukak dan perdarahan gastrointestinal;
 Lekopenia (leukosit < 3500/mm3 ), atau penurunan leukosit secara cepat;
 Trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3 );
 Efek yang jarang terjadi dapat berupa sindrom palmar-plantar
erythrodysesthesia atau hand-foot syndrome, dan alopesia.
 Capecitabine
Capecitabine adalah sebuah fluoropirimidin karbamat, yang dirancang
sebagai obat kemoterapi oral, merupakan prodrug fluorourasil yang
mengalami hidrolisis di hati dan jaringan tumor untuk membentuk fluorourasil
yang aktif sebagai antineoplastik. Mekanisme kerjanya sama seperti
fluorourasil. Capecitabine diabsorbsi cepat dan luas dalam saluran
gastrointestinal yang kemudian dimetabolisme menjadi 5’-deoksi-5-
fluorocitidin (5’- DFCR), 5’-deoksi-5-fluorouridin(5’-DFUR) dan fluorourasil,
selanjutnya fluorourasil dikatabolisme di hati menjadi dihidro-5- fluorourasil
(FUH2), asam 5-fluoro-ureido-propionat (FUPA) dan αfluoro-β-alanin
(FBAL). Capecitabine dimetabolisme menjadi fluorourasil dalam 3 langkah:
Pertama kali, capecitabine dimetabolisme di hati oleh carboxylesterase
menjadi 5’-DFCR dan dikonversi menjadi 5’- DFUR oleh sitidin deaminase
yang pada prinsipnya terdapat pada hati dan jaringan tumor. Langkah ketiga
yakni metabolisme 5’- DFUR menjadi fluorourasil yang secara farmakologi
merupakan obat kemoterapi aktif, terjadi secara istimewa di sel tumor oleh
adanya timidin fosforilase (dThdPase). Konsentrasi dThdPase lebih tinggi
pada sel-sel tumor (termasuk tumor payudara dan kolorektal) dibandingkan sel
normal. Langkah kedua, fluorourasil dikatabolisme di hati menjadi FUH2 oleh
enzim dihidropirimidin dehidrogenase (DPD), selanjutnya menjadi FUPA oleh
enzim DHP dan menjadi FBAL oleh BUP, yang semuanya tidak memiliki
aktivitas antiproliferatif. Ketiga langkah proses katabolisme ini dapat
diidentifikasi saat fluorourasil diberikan secara intravena.
Capecitabine mempunyai efek pada nilai laboratorium, paling sering
terjadi adalah peningkatan total bilirubin. Capecitabine tidak memiliki efek
dengan pemberian bersama leucovorin. Pasien yang menggunakan
antikoagulasi derivate koumarin dan penggunaan capecitabine secara
bersamaan perlu pemantauan ketat dengan menilai perubahan parameter
koagulasi (waktu protrombin).
 Oxaliplatin
Oxaliplatin merupakan derivat generasi ketiga senyawa platinum dan
termasuk dalam golongan obat pengalkilasi (alkylating agent). Oxaliplatin
berbeda dari cisplatin dalam hal gugus amin yang digantikan oleh
diaminocyclohexane (DACH). Oxaliplatin sedikit larut dalam air, lebih sedikit
dalam metanol, dan hampir tidak larut dalam etanol dan aseton. Secara kimia
nama lengkapnya adalah oxalato (trans-L-1,2-diamino-cyclohexane) platinum.
Mekanisme kerja oxaliplatin sama seperti senyawa dasar platinum lainnya.
Setelah mengalami hidrolisis intraselular, platinum berikatan dengan DNA
membentuk ikatan silang yang menghambat replikasi DNA dan transkripsinya
sehingga menyebabkan kematian sel.Apoptosis sel-sel kanker terjadi karena
terbentuk lesi DNA, menghentikan sintesis DNA, menghambat sintesis RNA,
dan merangsang reaksi imunologis. Oxaliplatin juga menunjukkan efek
sinergik dengan obat-obat sitotoksik lainnya. Sitotoksitasnya bersifat non
spesifik siklus sel.
Pemberian oxaliplatin saja menghasilkan aktivitas yang rendah
terhadap tumor, sehingga sering diberikan berkombinasi dengan obat
kemoterapi lain, yaitu 5-FU. Mekanisme sinergis secara tepat di antara 5-FU
dan oxaliplatin adalah sederhana, berdasarkan pengamatan oxaliplatin
menurunkan atau menghambat dihidropirimidine dehidrogenase dan
memperlambat katabolisme dari 5-FU. Penambahan oxaliplatin pada regimen
kemoterapi ajuvan pasien kanker kolorektal stadium II berusia 70 tahun atau
lebih terbukti tidak memberikan penambahan manfaat dalam pencapaian
overall survival, tetapi masih memberikan manfaat DFS. Penambahan
oxaliplatin pada pasien metastasis kanker kolorektal pada usia 75 tahun atau
lebih yang sudah terseleksi tampaknya sama dengan pasien usia yang lebih
muda.
Efek samping oxaliplatin dapat terjadi pada sistem hematopoetik,
sistem saraf tepi dan sistem gastrointestinal. Sistem hematopoietik
menyebabkan mielotoksisitas derajat sedang, anemia, dan trombositopenia
yang tidak berat. Pada sistem saraf tepi sering terjadi neuropati perifer.
Neuropati perifer akut dapat terjadi sekitar 85%-95% pasien yang mendapat
oxaliplatin. Neuropati perifer dikarakteristikkan dengan parestesia, dysetesia
atau allodynia pada ekstremitas, bibir, dan orofaringolaringeal yang terjadi
selama dan sesaat setelah oxaliplatin infus diberikan, hal ini akan mereda
dalam beberapa jam hingga beberapa hari. Efek samping pada sistem
gastrointestinal dapat berupa mual, muntah, dan diare.
 Irinotecan
Irinotecan adalah bahan semisintetik yang mudah larut dalam air dan
merupakan derivat alkaloid sitotoksik yang diekstraksikan dari tumbuhan
seperti Camptotheca acuminata. Mekanisme kerja Irinotecan dan metabolit
aktifnya yakni SN-38 menghambat aksi enzim Topoisomerase I, yakni suatu
enzim yang menghasilkan pemecahan DNA selama proses replikasi DNA.
Irinotecan dan SN-38 mengikat DNA Topoisomerasi I sehingga mencegah
pemecahan DNA yang menghasilkan dua DNA baru serta kematian sel.
Irinotecan bekerja pada fase spesifik siklus sel (S-phase). Irinotecan digunakan
dalam beberapa terapi kanker seperti kanker kolorektal, servik uteri, lambung,
glioma, paru, mesothelioma, dan kanker pankreas. Efek samping yang dapat
timbul pada pemberian irinotecan yakni diare, gangguan enzim hepar,
insomnia, alergi, anemia, leukopenia, neutropenia, trombositopenia,
bradikardia, oedem, hipotensi, demam, dan fatigue.

2. Terapi biologis (Targeted therapy)

 Bevacizumab
Bevacizumab merupakan rekombinan monoklonal antibodi manusia
yang berikatan dengan semua isotipe Vascular Endothelial Growth FactorA
(VEGF-A / VEGF)., yang merupakan mediator utama terjadinya
vaskulogenesis dan angiogenesis tumor, sehingga mekanisme kerjanya
menghambat pengikatan VEGF ke reseptornya, Flt-1 (VEGFR-1) dan KDR
(VEGFR-2 Bevacizumab diberikan secara infus intravena dalam waktu 30-90
menit dengan dosis 5 mg/kg bila dikombinasi dengan regimen kemoterapi
siklus 2 mingguan (FOLFOX atau FOLFIRI) dan dosis 7,5 mg/kg bila
dikombinasi dengan regimen kemoterapi siklus 3 mingguan (CapeOx).
Bevacizumab diberikan sebelum oxaliplatin.
 Cetuximab
Cetuximab merupakan antibodi monoklonal chimeric
mouse/rekombinan manusia yang mengikat secara spesifik reseptor faktor
pertumbuhan epidermal (EGFR, HER1, c-ErB-1) dan secara kompetitif
menghambat ikatan EGF dan ligan lain. Ikatan dengan EGFR, akan
menghambat fosforilasi dan aktivasi reseptor kinase terkait, menghasilkan
hambatan pertumbuhan sel, induksi apoptosis, dan penurunan matrix
metalloproteinase serta produksi VEGF.Pemberian cetuximab diindikasi pada
pasien metastasis kanker kolorektal dengan KRAS dan NRAS wild type. Bila
kedua hasil RAS tersebut hasilnya wild type, perlu dipertimbangkan
pemeriksaan BRAF, dan pemberian cetuximab efektif bila didapatkan BRAF
wild type. Pasien dengan KRAS/NRAS, BRAF dan TP53 wild-typeakan
memberikan hasil yang maksimal pada pemberian terapi dengan cetuximab,
oxaliplatin dan fluorourasil oral. Kombinasi cetuximab dengan oxaliplatin
pada regimen FOLFOX atau CapeOx tidak mempunyai keuntungan dan harus
dihindari. Oleh karena itu pemberian cetuximab sebaiknya dikombinasi
dengan irinotecan (FOLFIRI).
 Ziv-Aflibercept
Aflibercept merupakan protein rekombinan yang memiliki bagian
reseptor 1 dan 2 VEGF manusia yang berfusi pada porsi Fc dari IgG1
manusia. Didesain sebagai perangkap VEGF untuk mencegah aktivasi reseptor
VEGF dan selanjutnya menghambat angiogenesis. Obat ini secara signifikan
menunjukkan peningkatan response rates, PFS, dan OS bila dikombinasi
dengan FOLFIRI pada lini kedua.
 Panitumumab, Regorafenib, BIBF 1120, Cediranib Panitumumab, regorafenib,
BIBF 1120, dan cediranib merupakan targeted therapy yang belum tersedia di
Indonesia. Panitumumab merupakan antibodi monoklonal murni dari manusia.
Mekanisme kerjanya sama dengan cetuximab. Kedua antibodi monoklonal ini
diindikasi pada pasien metastasis kanker kolorektal dengan KRAS dan NRAS
wild type. Bila kedua RAS tersebut jenisnya wild type, perlu dipertimbangkan
pemeriksaan BRAF.
Regorafenib adalah target multipel VEGFR2-TIE2 tyrosine kinase
inhibitor, yang meliputi reseptor VEGF, reseptor fibroblast growth factor
(FGF), reseptor platelet derived growth factor (PDGF), BRAF, KIT dan RET
yang melibatkan berbagai proses termasuk pertumbuhan tumor dan
angiogenesis. Uji klinik regorafenib menunjukkan perbaikan ketahanan hidup
bebas perburukan dan keseluruhan sebagai terapi lini ketiga atau terakhir
untuk pasien yang mengalami perburukan dengan terapi standar.
BIBF 1120 adalah suatu tyrosine kinase inhibitor pada VEGFR, PDGF
dan FGF, yang menunjukkan komperatif antara keberhasilan dan toksisitas
dalam kombinasi dengan FOLFOX dibandingkan FOLFOX+bevacizumab
pada lini pertama.
Cediranib adalah tyrosine kinase inhibitor VEGFR, yang terbukti
dalam percobaan fase ketiga dengan FOLFOX di lini pertama dibandingkan
hasilnya dengan FOLFOX/bevacizumab, kualitas hidup lebih baik dengan
bevacizumab.

D.KANKER PROSTAT

a) Definisi Kanker Prostat


Kanker prostat adalah pertumbuhan sel berlebih yang tidak wajar di kelenjar prostat.
Kelenjar prostat adalah salah satu bagian organ reproduksi yang dimiliki oleh pria.
Organ ini berfungsi untuk memproduksi cairan untuk melindungi sperma.
b) Penggolongan Obat Kanker Prostat
1. Penatalaksanaan Radioterapi pada Kanker Prostat
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana
kanker prostat. Radioterapi dalam tatalaksana kanker prostat dapat diberikan
sebagai terapi kuratif definitif, kuratif ajuvan, salvage dan paliatif.

 Radioterapi Definitif

Indikasi/Tujuan :

Radioterapi definitif pada kanker prostat, dapat diberikan pada kanker


prostat dengan stratifikasi rendah (NCCN kategori 2A), intermedia (NCCN
kategori 2A) dan tinggi dan stadium lokal lanjut (NCCN kategori 1). Radioterapi
pada kelompok stratifikasi rendah, merupakan salah pilihan pengobatan selain
observasi dan prostatektomi radikal. Target radiasi Radiasi eksterna definitif pada
kanker prostat dapat diberikan dengan radioterapi lokal prostat dan vesika
seminalis pada stratifikasi resiko ringan dan intermedia; dan radioterapi seluruh
pelvis dan di booster prostat dan vesika seminalis pada kanker prostat stratifikasi
resiko tinggi dan stadium lokal lanjut yang tidak dilakukan limfadenektomi pelvis.
Untuk menilai kemungkinan keterlibatan kelenjar getah benik (KGB) pelvik dapat
dilakukan dengan formula Roach atau normogram Partin. Proses simulator dengan
CT-Scan, pasien diposisikan dalam posisi supine, kontras uretrogram dapat
digunakan untuk membantu deliniasi apeks prostat dan diafragma pelvis. Pasien
sebaiknya di simulasi dalam posisi buli penuh dan rektum kosong. Apabila rektum
berisi, sebaiknya dilakukan simulasi denga CTScan ulang.

Dosis radioterapi :

 Dosis radioterapi pada resiko rendah adalah 74-78 Gy dalam 37 - 39 fraksi


dengan 2 Gy per fraksi (EAU grade A, level 1a).70
 Dosis radioterapi pada resiko intermedia dan tinggi adalah 78 Gy dalam 39
fraksi dengan 2 Gy per fraksi.
 Dosis maksimal yang dapat diberikan adalah 81 Gy. (EAU grade A, level
1b).70 Tidak dianjurkan untuk memberikan hipofraksinasi atau dosis per
fraksi > 2 Gy.

 Radioterapi Ajuvan dan Radioterapi Salvage

Indikasi/Tujuan :

Berdasarkan tujuan, radioterapi pasca prostatektomi radikal dapat


diberikan sebagai radioterapi ajuvan dengan indikasi tertentu atau radioterapi
salvage bila dinyatakan kambuh. Radioterapi ajuvan pasca prostatektomi radikal
(NCCN kategori 2A, EAU grade A, level 1b) diberikan pada salah satu dari
indikasi berikut:

 Ekstensi ekstra prostat (pT3a)


 Keterlibatan vesika seminalis (pT3b)
 Batas sayatan positif

Dosis

Dosis yang diberikan pada radioterapi ajuvan atau radioterapi salvage


adalah 66 Gy dengan 2 Gy dalam 33 fraksi, dapat diberikan dosis lebih tinggi
apabila masih terdapat GTV (harus menggunakan MRI). Tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa hipofraksinasi dapat memberikan keuntungan pada
radioterapi pasca prostatektomi radikal.

 Radioterapi Paliatif
Radioterapi paliatif diberikan pada kanker prostat yang sudah
bermetastases ke tulang dan menimbulkan rasa nyeri. Tujuan paliatif diberikan
untuk meredakan gejala sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.
Radioterapi pada tatalaksana metastases tulang merupakan salah satu modalitas
terapi selain imobilisasi dengan korset atau tindakan bedah, bisfosfonat, terapi
hormonal, terapi target donosumumab, terapi radionuklir dan kemoterapi.

Indikasi/Tujuan

Radioterapi pada metastases tulang dapat diberikan atas indikasi:

 Nyeri.
 Ancaman fraktur kompresi yang sudah distabilisasi.
 Menghambat kekambuhan pasca operasi reseksi.

Dosis

Dosis yang diberikan pada radioterapi paliatif adalah :

 1 fraksi x 8 Gy
 5 fraksi x 4 Gy
 10 fraksi x 3 Gy
 15 fraksi x 2.5 Gy
2. Penatalaksaan dengan Kastrasi dan Hormon Refrakter (Castration and
Hormone Refractory Prostate Cancer / CRPC- HRPC)

Castrate Resistant Prostate Cancer (CRPC) didefinisikan sebagai tahap


lanjut kanker prostat yang tetap progresif dalam terapi penekanan androgen
(androgen deprivation therapy/ADT), dengan manifestasi berupa kombinasi dari
peningkatan kadar serum (Prostate Specific Antigen/PSA), bertambahnya keluhan
klinis atau munculnya metastasis baru. CRPC masih responsif terhadap terapi
hormon lini kedua, termasuk penghentian anti-androgen, estrogen dan
kortikosteroid. sedangkan HRPC adalah resisten terhadap semua tindakan
hormonal.

Kriteria CRPC

Kadar kastrasi serum testosterone < 50 ng/dL atau atau <1.7 nmol/L,
ditambah salah satu di bawah ini:
 Progresi biokimia: Tiga kali peningkatan berturut-turut kadar PSA serum
dengan minimal interval 1 minggu, dimana dua peningkatan 50% di atas nadir,
dengan PSA > 2 ng/dl atau
 Progresi radiologis: penampakan dua atau lebih lesi tulang pada bone scan
atau lesi jaringan lunak menggunakan Response Evaluation Criteria in Solid
Tumours (RECIST)

Terapi Androgen Deprivation Therapy (ADT) pada CRPC

Terapi sistemik pada CRPC Saat ini obat-obatan yang sudah teregistrasi
untuk diberikan kepada pasien CRPC di Indonesia adalah Docetaxel,
Cabazitaxel, dan Abiraterone acetate. Selain itu juga ada obat-obat seperti
Mitoxantrone, Estramustine Phosphate, Ketoconazole namun perlu
diperhatikan risiko toksisitas dan efek sampingnya. Obat-obatan pilihan
terbaru laiiinya yang saat ini juga diindikasikan pada CRPC oleh US FDA
namun belum terigrasi di Indonesia, seperti: sipuleucel-T, radium-223, dan
enzalutamide. Selain itu masih ada beberapa obat yang dalam uji klinis.

3. Penatalaksanaan metastasis tulang pada CRPC

 Pencegahan Metastasis Tulang pada CRPC

Pemantauan dengan pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD)tiap 2


tahun bagi yang tanpa risiko dan tiap 1 tahun bagi pasien yang memiliki risiko
(kurangnya asupan kalsium, alkohol dan merokok).

 Pengobatan Metastasis Tulang pada CRPC


 Sekali timbul kecurigaan awal, perlu diperiksa segera dengan MRI dan
diterapi kortikosteroid dosis tinggi.
 Terapi bone cement tulang belakang.
 Konsultasikan dengan bedah saraf terhadap kemungkinan terjadi
dekompresi tulang belakang yang dilanjutkan
 Terapi radiasi eksterna
 Terapi radiasi interna, strontium-89 dan samarium-153 Terapi sistemik
 Zoledronic acid atau denosumab 4 mg setiap 3-4 minggu diberikan pada
penderita CRPC
 Satu-satunya obat yang spesifik dan dan dapat memberikan keuntungan
survival adalah Alpharadin, yaitu suatu radium 223 α-emitter.

Anda mungkin juga menyukai