Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Farmasi http://dx.doi.org/10.29313/.v6i2.

24035

Pengaruh Perbedaan Karakteristik Ekstrak Kulit Buah Naga Merah


(Hylocereus Lemairei (Hook.) Britton & Rose) yang Diperoleh dari
Metode Ekstraksi Maserasi dan Digesti

Sulton Ramadhan Saepudin, Kiki Mulkiya Yuliawati & Thyazen Abdo Alhakimi
Prodi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung,
Bandung, Indonesia
email: sultonramadhan12@gmail.com, qqmulkiya@gmail.com, & thyazen16001@mail.unpad.ac.id

ABSTRACT: Dragon fruit peel is known to contain alkaloids, terpenoids, flavonoids, thiamine, phenolic,
phytopalbumin, betalains, phenylpropanoid, triterpenes, sterols, fatty acids. This study aims to analyze how
various extraction methods affect the characterization of dragon fruit peel extract.The extraction method used
in this study is the maceration and digestion method. The evaluation included phytochemical screening and
physical condition of the extract. Phytochemical screening results that both extracts contained positive extracts
contained alkaloids, tannins, polyphenols, flavonoids, anthraquinones, monoterpenes, sesquiterpenes,
triterpenoids, and steroids. The physical condition observation showed that maceration and digestion methods
produce different colour of dragon fruit peel extracts; red-purple and brown-orange. It can be concluded that
different methods of extraction on dragon fruit peel showed no different in phytochemical contents
qualitatively, but it influenced the colour of the extract means that it influence the stability of the colour
pigments.
Keywords: Dragon fruit peel, maceration method, digestion method, hylocereus

ABSTRAK: Kulit buah naga diketahui mengandung alkaloid, terpenoid, flavonoid, tiamin, fenolik,
fitoalbumin, betalain, fenilpropanoid, triterpen, sterol, asam lemak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
bagaimana berbagai metode ekstraksi mempengaruhi karakterisasi ekstrak kulit buah naga. Metode ekstraksi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi dan digesti. Evaluasi meliputi skrining fitokimia
dan kondisi fisik ekstrak. Hasil skrining fitokimia menunjukan bahwa kedua ekstrak positif mengandung
alkaloid, tanin, polifenol, flavonoid, antrakuinon, monoterpen, sesquiterpen, triterpenoid, dan steroid.
Pengamatan kondisi fisik menunjukkan bahwa metode maserasi dan digesti menghasilkan warna yang berbeda
pada ekstrak kulit buah naga; merah-ungu dan coklat-oranye. Dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi
berbeda pada kulit buah naga tidak menunjukkan perbedaan dalam kandungan fitokimia secara kualitatif, tetapi
itu mempengaruhi warna ekstrak berarti mempengaruhi stabilitas pigmen warna.
Kata Kunci: Kulit buah naga, metode maserasi, metode digesti, hylocereus

1 PENDAHULUAN industri seperti pewarna alami pada makanan dan


minuman. Dalam bidang farmakologi, kulit buah
Buah naga merupakan tumbuhan yang berasal naga juga dapat dijadikan sebagai obat herbal
dan tumbuh dari daerah beriklim tropis kering. alami (Cahyono, 2009). Kulit buah naga
Pertumbuhan buah naga sendiri dipengaruhi oleh mengandung vitamin C, vitamin E, vitamin A,
suhu, kelembaban udara, tanah dan curah hujan. alkaloid, terpenoid, flavonoid, tiamin, niasin,
Habitat asli buah naga berasal dari negara piridoksin, kobalamin, fenolik, karoten,
Meksiko, Amerika Utara dan Amerika Selatan fitoalbumin betalains, fenilpropanoid, triterpen,
bagian utara (Kristanto, 2008). sterol, asam lemak, dll (Jaafar,et al.,2009;Ragad,
Hal menarik pada buah naga adalah manfaat 2018).
dari kulit buahnya. Kulit buah naga dapat Betalain merupakan metabolit sekunder berupa
bermanfaat dalam produksi pangan maupun pigmen, larut dalam air, mengandung gugus
885
886 | Sulton Ramadhan Saepudin, et al.
nitrogen dan memiliki tampalian merah-ungu 2 LANDASAN TEORI
(betasianin) dan kuning-jingga Secara umum buah naga yang banyak dikenal
(betasantin)(Yelfira Sari 2018). Betasantin stabil terdiri dari buah naga merah dan buah naga putih.
dalam larutan panas (60 oC) sedangkan stabilitas Namun bila diklasifikasikan buah naga terdiri dari
betasianin semakin menurun pada pemanasan empat klasifikasi, yaitu buah naga daging putih
suhu 70 dan 80°C (Havlikova et al., (Hylocereus undatus), buah naga daging merah
1983;Marwati, 2010). (Hylocereus lemairei), buah naga daging super
Kulit dari buah naga merah merupakan limbah merah (Hylocereus costaricensis), dan buah naga
yang jarang dimanfaatkan. Dari buah naga utuh, kulit kuning daging putih (Selenicerius
kulit hanya dibuang sebagai sampah saja. Padahal, megalanthus) (Emil, 2011).
kulit masih mengandung antioksidan yang cukup Hal menarik pada buah naga putih adalah
tinggi. Pemanfaatan yang dapat dilakukan adalah kandungan dan manfaat dari kulit buahnya. Kulit
dengan mengekstraknya sehingga akan diperoleh buah naga juga banyak mengandung asam
ekstrak yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik,
dasar beragam pangan fungsional yang bermanfaat protein, dan mineral seperti kalium, magnesium,
bagi kesehatan (Taufik,2014). kalsium, zat besi dan vitamin C, vitamin E,
Metode ekstraksi yang digunakan untuk vitamin A, alkaloid, terpenoid, fenolik, karoten,
menarik senyawa tertentu dari suatu bahan harus fitoalbumin, tiamin dan niasin. Kulit buah naga
disesuaikan dengan tekstur, kandungan senyawa, dapat bermanfaat dalam produksi pangan maupun
dan sifat dari suatu senyawa yang diinginkan. industri seperti pewarna alami pada makanan dan
Metode ekstraksi ada berbagai cara yaitu, cara minuman. Selain itu dalam industri, kulit buah
dingin seperti maserasi, dan perkolasi atau cara naga dapat dijadikan bahan dasar pembuatan
panas seperti digesti, refluk, soxhletasi, infus dan kosmetik. Dalam bidang farmakologi kulit buah
dekok. Pada penelitian ini akan menggunakan 2 naga juga dapat dijadikan sebagai obat herbal
metode ektraksi yang berbeda yaitu maserasi dan alami yang bermanfaat sebagai antioksidan
digesti. Metode maserasi sangat menguntungkan (Jaafar,et al,2009; Le Bellec et al., 2006; Evi dan
karena pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang Amrun., 2007).
tinggi memungkinkan terdegradasinya senyawa- Analisis fitokimia merupakan bagian dari ilmu
senyawa metabolit sekunder. Pelarut yang akan farmakognosi yang mempelajari metode atau cara
digunakan untuk proses maserasi harus analisis kandungan kimia yang terdapat dalam
memberikan efektivitas yang tinggi dengan tumbuhan maupun hewan secara keseluruhan atau
memperhatikan kelarutan senyawa dalam pelarut bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi maupun
yang akan mengakibatkan kontak langsung dan pemisahannya (Moelyono, 1996). Fitokimia atau
waktu yang cukup lama dengan sampel (Djarwis, kimia tumbuhan telah berkembang menjadi satu
2004). Metode digesti merupakan salah satu disiplin ilmu tersendiri yang berada diantara kimia
metode ekstraksi yang sering sisebut metode organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, dan
maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) juga keduanya saling berkaitan. Bidang
dengan menggunakan temperatur panas yang lebih perhatiannya adalah aneka ragam senyawa organik
tinggi dari suhu kamar.Secara umum dilakukan yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu
pada suhu 40-50°C (Depkes RI, 2000). mengenai struktur kimianya, biosintesisnya,
Dari latar belakang diatas, maka dapat perubahan serta metabolismenya, penyebaran
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: secara ilmiah dan fungsi biologisnya (Harborne,
bagaimana pengaruh metode ekstaksi maserasi 1984).
dan digesti terhadap karakteristik fitokimia dan Ekstraksi merupakan suatu metode penarikan
karakteristik fisik ekstrak kulit buah naga. kandungan kimia yang dapat larut sehingga
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk terpisah dari bahan yang tidak larut menggunakan
mengidentifikasi pengaruh metode ekstraksi pelarut yang sesuai(Depkes RI, 2000:1)
maserasi dan digesti terhadap karakteristik Metode maserasi sangat menguntungkan
fitokimia dan karakteristik fisik ekstrak kulit buah karena pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang
naga. tinggi memungkinkan terdegradasinya senyawa-
Volume 6, No. 2, Tahun 2020 ISSN: 2460-6472
Pengaruh Perbedaan Karakteristik Ekstrak Kulit Buah Naga Merah… | 887
senyawa metabolit sekunder (Djarwis, 2004). Tabel 1. hasil karakterisasi simplisia kulit buah
Digesti adalah metode ekstraksi dengan cara naga
maserasi kinetik (pengadukan kontinyu) dengan
karakteristik Hasil
menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu
400 – 500C(Depkes RI, 2000). Warna Merah
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu Bau Tidak Berbau
dilakukan penelitian untuk melakukan pengujian (Sebelum diolah) bentuk padat,
Tekstur
(Sesudah diolah) Bubur
pengaruh perbedaan metode ekstaksi maserasi dan
digesti terhadap karakteristik ekstrak kulit buah Setelah dilakukan pengolahan sampel
naga. dilakukan pengujian parameter standar simplisia
spesifik (kadar sari larut air dan kadar sari larut
etanol) dan non-spesifik (susut pengeringan, kadar
3 METODE PENELITIAN
abu total dan kadar abu tidak larut asam).
Bahan yang digunakan yaitu kulit buah naga
Tabel 2. Hasil Pengujian Parameter Standar
merah yang didapatkan dari PT. Trisna Naga Asih
Smplisia Spesifik kulit buah naga
berada di Jalan Raya Cijambe KM 10 Cirangkong
Kec. Cijambe, Kabupaten Subang. Tahap awal Parameter Standar Spesifik Hasil
penelitian adalah penyiapan bahan, determinasi, Kadar Sari Larut Air 29,94%
pengujian parameter standar (spesifik dan non- Kadar Sari Larut Etanol 33,42%
spesifik) dan penapisan fitokimia terhadap
simplisia dan ekstrak kulit buah naga. Menurut penelitian Amalia (2019),
Kuliat buah naga diekstraksi dengan metode Menyatakan bahwa kandungan senyawa flavonoid
maserasi dan metode digesti menggunakan pelarut dan alkaloid mempunyai kepolaran yang mendeti
air hingga dihasilkan ekstrak kental. Terhadap kepolaran etanol 95%, sehingga kelarutan ekstrak
ekstrak kental dilakukan penapisan fitokimia. kulit buah naga terhadap etanol lebih tinggi
Bahan-bahan yang digunakan kulit buah naga dibandingakan air.
merah, asam klorida, Bourchardat, Meyer,
metanol, larutan pereaksi besi (III) klorida, HCl Tabel 3. Hasil Pengujian Parameter Standar
2N, serbuk magnesium, asam sulfat encer, Smplisia Non-Spesifik kulit buah naga
kloroform dan aquadest. NaOH , Vanilin 10%, Parameter Standar Non-Spesifik Hasil
NaCl fisiologis. Selanjutnya dilakukan evaluasi
Susut Pengeringan 6,82%
kondisi fisik ekstrak. Kadar Abu Total 10,65%
Kadar Abu Tidak Larut Asam 1,57%

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Penetapan kadar abu terdiri dari penetapan
Determinasi, pengolahan sampel, Pengujian kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak
Parameter, Ekstraksi, Skrining Fitokimia, dan larut asam. Penetapan parameter kadar abu total
Evaluasi kondisi fisik. bertujuan untuk melihat kandungan mineral
Kulit buah naga didapatkan dari PT. Trisna didalam simplisia (Depkes RI, 2000:17).
Naga Asih berada di Jalan Raya Cijambe KM 10 Setelah dilakukan pengujian parameter
Cirangkong Kec. Cijambe, Kabupaten Subang.
simplisia, dilakukan ekstraksi metode maserasi
Kemudian dideterminasi di Herbarium Jatinangor, dan metode digesti terhadap ekstrak kulit buah
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen
naga. Kedua metode menghasilkan rendemen
Biologi FMIPA UNPAD. ekstrak yang berbeda sebagaimana terlihat pada
Setelah dilakukan determinasi dilakukan
Tabel 4
pengolahan sampel kulit buah naga dengan cara
pengupas kulit, membersihkan, dan merajang. Tabel 4. Hasil rendemen ekstrak kulit buah naga
Pengolahan sampel menghasilkan simplisia segar
Ekstraksi % Rendemen
kulit buah naga merah sebanyak 2 kg dan
karakteristiknya dapat dilihat pada Tabel 1 Metode Maserasi 13,06%
Metode Digesti 12,33%

Farmasi
888 | Sulton Ramadhan Saepudin, et al.
Proses kedua metode ekstraksi menggunakan bioaktifnya yang tidak mudah terdeteksi ataupun
pelarut yang sama yaitu menggunkan aquades memang tidak terdapat senyawa tersebut dalam
yang bertujuan untuk mempermudah penggunaan simplia maupun ekstrak kulit buah naga dan bisa
ekstrak dalam pengolahan bahan pangan (Eder R, juga di akibatkan oleh metode ekstraksi yang
1996). Betasianin memiliki kelarutan yang tinggi mengganggu kestabilan senyawa sehingga dapat
dalam air, maka aquades sangat tepat digunakan mengakibatkan senyawa tersebut tidak terdeteksi.
sebagai pelarut untuk kedua metode ini.Selain itu, Selanjutnya dilakukan evaluasi kondisi fisik
penggunaan aquades sebagai pelarut akan ekstrak metode maserasi dan digesti.
membantu dalam pengolahan lebih lanjut ke arah
Tabel 6. Hasil evaluasi kondisi fisik ekstrak kulit
pangan karna tidak akan menghasilan kandungan
buah naga
alkohol didalam ekstrak sehingga akan dapat lebih
diterima HASIL
Setelah dilakukan ekstraksi dengan Evaluasi
Metode Maserasi Metode Digesti
menggunakan metode maserasi dan digesti
dilakukan skrining fitokimia terhadap ekstrak dan Warna Merah - Ungu Coklat-orange
simplisia. Bau Khas Kulit Buah Naga Khas Kulit Buah Naga
Rasa Pahit Pekat Pahit Pekat
Tabel 5. Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan
Ekstrak Kulit buah naga
Evaluasi kondisi fisik ekstrak kulit buah naga
Ekstrak Metode Ekstrak Metode
Golongan Senyawa Simplisia
Maserasi Digesti metode maserasi dan metode digesti bertujuan
Alkaloid + + + untuk melihat kestabilan warna ekstrak kulit buah
Tanin + + +
Polifenol + + +
naga denga metode ekstraksi yang berbeda. Hasil
Saponin - - - yang terlihat menunjukan bahwa ekstrak kulit
Flavonoid + + +
Antrakuinon + + + buah naga dengan metode maserasi menghasilkan
Monoterpen dan Sesquiterpen + + + warna merah-ungu dan sedangkan ekstrak kulit
Triterpenoid dan Steroid + + +
buah naha metode digesti memiliki warna coklat-
Keterangan :
(+) : Terdeteksi orange. Yelfira Sari (2018), menyatakan bahwa
(-) : Tidak Terdeteksi pigmen betalain relative tidak stabil terhadap
pemanasan, dimana semakin tinggi suhu yang
Skrining fitokimia bertujuan untuk diberikan, warna pigmen akan semakin berkurang.
mengidentifikasi komponen senyawa kimia yang Suhu optimum dari pigmen betalain ini adalah
terkandung dalam suatu sampel simplia maupun pada suhu ruang (± 30℃).
ekstrak kulit buah naga merah. Senyawa kimia Buah naga merah bisa digunakan sebagai
yang diidentifikasi pada skrining fitokimia pewarna alami pada olahan pangan karna memiliki
meliputi alkaloid, tanin, polifenol, saponin, warna yang menarik yaitu warna merah-ungu.
flavonoid, antrakuinon, monoterpen, sesquiterpen, Warna merah-ungu pada kulit buah naga di
steroid dan triteroenoid. indikasi merupakan pigmen betalain
Hasil skrining fitokimia menunjukan bahwa (Rebecca,dkk,2010). Yelpirasari (2018),
pada simplisia dan ekstrak kulit buah naga merah menyatakan bahwa panas merupakan faktor
yang diperoleh melaui metode ekstraksi maserasi kesetabilan pigmen betalain, karna pada saat
dan metode digesti memiliki hasil fitokimia yang proses pemanasan kemungkinan terjadi pemutusan
sama yaitu terdapat senyawa metabolit sekunder ikatan yang menyebabkan terjadinya pengurangan
seperti alkaloid, tanin, polifenol, flavonoid, warna merah menjadi pucat atau berubah menjadi
antrakuinon, menoterpen, sesquiterpen, kuning terang.
triterpenoid, dan steroid.
Akan tetapi hasil negatif ditunjukan pada 5 KESIMPULAN
skrining fitokimia saponin pada simplisia maupun
ekstrak metode maserasi dan merode digesti, hal Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini,
ini dapat di sebabkan oleh beberapa faktor salah menyimpulkan pengaruh perbedaan metode
satunya dapat disebabkan karena faktor zat ekstraksi maserasi dan digesti pada kulit buah
Volume 6, No. 2, Tahun 2020 ISSN: 2460-6472
Pengaruh Perbedaan Karakteristik Ekstrak Kulit Buah Naga Merah… | 889
naga (Hylocereus lemairei (Hook.) Britton & Hylocereus: Beneficial phytochemicals,
Rose) menunjukan hasil fitokimia yang tidak nutritional importance, and biological
berbeda akan tetapi memberikan warna ekstrak relevance, J Food Biochem.
yang berbeda yang menunjukan adanya pengaruh Jaafar, Ali, R., Nazri, M., dan Khairuddin, W.
metode ekstraksi metode maserasi dan digesti (2009). Proximate Analysis of
terhadap kestabilan pigmen warna ekstrak kulit Dragon Fruit (Hylecereus polyhizus).
buah naga. American Journal of Applied Sciences, 6 :
1341-1346
6 SARAN
Kristanto, D. (2008). Buah Naga:Pembudidayaan
Dari hasil penelitian perbedaan karakteristik di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya,
ekstrak kulit buah naga (Hylocereus lemairei Jakarta
(Hook.) Britton & Rose) menggunakan metode Marwati, S. 2010. Aplikasi Beberapa Bunga
ekstraksi maserasi dan digesti hanya dilakukan Berwarna sebagai Indikator Alami Titrasi
secara kualitatif maka dari itu dapat dilakukan Asam Basa. Prosiding Seminar Nasional
pengujian lebih lanjut secara kuantitatif terhadap Penelitian. Pendidikan dan Penerapan
ekstrak metode maserasi dan digesti agar MIPA FMIPA UNY
mendapatkan hasil yang lebih spesifik. Moelyono, M. W. 1996. Panduan Praktikum
Analisis Fitokimia. Laboratorium
DAFTAR PUSTAKA Farmakologi Jurusan Farmasi FMIPA.
Cahyono, B., (2009) Buku Terlengkap Sukses Universitas Padjajaran, Bandung.
Bertanam Buah Naga. Jakarta: Noviyanty, Amalia. (2019). Pengaruh Jenis Pelarut
Pustaka Mina Terhadap Ekstraksi Dari Kulit Buah Naga
Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter Merah (Hylocereus polyrhizus). Jurnal
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Riset kimia, Vol. 5 No. 3.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Rebecca, O.P.S., A.N. Boyce, and S. Chandran,
Obat dan Makanan. Pigment identification and antioxidant
Djarwis, D. (2004). Teknik Penelitian Kimia properties of red dragon fruit (Hylocereus
Organik Bahan Alam, Workshop polyrhizus), African Journal of
Peningkatan Sumber Daya Manusia Biotechnology., 9, (2010), 1450-1454
Penelitian dan Pengelolaan Sumber Daya Sari, Yelfira. (2018). Pengaruh Pemanasan
Hutan yang Berkelanjutan [Skripsi], Terhadap Kestabilan Pigmen Betalain Dari
Pelaksana Kelompok Kimia Organik Buah Naga Merah (Hylocereus
Bahan Alam Jurusan Kimia FMIPA Polyrhizus), Jurnal Pendidikan Kimia, Vol.
Universitas Andalas Padang kerjasama 2 No. 1.
dengan Proyek Peningkatan Sumber Daya Wisesa, Taufik.B. dan Simon B.W. (2014).
Manusia DITJEN DIKTI DEPDIKNAS Penentuan Nilai Maksimum Proses
JAKARTA. Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah
Eder, R. 1996. Handbook of Food analysis vol. 1. (Hylocereus Polyrhizus), Jurnal Pangan dan
Marcel Dekker Inc. New York Agroindustri, Vol. 2 No.3: 88-97.
Emil, S. (2011). Untung Berlipat dari Bisnis Buah
Naga Unggul. Yogyakarta: Lili
Publisher. Hal.136.
Harborne, J.B. 1984. Phytochemical Methods: A
Guide to Modern Technique of Plant
Analysis. (2nd edn). Chapman and Hall.
London. 19. Pp.37–168.
Havlikova, L.K., Mikova, K. 1983.Heat Stability
of Betacyanins. Lebensm Unters Forsch
177: 247-250
Ibrahim, S.Ragad.M., Gamal A.M., Amgad I.M.K.,
Mohamed F.Z., Amal A.E.S. (2017). Genus
Farmasi

Anda mungkin juga menyukai