Anda di halaman 1dari 10

Artikel Riset Jurnal Kefarmasian Indonesia

DOI :10.22435/jki.v8i1.7722.34-43 Vol.8 No.1-Februari 2018:34-43


p-ISSN:
Potensi Ekstrak Biji Coklat….. 2085-675X
(Aprillia K, dkk)
e-ISSN: 2354-8770

Potensi Ekstrak Biji Coklat (Theobroma cacao Linn) sebagai


Inhibitor Tirosinase untuk Produk Pencerah Kulit

The Potency of Cocoa Bean (Theobroma cacao Linn) Extract as


Tyrosinase Inhibitory for Skin Lightening Product

Aprillia Kurniasari1*, Effionora Anwar2, Joshita Djajadisastra2


1
Program Magister Herbal, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
2
Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
*E-mail: aprilliakurniasari@gmail.com

Diterima: 12 Oktober 2017 Direvisi:22 Desember 2017 Disetujui: 5 Januari 2018

Abstrak
Hiperpigmentasi merupakan peristiwa yang terjadi akibat produksi pigmen kulit yang berlebihan. Warna kulit
sangat dipengaruhi oleh keberadaan melanin, dimana keberadaan melanin sangat dipengaruhi oleh enzim
tirosinase. Biji coklat (Theobroma Cacao Linn) merupakan salah satu bahan yang kaya akan senyawa flavonoid
diantaranya adalah senyawa polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan dan inhibitor tirosinase. Tujuan
penelitian ini untuk menguji potensi ekstrak biji coklat sebagai inhibitor tirosinase untuk bahan aktif pencerah
kulit. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah laboratorium eksperimental dengan beberapa pengujian
antara lain kadar flavonoid total dan uji aktivitas inhibitor tirosinase. Hasil penelitian ini adalah terdapat
aktivitas inhibitor tirosinase pada ekstrak etanol biji coklat. Aktivitas inhibitor tersebut dapat dilihat dari nilai
IC50 untuk reaksi monofenolase dan difenolase masing-masing adalah 352,05 μg mL-1 dan 836,20 μg mL-1. Nilai
tersebut lebih besar jika dibandingkan asam kojat, untuk monofenolasi sebesar 2,38 μg mL-1 dan difenolasi
10,74 μg mL-1. Selain itu juga terdapat kandungan senyawa flavonoid total sebanyak 0,05 %b/b, sehingga
ekstrak etanol biji coklat ini merupakan bahan alam yang berpotensi untuk digunakan dalam formulasi krim
pemutih dalam bidang kefarmasian.
Kata kunci: Hiperpigmentasi; Inhibitor aktivitas tirosinase; Biji coklat

Abstract
Hyperpigmentation is a condition of excessive skin pigments production. The skin colour is strongly influenced
by the presence of melanin that marked by the melanin tyrosinase enzyme activity. Cocoa (Theobroma cacao
Linn) is one of the ingredients which are rich in flavonoids include polyphenolic compounds that used as
antioxidants and a tyrosinase inhibitor. The aim of this study is to examine the potential of the cocoa bean
extract as a tyrosinase inhibitor for skin lightening active ingredients. The method of the study was experimental
laboratories, among others: total flavonoid and tyrosinase inhibitory activity assay. The result of this research
was ethanol extract of cocoa had tyrosinase inhibitor activity. The inhibitory activity could be seen from the
IC50 for monophenolase activity were 352.05 μg mL-1 and for diphenolase activity 836.20 μg mL-1 respectively.
This value is greater than kojic acid, for monophenolation was 2.38 μg mL-1 and diphenolation was 10.74 μg
mL-1. The total flavonoids content was 0.05% w/w so that the ethanol extract of the cocoa bean is a natural
product that potential to be used in the formulation of skin lightening cream in the pharmaceutical sciences.
Keywords: Hyperpigmentation; Tyrosinase inhibitory activities; Cocoa bean .

34
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2018;8(1):34-43

PENDAHULUAN Hasil penelitian lainnya menyatakan


bahwa biji coklat (Theobroma Cacao Linn)
Kulit merupakan bagian tubuh paling
merupakan salah satu bahan yang kaya
banyak terkena radikal bebas dari sinar
akan senyawa flavonoid diantaranya
ultraviolet (UV) yang berasal dari paparan
adalah senyawa polifenol yang berfungsi
sinar matahari dan dapat menyebabkan
sebagai antioksidan dan sebagai inhibitor
hiperpigmentasi.1 Hiperpigmentasi meru-
tirosinase.7 Pada penelitian sebelumnya
pakan peristiwa yang terjadi akibat
kandungan total fenolik pada ekstrak
produksi pigmen kulit yang berlebihan.
coklat adalah sebesar 49.54 ± 3.39 mg dan
Proses tersebut dapat terjadi karena
jumlah kandungan flavonoid sebanyak
peningkatan proses melanogenesis yang
22,42 ± 0,98 mg. Penelitian lain juga
memberikan warna coklat atau coklat
menyebutkan bahwa kandungan polifenol
kehitaman sehingga kulit menjadi gelap.2
coklat lebih tinggi daripada yang terdapat
Bahan-bahan pemutih seperti merkuri dan
di dalam teh hijau, anggur merah dan
hidrokuinon telah banyak digunakan
sebagainya. Polifenol kakao terutama
sebagai zat aktif dalam produk kosmetik.
adalah monomer dan oligomer dari flavan-
Sejak tahun 2008, BPOM sudah melarang
3-ol sebagai komponen dasar. Klasifikasi
penggunaan beberapa bahan pemutih
polifenol kakao dalam tiga kelompok yaitu
dalam produk kosmetika, termasuk
katekin (flavan-3-ols) 37%, antosianin 4%,
hidrokuinon dan merkuri karena bahan-
dan proantosianidin 58%.8
bahan tersebut merupakan racun bagi
Eksplorasi senyawa bioaktif yang
melanosit.3
potensial sebagai inhibitor tirosinase yang
Warna kulit sangat dipengaruhi oleh
berasal dari sumber-sumber alami (natural
keberadaan melanin, dimana keberadaan
resources) seperti biji coklat masih perlu
melanin sangat dipengaruhi oleh enzim
dilakukan. Data dari penelitian serupa
tirosinase. Enzim ini dapat mengkatalisis
menyebutkan bahwa produksi biji coklat
dua reaksi biosintesis melanin yaitu O-
nasional secara umum mengalami
hidroksilasi dari asam amino L-tirosin
peningkatan hingga tahun 2012 mencapai
menjadi L-3,4-dihidroksifenilalanin (L-
433.253 Ha atau 96,27% dari target seluas
DOPA), dan oksidasi subsekuen dari L-
450.000 Ha.9 Peningkatan produksi ini
DOPA menjadi dopakuinon. Senyawa
diyakini dapat memberikan banyak
dopakuinon mempunyai kereaktifan yang
manfaat dan peningkatan pendapatan bagi
sangat tinggi sehingga dapat mengalami
petani coklat khususnya. Produksi dari biji
polimerisasi secara spontan membentuk
coklat yang tinggi tersebut dapat dijadikan
dopakrom yang kemudian menjadi
solusi dalam menjawab permasalahan
melanin.5 Inhibitor tirosinase dibutuhkan
terkait pemanfaatan produk dari sumber
dan berperan penting sebagai penghambat
alam (natural product) untuk bahan
produksi melanin pada lapisan epidermis
kosmetik. Penelitian ini fokus pada
dan membuat kulit tampak lebih cerah.1
pemanfaatan dari biji coklat sebagai
Penelitian lainnya melaporkan bahwa
inhibitor tirosinase yang berpotensi dalam
pengujian inhibitor tirosinase dapat
melindungi kulit dari paparan sinar UV.
dilakukan dengan mengukur kemampuan
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
ekstrak untuk menghambat fase
untuk menguji potensi ekstrak biji coklat
monofenolase (substrat L-tirosin) dan
sebagai inhibitor tirosinase untuk bahan
difenolase (substrat L-DOPA), dengan
aktif pencerah kulit (skin lightening).
arbutin dan asam kojat sebagai kontrol
positif. Salah satu senyawa kimia yang
dapat menghambat aktivitas tirosinase
adalah senyawa polifenol yang merupakan
kelompok flavonoid.6

35
Potensi Ekstrak Biji Coklat….. (Aprillia K, dkk)

METODE Lampung Selatan. Pertama, sampel


dipreparasi dan diblender sampai terbentuk
Waktu dan tempat penelitian
bubuk (bubuk biji coklat). Bubuk
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
diekstraksi dengan menggunakan pelarut
September sampai dengan Desember 2016.
etanol 70% dengan metode maserasi. Hasil
Tempat penelitian yaitu di Laboratorium
dari ekstrak bubuk biji coklat kemudian
Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas
dilakukan analisis kandungan flavonoid
Indonesia dan Laboratorium Pusat Studi
total dan aktivitas penghambatan enzim
Biofarmaka, LPPM IPB.
tirosinase.
Alat
Peralatan utama yang digunakan adalah Preparasi ekstrak bubuk biji coklat
Preparasi ekstrak bubuk biji coklat ini
stirrer, reflux, spektrofotometer UV-VIS
menggunakan metode maserasi dengan
(Shimadzu UV-1800), mikroskop optik
menggunakan pelarut etanol (70%).
(Nikon model Eclipse E 200, Jepang),
Pertama, disiapkan 1 gram bubuk biji
water bath shaker, rotary evaporator
coklat dilarutkan dalam 200 mL pelarut
HEIDOLPH tipe Laborota 4000 Vacuum-
etanol (70%) pada erlenmeyer dan di
Controlller VC 2, Sentrifugator (Kubota
kocok setiap harinya selama 30 menit,
5100, Jepang), penetrometer (Herzoo,
setelah 3 hari dilakukan penyaringan
Jerman), pH meter (Corning),
menggunakan saringan teh dan kertas
Homogenizer (Omni-Multimix Inc.,
Whatman 42. Maserasi dilakukan hingga
Malaysia), Rapid Visco Analyzer, kertas
pelarut bewarna bening. Setelah proses
Whatman, orbital shaker, gelas ukur, oven
maserasi selesai dilakukan evaporasi
(Memmert, Jerman), timbangan analitik
menggunakan rotary vaccuum evaporator
(Sartorius), dan alat-alat pendukung
dengan suhu 45°C.7
analisis.
Kadar flavonoid total ekstrak bubuk
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam biji
Ekstrak ditimbang sebanyak 0,25 g
penelitian adalah biji coklat (Theobroma
kemudian dimasukkan ke dalam
Cacao Linn) yang didapatkan dari
erlenmeyer. Proses hidrolisis dilakukan
Kaliandra, Lampung Selatan. Enzim
dengan menambahkan 1 mL larutan
Tirosinase dari jamur Agaricus bisporeus
heksametilenatetramina 0,5% (b/v), 20 mL
(Sigma, Amerika Serikat), L-DOPA
aseton dan 2 mL larutan HCl 25%.
(Sigma, Amerika Serikat), heksa-
Pemanasan dilakukan menggunakan
metilenatetramina (Brataco, Indonesia),
refluks selama 30 menit. Filtrat hasil
asam stearat (Brataco, Indonesia), metanol
hidrolisis disaring menggunakan kertas
(Brataco, Indonesia), propilen glikol
saring ke dalam labu takar 100 mL,
(Brataco, Indonesia), vitamin C, HCl,
sedangkan residu yang terbentuk
aseton, etil asetat, etanol (Bratacom
ditambahkan dengan 20 mL aseton dan
Indonesia), reagen Folin-Ciocalteau
direfluks kembali selama 30 menit. Filtrat
(Brataco, Indonesia), akuades, asam galat
digabungkan, sedangkan residu ditambah-
(Brataco, Indonesia), larutan bufer fosfat,
kan dengan 20 mL aseton dan dihidrolisis
kuersetin, asam kojat, dan larutan L-
kembali. Filtrat digabungkan kembali,
DOPA. Penelitian ini tidak menggunakan
kemudian larutan dan ditera dengan
hewan uji.
aseton.10
Sebanyak 20 mL filtrat hasil hidrolisis
Tahapan Penelitian
dan 20 mL akuades dimasukkan ke dalam
Penelitian ini dimulai dari
corong pisah kemudian diekstraksi dengan
pengumpulan biji coklat yang didapat dari
etil asetat (ekstrak yang pertama dengan 15
perkebunan di Kecamatan Kalianda,

36
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2018;8(1):34-43

mL etil asetat, ekstraksi kedua dan ketiga selama 25 menit pada suhu kamar. Di akhir
dengan 10 mL etil asetat). Fraksi etil asetat proses, serapan diukur dengan
dikumpulkan dalam labu takar 50 mL, spektrofotometer UV-Vis pada panjang
kemudian larutan ditera dengan etil asetat. gelombang 478,5 nm.
Larutan diambil sebanyak 10 mL ke dalam Tabung B, larutan buffer fosfat, larutan
labu takar 25 mL dan direaksikan dengan 1 L-DOPA, dan ekstrak biji coklat (blangko
mL AlCl3 2% (b/v) kemudian ditera negatif) dipipet ke dalam tabung reaksi,
dengan larutan asam asetat glasial dalam kemudian inkubasi pada suhu kamar
metanol 5% (v/v). Pengukuran larutan selama 35 menit. Serapan diukur dengan
dilakukan pada panjang gelombang 370,8 spektrofotometer UV-Vis pada panjang
nm. Standar dibuat dengan kuersetin murni gelombang 478,5 nm.
ditimbang sebayak 0,0025 g, kemudian Tabung C, larutan buffer fosfat, larutan
dilarutkan dengan asam asetat glasial L-DOPA, dan ekstrak biji coklat dipipet ke
dalam metanol 5% (v/v) dalam labu takar dalam tabung reaksi, kemudian diinkubasi
25 mL. Selanjutnya dibuat deret standar pada suhu kamar selama 10 menit.
dengan konsentrasi 0,5; 5; 10; 15; dan 25 Setelahnya, ditambahkan larutan
ppm. tirosinase, diinkubasi kembali selama 25
menit pada suhu kamar. Di akhir proses,
Uji penghambatan tirosinase ekstrak serapan diukur dengan spektrofotometer
biji coklat UV-Vis pada panjang gelombang 478,5
Pengujian inhibitor tirosinasi nm.
dimodifikasi dari penelitian sebelumnya.7 Tabung D, larutan buffer fosfat, larutan
Ekstrak ditimbang sebanyak 0,3 g dan L-DOPA, dan ekstrak biji coklat dipipet ke
ditambahkan 10 mL etanol 70%. dalam tabung reaksi kemudian inkubasi
Sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan pada suhu kamar selama 35 menit. Serapan
filtrat dengan basis ekstrak biji coklat. diukur dengan spektrofotometer UV-Vis
Larutan filtrat atau ekstrak ditampung pada panjang gelombang 478,5 nm.
untuk diuji aktivitasnya sebagai inhibitor
tirosinase. Larutan bufer fosfat 50 mM (pH Perhitungan persentase inhibisi
6,8), larutan L-DOPA 0,7 mM, dan larutan tirosinase
tirosinase (496 unit/mL) dimasukkan ke Nilai aktivitas penghambatan enzim
dalam empat tabung reaksi dengan jumlah tirosinase diperoleh dengan menghitung
yang tersaji pada Tabel 1. penghambatan dopakrom yang terbentuk
Tabung A, larutan buffer fosfat, larutan menggunakan rumus persamaan. Untuk
L-DOPA, dan ekstrak biji coklat (blangko mengetahui pengaruh kestabilan fisik
negatif) dipipet ke dalam tabung reaksi, dengan aktivitas ekstrak, maka uji
kemudian diinkubasi pada suhu kamar penghambatan tirosinase dari ekstrak biji
selama 10 menit. Setelahnya, ditambahkan coklat yang dilakukan dengan 3 kali
larutan tirosinase, diinkubasi kembali ulangan.

Tabel 1. Komposisi bahan yang digunakan dalam uji penghambatan enzim tirosinase
Bahan Tabung (µL)
1 2 3 4
Larutan buffer fosfat 2200 2384 2200 2384
L-DOPA (0,7 mM) 666 666 666 666
Ekstrak biji coklat 200 200 200 200
(blangko negatif) (blangko negatif)
Tirosinase 184 - 184 -

37
Potensi Ekstrak Biji Coklat….. (Aprillia K, dkk)

%inhibisi = x 100% atom C-4 dan gugus hidroksi pada atom C-


3 atau C-5 yang bertetangga dari golongan
= x 100% .... (1) flavon dan flavonol. Senyawa yang
Keterangan: digunakan sebagai standar pada penetapan
DK = dopakrom yang terbentuk tanpa adanya kadar flavonoid ini adalah kuersetin,
penghambatan; DKt = dopakrom yang karena kuersetin merupakan flavonoid
terbentuk dengan adanya penghambatan; A = golongan flavonol yang memiliki gugus
serapan larutan blangko negatif dengan enzim; keto pada atom C-4 dan juga gugus
B = serapan larutan blangko negatif tanpa hidroksil pada atom C-3 dan C-5 yang
enzim; C = serapan larutan sampel dengan bertetangga. Proses pembentukan senyawa
enzim; D = serapan larutan sampel tanpa kompleks antara kuersetin dan alumunium
enzim.
klorida dapat dilihat pada Gambar 1.
Pada tahap penetapan kadar flavonoid,
Perhitungan Nilai IC50
penambahan kalium asetat bertujuan untuk
Nilai IC50 diperoleh dari persamaan
mendeteksi adanya gugus 7-hidroksil
kurva regresi linear antara % inhibisi
sedangkan perlakuan inkubasi selama 30
(sumbu y) dan konsentrasi ekstrak (sumbu
menit yang dilakukan sebelum pengukuran
x). Persamaan regresi linear dapat
dimaksudkan agar reaksi berjalan
rumuskan sebagai berikut :
sempurna, sehingga memberikan intensitas
warna yang maksimal. Penetapan kadar
y = a + bx ........................................ (2)
flavonoid dari ekstrak metanol biji coklat
didapatkan adalah sebesar 0,05 % b/b.
Keterangan :
y = Variabel Dependen; x = Variabel Keberadaan dari senyawa flavonoid yang
Independen; A = Konstanta; b = Koefisien ada di dalam biji coklat tersebut dapat
Regresi. berpotensi untuk menghambat aktivitas
enzim tirosinase.
HASIL DAN PEMBAHASAN Senyawa flavonoid merupakan salah satu
dari kelompok senyawa polifenol, dimana
Kadar Flavonoid Total dalam senyawa polifenol terdapat cincin fenol
Prinsip penetapan kadar flavonoid yang berikatan dengan gugus hidroksil. Ikatan
metode aluminium klorida berdasarkan gugus hidroksil-polifenol tersebut dapat
pembentukan warna yang menggambarkan menghambat aktivitas enzim tirosinase dan
terjadinya pembentukan kompleks antara menghambat peroksidasi lipid.8
aluminium klorida dengan gugus keto pada

Gambar 1. Pembentukan senyawa kompleks kuersetin-alumunium klorida.

38
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2018;8(1):34-43

Tabel 2. Nilai IC50 inhibitor enzim tirosinase dari ekstrak etanol biji coklat dan asam
kojat.

Sampel Reaksi Inhibisi Tirosinase (μg mL-1)


Monofenolasi 352,05
Ekstrak biji coklat
Difenolasi 836,20
Monofenolasi 2,38
Asam kojat
Difenolasi 10,74
Keterangan: IC50: konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat aktivitas enzim tirosinase sebesar 50%

Aktivitas penghambatan enzim kan dengan nilai IC50 yaitu konsentrasi


tirosinase oleh ekstrak biji coklat yang dapat menghambat 50% enzim
Pengujian penghambatan enzim tirosinase. Data hasil dari uji aktivitas
tirosinase oleh ekstrak etanol biji coklat inhibitor tirosinase pada ekstrak etanol biji
dilakukan terhadap aktivitas monofenolase coklat yang ditunjukkan dengan nilai IC50
dan difenolase yaitu menggunakan L- tersaji pada Tabel 2.
tirosin dan L-DOPA sebagai substrat Nilai IC50 diperoleh dari persamaan
dalam pengujian. Pengujian ekstrak kurva hubungan antara % inhibisi (sebagai
dibandingkan dengan asam kojat sebagai sumbu y) dan konsentrasi ekstrak (sebagai
kontrol positif. Asam kojat merupakan sumbu x). Berdasarkan hasil diatas
hasil metabolit jamur yang bertindak menunjukkan bahwa nilai IC50 untuk
sebagai chelator yang baik untuk logam ekstrak etanol biji coklat sangat tinggi jika
transisi seperti Cu2+ dan Fe3+. Asam kojat dibandingkan dengan hasil dari pengujian
merupakan inhibitor kompetitif dalam asam kojat baik dari reaksi monofenolasi
reaksi monofenolase dan inhibitor dan difenolasi. Nilai IC50 tersebut
campuran pada reaksi difenolase.11 menunjukkan bahwa aktivitas inhibitor
Penggunaan asam kojat sebagai kontrol tirosinase ekstrak biji coklat tidak lebih
positif sangat disarankan sebagai baik dari asam kojat, hal ini dikarenakan
pembanding kekuatan penghambatan nilai IC50 asam kojat lebih kecil. Aktivitas
tirosinase baik dengan bahan baru yang inhibisi terbaik dari ekstrak biji coklat
ditemukan ataupun dengan kekuatan berasal dari reaksi monofenolasi, hal ini
penambahan bahan lain.5 dikarenakan nilai IC50 reaksi difenolasi
Pelaksanaan pengujian inhibitor lebih besar daripada reaksi monofenolasi.
tirosinase dengan melihat serapan dari Ekstrak akar R. mucronata memiliki
substrat L-DOPA dan L-tirosin aktivitas inhibitor tirosinase lebih baik
menggunakan spektrofotometri UV-Vis daripada daun dan batang dari segi
dengan panjang gelombang 478,5 nm. monofenolase. Hal ini dikarenakan nilai
Panjang gelombang tersebut menunjukkan IC50 ekstrak akar R.mucronata lebih kecil
puncak dari serapan tertinggi, artinya daripada ekstrak daun dan batang R.
terjadi pembentukan dopakrom yang Mucronata.12 Nilai IC50 penting untuk
paling banyak.3 mengetahui seberapa besar potensi
Pengujian aktivitas inhibitor tirosinase inhibitor dalam menginhibisi reaksi
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzimatis.13
daya penghambatan senyawa bioaktif yang Penelitian ini digunakan asam kojat
terdapat pada ekstrak kasar etanol pada biji sebagai kontrol positif, hal ini dikarenakan
coklat (Theobroma Cacao Linn). Aktivitas asam kojat memiliki tingkat kestabilan
penghambatan enzim tirosinase ditunjuk- yang tinggi. Asam kojat adalah salah satu

39
Potensi Ekstrak Biji Coklat….. (Aprillia K, dkk)

jenis pemutih yang banyak digunakan dopakrom tidak terbentuk maka


dalam kosmetik. Akan tetapi penggunaan penghambatan terhadap enzim tirosinase
asam kojat secara berlebih dapat terjadi maksimal. Ekstrak yang tidak
menyebabkan alergi pada kulit manusia. memberikan nilai IC50 pada monofenolase
Asam kojat juga memiliki efek inhibisi dan difenolase hingga 2000 μg mL-1 dapat
serta kestabilan yang tinggi dibandingkan diartikan bahwa senyawa ekstrak tersebut
dengan bahan lainnya.14 tidak memiliki potensi inhibitor
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tirosinase.12
ekstrak etanol biji coklat tersebut sangat Pengukuran IC50 dilakukan dengan
berpotensi digunakan untuk produk memberikan variasi konsentrasi ekstrak
pemutih (skin lightening) karena meniliki etanol biji coklat yang digunakan dari 62,5
kemampuan sebagai inhibitor tirosinase – 1000 ppm. Kemudian diukur serapannya
dengan nilai IC50 dari reaksi monofenolasi dan dihitung % penghambatannya. Plot ke
dan difenolasi yaitu 352,05 μg mL-1 dan dalam kurva antara konsentrasi ekstrak
836,20 μg mL-1. Nilai tersebut lebih besar dengan % inhibisi. Berdasarkan persamaan
jika dibandingkan dengan nilai IC50 dari linear yang didapat dari kurva tersebut,
asam kojat baik monofenolasi dan dapat dihitung IC50 yaitu konsentrasi
difenolasi. Nilai IC50 asam kojat untuk ekstrak yang mempunyai aktivitas
monofenolasi sebesar 2,38 μg mL-1 dan penghambatan terhadap tirosinase sebesar
difenolasi 10,74 μg mL-1. Hasil tersebut 50 %. Pada hasil penelitian ini digunakan
menunjukkan bahwa asam kojat lebih baik perhitungan dengan 3 (tiga) kali ulangan.
dalam menghambat tirosinase Berikut ini adalah hubungan antara persen
dibandingkan dengan ekstrak biji coklat. inhibisi dan konsentrasi (μg mL-1 ) pada
Semakin kecil nilai IC50, maka ekstrak etanol biji coklat untuk reaksi
kemampuan untuk menghambat tirosinase monofenolase dapat ditunjukkan seperti
semakin bagus. pada Gambar 2.
Asam kojat tergolong dalam Hasil pengukuran IC50 dari ekstrak biji
penangkalan radikal bebas yang sangat coklat dari reaksi monofenolase adalah
aktif. Hal ini dikarenakan asam kojat 352,05 μg mL-1. Hasil dari IC50 tersebut
mudah teroksidasi dengan mendonorkan didapat dari nilai rata-rata dari IC50 tiga
atom hidrogennya dan membentuk radikal kali ulangan. Nilai tersebut didapat dari
bebas askorbil yang relatif stabil. Radikal persamaan linear y = a + bx yang terdapat
substrat akan bereaksi dengan oksigen pada masing-masing perhitungan.
membentuk radikal peroksi pada tahap Persamaan linear untuk hasil ulangan
propagasi. Radikal peroksi lebih lanjut pertama adalah y = 24,212 ln (x) – 96,469
akan menyerang substrat menghasilkan dengan nilai R2 = 0,9438, untuk persamaan
hidroperoksida dan radikal substrat baru.16 linear pada ulangan kedua adalah y =
Ekstrak yang memiliki aktivitas 29,356 ln (x) – 121,04 dengan nilai R2 =
inhibitor tirosinase akan menurunkan 0,9735, sedangkan pada persamaan linear
intensitas warna coklat sedangkan ekstrak ulangan ketiga adalah y = 32,241 ln (x) –
yang tidak memiliki aktivitas inhibitor dan 133,15 dengan nilai R2 = 0,9984. Dari
kontrol (tidak ditambahkan ekstrak) ketiga persamaan tersebut didapatkan nilai
memiliki warna coklat keunguan.3 Warna R2 mendekati 1 yang artinya data tersebut
coklat keunguan merupakan warna dari tersebar normal. Berikut ini adalah
dopakrom yang terbentuk sehingga dapat hubungan antara persen inhibisi dan
diukur penghambatannya. Apabila jumlah konsentrasi (μg mL-1 ) pada ekstrak etanol
dopakrom yang terbentuk berjumlah biji coklat untuk reaksi difenolase dapat
banyak maka penghambatan enzim ditunjukkan seperti pada Gambar 3.
tirosinase tidak terjadi, sebaliknya apabila

40
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2018;8(1):34-43

Gambar 2. Hubungan antara inhibisi monofenolase (%) dengan konsentrasi (ppm).

Gambar 3. Hubungan antara inhibisi difenolase (%) dengan konsentrasi (ppm).

Hasil pengukuran IC50 dari ekstrak biji 74,712 dengan nilai R2 = 0,97. Dari ketiga
coklat dari reaksi difenolase adalah 836,20 persamaan tersebut didapatkan nilai R2
μg mL-1. Hasil dari IC50 tersebut didapat mendekati 1 yang artinya data tersebut
dari nilai rata-rata dari IC50 tiga kali tersebar normal.
ulangan. Nilai tersebut didapat dari Besarnya nilai IC50 sangat bergantung
persamaan linear y = a + bx yang terdapat pada metode ekstraksi dan pelarut yang
pada masing-masing perhitungan. digunakan dalam ekstraksi serta substrat
Persamaan linear untuk hasil ulangan yang digunakan saat reaksi aktivitas
pertama adalah y = 17,494 ln (x) – 68,627 inhibitor tirosinase.15 Pelaksanaan reaksi
dengan nilai R2 = 0,9522, untuk persamaan enzimatis, pemilihan substrat menjadi hal
linear pada ulangan kedua adalah y = yang sangat penting karena dapat
19,092 ln (x) – 76,733 dengan nilai R2 = memengaruhi hasil pengukuran.
0,9554, sedangkan pada persamaan linear
ulangan ketiga adalah y = 18,444 ln (x) –

41
Potensi Ekstrak Biji Coklat….. (Aprillia K, dkk)

KESIMPULAN terhadap Kulit. Jurnal Kefarmasian


Indonesia. 2016 Aug 31;6(2):98-107.
Terdapat aktivitas inhibitor tirosinase 6. Fawole A, Makunga NP, and Opara UL.
pada ekstrak etanol biji coklat (Theobroma Antibacterial, antioxidant and tyrosinase-
Cacao Linn) sehingga ekstrak etanol biji inhibition activities of pomegranate fruit
coklat ini merupakan bahan alam (natural peel methanolic extract. BMC
product) yang berpotensi untuk digunakan Complement & Altern Med. 2012;
dalam formulasi krim pemutih (skin 12(1):200-11.
lightening) dalam bidang kefarmasian. 7. Karim AA, Azlan A, Ismail A, Hashim P,
Gani ASS, et al. Phenolic comosition,
SARAN antioxidant, anti-wrinkles and tyrosinase
inhibitory activities of cocoa pod extract.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk Complementary and Alternative
melakukan identifikasi kandungan Medicine. 2014;14(381):1-13.
senyawa bioaktif dari biji coklat secara 8. Bahrum Z, Akim AM, Hin TYY, Hamid
kualitatif dan kuantitatif, serta peningkatan RA, Kasran R. Theobroma cacao: Review
konsentrasi penambahan ekstrak biji coklat of the extraction, isolation, and bioassay
dalam formulasi krim. of its potential anti-cancer compounds.
Tropical Life Sciences Research. 2016.
27(1):21-42.
UCAPAN TERIMA KASIH 9. [Kemenperin] Kementerian Perindus-
Penulis mengucapkan terima kasih trian. Pemerintah genjot produksi kakao.
kepada Fakultas Farmasi Universitas 2016. Diakses pada tanggal 1 April 2017.
Indonesia dan semua pihak yang terlibat http://www.kemenperin.go.id/artikel/7474
dalam penyelesaian penelitian ini sehingga /Pemerintah-Genjot-Produksi-Kakao.
10. Atanassova M, Georgieva S, Ivancheva
dapat berjalan dengan baik.
K. Total phenolic and total flavonoid
contents, antioxidant capacity and
DAFTAR PUSTAKA biological contaminants in medicinal
1. Zoe Draelos, Dahl A, Yatskayer M., Chen herbs. Journal of the University of
N, Krol Y, and Oresajo C. Chemical Technology & Metallurgy.
Dyspgmentation, skin physiology, and a 2011 Mar 1;46(1):81-8.
novel approach to skin lightening. Journal 11. Saghaie L, Pourfarzam M, Fassihi A,
of Dermatology. 2013;12: 247-53. Sartippour B. Synthesis and tyrosinase
2. Chan YY, Kim KH, Cheah SH. Inhibitory inhibitory properties of some novel
effects of Sargassum polycystum on derivatives of kojic acid. J Pharm Sci.
tyrosinase activity and melanin formation 2013;8(4):233-42.
in B16F10 murine melanoma cells. J 12. Nurrefiyanti ALL. Potensi ekstrak
Ethnopharm. 2011;137(3):1183–88. Rhizophora sp. Sebagai inhibitor
3. Juwita NK, Djajadisastra J. Uji tirosinase. Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Penghambatan tirosinase dan stabilitas Bogor. 2010.
fisik sediaan krim pemutih yang 13. Neeley E, Fritch G, Fuller A, Wolfe J,
mengandung ekstrak kulit batang nangka Wright J, Flurkey W. Variations in IC50
(Artocarpus heterophyllus). Pharma- values with purity of mushroom
ceutical Sciences and Research (PSR). tyrosinase. International journal of
2014 Sep 30;8(2):105-25. molecular sciences. 2009 Sep 2;
4. Chang Te-Sheng. Natural melanogenesis 10(9):3811-23.
inhibitora acting through the down- 14. Kamakshi R. Fairness via formulations: A
regulation of tyrosinase activity. review of cosmetic skin-lightening
Materials. 2012;5(9):1661-1685. ingredients. J Cosmet Sci. 2012;63(1):43-
5. Charissa M, Djajadisastra J, Elya B. Uji 54.
aktivitas antioksidan dan penghambatan 15. Yoon NY, Eom TK, Kim MM, Kim SK.
tirosinase serta uji manfaat gel ekstrak Inhibitory effect of phlorotannins isolated
kulit batang taya (Nauclea subdita) from Ecklonia cava on mushroom
tyrosinase activity and melanin formation

42
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2018;8(1):34-43

in mouse B16F10 melanoma cells. J Agric antioxidants using DPPH assay: A critical
Food Chem. 2009;57(10):4124-29. review and results. Food chemistry. 2012
16. Mishra K, Ojha H, Chaudhury NK. Feb 15;130(4):1036-43.
Estimation of antiradical properties of

43

Anda mungkin juga menyukai