PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat masker wajah dari biji
pinang yang memiliki manfaat antioksidan serta stabil dalam penyimpanan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Katekin juga merupakan senyawa metabolit sekunder yang
secara alami dihasilkan oleh tumbuhan Arecha catechu L.,
dimana katekin termasuk golongan flavonoid. Senyawa ini
memiliki antioksidan berkat gugus fenol yang dimilikinya
struktur molekul katekin memiliki dua gugus fenol ( cincin A
dan B ) dan satu gugus hidropiran ( cincin C ) dikarenakan
memiliki lebih dari satu gugus fenol maka senyawa katekin
sering disebut senyawa polifenol. ( juniaty Tawoha, Balitteri
2013 )
4
kolesterol, mencegah hipertensi, membunuh bakteri dan jmur,
serta membunuh virusvirus influenza. Polifenol juga
memperkuat mekanisme pertahanan suatu organisme,
memiliki sifat anti-mikroba, antrkanker, dan antioksidan
Katekin dan turunannya sangat bermanfaat bagi
kesehatan manusia, berperan sebagai anti oksidan . senyawa
polifenol berperan sebagai penangkap radikal bebas hidroksil
(OH) sehingga tidak mengoksidasi lemak, protein, DNA dan
sel. Kemampuan polifenol menangkap radikal bebas 100 kali
lebih efektf dibandingkan dengan vitamin C dan 25 kali lebh
Efektf dibandingkan dengan vitamin E.
2.1.4 Manfaat Biji Pinang
Biji pinang berkhasiat sebagai antielmintik, penenang, mengobati
luka, memperbaiki pencernaan, meluruhkan dahak dan malaria. Sabut buah
pinang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan (dispepsia),
sulit buang air besar (sembelit), edema dan beri-beri karena urin sedikit
(Dalimartha, 2009). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji
manfaat sabut buah pinang, diantaranya sebagai antioksidan antimikroba
(Cyriac, dkk., 2012) dan antidiare.
5
a. Maserasi
Sebanyak 30 g serbuk kulit biji yang sudah terendam dengan petroleum
eter dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer 250 mL, kemudian
ditambahkan pelarut metanol sebanyak 100 ml lalu didiamkan selama 24
jam. Sampel disaring dan filtrat yang diperoleh ditampung. Sementara itu
residu hasil penyaringan diekstraksi lagi seperti cara sebelumnya. Filtrat
yang diperoleh dievaporasi menggunakan evaporator pada suhu 50 oC
sampai diperoleh ekstrak pekat. Rendemen yang didapat 0,77%
b. Sokletasi
Sebanyak 30 g serbuk kulit biji pinang yaki yang sudah terendam
petroleum eter dibungkus dengan kertas saring dan diikat kemudian
dimasukkan ke dalam ekstraktor soklet. Pelarut metanol sebanyak 400 mL
dimasukkan ke dalam labu alas bulat. Kemudian alat soklet dirangkai
dengan kondensor. Ekstraksi dilakukan sekitar 10 jam hingga cairan tidak
berwarna. Ekstrak yang didapat dievaporasi menggunakan evaporator pada
suhu 50oC sampai diperoleh ekstrak pekat. Rendemen yang didapat 1,17%
c. Perkolasi
Sebanyak 30 g serbuk kulit biji yang sudah terendam dengan petroleum
eter dimasukkan dalam alat perkolator, kemudian pelarut metanol
sebanyak 100 mL dialirkan dari atas menuju ke bawah. Ekstraksi
dilakukan selama 3 jam. Filtrat yang diperoleh dievaporasi menggunakan
evaporator pada suhu 50oC sampai diperoleh ekstrak pekat. Rendemen
yang didapat 1,1%
(Harbone, 1996)
6
berbasis KLT dan monografi farmakope yang mencerminkan
sejauh mana teknik ini telah dikembangkan sebagai teknik
pengendalian mutu dasar untuk pengotor minor. Alasan
keunggulannya dalam hal ini dikarenakan fleksibilitasnya untuk
dapat mendeteksi hampir semua senyawa, bahkan beberapa
senyawa anorganik. (Watson, 2009: 358)
Beberapa keuntungan kromatografi lapis tipis adalah digunakan
untuk tujuan analis, identifikasi pemisahan komponen dapat
dilakukan dengan pereaksi warna atau dengan radiasi
mengggunakan sinar UV, dapat dilakukan elusi secara menaik
(ascending), menurun (descending) atau dengan cara elusi 2
dimensi dan ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena
komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak
bergerak
2.4 Preformulasi
2.4.1 Carbomer
7
Stabilitas : bahan yang stabil dan higroskopis, dapat
dipanaskan pada suhu 104oC selama 2 jam.
Penyimpanan : disimpan dalam wadah kedap udara.
Kegunaan : carbomer digunakan untuk bahan bioodesif,
agen pengemulsi,stabilizer emulsi, reolusi
pengubah, agen penstabil, agen penangguh
serta tablet pengikat
Inkompatibilitas : berubah warna oleh resorsinol dan tidak
sesuai dengan fenol, polimer kationik, asam
kuat dan elektrolit tingkat tinggi. Besi dan
logam transisi katalis dapat menurunkan
disperse dengan karbomer. Dapat dicegah
dengan mengukur pH disperse atau
parameter kelarutan dengan menggunakan
alkohol dan poliolyang tepat.
Alasan : dapat meningkatkan viskositas sediaan.
(Raymond: 2009, hal:110-112)
2.4.2 Trietanolamin
8
Kegunaan : Zat pengemulsi/ Emulgator
OTT : akan bereaksi dengan asam mineral
menjadi bentuk garam kristal dan ester
dengan adanya asam lemak tinggi.
Stabilitas : TEA dapat berubah menjadi warna coklat
dengan paparan udara dan cahaya
(Raymond:2009, Hal 754)
2.4.4 Gliserin
9
Gambar 2.4.4 Struktur Gliserin
(Raymond: 2009, hal 283)
Khasiat : Zat tambahan sebagai emollient
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna,
tidak berbau, manis diikuti rasa hangat,
higroskopik. Jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah memadat membentuk
massa hablur tidak berwarna yang tidak
melebur hingga suhu mencapai lebih kurang
200C.
Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan
etanol (95%) P, prtaktis tidak larut dalam
kloroform P dan dalam minyak lemak.
Konsentrasi : <30%
Inkompatibilitas : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 271).
10
Kelarutan :Bercampur dengan kloroform, eter, glycerin dan air
(dengan naiknya suhu dan konsentrasi volume).
Kadar : 60-90%
Fungsi :Sebagai zat aktif antibakteri.
(Raymond: 2009, hal 17)
11
2.4.7 Nipasol (Propyl Paraben)
2.4.8 BHT
12
Gambar 2.4.8 Struktur Butylated hydroxytoluene
(Raymond: 2009, hal:75)
Stabilitas :paparan cahaya, kelembaban dan panas
menyebabkan penurunan warna, dan
menurunkan aktivitas, harus disimpan dalam
wadah terlindung dari cahaya, ditempat yang
sejuk dan kering.
Pemerian : kristal padat/ bubuk putih kekuningan/
kuning pucat.
Td : 265
Tl : 70
Densitas : 1,031
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air glicerin,
propilen glikol, larutan alkali hidroksida,
sangat mudah larut dalam aseton, benzen,
etanol 95 %, dan mineral oil
Kadar lazim : 0,02 % kadar terpilih 0,02 %
Fungsi : antioksidan
OTT : kontak dengan oksidator dapatr
menyebabkan pembakaran spontan, kontak
dengan garam dapat menyebabkan
perubahan warna sampai hilanganya
aktivitas
Alasan : diperlukan sebagai antioksidan dari mineral
oil yang mudah teroksidasi.
(Raymond: 2009, hal:75)
2.4.9 Aquadest
13
Gambar 2.4.9 Struktur Aquadest
(Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 1124).
Rumus molekul : H2O
BM : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar.
Titik leleh : 17,8˚C
BJ : 1,2636 g/cm3 pada 20˚C
pH : 5,0-7,0
Stabilitas : Secara kimiawi stabil pada semua suasana
(es,cair, uap air).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Pelarut.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 1124).
14
2.5 Formulasi Sediaan Herbal Masker Biji Pinang
R/
Kesimpulann : dari ke6 formula di atas di pilih formula ke6 karena pada F VI
dengan nilai IC50 2,003 µg/mL hal ini menunjukkan bahwa nilai konsentrasinya
lebih aktif dibandngkan FI sampai dengan FV dengan penambahan natrium
metabisufit dua kali dosis menjadi 0,2%, BHT yang mampu melindungi katekin
sebagai antioksidan terbaik.
15
BAB III
TATA KERJA
16
yang diperoleh disimpan dalam wadah yang bersih, kering dan tertutup
rapat.
17
D. Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak 3 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang
seksama dimasukkan dalam krus porselen yang telah dipijarkan
dan ditara, diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan hingga arang
habis, pijaran dilakukan pada suhu 600ºC selama 3 jam kemudian
didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar
abu dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara. Jika cara
ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, saring
melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa kertas dan kertas
saring dalam krus yang sama. Dimasukkan filtrat ke dalam krus,
diuapkan.Dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang dan dihitung
(Depkes, 1989)
E. Penetapan Kadar Air
Simplisia ditimbang sebanyak 5 gram, didestilasi dengan 250 ml
toluen jenuh air. Dididihkan sampai toluen mendidih, dilakukan
penyulingan dengan kecepatan tetesan 2 tetes/detik dan dinaikkan
kembali menjadi 4 tetes/detik. Penyulingan dihentikan dan
dilakukan perhitungan kadar air dan dicatat hasilnya.
18
berwarna putih, berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung
alkaloid.
Kepada bagian 2 ditambahkan pereaksi Dragendorf. Terjadinya
endapan atau kekeruhan diamati. Bila terjadi kekeruhan atau
endapan berwarna jingga kuning, berarti dalam simplisia
kemungkinan terkandung alkaloid.
Bagian 3 digunakan sebagai blanko.
B. Skrining Senyawa Flavonoid
Sejumlah simplisia digerus dalam mortir dengan ditambahkan
sedikit air panas dan di didihkan selama 15 menit. Kemudian
disaring, filtrate diambil sebanyak 5 ml, ditambahkan serbuk Mg
dan 2 ml alcohol : HCl (1:1), lalu dikocok kuat. Filtrate diambil
kemudain ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat-kuat,
dibiarkan memisah. Reaksi positif dengan terbentuknya warna
merah pada lapisan amil alcohol.
C. Skrining Senyawa Tanin
Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di
atas tangas air, kemudian disaring. Kepada filtrat ditambahkan
larutan gelatin 1%. Adanya senyawa tanin ditandai dengan
terjadinya endapan berwarna putih.
D. Skrining Senyawa Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid
Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian dipipet sambil
disaring. Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian
dibiarkan menguap hingga kering. Kepada hasil pengeringan filtrat
ditambahkan larutan vanillin 10% dalam asam sulfat pekat.
Terjadinya warna-warna menunjukkan adanya senyawa mono dan
seskuiterpenoid.
E. Skrining Senyawa Steroid dan Triterpenoid
Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian dipipet sambil
disaring. Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian
dibiarkan menguap hingga kering. Kepada hasil pengeringan filtrat
ditambahkan pereaksi Liebermann Burchard. Terjadinya warna ungu
19
menunjukkan adanya senyawa triterpenoid sedangkan adanya warna
hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid.
F. Skrining Senyawa Kuinon
Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di
atas tangas air, kemudian disaring Kepada filtrat ditambahkan
larutan KOH 5%. Adanya senyawa kuinon ditandai dengan
terjadinya warna kuning hingga merah.
G. Skrining Senyawa Saponin
Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di
atas tangas air, kemudian disaring. Filtrat dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan dikocok kuat secara vertikal selama sekitar 5
menit. Terbentuknya busa yang mantap dan tidak hilang selama 30
menit dengan tinggi busa minimal 1 cm menunjukkan adanya
saponin.
H. Skrining Senyawa Fenolat
FeCl3 1% ditambahkan dengan ekstrak hingga terjadi perubahan
warna, lalu warnanya dibandingkan dengan ekstrak murni, maka
akan tampak warna lebih hitam jika positif. Derajat disesuaikan
dengan perubahan warna yang terjadi.
3.3.5 Identifikasi
Kromatografi Lapis Tipis
Plat KLT disiapkan lalu di totolkan sejumlah ekstrak dengan pipa
kapiler. Lalu dikembangkan dengan pengembang yang cocok.
Kemudian dijenuhkan di dalam chamber dan dibaca pada lampu
20
UV 254 nm dan 366 nm (Depkes,2008). Pengujian ini dilakukan
pada ekstrak biji pinang dan sediaan msker wajah yang sudah jadi.
21
C. Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan
sampelsebanyak 0,1 gram pada gelas objek lalu diamati.
Bahan- bahan yang digunakan dalam pembuatan masker
gel wajah harus terdispersi merata dalam sediaan. Uji ini
dilakukan untuk melihat apakah terdapat bagian yang tidak
tercampurkan dengan baik.
D. Viskositas
Sediaan masker gel berada pada rentang 4467 – 5759 cP
Viskositas Sebanyak 2 gram sediaan masker gel
ditempatkan pada Viskotester Brookfield, kemudian diatur
spindle dan kecepatan yang akan digunakan, dan
Viskotester Brookfield dijalankan, kemudian viskositas dari
masker gel akan terbaca.
E. Pengujian Waktu Sediaan Mengering
Waktu kering dari produk masker yang ada dipasaran yaitu
antara 10 -20 menit (Septiani, dkk 2011)
Pengujian Waktu Sediaan Mengering dilakukan dengan
mengamati waktu yang diperlukan sediaan untuk
mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskannya
masker wajah gel pada kaca hingga benar-benar terbentuk
lapisan yang kering (Vieira et al., 2009).
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan kadar sari larut air dan etanol bertujuan untuk memberikan
gambaran awal jumlah senyawa yang dapat tersari dengan pelarut air dan etanol
dari suatu simplisia , Penetapan kadar abu untuk memberikan gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuk ekstrak, Penetapan kadar air untuk memberikan batasan minimal atau
rentang tertentu besarnya kandungan air di dalam bahan, dan Penetapan susut
pengeringan untuk mengetahui batasan maksimal (rentang) tentang besarnya
senyawa hilang pada proses pengeringan. (Depkes RI,2000)
23
Steroid dan triterpenoid +
Kuinon +
Saponin +
Keterangan: + (terdeteksi) dan – (tidak terdeteksi)
Dari hasil diatas menunjukkan adanya katekin karena hasil skrining pada
flavonoid positif.
4.3 Ekstraksi
Pada proses ekstraksi dilakukan dengan cara panas yaitu ekstraksi
sinambung dengan alat soxhlet. Ekstraksi ini bertujuan untuk melarutkan semua
zat yang terkandung dalam sample menggunakan pelarut yang sesuai. Kemudian
di hitung rendemen ekstrak. Hasil rendemen ekstrak dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.3 Hasil Rendemen Ekstrak
Ekstrak Berat Simplisia (g) Berat Ekstrak Kental Hasil (%)
(g)
Etanol 900 59,4506 11,89
Dari hasil diatas menunjukkan adanya katekin karena hasil skrining pada
flavonoid positif.
4.6 Identifikasi
4.6.1 KLT Ekstrasi
Kromatografi lapis tipis ini bertujuan mengetahui pengembang atau
pelarut yang sesuai untuk mengisolasi/mendapatkan katekin murni dengan
24
baik dan benar. Dari hasil tersebut, didapatkan pelarut yang cocok yaitu
etil:methanol:air (10:1,3:1ml). Hasil KLT dapat dilihat di gambar 4.6
dengan hasil Rf 1 0,282 Rf 2 0,589 dan hasil hamper mendekati dengan
literature yaitu Rf 1 0,22 Rf 2 0,6
25
Pada basis masker diamati secara visual meliputi, bentuk tekstur, bau,
warna, untuk di lihat ada tidaknya perubahan saat di evaluasi beberapa
hari hasil dapat di lihat di table 4.7.
B. Uji pH
Untuk melihat sesuai atau tidak dengan persyaratan pH wajah kisaran pH
normal wajah yaitu 4,5-6,5 (Rizky et al., 2013) Nilai pH penting untuk
mengetahui tingkat keasaman dari sediaan Uji pH pada basis masker
yang di buat yaitu 5-6 dengan demikian basis masker wajah yang
dihasilkan relatif aman digunakan agar tidak mengiritasi kulit.
C. Uji Homogenitas
basis yang dibuat menunjukan susunan yang homogen dan tidak terlihat
adanya butiran kasar.
26
D. Uji Viskositas
Nilai viskositas menunjukkan kestabilan dari sediaan yang dihasilkan.
Hasil pengujian viskositas masker wajah menunjukkan bahwa di spindle
no 64 hasilnya 9000 cps dan di spindle no R1 hasilnya 3010 cps
27
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Hasil pembuatan masker wajah dari biji pinang menunjukkan memiliki
hasil fisik yang baik dan manfaat antioksidan serta stabil dalam penyimpanan.
28
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN
1. Kadar Sari Larut Air
Berat cawan : 55,2187 gr
Berat cawan + filtrate : 55,345 gr
(Berat cawan + filtrate ) – berat cawan =
55,345 gr - 55,2187 gr = 0,0958 gr
3. Susut Pengeringan
Alat : moisture balance
Berat simplisia : 3,036 gr
Suhu : 1050C
Waktu : 3,8 menit
Hasil : 11,26 %
4. Kadar Air
= 40%
= 1,8 %
29
LAMPIRAN II
SKRINING SIMPLISIA
Alkaloid kuinon
kuinon Saponin
Steroid dan
triterpenoid
Flavonoid
30
LAMPIRAN II
KARAKTERISASI SIMPLISIA
Kadar air
Kadar abu
31
LAMPIRAN III
SKRINING EKSTRAK
Kuinon Alkaloid
Flavonoid Saponin
Tannin Fenolat
32
Monoterpene dan seskuiterpen Steroid dan triterpenoid
DAFTAR PUSTAKA
Cyriac,M. B., Pai. V., Varghese, I., Shantaram, M., Jose, M., 2012, Antimicrobial
Properties of Areca Chatechu (Areca Nut) Husk Extracts Against
Commom Oral Pathogents, Internatioanal Journal Research Ayurvedic
Pharmaceutical.
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 5. Jakarta : Trubus
Agriwidya.
David,G G., dan Watson. 2009. Analisis Farmasi, Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika Indonesia.
Jilid V. Jakarta : Direktorat Pengawasan Obat Dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Propil Kesehatan 2007. Jakarta:
Depkes RI Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Depkes RI: Jakarta.
Ditjen POM Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
33
Journal of Chemical Science.
Wang, C.K., dan Lee, W.H. 1996. Separation, Characteristic, and Biological
Activities of Phenolic in Areca Fruit. J. Agric. Food Chem.
34