Oleh
YULIA PERMATASARI
1701138
S1-4A
Dosen pengampu :
Kemoterapi :pengobatan kanker dengan zat atau obatberkhasiat membunuh sel kanker
Obat disebut sitostatika=penghambat kerja sel yang sedang tumbuh
Obat diberikan secara sistemik (ke seluruh system tubuh).
Penggunaan obat-obat kemoterapi:
Kumpulan obat-obat sitostatika disebut regimen kemoterapi
Regimen tunggal:
Digunakan zaman dulu(sampai sekarang)
Khasiat kurang dibanding kombinasi
Efek samping ringan
Regimen kombinasi:
Untuk meningkatkan khasiat
Mengurangi efek samping
Beberapa Macam Obat yang Telah Banyak Digunakan dalam Terapi Kanker
adalah :
(Modifikasi basa dari DNA untuk memproduksi analog purin dan pirimidin)
Agen Hormonal
Terapi menggunakan driamy merupakan salah satu pilihan dalam manajemen
terapi kanker yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh driamy, seperti kanker prostat,
payudara, dan endometrium. Dengan membuang kelenjar penghasil driamy di dalam
tubuh atau memberikan driamy yang bekerja secara antagonis dapat menginduksi
regresi dari sel tumor.
Hormon steroid dan obat antisteroid
Hormon steroid mengikat ke protein reseptor dalam sel kanker, dan tingginya
kadar protein reseptor mengindikasikan responsivitas terhadap terapi endokrin
Penghambat estrogen dan androgen
Termasuk kelompok ini contohnya tamoxifen yang terbukti sangat berguna
untuk mengobati kanker payudara, dan juga mempunyai aktivitas melawan kanker
endometrium yang resisten progesterone.
Agonis driamy perilis-gonadotropin (GnRH)
Termasuk kelompok ini adalah Leuprolide acetate dan goserelin yaitu analog
driamy sintesis dari driamy perilis gonadotropin yang terjadi secara alami
(Gonadotropine-Releasing Hormone = GnRH, LNRH). Analog ini lebih kuat daripada
driamy alami dan berfungsi sebagai agonis GnRH, dengan efek driamy, bila
diberikan secara terus menerus, pada pituitary stimulasi awal yang disertai dengan
penghambatan rilis FSH(Follicle-stimulating hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone).
Penghambat aromatase
Termasuk kelompok ini adalah Aminoglutethimide dan Anastrozole.
Aminoglutethimide merupakan penghambat sintesis steroid adrenal pada tahap
pertama. Aminoglutethimide juga menghambat sintesis estron dan estradiol ekstra-
adrenal. Anastrozole merupakan penghambat aromatase nonsteroid merupakan
nonsteroid yang dianggap tidak memiliki efek nyata pada sintesis glukokortikoid dan
mineralokortikoid
Antibiotik
Sebagian besar driamycin yang digunakan untuk kemoterapi kanker bekerja
dengan membentuk ikatan atau kompleks dengan DNA, sehingga menghambat
sintesis DNA dan atau RNA. Pada akhirnya akan menghambat sintesis protein melalui
penghambatan terhadap sintesis RNA yang tergantung DNA (DNA-dependent RNA
synthesis) (McEvoy, 2004). Efek samping dari driamycin kemoterapi antara lain
anoreksia, mual dan muntah biasanya terjadi pada beberapa jam setelah terapi
dilakukan. Supresihematopoesis terjadi pada minggu pertama terapi. Efek samping
yang sering terjadi antara lain depresi sumsum tulang belakang gangguan saluran
cema , diare, alopesia.
o Anthracyclin
Anthracyclin dapat menimbulkan toksisitas organ dan tumor melalui tiga aksi
meliputi pengikatan afinitas tinggi ke DNA melalui interkalasi, dengan akibat
penyakatan sintesis DNA dan RNA, dan pengguntingan rantai DNA melalui efeknya
pada topoisomerase II; pengikatan ke membran untuk mengubah fluiditas dan
transport ion; pembentukan radikal bebas semiquinone dan radikal oksigen melalui
proses reduksi dimediasi enzim.
o Dactinomycin
Dactinomycin bekerja dengan berikat dengan DNA rantai ganda melalui
interkalasi di antara pasangan basa guaninc-cytocinc sekitarnya.
o Plicamycin
Plicamycin melibatkan pengikatan DNA, mungkin melalui kompleks
driamycin-Mg2+. Interaksi ini mengganggu sintesis RNA yang diarahkan DNA.
o Mitomycin
Mitomycin merupakan agen alkilasi bioreduktif yang mengalami aktivasi
reduktif metabolis melalui reduksi yang dimediaşi enzim untuk menghasilkan agen
alkilasi yang merangkai silang DNA.
o Bleomycin
Bleomycin bekerja melalui pengikatan DNA yang menyebabkan terpecahnya
rantai tunggal dan ganda setelah pembentukan radikal bebas, dan penghambatan
biosintesis DNA.
Alkaloid tanaman
Produk tanaman yang banyak digunakan sebagai antikanker adalah vinkristin
dan driamycin yang merupakan alkaloid dari tanaman Vinca rosea. Kedua senyawa
ini memberi efek sitotoksik melalui ikatan dengan protein mikrotubular dalam sel,
menyebabkan berhentinya proses driamyci, penghambatan sintesis asam nukleat, dan
sintesis protein. Pembentukan kompleks antara alkaloid vinca dan tubulin
menghambat polimerisasi tubulin dan menginduksi depolimerisasi mikrotubuli
menyebabkan berhentinya proses mitosis pada fase driamyci. Proses ini
menyebabkan disfungsi spindle apparatus, pembekuan fase driamyci serta mencegah
segregasi kromosom dan proliferasi sel.
Produk tanaman lain yang digunakan sebagai antikanker adalah paclitaxel
yang dikenal dengan nama taxol. Paclitaxel didapat dari ekstrak kayu tanaman Taxus
brevifolia (western yew tree) atau ekstrak ranting tanaman Taxus baccata. Paclitaxel
berkhasiat sebagai sitostatika dengan jalan menghambat mitosis dan mengikat pada
suatu protein yang menghalangi terjadinya apoptosis. Mekanisme kerja paclitaxel
mirip dengan alkaloid vinca yaitu berikatan dengan tubulin namun berbeda dengan
alkaloid vinca ikatan polimerisasi yang dihasilkan lebih stabil. Fłal ini menginduksi
depolimerisasi mikrotubuli menghasilkan bentukan mikrotubuli yang tetap sehingga
menyebabkan disfungsi mikrotubuli. Proses ini menyebabkan terjadinya kematian sel.
Imunoterapi
1. Interferon
Interferon (IFN) merupakan protein yang diproduksi oleh nukleus sel yang
terinfeksi. Saat ini interferon dapat dibuat secara teknologi DNA rekombinan.
Interferon diklasifikasikan sebagai interferon a B atau y berdasarkan sifat antigenik,
biologik dan farmakologi (DiPiro et al., 2005). IFN-a diproduksi oleh berbagai
macam sel termasuk makrofag dan limfosit, IFN-B diproduksi oleh fibroblast dan sel
epitel sedangkan IFN-y diproduksi oleh subtipe limfosit seperti CD 4+ atau sel CD 8+
dan NK (natural killer) cells (DeVita, et al., 2001) Sebagai obat antikanker saat ini
adalah IFN-a antara lain IFN-a-2a dan IFN-a-2b (DiPiro et al., 2005). Mekanisme
IFN-a sebagai antitumor dengan cara pengikatan kompleks secara khusus pada
reseptor di membran sel dan menginduksi serangkaian reaksi intrasel (Parfitt, 1999),
IFN meningkatkan aktivitas sitotoksik sel melalui proses sistem imun. IFN
memperpanjang siklus sel yang berakibat sitostatis, pembesaran ukuran sel dan
apoptosis. IFN dapat menghambat pembentukkan pembuluh darah tumor dan
meningkatkan ekspresi antigen pada permukaan sel tumor sehingga sel kanker lebih
mudah dikenali oleh sel sistem imun. IFN juga menghambat onkogen secara langsung
(DiPiro et al., 2005). Efek samping IFN-a antara lain mirip gejala influenza dengan
sakit kepala dan otot, rasa letih dan demam, mulut kering, alopesia serta gangguan
darah dan gangguan efek sentral ( agitasi, mudah tersinggung dan pikiran kacau)
(Parfitt,1999).
2. Interleukin-2 (Aldesleukin)
3. Retinoids
4. Antibodi Monoklonal
Isotop Radioaktif
Radiodiagnostik
I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over
aktif atau kita sebut hipertiroid. I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang terbuat
dari iodin yang selalu memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini dimasukkan
kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini akan masuk ke dalam
pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan melewati kelenjar tiroid
yang kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut. Hal ini akan
memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa kasus dapat
merubah kondisi tiroid.
Radioterapi
Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila
mengenai sebuah atom akan menyebabkan terpentalnya elektron keluar dari orbit
elektron tersebut. Pancaran energi dapat berupa gelombang elektromagnetik, yang
dapat berupa sinar gamma dan sinar X. Pancaran partikel dapat berupa pancaran
elektron (sinar beta) atau pancaran partikel netron, alfa, proton.
Dengan pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker
yang mati dan tumor akan mengecil. Sel-sel yang mati akan hancur, dibawa oleh
darah dan diekskresi keluar dari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bisa
pulih kembai dari pengaruh radiasi. Tetapi bagaimanapun juga, kerusakan yang
terjadi pada sel-sel sehat merupakan penyebab terjadinya efek samping radiasi.
A. KANKER PARU
Kanker paru-paru adalah suatu kondisi di mana sel-sel tumbuh secara tidak
terkendali di dalam paru-paru (organ yang berfungsi untuk menyebarkan oksigen ke
dalam darah saat menghirup napas dan membuang karbondioksida saat menghela
napas).
Terdapat dua jenis utama kanker paru-paru, yang ditentukan dari bentuk sel
yang terlihat di bawah mikroskop. Kedua jenis kanker ini berkembang dan
diperlakukan dengan berbeda .
1. Kanker paru-paru sel kecil (SCLC) – sekitar 10% sampai 15% dari kanker paru-
paru adalah kanker paru-paru sel kecil. Jenis kanker ini biasanya menyebar lebih
cepat dibandingkan kanker paru-paru bukan sel kecil, menyebabkan kematian lebih
cepat. Pengobatan dengan obat-obatan dan radiasi lebih disukai dibandingkan operasi.
2. Kanker paru-paru bukan sel kecil (NSCLC) – Kanker paru-paru jenis ini tercatat
85% sampai 90% dari kanker paru-paru. Kanker ini menyebar lebih lambat
dibandingkan dengan kanker paru-paru sel kecil dan bisa disembuhkan dengan
operasi jika terdeteksi pada stadium awal.
Cisplastin
Indikasi : Kanker testis dan kandung kemih, tumor pyelic dan uretra, karsinoma
prostat, karsinoma ovarium, tumor ganas kepala dan leher, kanker paru paru sel
non kecil, karsinoma esophagus, kanker uterus, leher Rahim, neuroblastoma
Mekanisme Kerja : Obat ini bekerja dengan cara : menghambat sintesa DNA
dengan menukar gugus alkali sehingga membentuk ikatan silang DNA.
Mengganggu fungsi sel dengan melakukan transfer gugus alkali pada gugus
amino, karboksil, sulfhidril, atau fosfat. Merupakan golongan sel spesifik non fase
spesifik.
Vinkristin
Etoposide
Indikasi : Penanganan tumor testis refrakter dan small cell lung cancer
4. Golongan Antibiotik
Doxorubicin
B. KANKER PAYUDARA
1. Zat Alkilasi
a. Cyclophosphamide Oral 50-100 mg/m2/hari
iv 30-50 mg/kg
b. Ifosfamide iv 50 mg/kg/hari
c. Melphalan oral 0,2 mg/kg/hari
d. Klorambusil oral 0,1-0,2 mg/kg/hari
2. Antimetabolit
a. Fluorourasil iv 500-600 mg/m2
b. Methotrexate iv 30-60 mg/m2
3. Antimitotika
a. Etoposida iv 100 mg/m2
b. Paclitaxel iv 175-250 mg/m2
c. Vinblastin 0,1-0,5 mg/kg
d. Docetaxel iv 60-100 mg/m2
4. Antibiotik
a. Doksorubisin 60-75 mg/m2
b. Mitomycin iv 20 mg/m2
c. Mitoxantron iv 12-14 mg/m2
d. Epirubisin iv 100-120 mg/m2
e. Idarubisin iv 12 mg/m2/hari
5. Imunodulansia
a. Siklosporin iv 5-6 mg/kg
b. Bevacizumab iv 3 mg/kg
c. Xetuximab iv 50-200 mg/m2
6. Hormon dan Antihormon
a. Toremifene Oral 60 mg sekali sehari
b. Mifepristone Oral 600 mg
c. Tamoxifen Oral 20-40 mg
Vinblastine
Mekanisme kerja : Mencegah polimerisasi tubulin menjadi mikrotubulus.
Cepat terdistribusi ke jaringan, dimetabolisme luas di hati, ekskresi terutama
melalui saluran empedu.
Indikasi : Leukemia akut, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin,
neuroblastoma, rabdomiosarkoma, osteosarkoma, sarkoma Ewing, fungoides
mikosis, tumor Wilms, kanker payudara, kanker serviks, kanker paru
4. Obat Golongan Antibiotik
Doxorubisin
Doxorubicin adalah larutan obat yang termasuk ke dalam jenis
antraksiklin, yaitu antibiotik yang berasal dari bakteri streptomyces, yang
digunakan untuk mengobati kanker. Obat ini termasuk ke dalam obat resep,
sehingga tidak bisa Anda dapatkan dengan bebas di apotek. Selain itu, obat
yang disuntikkan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah ini sebaiknya
dilakukan oleh ahli, seperti dokter atau perawat. Cara kerja obat ini
doxorubicin adalah dengan memperlambat atau menghentikan pertumbuhan
sel kanker. Obat ini utamanya digunakan untuk mengobati kanker-kanker
berikut:
Mekanisme kerja : Doxorubisin ( DOX ) bekerja dengan cara mengikat DNA
sel kanker dan memblok enzim yang penting seperti topoisomerase II. Hal ini
membuat DNA menjadi kusut dan sel kanker tidak dapat membelah dan
tumbuh. DOX mempunyai mekanisme kerja yang tidak dapat dipisahkan
dengan mekanisme toksisitasnya. Mekanisme antikanker DOX adalah
interkalasi dengan DNA, inhibisi kerja topoisomerase II, menghambat religasi
untai DNA, dan mengganggu membran fluiditas. Gugus kuinon DOX dapat
membentuk radikal semikuinon yang berperan dalam pembentukan radikal
bebas oksigen. Penurunan efektifitas DOX dalam pengobatan kanker dapat
disebabkan pengurangan dosis atau penundaan terapi.
Reactive oxygen species (ROS) timbul di jaringan yang diberikan
DOX. ROS merusak komponen sel seperti lemak sehingga terjadi peroksidasi
lemak yang dapat dinilai dengan pengukuran kadar malondialdehid (MDA).
Selain itu, ROS mempengaruhi kerja enzim antioksidan termasuk superoxide
dismutase (SOD). DOX dapat menyebabkan apoptosis sel melalui aktivasi
jalur intrinsik (jalur mitokondria dan jalur retikulum endoplasma). Aktivasi
ersebut akan mengaktifkan kaspase yang berakhir pada kematian sel.
5. Obat Golongan Imunodulansia
Bevacizumab
Indikasi : Digunakan untuk mengobati sejumlah jenis kanker dan penyakit
mata tertentu.
Mekanisme Kerja : Bevacizumab bekerja dengan mengikat EGF yang
dikeluarkan oleh sel kanker agar tidak berikatan dengan EGFR di permukaan
pembuluh darah sehingga tidak terbentuk pembuluh darah baru. Tidak
terbentuknya pembuluh darah baru ini akan menyebabkan sel kanker akan
kekurangan asupan nutrisi sehingga sel kanker tidak akan tumbuh menyebar.
6. Obat Golongan Hormon dan antihormon
Tamoxifen, bekerja dengan cara menghentikan hormon estrogen yang
mengikat sel. Tujuannya, agar kanker tidak tumbuh dan membelah diri.
Menurut penelitian, mengonsumsi tamoxifen selama 5 hingga 10 tahun dapat
memperpanjang usia hidup. Kanker payudara juga cenderung tidak akan
kambuh lagi.
Toremifene, direkomendasikan untuk pasien yang sudah mengonsumsi
Tamoxifen namun hasilnya tidak memuaskan. Obat jenis ini hanya disetujui
untuk mengobati kanker payudara yang telah menyebar ke bagian lain dari
tubuh. Toremifene disetujui untuk pengobatan kanker payudara metastasis
pada wanita pascamenopause dengan tumor reseptor estrogen-positif atau
status tidak diketahui.
C. KANKER KOLON
Bevacizumab
Bevacizumab merupakan rekombinan monoklonal antibodi manusia
yang berikatan dengan semua isotipe Vascular Endothelial Growth FactorA
(VEGF-A / VEGF)., yang merupakan mediator utama terjadinya
vaskulogenesis dan angiogenesis tumor, sehingga mekanisme kerjanya
menghambat pengikatan VEGF ke reseptornya, Flt-1 (VEGFR-1) dan KDR
(VEGFR-2 Bevacizumab diberikan secara infus intravena dalam waktu 30-90
menit dengan dosis 5 mg/kg bila dikombinasi dengan regimen kemoterapi
siklus 2 mingguan (FOLFOX atau FOLFIRI) dan dosis 7,5 mg/kg bila
dikombinasi dengan regimen kemoterapi siklus 3 mingguan (CapeOx).
Bevacizumab diberikan sebelum oxaliplatin.
Cetuximab
Cetuximab merupakan antibodi monoklonal chimeric
mouse/rekombinan manusia yang mengikat secara spesifik reseptor faktor
pertumbuhan epidermal (EGFR, HER1, c-ErB-1) dan secara kompetitif
menghambat ikatan EGF dan ligan lain. Ikatan dengan EGFR, akan
menghambat fosforilasi dan aktivasi reseptor kinase terkait, menghasilkan
hambatan pertumbuhan sel, induksi apoptosis, dan penurunan matrix
metalloproteinase serta produksi VEGF.Pemberian cetuximab diindikasi pada
pasien metastasis kanker kolorektal dengan KRAS dan NRAS wild type. Bila
kedua hasil RAS tersebut hasilnya wild type, perlu dipertimbangkan
pemeriksaan BRAF, dan pemberian cetuximab efektif bila didapatkan BRAF
wild type. Pasien dengan KRAS/NRAS, BRAF dan TP53 wild-typeakan
memberikan hasil yang maksimal pada pemberian terapi dengan cetuximab,
oxaliplatin dan fluorourasil oral. Kombinasi cetuximab dengan oxaliplatin
pada regimen FOLFOX atau CapeOx tidak mempunyai keuntungan dan harus
dihindari. Oleh karena itu pemberian cetuximab sebaiknya dikombinasi
dengan irinotecan (FOLFIRI).
Ziv-Aflibercept
Aflibercept merupakan protein rekombinan yang memiliki bagian
reseptor 1 dan 2 VEGF manusia yang berfusi pada porsi Fc dari IgG1
manusia. Didesain sebagai perangkap VEGF untuk mencegah aktivasi reseptor
VEGF dan selanjutnya menghambat angiogenesis. Obat ini secara signifikan
menunjukkan peningkatan response rates, PFS, dan OS bila dikombinasi
dengan FOLFIRI pada lini kedua.
Panitumumab, Regorafenib, BIBF 1120, Cediranib Panitumumab, regorafenib,
BIBF 1120, dan cediranib merupakan targeted therapy yang belum tersedia di
Indonesia. Panitumumab merupakan antibodi monoklonal murni dari manusia.
Mekanisme kerjanya sama dengan cetuximab. Kedua antibodi monoklonal ini
diindikasi pada pasien metastasis kanker kolorektal dengan KRAS dan NRAS
wild type. Bila kedua RAS tersebut jenisnya wild type, perlu dipertimbangkan
pemeriksaan BRAF.
Regorafenib adalah target multipel VEGFR2-TIE2 tyrosine kinase
inhibitor, yang meliputi reseptor VEGF, reseptor fibroblast growth factor
(FGF), reseptor platelet derived growth factor (PDGF), BRAF, KIT dan RET
yang melibatkan berbagai proses termasuk pertumbuhan tumor dan
angiogenesis. Uji klinik regorafenib menunjukkan perbaikan ketahanan hidup
bebas perburukan dan keseluruhan sebagai terapi lini ketiga atau terakhir
untuk pasien yang mengalami perburukan dengan terapi standar.
BIBF 1120 adalah suatu tyrosine kinase inhibitor pada VEGFR, PDGF
dan FGF, yang menunjukkan komperatif antara keberhasilan dan toksisitas
dalam kombinasi dengan FOLFOX dibandingkan FOLFOX+bevacizumab
pada lini pertama.
Cediranib adalah tyrosine kinase inhibitor VEGFR, yang terbukti
dalam percobaan fase ketiga dengan FOLFOX di lini pertama dibandingkan
hasilnya dengan FOLFOX/bevacizumab, kualitas hidup lebih baik dengan
bevacizumab.
D.KANKER PROSTAT
Radioterapi Definitif
Indikasi/Tujuan :
Dosis radioterapi :
Indikasi/Tujuan :
Dosis
Radioterapi Paliatif
Radioterapi paliatif diberikan pada kanker prostat yang sudah
bermetastases ke tulang dan menimbulkan rasa nyeri. Tujuan paliatif diberikan
untuk meredakan gejala sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.
Radioterapi pada tatalaksana metastases tulang merupakan salah satu modalitas
terapi selain imobilisasi dengan korset atau tindakan bedah, bisfosfonat, terapi
hormonal, terapi target donosumumab, terapi radionuklir dan kemoterapi.
Indikasi/Tujuan
Nyeri.
Ancaman fraktur kompresi yang sudah distabilisasi.
Menghambat kekambuhan pasca operasi reseksi.
Dosis
1 fraksi x 8 Gy
5 fraksi x 4 Gy
10 fraksi x 3 Gy
15 fraksi x 2.5 Gy
2. Penatalaksaan dengan Kastrasi dan Hormon Refrakter (Castration and
Hormone Refractory Prostate Cancer / CRPC- HRPC)
Kriteria CRPC
Kadar kastrasi serum testosterone < 50 ng/dL atau atau <1.7 nmol/L,
ditambah salah satu di bawah ini:
Progresi biokimia: Tiga kali peningkatan berturut-turut kadar PSA serum
dengan minimal interval 1 minggu, dimana dua peningkatan 50% di atas nadir,
dengan PSA > 2 ng/dl atau
Progresi radiologis: penampakan dua atau lebih lesi tulang pada bone scan
atau lesi jaringan lunak menggunakan Response Evaluation Criteria in Solid
Tumours (RECIST)
Terapi sistemik pada CRPC Saat ini obat-obatan yang sudah teregistrasi
untuk diberikan kepada pasien CRPC di Indonesia adalah Docetaxel,
Cabazitaxel, dan Abiraterone acetate. Selain itu juga ada obat-obat seperti
Mitoxantrone, Estramustine Phosphate, Ketoconazole namun perlu
diperhatikan risiko toksisitas dan efek sampingnya. Obat-obatan pilihan
terbaru laiiinya yang saat ini juga diindikasikan pada CRPC oleh US FDA
namun belum terigrasi di Indonesia, seperti: sipuleucel-T, radium-223, dan
enzalutamide. Selain itu masih ada beberapa obat yang dalam uji klinis.