ABSTRAK
Akhir-akhir ini, topik berkaitan dengan buah manggis sudah menjadi fokus para peneliti. Hal
ini disebabkan kulit manggis mempunyai banyak aktivitas farmakologi. Sebenarnya, kulit
manggis digunakan sebagai obat oleh penduduk Asia dalam pengobatan infeksi kulit dan kolera
sejak zaman dahulu. Salah satu senyawa utama pada pericarp manggis adalah α- Mangostin. α-
Mangostin menunjukkan aktivitas farmakologi yang baik maupun dari model in vivo atau in
vitro. α- Mangostin menunjukkan potensi kuat untuk dijadi sebagai obat pada masa depan.
Namun begitu, aplikasi α- Mangostin dalam bidang klinis masih kurang. Tujuan untuk menulis
review ini adalah membahas tentang aktivitas farmakologi α- Mangostin dalam segi antioksidan,
antikanker, antibakteria dan antiinflamasi.
ABSTRACT
Recently, various studies have focus on α- Mangostin as their main research topic as the
mangosteen’s pericarp has shown a lot of pharmacological effects. In fact, pericarp of
mangosteen were used by Asian in treating skin infection and cholera since long time ago. α-
Mangostin is the main constituent in the pericarp of the mangosteen. In vivo and in vitro, α-
Mangostin shows good pharmacological effects. α- Mangostin also shows that it has very good
potential to be developed as drug candidate in the future. However, α- Mangostin still has
limited clinical application until today. The purpose of this review article is to talk about the
pharmacological effects of α- Mangostin in term of their antioxidant, anticancer, antibacteria
and antiinflammation properties.
α-Mangostin sebagai Antioksidan tikus yang tidak ada pengobatan awal. Dia
Devi et al. (2010) telah melakukan berpendapat bahwa senyawa fenolik dari α-
penelitian dan menunjukkan bahawa Mangostin bertindak dengan memulung
senyawa α- Mangostin dalam kulit manggis radikal bebas dan merusakan rantai
memiliki aktivitas antioksidan yang kuat peroksidase lemak. Selain itu, dia juga
dan dapat menghalang oksidasi low-densiti berpendapat senyawa ini dapat
lipoprotein secara in vitro. Dia melakukan menyumbang elektron ke radikal bebas.
penelitatian terhadap sifat kardioprotektif Radikal fenolik pada gilirannya membentuk
α- Mangostin dengan mencit. suatu quinine methide intermediate, dan
Setelah pemberian isoproterenol kemudiannya disekresi melalui empedu
(150 mg / kg untuk 2 hari) pada tikus, hasil (Devi et al. (2010).
evaluasi menunjukkan terdapat penurunan Selain itu, Ragavendra et al. (2011)
enzim antioksidan yaitu glutation-S- telah menguji aktivitas antioksidan dari
transferase, glutation peroxidase, katalase, ekstrak manggis dengan 1,1-difenil-2-
dan superoxida dismutase serta pikrilhidrazil (DPPH). Secara singkat,
peningkatan enzim serum, seperti kreatinin setelah ekstrasi dan sokletasi, dia
fosfokinase, laktat dehidrogenase, glutamat menambah 100ul ekstrak manggis dan
piruvat transaminase, glutamat oksaloasetat BHA ke 3 ml larutan DPPH 0,004% dalam
transaminase dan peroksida lemak yang metanol dan diinkubasi pada suhu kamar
signifikan. Setelah diperiksa, tikus yang gelap. Kemudiannya setelah 30 menit
diobati dengan isoproterenol didapati absorbansi itu diukur spektrofotometri pada
mempunyai perubahan nekrotik dalam 517 nm. Kemampuan pembilasan radikal
jaringan dan neutrofil. Namun begitu pada bebas dari ekstrak dilakukan dengan
tikus yang sudah diberi pengobatan awal menggunakan radikal bebas stabil DPPH
dengan α- Mangostin, hasil menunjukkan α- dan hasilnya dibandingkan dengan BHA
Mangostin ini dapat menjaga struktur dan antioksidan standar. Dia menemukan
integritas jaringan miokard dengan bahawa kulit manggis mempunyai efek
pembuktian penurunan enzim serum marker pemulungan radikal sebanyak 93,26 ± 0,91%
dibandingkan dengan tikus yang tanpa pada konsentrasi 200 ug / ml. DPPH adalah
diobat awal dengan α- Mangostin. Selain itu, sesuatu senyawa paramagnetik dengan
pengobatan awal dengan α- Mangostin juga elektron ganjil dan mempunyai pita serapan
mengembalikan tahap superoksida yang kuat pada 517 nm dalam metanol.
dismutase dan katalase ke tahap yang Absorbansi menurun dengan perubahan
kurang lebih normal berbanding dengan warna dari ungu ke kuning yang disebabkan
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 94
payudara MCF-7 dalam manusia. Dia Cakram. Hal ini membawa maksud bahwa
menggunakan metode Boyden Chamber penambahan konsentrasi α- Mangostin bisa
assay, dan juga Adhesion assay. Dia menambah sifat antibakteri. Sujoeno
mendapati bahawa α- Mangostin dapat mendapati bahwa asam teikhoat dan
menghambat kemampuan induksi, invasi, peptidoglikan wujud pada dinding sel
dan migrasi TPA. Hasil evaluasi juga bakteri positif seperti Staphylococcus
menunjukkan α- Mangostin dapat aereus. Pada dinding sel Escherichia coli,
menghambat aktivasi sinyal dari hanya terdapat polisakarida yang kompleks
Ekstraselular-sinyal-regulasi (ERK1 / 2) dan liporprotein. Zat bermolekul dan
yang terlibat dalam regulasi aktivitas enzim, berbobot besar tidak dapat berpenetrasi ke
protein, dan messenger RNA MMP-2 serta dalam bakteri. Hal ini karena ditolak oleh
MMP-9 yang disebabkan oleh TPA. lapisan- lapisan ini (Sujoeno etc, 2017).
α-Mangostin sebagai Antibakteri Manakala dalam penelitian
Suksamrarn etc, 2003, dia menemui bahawa
Sujoeno et al (2017) telah
senyawa-senyawa dalam kulit manggis
melakukan penelitian pada pericarp maggis
mempunyai efek antituberkulosis, terutama
untuk menguji aktivitas antibakterinya.
pada α- Mangostin, β- mangostin dan
Bakteri yang diuji adalah Staphyllococcus
garsinon B. Dia menyediakan 15 senyawa
aureus dan Escherechia coli. Konsentrasi
dari kulit manggis dan diuji dengan
estrak metanol kulit buah manggis dibuat
Microplate Alamar Blue Assay. Fluoresensi
dalam beberapa konsentrasi dengan pelarut
diukur dalam Cytofluoro Series 4000
polietilenaglikol (PEG). Setelah itu, metode
Fluoresensi Multi-Well Plate Reader (Per-
Difusi Kertas dan metode Difusi Cakram
Septive Biosystems, Framingham, MA,
diguna untuk menguji sifat antibakteri ini.
A.S.).
Untuk kedua-dua metode,
Hasilnya α, β-Mangostin dan
pembanding yang dipakai adalah
garsinon B menunjukkan efek
Ciprofloxacin 10μg. Pada Eschechia coli
penghambatan yang paling kuat terhadap
Ekstrak metanol kulit didapati tidak
Mycobacterium tuberculosis dengan nilai
mempunyai aktivitas antibakteri. Namun
konsentrasi inhibisi minimum (MIC)
begitu pada Staphylococcus aereus,
sebesar 6,25 mg / ml. Dia mendapati
terdapat aktivitas antibakteri. Selain itu, dia
bahawa, antara 15 senyawa ini, 1,3,6,7-
juga mendapati bahawa pertambahan
tetraoxygenated xanthones yang membawa
konsentrasi ekstrak kulit manggis dalam
unit C5 di C-2 dan C-8 di α -mangostin, β-
pemeriksaan akan menambahkan zona
mangostin dan garsinon B menunjukkan
penghambatan dalam metode Difusi Kertas
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 96