Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap penyakit ada penyebabnya dan setiap penyakit juga ada obatnya.

Obat telah dikenal dan digunakan di seluruh dunia sejak beribu tahun yang lalu.

Di Indonesia, penggunaan obat, khusunya obat alami telah meluas sejak zaman

nenek moyang hingga kini dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya

Obat merupakan semua zat, baik secara kimiawi, hewani, maupun nabati

yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah

penyakit serta gejalanya. Senyawa atau bahan kimia ini berasal dari luar tubuh dan

akan mengakibatkan perubahan fungsi biologis ringan atau organ jika masuk ke

dalam tubuh manusia.

Sebagai bahan kimia, obat dapat mempengaruhi organisme hidup dan

dipergunakan untuk keperluan diagnosis, pencegahan dan pengobatan suatu

penyakit. Obat ada yang berupa senyawa organik dan adapula senyawa kompleks.

Dari sekian banyak obat, ada yang mempunyai fungsi yang sama dan ada pula

yang mempunyai fungsi yang berbeda. Demikian pula mengenai efek samping

atau pengaruh yang merugikan kesehatan.

Obat dapat digolongkan berdasarkan mekanisme kerja, antara lain

antibiotik, antiinflamasi, antikanker, antipiretik, analgesik, vaksin, antihipertensi,

antidiabetes, dan sebagainya. Antibiotik merupakan obat yg bekerja pada

penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau mikroba. Obat analgesik

merupakan obat yg menghilangkan gejala penyakit, misalnya pereda nyeri.


Sedangkan obat antikanker ialah obat untuk mencegah dan mengobati

pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah makalah ini, yakni:

1. Apa yang dimakud antikanker dan antianalgesik?


2. Bagaimana mekanisme obat antikanker dan antianalgesik?
3. Bagimana cara memperoleh obat antikanker dan antianalgesik?
4. Bagaimana hubungan struktur obat terhadap aktivitas antikanker dan

antianalgesik?

1.3 Tujuan

Tujuan makalah ini, yakni:

1. Mengetahui penjelasan mengenai antikanker dan antianalgesik


2. Mengetahui penjelasan mengenai mekanisme obat antikanker dan

antianalgesik
3. Mengetahui penjelasan mengenai cara memperoleh obat antikanker dan

antianalgesik
4. Mengetahui penjelasan mengenai hubungan struktur obat terhadap

aktivitas antikanker dan antianalgesik


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anti Kanker


Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak

normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Penyakit kanker

merupakan suatu penyakit yang disebabkan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh

tidak normal (tumbuh sangat cepat dan tidak terkendali),

menginfiltrasi/merembes, dan menekan jaringan tubuh sehinggamempengaruhi

organ tubuh
Penyakit kanker adalah suatu kondisi sel telah kehilangan pengendalian

dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,

cepat

dan tidak terkendali (Diananda, 2009: 3). Penyakit kanker adalah suatu penyakit

yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal,

berkembang cepat dan terus membelah diri, hingga menjadi penyakit berat

(Maharani, 2009: 12).


Pada dasarnya penyebab munculnya berbagai jenis penyakit kanker adalah

sama yaitu faktor genetik (keturunan) dan linkungan.


Obat antikanker

adalah senyawa

kemoterapeutik yang digunakan untuk pengobatan tumor/kanker.Tujuan utama

kemoterapi kanker adalah merusak secara selektif sel tumor yang berbahaya tanpa

mengganggu sel normal.Obat antikanker sering disebut juga sebagai sitotoksik,

sitostatik atau antineoplasma.Berdasarkan mekanisme kerjanya, sitostatika dapat

digolongkan menjadi beberapa golongan, antara lain:

a. Alkylating Agent
Alkylating Agent bekerja secara langsung dengan merusak DNA sel sehingga

sel mencegah pembelahan kanker. Sebagai golongan obat, golongan obat ini

tergolong dalam kelompok obat yang bekerja pada fase non spesifik, dengan

kata lain, bekerja di semua fase dari siklus sel. Karena golongan obat ini

merusak DNA, maka golongan obat ini juga dapat menyebabkan kerusakan

jangka panjang pada sumsum tulang.


b. Antimetabolit
Antimetabolit adalah golongan obat yang menghambat pertumbuhan DNA

dan RNA dengan memblok pembentukan DNA dan RNA. Golongan obat ini

merusak sel-sel selama fase S siklus sel. Pada umumnya golongan obt ini

digunakan untuk pengobatan leukimia, kanker payudara, ovarium dan saluran

usus, serta jenis kanker lainnya.


c. Anthracyclines
Anthracyclines adalah antibiotik anti-tumor yang mengganggu enzyme

involved dalam replikasi DNA. Obat ini bekerja di semua fase siklus sel.
d. Topoisomerase Inhibitors
Golongan obat ini dapat menggangu enzim yang disebut topoisomerse, enzim

yang membantu pemisahan rantai DNA sehingga dapat terbentuk dua rantai

DNA baru yang sama . golongan obat ini dapat digunakan untuk perawatan

penyakit leukimia tertentu, paru-paru, ovarium, saluran pencernaan, dan

penyakit kanker lainnya


e. Penghambat Mitosis
Penghambat mitosis diperoleh dari alkaloid tanaman dan senyawa lain yang

berasal dari alam. Golongan obat ini dapat menghentikan mitosis atau

menghambat enzim untuk membentuk protein yang dibutuhkan dalam

reproduksi sel. Obat ini bekerja selama fase Mdari siklus sel, tetapi dapat juga

merusak sel-sel di semua fase.

Namun akan dijelaskan secara rinci mengenai obat golongan antimetabolit

subgolongan analog purin yaitu 6-merkaptopurin dan obat golongan alkilkator

subgolongan paltina yaitu 6-karboplatin.

2.1.1 Obat 6-merkaptopurin

6-Merkaptopurin merupakan obat kanker atau sitostatika golongan

antimetabolit kelompok antagonis purin atau analog purin.Antimetabolit sendiri

adalah persenyawaan yang mempunyai struktur hampir sama dengan substrat

suatu enzim, sehingga antimetabolit itu dapat bereaksi dengan enzim tersebut.

Kompleks enzim-antimetabolit itu menyebabkan enzim tidak menjalankan

fungsinya yang normal. Antimetabolit itu disebut juga sebagai antagonis

metabolik. Antimetabolit yang dipakai sebagai obat kanker adalah antimetabolit

yang menghambat pekerjaan enzim-enzim yang mempunyai peranan dalam


pembentukan (biosintesa) DNA dan RNA. Dengan demikian sel itu tidak dapat

berkembang biak dan berfungsi normal, sehingga sel-sel itu akhirnya mati.

a. Struktur Kimia

b. SintesisObat
Beberapa turunan purin berpotensi biologis aktif pada C6-tersubstitusi

telah disintesis dari reagen organik sederhana. Reaksi urea dengan etil sianoasetat

menghasilkan 6-aminopyrimidine-2,4-dione yang dikonversi menjadi purin

derivatif, xanthine. Kemudian dengan penambahan formamida di 200

untuk

mendapatkan hipoksantin. Klorinasi hipoksantin dengan POCl3 memberi 6-

chloropurine yangdikonversi menjadi 6-merkaptopurin melalui reaksi dengan

tiourea dalam asetonitril, diikuti oleh penambahan etanol 78 .


c. Meka
nisme
Kerja
Obat
6-merkaptopurin merupakan prodrug yang inaktif dan perlu

dimetabolisme menjadi nukleutida TGN agar bisa berfungsi sebagai agen

sitotoksik. Proses aktivasi ini dikatalisis oleh enzim hypoxanthine phosphoribosyl

transferase (HPRT). Nukleotidatioguanin (TGN) memiliki aktivitas antikanker

dan mielotoksisitas melalui penyatuan TGN ke dalam DNA. Selain itu, 6-

merkaptopurin bisa mengalami inaktivasi melalui oksidasi oleh enzim xantin

oksidase (XO) maupun melalui metilasi oleh enzim tiopurin metiltransferase

(TPMT) menjadi metabolit inaktif, yaitu 6-metilmerkaptopurin (6-MeMP).

Mekanisme Kerja 6-Merkaptopurin:

Pembentukan Nukleutida
Untuk memberikan efek antileukemai, 6-merkaptopurin harus masuk sel

target dan diubah menjadi nukleutida yang sesuai, 6-merkaptopurin ribose fosfat

(6-MPRP yang lebih dikenal sebagai asam 6-tioinosinat, atau tio-IMP.

Penambahan ribosa fosfat dikatalisis oleh enzim hipoxantin-guanin fosforibosil

transferase (HGPRT)
Penghambatan Sintesis Purin
Selain itu, 6-methylthioinosinate (MTIMP) dibentuk oleh metilasi TIMP.

Kedua TIMP dan MTIMP telah dilaporkan menghambat glutamin-5-

phosphoribosylpyrophosphate amidotransferase (PRPP Amidotransferase), enzim

unik pertama pada jalur de novo untuk sintesis purin ribonukleotida.


6-MP ribonucleotide menghambat sintesis purin nukleotida dan metabolisme

dengan menghambat enzim yang disebut phosphoribosyl pirofosfat

amidotransferase (PRPP Amidotransferase). PRPP Amidotransferase adalah

enzimyang menentukan waktu dan tingkat kecepatan sintesis purin.. Ini mengubah

sintesis dan fungsi RNA dan DNA. Mercaptopurine mengganggu nukleotida

interkonversi dan sintesis glikoprotein.


d. Hubungan Struktur-Aktivitas Obat

6-Merkaptopurin hipoksantin
Adenin dan hipoxantin merupakan metabolit normal dalam tubuh. Gugus

NH2 dan OH pada C6 memegang peranan penting pada interaksi yang melibatkan

ikatan hidrogen dari kedua basa, pada proses replikasi asam nukleat dalam

biosintesis protein sel.

Merkaptopurin (6-MP) memiliki struktur yang hampir mirip dengan

derivatifpurin yaitu hipoksantin dan adenin. Merkaptopurin kemudian menjadi

inhibitor kompetitif atau berkompetisi dengan hipoksantin dan adenin untuk dapat

berikatan dengan substat yaitu enzim HGPRT. Setelah berikatan dengan substat,

Merkaptopurin sendiri dikonversi ke tio monofosfat inosin (TIMP).

Suatu alternative lain dari mekanisme kerjanya ialah dengan pembentukan

6-metil merkaptopurin (TIMP) yang menghambat biosintesis purin, sehingga


sintesis RNA, CoA, ATP, dan DNA dihambat. 6-metil merkaptopurin (6-MP,

puritenol) merupakan substrat dari hipoxanthin guanine fosforibosil transferase

(HGPRT). Di dalam tubuh akan mengalami konversi menjadi 6-tioguanin-5-

monofosfat (6-tionosin-5-monofosfat (T-IMP). T-IMP menghambat sintesis basa

purin. Pembentukan ribosil-5-monofosfat dan konversi IMP menjadi adenine juga

dihambat.

2.1.2 Karboplatin
Karboplatin atau cis-diamin (1,1-siklobutanadikarboksilat) platinum (II)

mempunyai nama dagang paraplatin dan paraplatin-AQ. Carboplatin adalah obat

obat kemoterapi yang digunakan terhadap beberapa bentuk kanker (terutama

kanker ovarium, paru-paru, kepal dan kanker leher serta endometrium, esofagus,

kandung kemih, payu darah, leher rahim, sistem atau sel benih saraf pusat tumor,

sarkoma osteogenik, dan sebagai peersiapan untk sel batang atau transpalntasi

sumsum tulang).

Carboplatin bekerja sebagai anti kanker dengan cara menempelkan diri

pada DNA(deoxyribonucleic acid) sel kanker dan mencegah pertumbuhannya.

Carboplatin memiliki gugus amina dan ligan bidentate dikarbosilat yang lebih

stabil dibandingkan dengan ligan dikloro pada cisplatin. Semakin stabil suatu

ligan kereaktifannya semakin berkurang hal ini menyebabkan sukarnya bereaksi

pada basa nitrogen sehingga lebih lambat mengikat DNA.

a. Struktur Obat
O
H3N O
Pt
NH3 O
O
b. Sintesis Obat

Pt(s) + HCl : HNO3(l)o H2PtCl6(l) + NO2(g)


80 C
Evaporate
solven HCl 12 M 2x
H2PtCl6(S) H2PtCl6(l) + NO2(g)
100 oC
vacuum
HCl 12 M
2NaCl
Evaporate
solven
Na2PtCl6(l) Na2PtCl6(S)
100 oC
Na2PtCl6(S) + HClvacuum
0,1 M Na2PtCl6(l)
0 oC
5 minArgon asmosphere

0.5 N2H4.2HCl

vacuum
Na2PtCl6(S) Na2PtCl4(l) + N2(g) + HCl(g)
Cis-Pt(NH3)2Cl2(aq)
2NH3
H2O
AgNO3
80 oC) (H O) ](NO )
Cis-[Pt(NH 3 2 2 2 3 2 (aq) + 4 AgCl(s)
2 min

Na2(CBDB)*

Cis-[Pt(NH3)2CBDC = carboplatin

c. Mekanisme Kerja Obat

d. Hubungan Struktur dengan Aktivitas Obat

2.2 Analgesik
Obat analgesik merupakan obat yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian

masyarakat di seluruh dunia. Banyaknya penggunaan analgesik juga tidak lain

sebagai akibat dari tingginya jumlah penderita nyeri yang mana rasa nyeri dapat
mengganggu aktifitas sehari-hari. Oleh karena itu penghilang rasa nyeri menjadi

sangat populer.

Obat analgesik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu analgesik opioid dan

analgesik non-narkotik. Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang

memiliki sifat seperti opium yang berasal dari getah Papaverum somniferum yang

mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya, morfin, codein, tebain, dan

papaverin. Sering terjadi penyalahgunaan analgesik opioid karena adanya efek

euforia dan ketagihan sehingga penggunaannya pun dibatasi.

Analgesik jenis yang lain adalah analgesik non-narkotik. Yang termasuk

jenis ini adalah analgesik antipiretik dan obat AINS (Anti Inflamasi nonsteroid)

dimana obat jenis ini banyak diresepkan oleh dokter maupun dijual bebas tanpa

resep dokter Beberapa contoh obat analgesik non narkotik yang sering digunakan

antara lain: parasetamol, aspirin, ibuprofen, dan masih banyak lainnya.

2.2.1 Aspirin
Aspirin atau asam asetil salisilat (ASA) yang lebih dikenal sebagai

asetosal adalah asam lemah organik yang sering digunakan sebagai obat analgetik,

antipiretik dan antiinflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam

obat bebas.

a. Struktur Obat

Asam Asetilsalisilat (Aspirin)


b. Sintesis Obat
Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat dan asam asetat anhidrat dengan

dibantu dengan asam sulfat pekat.Sintesis aspirin merupakan suatu proses dari

esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dengan suatu


alkohol membentuk suatu ester. Aspirin merupakan salisilat ester yang dapat

disintesis dengan menggunakan asam asetat (memiliki gugus COOH) dan asam

salisilat (memiliki gugus OH). Asam salisilat dicampur dengan asam asetat

anhidrat, menyebabkan reaksi menghasilkan aspirin dan asam asetat, yang

merupakan produk sampingan. Sejumlah kecil umumnya digunakan sebagai

katalis, misalnya asam sulfat dan asam fosfat

Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida

asam asetat dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi.

Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus OH dan

COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang

berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam

karboksilat.
Berikut ini beberapa cara atau metode yang ditemukan oleh beberapa

tokoh :

Sintesa Aspirin menurut Kolbe

Pembuatan asam salisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe, metode ini

ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe. Pada sintesis

ini, sodium phenoxide dipanaskan bersama CO 2 pada tekanan tinggi, lalu

ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat. Asam salisilat yang

dihasilkan kemudian di reaksikan dengan Asetat Anhidrat dengan bantuan Asam

Sulfat sehingga dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam asetat.

Sintesa Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmitt

Larutan sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated ball mill

yang memiliki tekanan vakum dan panas (130oC). Sodium phenoxide berubah

menjadi serbuk halus yang kering, kemudian dikontakkan dengan CO2 pada

tekanan 700 kPa dan temperatur 100oC sehingga membentuk sodium salisilat.

Sodium salisilat dilarutkan keluar dari mill lalu dihilangkan warnanya dengan

menggunakan karbon aktif. Kemudian ditambahkan Asam Sulfat untuk

mengendapkan asam salisilat, asam salisilat dimurnikan dengan sublimasi.

Untuk membentuk Aspirin, asam salisilat di reflux bersama Asetat

Anhidrat di dalam pelarut toluen selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian di

dinginkan dalam tangki pendingin aluminium, asam asetil salisilat mengendap

sebagai kristal besar. Kristal dipisahkan dengan cara filtrasi atau sentrifugasi,

dibilas, dan kemudian dikeringkan. Berdasarkan proses ini, untuk menghasilkan 1

ton asam salisilat, dibutuhkan phenol 800 kg, NaOH 350 kg, CO 2 500 kg, Seng 10

kg, Seng Sulfat20 kg, dan karbon aktif 20 kg.


c. Mekanisme Kerja Obat
Efektivitas penggunaan aspirin adalah berdasarkan kemampuannya

menghambat enzim siklooksigenase (cyclooxygenase/COX), yang mengkatalisis

perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, prostaglandin E2, dan

tromboksan A2. Aspirin hanya bekerja pada enzim siklooksigenase, tidak pada

enzim lipooksigenase, sehingga tidak menghambat pembentukan lekotrien. Tidak

seperti AINS lainnya yang menghambat enzim secara kompetitif sehingga bersifat

reversibel, aspirin menghambat enzim COX secara ireversibel. Hal ini disebabkan

karena aspirin menyebabkan asetilasi residu serin pada gugus karbon terminal dari

enzim COX, sehingga untuk memproduksi prostanoid baru memerlukan sintesis

enzim COX baru. Hal ini penting karena terkait dengan efek aspirin, dimana

durasi efek sangat bergantung pada kecepatan turn over enzim siklooksigenase.
Mekanisme kerja aspirin terutama adalah penghambatan sintesis

prostaglandin E2 dan tromboksan A2. Akibat penghambatan ini, maka ada tiga aksi

utama dari aspirin, yaitu: (1) antiinflamasi, karena penurunan sintesis

prostaglandin proinflamasi, (2) analgesik, karena penurunan prostaglandin E2 akan

menyebabkan penurunan sensitisasi akhiran saraf nosiseptif terhadap mediator pro

inflamasi, dan (3) antipiretik, karena penurunan prostaglandin E 2 yang

bertanggungjawab terhadap peningkatan set point pengaturan suhu di

hipotalamus.

Aspirin menghambat sintesis platelet melalui asetilasi enzim COX dalam

platelet secara ireversibel. Karena platelet tidak mempunyai nukleus, maka selama

hidupnya platelet tidak mampu membentuk enzim COX ini. Akibatnya sintesis

tromboksan A2 (TXA2) yang berperan besar dalam agregasi trombosit terhambat.

Penggunaan aspirin dosis rendah regular (81 mg/hari) mampu menghambat lebih

dari 95 % sintesis TXA2 sehingga penggunaan rutin tidak memerlukan monitoring

Molekul prostaglandin I2 (PGI2) yang bersifat sebagai anti agregasi trombosit

diproduksi oleh endothelium pembuluh darah sistemik. Selsel endotel ini

mempunyai nukleus sehingga mampu mensintesis ulang enzim COX. Hal inilah
yang dapat menjelaskan mengapa aspirin dosis rendah dalam jangka panjang

mampu mencegah serangan infark miokard melalui penghambatan terhadap TXA 2

namun tidak terlalu berpengaruh terhadap PGI2.

d. Hubungan Struktur dengan Aktivitas Obat

Pada mekanisme reaksi suatu reaksi kimia dalam enzym, kondisi berjalan

lunak karena ada bantuan dari enzym- enzym tersebut. Ternyata pada asetalisasi

cox oleh aspirin, Senyawa carbonil dari aspirin di ganggu kestabilannya oleh

residu Tyr 385 secara langsung dan residu Tyr 348 secara tidak langsung.

Karbonil aspirin kekurangan electron. gugus Hidroksil serin 530) berperan

sebagai nucleofil menyerang C karbonil yang bersifat elektrofil (kekurangan

elektron)

Gugus hidroksil serin menjadi kekurangan elektron sehingga terjadi

protonasi/pelepasan proton). Tahap selanjutnya (gugus carbonil kembali

beresonansi). Namun, karena sekarang gugus ester (O-fenil) merupakan leaving

group yang baik, maka akan terlepas. Tahap berikutnya, Serin 530 teracetilkan
sehingga in aktif dalam mengubah arachidonat acid menjadi PGG (anti

inflamatory drug berhasil)

Hasil akhir menjadi senyawa di bawah ini

2.2.2 Paracetamol
Obat Parasetamol memiliki nama lain acetaminophen obat ini termasuk
sebagai analgesik (antinyeri) dan antipiretik (penurun panas). digunakan sebagai
penurun panas yang paling banyak penggunaannya, karena hampir semua
kelompok umur, baik ibu hamil maupun menyusui dapat menggunakan obat ini
dan ini tidak memerlukan resep untuk mendapatkannya.

a. Struktur Obat

b. Sintesis Obat
Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus

hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para. Senyawa ini dapat

disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan

natrium nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol

direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.

Dibandingkan dengan obat lain, parasetamol jauh lebih mudah untuk

disintesis, karena kekurangan stereocenters . Akibatnya, tidak perlu merancang

sebuah sintesis stereo-selektif. Industri persiapan parasetamol biasanya hasil

dari nitrobenzena. Sebuah langkah reduktif acetamidation reaksi-satu bisa

dimediasi oleh thioacetate.

Parasetamol dapat dengan mudah dipersiapkan di laboratorium

dengan nitrating fenol dengan natrium nitrat, memisahkan yang diinginkan p-

nitrofenol dari orto itu produk sampingan, dan mengurangi

nitro dengan borohidrida natrium . Resultan p aminofenol- kemudian asetilasi

dengan anhidrida asetat. Pada reaksi ini, fenol sangat mengaktifkan, sehingga

reaksi hanya memerlukan kondisi ringan (bdk. nitrasi benzena):


p-aminofenol dapat diperoleh oleh amida hidrolisis parasetamol,. p-

aminofenol ini mempersiapkan jalan dan terkait dengan tersedia secara

komersial metol , telah digunakan sebagai pengembang dalam fotografi oleh

penggemar. Reaksi ini juga digunakan untuk menentukan parasetamol pada

sampel urin: Setelah hidrolisis dengan asam klorida, p-aminofenol bereaksi dalam

larutan amonia dengan derivat fenol misalnya asam salisilat untuk

membentuk indophenol zat warna di bawah oksidasi oleh udara.

c. Mekanisme Kerja Obat

Mekanisme kerja paracetamol yaitu sebagai inhibitor prostaglandin yang

lemah. Jadi mekanisme kerjanya dengan menghalangi produksi prostaglandin,

yang merupakan bahan kimia yang terlibat dalam transmisi pesan rasa sakit ke

otak. Dengan mengurangi produksi prostaglandin, parasetamol membantu

meredakan rasa sakit, seperti sakit kepala, sakit/nyeri pada anggota tubuh lainnya

dan deman atau panas.

d. Hubungan Struktur dengan Aktivitas Obat


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, F., Ali, M.J. & Kondapi, A.K., 2014. Carboplatin loades protein
nanoparticles exhibit improve anti-proliferetive activity in
retinoblastoma cells. International Journal of Biological
Macromolecules, 70: 577-82.

Apps, M.G., Choi, E.H.Y. & Wheate, N.J., 2015. The state-of-play- and futur of
platinum drugs. Endocrine-related Cancer, 22(4): 219-33.

Chyka P.A., Erdman A.R., Christianson G., Wax P.M., Booze L.L., Manoguerra
A.S., et al.,2007, Salicylate poisoning: An evidencebased consensus
guideline for outofhospitalmanagement. Clin Toxicol 45:95131. DOI:
10.1080/15563650600907140.

Colebatch A.N., Marks J.L., Edwards J.C., 2011, Safety of non steroidal anti
inflammatorydrugs, including aspirin and paracetamol (acetaminophen) in
people receivingmethotrexate for inflammatory arthritis (rheumatoid
arthritis, ankylosingspondylitis, psoriatic arthritis, other spondyloarthritis)
(Review). CochraneDatabase of Systematic Reviews, Issue 11. Art. No.:
CD008872. DOI: 10.1002/14651858.CD008872.pub2.
Ganiswarna, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

https://en.wikipedia.org/wiki/Mercaptopurine

Heriyanto, 2015, Merkaptopurin vs Allopurinol, (Online), (https://www.


academia.edu/10243299/interaksi_obat_merkaptopurin_vs_allopurinol),
diakses 22 Oktober 2016).

Ijaz, A., Bhatti, H.N., Rasheed, S., Sadaf, B., dan Nawaz, R., 2003.
Pharmacokinetic Study ofAspirin in Healthy Female Volunteers. Pakistan J
of Biol Sci 6:14041407.

Majeed B., Bhatti H.N., Fatima K., 2003, Renal handling of Aceylsalicylic acid in
femalevolunteers, Pakistan J Biol Sci 6(13): 11911194.

Mycek, M. J., Richard A.H. & Pamela C. C. 1995, Farmakologi Ulasan


Berganbar Edisi 2, Alih bahasa : Azwar Agoes, Penerbit Widya Medika,
Jakarta.
Rashid S., Bhatti H.N., Ijaz A., Sadaf B., Ahmed S., 2003, Renal Clearance of
AcetylsalicylicAcid in Human Male Volunteers. Pakistan J Biol Sci 6:
13991403.

Sariri, R., dan G, K., 2002, Synthesis of Purine Antiviral Agents, Hypoxanthine
and 6-Mercaptopurine, Russian Journal of Organic Chemistry, 7 (38),
(1052-1055).
Yudhan, R. D., 2014, Farmakogenomik dan Terapi Kanker, Jurnal Farmakologi,
41 (6), (412-415).

Anda mungkin juga menyukai