DISUSUN OLEH :
Miftahul Jannah M
1801060
S1-4B
DOSEN PENGAMPU :
PEKANBARU
2020
A. KANKER PARU
2. Antimetabolit
Agen antimetabolit adalah senyawa yang dapat menghambat jalur
metabolik yang penting untuk kehidupan dan reproduksi sel kanker, melalui
penghambatan asam folat, purin, pirimidin dan asam amino, serta jalur nukleosida
pirimidin, yang diperlukan pada sintesis DNĄ, Penghambatan, terlikasi DNA ini
berkembangbiak dan mengalami kematian. Antimetabolit memiliki struktur yang
analog dengan metabolit normal yang diperlukan bagi pertumbuhan dan replikasi
sel. Agen ini dibagi dalam beberapa target kerja, yaitu :
a. Analog Pirimidin
Analog pirimidin umumnya berupa pra-ubat, secara in vivo
mengalami anabolisme menjadi senyawa aktif yang dapat mempengaruhi
sintesis DNA pada fase awal dengan cara menghambatenzim timidilat
sintetase (enzim yang mengkatalisis metilasi asam deoksiuridilat menjadi
asam timidilat) menyebabkan kekosongan asam timidilat sehingga sel
mengalami kematian (thymineless death). Contoh: 6-Fluorourasil, tegafur,
cytarabin,floksuridin.
b. Analog Purin
Analog purin adalah pra-obat dan menjadi aktif setelah mengalami
anabolisme menjadi nukleotida atau menjadi turunan difosfat atau
trifosfat. Contoh: 6-Mercaptopurine, azatioprin, 6-Tioguanin.
c. Analog Asam Fosfat
Analog asam folat bekerja secara tidak khas, dengan menghambat
secara bersaing dihidrofolat reduktasc, suatu enzim yang
mengkatalisisreduksi asam dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat.
Antagonis folat mengikat enzim tersebut secara kuat dan menyebabkan
hambatan takterpulihkan yang bersifat semu menyebabkan hambatan
sintesis DNA, RNA dan protein. Antagonis asam folat juga menghambat
enzim timidilat sintctase dan menyebabkan kematian sel karena
kekurangan timin. Contoh: methotrexat dan kethotrexat.
Modifikasi basa dari DNA untuk memproduksi analog purin dan pirimidin
3. Produk Alamiah
3.1 Tanaman Alkaloid
Produk tanaman lain yang dapat digunakan sebagai antikanker antara lain
adalah etoposide (VP-16) teniposide (VM-26), irinotecan, dan topotecan.
Etoposide dan teniposide merupakan derivat podophyllotoxin, ekstrak dari
Podophyllum peltatum, yang digunakan sebagai antikanker. Kedua senyawa ini
memiliki mekanisme aksi yang hampir sama, yaitu membentuk kompleks dengan
enzim topoisomerase II dan DNA yang menyebabkan fungsi enzim topoisomerase
II terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan DNA yang mengarah
pada kematian sel. Sel pada fase S dan G2 merupakan siklus sel yang paling
sensitif terhadap etoposide dan teniposide (Brunton et al., 2006). Topotecan dan
irinotecan merupakan senyawa sitostatika analog campothecin yang bekerja
spesifik pada fase S siklus sel. Campothecin sendiri merupakan senyawa yang
diisolasi dari Camptotheca acuminate. Topotecan merupakan molekul
semisintetik dari campothecin yang dibuat untuk meningkatkan kelarutan
senyawa dalam air, sedangkan irinotecan merupakan prodrug dari topotecan.
Target kerja dari topotecan dan irinotecan adalah enzim topoisomerase I yang
berfungsi mengurangi torsional stress pada DNA sehingga DNA lebih mudah
mengalami replikasi, rekombinasi, repair dan treanskripsi. Mekanisme kerja
analog campothecin adalah menghambat fungsi enzim topoisomerase I, dengan
membentuk kompleks yang stabil antara enzim topoisomerase I dan analog
campothecin. Hal ini menyebabkan tahap religasi terhambat sehingga akumulasi
DNA single strand yang terpotong bertambah. Replikasi DNA yang terjadi pada
DNA ini menyebabkan kerusakan DNA double strand yang irreversible yang
mengarah pada kematian sel (Brunton et al., 2006). Toksisitas yang biasa terjadi
pada agen antikanker yang berasal dari tanarnan antara lain mual dan muntah,
alopesia, diare, neurotoksisitas dan lain- lain (Mycek et al., 2000).
3.2 Antibiotik
Sebagian besar antibiotik yang digunakan untuk kemoterapi kanker
bekerja dengan membentuk ikatan atau kompleks dengan DNA, sehingga
menghambat sintesis DNA dan atau RNA. Pada akhirnya akan menghambat
sintesis protein melalui penghambatan terhadap sintesis RNA yang tergantung
DNA (DNA-dependent RNA synthesis) (McEvoy, 2004). Efek samping dari
antibiotik kemoterapi antara lain anoreksia, mual dan muntah biasanya terjadi
pada beberapa jam setelah terapi dilakukan. Supresihematopoesis terjadi pada
minggu pertama terapi. Efek samping yang sering terjadi antara lain depresi
sumsum tulang belakang gangguan saluran cema , diare, alopesia.
a. Dactinomycin
Dactinomycin bekerja dengan berikat dengan DNA rantai ganda melalui
interkalasi di antara pasangan basa guaninc-cytocinc sekitarnya.
b. Mitomycin
Mitomycin merupakan agen alkilasi bioreduktif yang mengalami aktivasi
reduktif metabolis melalui reduksi yang dimediaşi enzim untuk
menghasilkan agen alkilasi yang merangkai silang DNA.
c. Anthracyclin
Anthracyclin dapat menimbulkan toksisitas organ dan tumor melalui tiga
aksi meliputi pengikatan afinitas tinggi ke DNA melalui interkalasi,
dengan akibat penyakatan sintesis DNA dan RNA, dan pengguntingan
rantai DNA melalui efeknya pada topoisomerase II; pengikatan ke
membran untuk mengubah fluiditas dan transport ion; pembentukan
radikal bebas semiquinone dan radikal oksigen melalui proses reduksi
dimediasi enzim.
d. Bleomycin
Bleomycin bekerja melalui pengikatan DNA yang menyebabkan
terpecahnya rantai tunggal dan ganda setelah pembentukan radikal bebas,
dan penghambatan biosintesis DNA.
4. Hormon
Terapi menggunakan hormon merupakan salah satu pilihan dalam
manajemen terapi kanker yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon, seperti
kanker prostat, payudara, dan endometrium. Dengan membuang kelenjar
penghasil hormon di dalam tubuh atau memberikan hormon yang bekerja secara
antagonis dapat menginduksi regresi dari sel tumor.
a. Hormon steroid dan obat antisteroid
Hormon steroid mengikat ke protein reseptor dalam sel kanker, dan tingginya
kadar protein reseptor mengindikasikan responsivitas terhadap terapi endokrin
b. Penghambat estrogen dan androgen
Termasuk kelompok ini contohnya tamoxifen yang terbukti sangat berguna
untuk mengobati kanker payudara, dan juga mempunyai aktivitas melawan
kanker endometrium yang resisten progesterone.
c. Agonis hormon perilis-gonadotropin (GnRH)
Termasuk kelompok ini adalah Leuprolide acetate dan goserelin yaitu analog
peptida sintesis dari hormon perilis gonadotropin yang terjadi secara alami
(Gonadotropine-Releasing Hormone = GnRH, LNRH). Analog ini lebih kuat
daripada hormon alami dan berfungsi sebagai agonis GnRH, dengan efek
paradoks, bila diberikan secara terus menerus, pada pituitary stimulasi awal
yang disertai dengan penghambatan rilis FSH(Follicle-stimulating hormone)
dan LH (Luteinizing Hormone).
d. Penghambat aromatase
Termasuk kelompok ini adalah Aminoglutethimide dan Anastrozole.
Aminoglutethimide merupakan penghambat sintesis steroid adrenal pada tahap
pertama. Aminoglutethimide juga menghambat sintesis estron dan estradiol
ekstra-adrenal. Anastrozole merupakan penghambat aromatase nonsteroid
merupakan nonsteroid yang dianggap tidak memiliki efek nyata pada sintesis
glukokortikoid dan mineralokortikoid
5. Isotop Radioaktif
a. Radiodiagnostik
I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over
aktif atau kita sebut hipertiroid. I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang
terbuat dari iodin yang selalu memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini
dimasukkan kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini akan
b. Radioterapi
c. Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila
partikel dapat berupa pancaran elektron (sinar beta) atau pancaran partikel
Dengan pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker yang
mati dan tumor akan mengecil. Sel-sel yang mati akan hancur, dibawa oleh darah dan
diekskresi keluar dari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bisa pulih kembai dari
pengaruh radiasi. Tetapi bagaimanapun juga, kerusakan yang terjadi pada sel-sel sehat
Indikasi : Kanker testis dan kandung kemih, tumor pyelic dan uretra,
karsinoma prostat, karsinoma ovarium, tumor ganas kepala
dan leher, kanker paru paru sel non kecil, karsinoma
esophagus, kanker uterus, leher Rahim, neuroblastoma
Mekanisme obat : obat ini bekerja dengan cara : menghambat sintesa DNA
dengan menukar gugus alkali sehingga membentuk ikatan
silang DNA. Mengganggu fungsi sel dengan melakukan
transfer gugus alkali pada gugus amino, karboksil, sulfhidril,
atau fosfat. Merupakan golongan sel spesifik non fase spesifik
b. Ifosfamide
Indikasi : Limfoma, sarkoma, tumor padat
Mekanisme obat : obat ini bekerja dengan cara : menghambat sintesa DNA
dengan menukar gugus alkali sehingga membentuk ikatan
silang DNA. Mengganggu fungsi sel dengan melakukan
transfer gugus alkali pada gugus amino, karboksil, sulfhidril,
atau fosfat. Merupakan golongan sel spesifik non fase spesifik
Mekanisme obat : obat anti kanker yang termasuk golongan mitose spindle
berikatan dengan protein mikrotubular inti sel tumor,
menghambat sintesis dan polimerisasi miktotubul sehingga
menyebabkan mitosis berhenti pada metaphase, dan
menyebabkan replikasi sel terganggu
3. Golongan Topoisomerase Inhibitor
a. Etoposide
Indikasi : Penanganan tumor testis refrakter dan small cell lung
cancer
Mekanisme obat :mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga
menghambat proses transkripsi dan replikasi
4. Golongan Antibiotik
a. Doxorubicin
Indikasi : berbagai tipe neoplasia
B. KANKER PAYUDARA
1. Zat Alkilasi
a. Cyclophosphamide Oral 50-100 mg/m2/hari
iv 30-50 mg/kg
b. Ifosfamide iv 50 mg/kg/hari
c. Melphalan oral 0,2 mg/kg/hari
d. Klorambusil oral 0,1-0,2 mg/kg/hari
2. Antimetabolit
a. Fluorourasil iv 500-600 mg/m2
b. Methotrexate iv 30-60 mg/m2
3. Antimitotika
a. Etoposida iv 100 mg/m2
b. Paclitaxel iv 175-250 mg/m2
c. Vinblastin 0,1-0,5 mg/kg
d. Docetaxel iv 60-100 mg/m2
4. Antibiotik
a. Doksorubisin 60-75 mg/m2
b. Mitomycin iv 20 mg/m2
c. Mitoxantron iv 12-14 mg/m2
d. Epirubisin iv 100-120 mg/m2
e. Idarubisin iv 12 mg/m2/hari
5. Imunodulansia
a. Siklosporin iv 5-6 mg/kg
b. Bevacizumab iv 3 mg/kg
c. Xetuximab iv 50-200 mg/m2
6. Hormon dan Antihormon
a. Toremifene Oral 60 mg sekali sehari
b. Mifepristone Oral 600 mg
c. Tamoxifen Oral 20-40 mg
b. Fluorourasil (5-FU)
Fluorouracil adalah obat untuk mengobati pertumbuhan kulit pra-
kanker dan kanker. Fluorouracil termasuk dalam kelas obat yang dikenal
sebagai anti-metabolit. Obat ini bekerja dengan menghalangi pertumbuhan
sel tidak normal yang menyebabkan kondisi kulit tersebut.
4. Produk Alamiah
a. Paklitasel
Indikasi : dapat digunakan antara lain untuk kanker
payudara, NSCLC, kanker ovarium, AIDS related sarkoma
Kaposi, kanker kepala & leher, kanker nasofaring, kanker
serviks, kanker gaster.
Mekanisme kerja : Menghambat depolimerisasi mikrotubulus. Kadar
plasma bifasik, nonlinear, metabolisme di hati oleh
cytochrome P450, ekskresi terutama nonrenal. Paclitaxel
bekerja bekerja dengan menginduksi pembentukan
mikrotubulus dan menghambat penguraiannya menjadi
tubulin, sehingga sel akan terhenti pada fase G2-M, dan
terjadi hambatan proliferasi sel. Kemoterapi golongan
taxane juga bekerja menghambat ekspresi onkoprotein Bcl-
2, di mana perannya adalah sebagai protein anti-apoptosis.
Oleh karena itu, dengan hambatan Bcl-2 oleh taxane, maka
akan memicu terjadinya apoptosis sel kanker.
b. Vinblastine
Indikasi : Leukemia akut, limfoma Hodgkin dan non-
Hodgkin, neuroblastoma, rabdomiosarkoma, osteosarkoma,
sarkoma Ewing, fungoides mikosis, tumor Wilms, kanker
payudara, kanker serviks, kanker paru
Mekanisme kerja : mencegah polimerisasi tubulin menjadi
mikrotubulus. Cepat terdistribusi ke jaringan,
dimetabolisme luas di hati, ekskresi terutama melalui
saluran empedu.
c. Mitoxantrone
Indikasi : dapat digunakan untuk pengobatan penyakit
kanker prostat, multiple sclerosis (MS), kanker payudara,
dan juga penyakit non-hodgkin’s lymphoma. Dengan
mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh, mitoxantrone
memperlambat aktivitas Multiple Sclerosis dan mengurangi
frekuensi kambuh.
C. KANKER KOLON
1. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker kolorektal dapat dilakukan sebagai terapi ajuvan,
neoaduvan atau paliatif. Terapi ajuvan direkomendasikan untuk KKR stadium III dan
stadium II yang memiliki risiko tinggi. Yang termasuk risiko tinggi adalah: jumlah KGB
yang terambil performance status (PS) 0 atau 1. Selain itu, untuk memantau efek
samping, sebelum terapi perlu dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap, uji fungsi hati,
uji fungsi ginjal (ureum dan kreatinin), serta elektrolit darah.
a) 5-Flourourasil (5-FU)
Secara kimia, fluorourasil suatu fluorinated pyrimidine, adalah 5-fluoro-
2,4 (1H,3H)-pyrimidinedione. 5-Fluorourasil (5-FU) merupakan obat kemoterapi
golongan antimetabolit pirimidin dengan mekanisme kerja menghambat metilasi
asam deoksiuridilat menjadi asam timidilat dengan menghambat enzim timidilat
sintase, terjadi defisiensi timin sehingga menghambat sintesis asam
deoksiribonukleat (DNA), dan dalam tingkat yang lebih kecil dapat menghambat
pembentukan asam ribonukleat (RNA). Kontraindikasi pada pasien dengan status
nutrisi buruk, depresi sumsum tulang, infeksi berat dan hipersensitif terhadap
fluorourasil.
b) Capecitabine
Capecitabine adalah sebuah fluoropirimidin karbamat, yang dirancang
sebagai obat kemoterapi oral, merupakan prodrug fluorourasil yang mengalami
hidrolisis di hati dan jaringan tumor untuk membentuk fluorourasil yang aktif
sebagai antineoplastik. Mekanisme kerjanya sama seperti fluorourasil.
Capecitabine diabsorbsi cepat dan luas dalam saluran gastrointestinal yang
kemudian dimetabolisme menjadi 5’-deoksi-5-fluorocitidin (5’- DFCR), 5’-
deoksi-5-fluorouridin(5’-DFUR) dan fluorourasil, selanjutnya fluorourasil
dikatabolisme di hati menjadi dihidro-5- fluorourasil (FUH2), asam 5-fluoro-
ureido-propionat (FUPA) dan αfluoro-β-alanin (FBAL).
c) Oxaliplatin
Oxaliplatin merupakan derivat generasi ketiga senyawa platinum dan
termasuk dalam golongan obat pengalkilasi (alkylating agent). Oxaliplatin
berbeda dari cisplatin dalam hal gugus amin yang digantikan oleh
diaminocyclohexane (DACH). Oxaliplatin sedikit larut dalam air, lebih sedikit
dalam metanol, dan hampir tidak larut dalam etanol dan aseton. Secara kimia
nama lengkapnya adalah oxalato (trans-L-1,2-diamino-cyclohexane) platinum.
Mekanisme kerja oxaliplatin sama seperti senyawa dasar platinum lainnya.
Setelah mengalami hidrolisis intraselular, platinum berikatan dengan DNA
membentuk ikatan silang yang menghambat replikasi DNA dan transkripsinya
sehingga menyebabkan kematian sel.Apoptosis sel-sel kanker terjadi karena
terbentuk lesi DNA, menghentikan sintesis DNA, menghambat sintesis RNA, dan
merangsang reaksi imunologis. Oxaliplatin juga menunjukkan efek sinergik
dengan obat-obat sitotoksik lainnya. Sitotoksitasnya bersifat non spesifik siklus
sel.
d) Irinotecan
Irinotecan adalah bahan semisintetik yang mudah larut dalam air dan
merupakan derivat alkaloid sitotoksik yang diekstraksikan dari tumbuhan seperti
Camptotheca acuminata. Irinotecan dan metabolit aktifnya yakni SN-38
menghambat aksi enzim Topoisomerase I, yakni suatu enzim yang menghasilkan
pemecahan DNA selama proses replikasi DNA. Irinotecan dan SN-38 mengikat
DNA Topoisomerasi I sehingga mencegah pemecahan DNA yang menghasilkan
dua DNA baru serta kematian sel. Irinotecan bekerja pada fase spesifik siklus sel
(S-phase). Irinotecan digunakan dalam beberapa terapi kanker seperti kanker
kolorektal, servik uteri, lambung, glioma, paru, mesothelioma, dan kanker
pankreas. Efek samping yang dapat timbul pada pemberian irinotecan yakni diare,
gangguan enzim hepar, insomnia, alergi, anemia, leukopenia, neutropenia,
trombositopenia, bradikardia, oedem, hipotensi, demam, dan fatigue.
a. Bevacizumab
Bevacizumab merupakan rekombinan monoklonal antibodi manusia yang
berikatan dengan semua isotipe Vascular Endothelial Growth FactorA (VEGF-A /
VEGF)., yang merupakan mediator utama terjadinya vaskulogenesis dan
angiogenesis tumor, sehingga menghambat pengikatan VEGF ke reseptornya, Flt-
1 (VEGFR-1) dan KDR (VEGFR-2 Bevacizumab diberikan secara infus intravena
dalam waktu 30-90 menit dengan dosis 5 mg/kg bila dikombinasi dengan regimen
kemoterapi siklus 2 mingguan (FOLFOX atau FOLFIRI) dan dosis 7,5 mg/kg bila
dikombinasi dengan regimen kemoterapi siklus 3 mingguan (CapeOx).
Bevacizumab diberikan sebelum oxaliplatin.
b. Cetuximab
Cetuximab merupakan antibodi monoklonal chimeric mouse/rekombinan
manusia yang mengikat secara spesifik reseptor faktor pertumbuhan epidermal
(EGFR, HER1, c-ErB-1) dan secara kompetitif menghambat ikatan EGF dan ligan
lain. Ikatan dengan EGFR akan menghambat fosforilasi dan aktivasi reseptor
kinase terkait, menghasilkan hambatan pertumbuhan sel, induksi apoptosis, dan
penurunan matrix metalloproteinase serta produksi VEGF.Pemberian cetuximab
diindikasi pada pasien metastasis kanker kolorektal dengan KRAS dan NRAS
wild type. Bila kedua hasil RAS tersebut hasilnya wild type, perlu
dipertimbangkan pemeriksaan BRAF, dan pemberian cetuximab efektif bila
didapatkan BRAF wild type. Pasien dengan KRAS/NRAS, BRAF dan TP53 wild-
typeakan memberikan hasil yang maksimal pada pemberian terapi dengan
cetuximab, oxaliplatin dan fluorourasil oral. Kombinasi cetuximab dengan
oxaliplatin pada regimen FOLFOX atau CapeOx tidak mempunyai keuntungan
dan harus dihindari. Oleh karena itu pemberian cetuximab sebaiknya dikombinasi
dengan irinotecan (FOLFIRI).
c. Ziv-Aflibercept
Aflibercept merupakan protein rekombinan yang memiliki bagian reseptor 1
dan 2 VEGF manusia yang berfusi pada porsi Fc dari IgG1 manusia. Didesain
sebagai perangkap VEGF untuk mencegah aktivasi reseptor VEGF dan
selanjutnya menghambat angiogenesis. Obat ini secara signifikan menunjukkan
peningkatan response rates, PFS, dan OS bila dikombinasi dengan FOLFIRI pada
lini kedua.
d. Panitumumab, Regorafenib, BIBF 1120, Cediranib Panitumumab, regorafenib, BIBF
1120, dan cediranib merupakan targeted therapy yang belum tersedia di Indonesia.
Panitumumab merupakan antibodi monoklonal murni dari manusia. Mekanisme
kerjanya sama dengan cetuximab. Kedua antibodi monoklonal ini diindikasi pada
pasien metastasis kanker kolorektal dengan KRAS dan NRAS wild type. Bila kedua
RAS tersebut jenisnya wild type, perlu dipertimbangkan pemeriksaan BRAF.
D. KANKER PROSTAT