Anda di halaman 1dari 2

Baiklah disini saya akan menjelaskan terkait perilaku intoleransi ini

bisa terjadi dan adanya gagasan yang bisa sumbangkan untuk

mengatasi persoalan intoleransi ini. Dimana ini disebabkan oleh empat

faktor, pertama pandangan keagamaan sektarian, kedua populisme agama, ketiga

politisi yang memanfaatkan agama dan keempat pendirian rumah ibadah yang

dilarang atas dasar agama. Masalah pemahaman teks keagamaan. Ini merupakan

produk lama yang senantiasa direproduksi oleh para pemberi “mandat terror” dan para

“mandat intoleransi” bahwa agama kita mengajarkan untuk jihad dengan fisik yakni

mati sebagai martir atau mati di sebuah ujung pedang, mati disebuah granat. Fakta-

fakta di atas, setidaknya menunjukan bahwa sikap toleransi dan kesadaran akan

keberagaman di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Keberagaman yang

harusnya menjadi modal sosial yang luar biasa bagi bangsa Indonesia, ternyata

berbuah kerentanan konflik, antidialog, dan penyingkiran. Jika persoalan tersebut tak

segera diantisipasi, maka eksistensi NKRI akan menjadi taruhannya. Semuanya

dianggap sebagai jihad yang sesungguhnya maka tak segan anak-anak muda yang

masih kurang paham agamanya banyak melakukan hal tersebut karena menganggap

hal itu benar. Hal itulah yang perlu mendapatkan perhatian oleh para pengelola negara

dan pendakwah agama. Para pengelola negara dan pendakwah agama perlu merevisi

kembali pemahamannya tentang doktrin jihad, doktrin iman, doktrin, takwa bahkan

doktrin surga dan neraka sehingga memberikan kerangka yang relatif utuh pada kaum

muda harapan bangsa kita. Agamawan harus mendorong sikap dan tindakan toleransi

antar umat beragama yang sekarang tampak semakin hampa. Sikap toleransi itu

sendiri merupakan kesediaan untuk menerima adanya perbedaan teologi, perbedaan

keyakinan, menghargai, menghormati yang berbeda sebagai sesuatu yang nyata

adanya dan diyakini oleh mereka yang memang berbeda dengan kita. Dengan sikap
toleransi inilah akan lahir sikap hidup rukun dalam perbedaan, tidak saling menghujat,

membenci, mengkafirkan apalagi hendak membunuhnya karena berbeda dengan kita.

Kemajemukan bangsa Indonesia tidak hanya terlihat dari beragamnya jenis suku

bangsa, namun terlihat juga dari beragamnya agama yang dianut penduduk. Suasana

kehidupan beragama yang harmonis di lingkungan masyarakat heterogen dengan

berbagai latar belakang agama terbangun karena toleransi yang saling menghargai

perbedaan. Berbagai kegiatan sosial budaya berciri gotong royong memperlihatkan

karakter masyarakat Indonesia yang saling menghormati antara berbagai perbedaan

golongan, suku bangsa, hingga agama. Pemeluk agama di Indonesia dari jumlah yang

paling banyak berturut-turut adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha,

Kong Hu Cu, dan agama lainnya. Pada tahun 2010 pemeluk agama Islam mencapai

207,2 juta jiwa atau 87,18 persen, selanjutnya agama Kristen sebesar 16,5 juta jiwa

atau 6,96 persen, Katolik 6,9 juta  jiwa atau 2,91 persen, kemudian agama Hindu 4,01

juta jiwa atau 1,69 persen, dan terbesar kelima adalah agama Budha sebesar 1,7 juta

jiwa atau 0,72 persen. Sementara itu agama Khong Hu Cu, yang tercatat sebagai

agama yang paling akhir diakui pemerintah Indonesia mempunyai pemeluk sebesar

127,1 ribu jiwa atau 0,05 persen.

Sumber referensi:

https://jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda/article/view/37127

https://osf.io/h4zsw/download

Anda mungkin juga menyukai