Abstrak
Telah dilakukan penelitian uji aktivitas senyawa antioksidan dari ekstrak metanol kulit pisang raja
(Musa paradisiaca Sapientum). Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut
metanol. Ekstraksi bertingkat dilakukan terhadap ekstrak metanol dengan n-heksan dan etil asetat.
Dari uji fitokimia terhadap fraksi metanol menunjukkan positif flavonoid. Pengujian aktifitas
antioksidan dilakukan dengan reaksi oksidasi asam linoleat dengan metoda feritiosianat (FTC)
0,05%. Sebagai standar antioksidan digunakan Butil hidroksianisol (BHA). Hasil penelitian ini
menunjukkan ekstrak metanol, fraksi n-heksan dan etil asetat memiliki aktifitas antioksidan yang
tidak jauh berbeda dengan BHA. Sedangkan fraksi etil asetat memiliki aktifitas antioksidan yang
lebih tinggi daripada BHA.
Abstract
A research has been done to evaluate the antioxidant activity of metanol extract Musa paradisiaca
Sapientum peels. Maseration technique was used to get the extract using metanol as solvent. The
metanol extract of the peel was re-extracted by solvents into n-hexan and ethyl acetate fractions.
Phytochemical screening of metanol extract showed positive flavonoid. The antioxidant activities
were tested by using ferric thiocyanate method 0,05% (FTC) on linoleic acid and buthyl
hydroxyanisole (BHA) as antioxidant standard. Metanol extract, n-hexan and ethyl acetate fraction
exhibited antioxidative activity that was not significantly different from BHA, on the other hand,
the ethyl acetate fraction exhibited significant antioxidative activity, which is better than BHA.
76
Valensi Vol. 3 No. 2, November 2013 (76-81) ISSN : 1978 - 8193
dari segi fitokimia maupun dari segi farmakologi Identifikasi Kandungan Fitokimia
guna dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan (Farnsworth, N.H, 1996)
pisang sebagai bahan industri belum popular dan Dilakukan empat uji fitokimia, yaitu uji
yang dikenal sampai saat ini masih terbatas pada alkaloid, uji flavonoid, uji steroid dan triterpen,
buahnya. Pengolahan bagian lainnya yang dan uji saponin.
berupa limbah seperti batang, daun, kulit buah
Uji Alkaloid
dan sebagainya masih sedikit sekali. Penelitian
Contoh tumbuhan sebanyak 2-4 gram
terdahulu terhadap pisang Musa cavendish dari
digerus dalam lumpang, ditambah sedikit
Filipina, telah berhasil diisolasi salah satu jenis
kloroform dan pasir. Kemudian ditambahkan 10
antioksidan yaitu gallokatekin yang
mL larutan 0,05 N ammonia dalam kloroform.
kandungannya ternyata lebih banyak terdapat
Campuran dikocok selama 1 menit, kemudian
dalam kulit daripada buah. Selain itu, aktivitas
disaring ke dalam tabung reaksi. Kedalam
antioksidan bagian kulit daripada buah (Someya
filtrate tambahkan H2SO4 2 N dan dikocok
S, dkk, 2002).
dengan teratur, biarkan sampai terbentuk dua
Pada penelitian ini dilakukan uji
lapisan. Lapisan atas dipisahkan dan diuji
pendahuluan aktivitas antioksidan terhadap kulit
dengan pereaksi Mayer, Wagner dan
buah pisang mas, pisang raja, dan pisang ambon.
Dragendorft. Adanya senyawa alkaloid
Hasilnya menunjukkan adanya aktivitas
ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih
antioksidan pada ketiga jenis kulit buah pisang
dengan pereaksi Mayer, endapan kuning
tersebut, dan kulit buah pisang raja memiliki
kecoklatan dengan pereaksi Wagner, dan
aktivitas antioksidan yang paling kuat.
endapan jingga dengan pereaksi Dragendorf.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas
Uji Steroid dan Triterpenoid
antioksidan terhadap kulit buah pisang raja.
Uji dilakukan dengan menggunakan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
pereaksi Lieberman-Burchard ditandai dengan
menentukan aktivitas antioksidan ekstrak
warna merah jingga atau ungu positif
metanol dan hasil fraksinasi kulit buah pisang
triterpenoid sedangkan warna biru atau hijau
raja (Musa paradisiaca Sapientum).
positif steroid.
2. METODOLOGI PENELITIAN Uji Flavonoid
Alat dan Bahan Identifikasi flavonoid dilakukan dengan
Alat yang digunakan adalah beker gelas, dua cara yaitu :
corong pisah, Erlenmeyer, gelas ukur, kertas a. Uji dengan pereaksi Shinoda (Logam Mg +
saring, spatula, pipet tetes, aluminium foil, oven, HCl). Contoh sebanyak 0,5 gram yang telah
neraca analitis, spectrometer 20D, rotary dihaluskan diekstrak dengan 5 mL etanol panas
evaporator R-144 Buchi dengan sistem vakum selama 5 menit didalam tabung reaksi.
Buchi B-169, corong burner, vial-vial, Selanjutnya hasil ekstraksi disaring dan kepada
mikropipet, alat filtrasi (vacuum system), filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat.
blender, plat tetes. Setelah itu dimasukkan kurang lebih 0,2 mg
Bahan yang digunakan adalah kulit pisang logam Mg. Bila timbul warna merah tua
raja, metanol, aquadest, n-heksan, etil asetat, menandakan contoh positif flavonoid.
etanol, asam linoleat, buffer pospat, ammonium b. Uji dengan NaOH 10%. Kedalam ekstrak
tiosianat, feroklorida dalam 30% asam klorida, etanol yang diperoleh dengan cara diatas,
BHA, pereaksi-pereaksi Lieberman Burchard, ditambahkan 2 tetes NaOH 10%. Adanya
Mayer, Dragendorf, Wagner, Logam Mg, HCl, flavonoid ditandai dengan perubahan warna
NaOH 10%. kuning-orange-merah.
Sampel pisang raja yang matang dibeli di
Pasar Cinde, Palembang Sumatera Selatan. Kulit Uji Saponin (Uji Busa)
pisang diambil sebanyak 300 gram dan Kulit pisang ditambahkan air suling
dibersihkan dari pengotor. sehingga seluruh bagian terendam dan didihkan
77
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak metanol Kulit Pisang Raja Elfira Rosa Pane
selama 2 menit. Setelah itu didinginkan dan memiliki gugus hidroksi atau amino (Ketaren,
kocok kuat-kuat. Bila timbul buih/busa yang 1986).
stabil menunjukkan adanya saponin.
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Kulit Pisang Raja
Ekstraksi dan Fraksinasi Senyawa Metabolit Sekunder Hasil
Antioksidan Alkaloid -
Flavonoid +
Kulit pisang raja sebanyak 300 gram
Steroid -
dihaluskan dengan blender sehingga terbentuk Triterpenoid -
bubur. Bubur kulit pisang raja dimasukkan Saponin +
dalam wadah dan diekstraksi dengan cara Keterangan :
maserasi. Maserasi dilakukan dengan pelarut (-) : tidak terdeteksi
metanol (3x200 mL) selama 4 hari. (+) : terdeteksi
Filtrat yang diperoleh disaring dan
dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen
metanol ini diuji aktifitas antioksidannya dengan Antioksidan
metode FTC dan selanjutnya dipartisi cair-cair Ekstraksi 300 gram bubur kulit pisang raja
n-heksan (3 x 50 mL) dan etil asetat (3 x 50 dengan cara maserasi menggunakan pelarut
mL). Tiap fraksi diuapkan pelarutnya dan diuji metanol menghasilkan ekstrak pekat metanol
aktivitas antioksidannya dengan metode FTC. sebanyak 0,1881 gram dari 10 mL ekstrak
metanol yang diuapkan. Setelah fraksinasi
Uji aktivitas Antioksidan Ekstrak metanol, didapatkan fraksi n-heksan pekat sebanyak
Fraksi n-heksan dan Etil Asetat Metode FTC 0,0888 gram dari 10 mL fraksi n-heksan yang
(Someya S, dkk., 2002) diuapkan. Dan fraksi etil asetat sebanyak 0,021
Preparasi sampel: ekstrak metanol, fraksi gram dari 10 mL fraksi etil asetat yang
n-heksan dan fraksi etil asetat kulit pisang raja diuapkan.
dibuat larutan dengan berat per volume 0,01 Pelarut metanol merupakan pelarut yang
g/ml dilarutkan dalam pelarut etanol 99,5%. banyak digunakan untuk ekstraksi senyawa-
Sebagai pembanding digunakan BHA dengan senyawa organik, karena metanol dapat
berat per volume 0,01 gr/ml dilarutkan dalam mengikat senyawa yang bersifat polar, non polar
pelarut etanol 99,5%. Masing-masing larutan dan semi polar. Oleh karena itu, ekstrak metanol
(sampel dan pembanding) diambil sebanyak 4 merupakan ekstrak yang paling banyak di antara
mL, ditambahkan dengan 4,1 mL asam linoleat ketiganya. Dalam pelarut n-heksan, berat ekstrak
2,51% dalam etanol 99,5%, 8 mL buffer fosfat yang didapatkan adalah 47,2% dibandingkan
0,05M pH 7 dan 3,9 mL air destilasi. Terhadap dengan ekstrak metanol. Hal ini menunjukkan
kontrol, dilakukan prosedur yang sama tetapi bahwa dalam ekstrak kulit pisang raja
tidak ada penambahan sampel. Campuran mengandung senyawa non polar yang cukup
sampel, pembanding dan kontrol tersebut banyak. Pelarut etil asetat merupakan pelarut
disimpan dalam oven yang suhunya 40C yang bersifat semi polar, dan diharapkan
selama 10 menit. senyawa yang bersifat antioksidan terdapat
didalam fraksi ini. Bila dilihat dari jumlah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ekstrak yang didapatkan, maka fraksi etil asetat
memiliki berat yang paling sedikit diantara
Uji Fitokimia ketiganya.
Hasil uji fitokimia terhadap kulit pisang
raja ditunjukkan dalam tabel 1. Aktivitas Antioksidan Kulit Pisang Raja
Tabel 1 memperlihatkan bahwa pada kulit Peroksidasi lipid merupakan penyebab
pisang raja terkandung senyawa flavonoid dan utama kerusakan makanan selama pengolahan
senyawa saponin. Pada umumnya senyawa dan penyimpanan, juga dalam sistem biologis
antioksidan mempunyai struktur inti yang sama, karena disebabkan oleh terbentuknya radikal
yaitu mengandung cincin benzena yang bebas pada kondisi teroksidasi. Aktivitas
antioksidan pada bahan alam tergantung dari
78
Valensi Vol. 3 No. 2, November 2013 (76-81) ISSN : 1978 - 8193
79
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak metanol Kulit Pisang Raja Elfira Rosa Pane
Gambar 2. Absorbansi sampel fraksi n-heksan, Gambar 3. Absorbansi fraksi etil asetat, BHA, dan
BHA dan kontrol kontrol
Gambar 2 menunjukkan absorbansi fraksi n-heksan lebih rendah. Hal ini menunjukkan
n-heksan bila dibandingkan dengan kontrol dan kemampuan fraksi n-heksan lebih tinggi dari
BHA. Gambar ini mengilustrasikan absorbansi ekstrak metanol. Pada hari kelima, absorbansi
sampel pada hari pertama dan kedua hampir fraksi n-heksan lebih tinggi dari ekstrak metanol
sama dengan BHA, hal ini menunjukkan bahwa namun tetap lebih rendah dari BHA. Hal ini
kemampuan sampel dalam menghambat menunjukkan adanya kemampuan fraksi n-
pembentukan peroksida hampir sama dengan heksan sebagai senyawa antioksidan.
BHA. Pada hari ketiga, absorbansi sampel lebih
tinggi dibandingkan dengan BHA yang Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat
mengindikasikan adanya peningkatan jumlah Berdasarkan Gambar 3, absorbansi
peroksida yang terbentuk, dan kemampuan BHA sampel fraksi etil asetat lebih rendah daripada
dalam menghambat pembentukan peroksida BHA dan control. Sampel fraksi etil asetat pada
lebih tinggi dari sampel. Pada hari keempat, hari pertama hingga hari ketujuh absorbansinya
absorbansi antara BHA dan sampel pun hampir lebih rendah dari BHA. Hal ini menunjukkan
sama, tetapi pada hari kelima, absorbansi sampel kekuatan fraksi etil asetat dalam menghambat
lebih rendah daripada BHA. Penurunan terbentuknya peroksida lebih tinggi dari BHA.
absorbansi yang cukup signifikan menunjukkan Ternyata, senyawa antioksidan yang terdapat
peroksida yang terbentuk berikatan dengan pada sampel fraksi etil asetat mempunyai
radikal bebas lainnya membentuk senyawa yang aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
baru. Sampel fraksi n-heksan ini juga dibandingkan dengan BHA.
mengindikasikan adanya aktivitas antioksidan
bila dilihat dari kemampuannya untuk Perbandingan Absorbansi Ekstrak Metanol,
menghambat terbentuknya peroksida walaupun Fraksi n-heksan dan Fraksi Etil Asetat
tidak jauh lebih baik dari BHA. Ekstrak metanol, fraksi n-heksan, dan
Sampel fraksi n-heksan bila dibandingkan fraksi etil asetat ternyata memiliki kemampuan
dengan ekstrak metanol, maka kemampuan untuk menghambat pembentukan warna pada
fraksi n-heksan pada hari pertama proses pengujian dengan metode FTC, yang
oksidasi lebih rendah bila dibandingkan dengan mengindikasikan adanya kemampuan dalam
ekstrak metanol. Tetapi pada hari berikutnya menghambat terjadinya pembentukan peroksida
sampai dengan hari keempat, absorbansi fraksi yang berarti memiliki kemampuan sebagai
80
Valensi Vol. 3 No. 2, November 2013 (76-81) ISSN : 1978 - 8193
81