PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan
merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran
tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta
mengandung kapsidiol, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan
kehangatan bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat
ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.
(Prajnanta, 2001)
Cabai merah (Capsicum annuumL.) termasuk dalam suku Solanaceae.
Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat
serta bebas dari hama dan penyakit.Penggunaan benih yang unggul dan bermutu
tinggi merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan produksi tanaman yang
menguntungkan secara ekonomis. (Syamsuddin, 2003)
Untuk memperoleh produksi yang tinggi dengan kualitas yang baik
dibutuhkan juga benih dengan kualitas tinggi pula. Keberhasilan usaha tani cabai
salah satunya ditentukan oleh kualitas benih .(Kusandriani dan Muharam, 2005)
1
2.1 Produksi Benih Cabai
Menurut Rukmana (2002) buah cabai rawit yang akan dijadikan bibit setelah dipanen
dibelah lalu dikeluarkan bijinya. Biji-biji tersebut dipilih hanya biji-biji yang baik, bernas
(tidak keriput) dan berwarna kuning seperti warna padi. Lalu biji dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung selama 2-3 hari, lalu
benih dibungkus menggunakan alumunium foil.
Dalam prosesing benih cabai, perontokan benih dapat dilakukan secara manual
untuk buah yang jumlahnya sedikit. Untuk buah yang jumlahnya banyak dapat digunakan
alat bantu seperti penggiling daging yang telah dimodifikasi, yaitu ujung pisau ditumpulkan
untuk mengekstrak benih cabai. Untuk itu benih perlu dibersihkan dengan menggunakan
air yang mengalir. Dapat pula dilakukan perendaman buah, yaitu buah cabai yang sudah
dibelah direndam dalam tong/ember yang berisi air bersih, selama 1 malam. Setelah itu
buah dicuci dengan air yang bersih. Tiap cara mempunyai kelebihan dan kelemahan. Dari
prosesing benih cabai dengan cara manual akan diperoleh benih dengan kualitas yang lebih
baik, warna benih kuning jerami, kerusakan benih hampir tidak ada dan persentase daya
kecambah lebih tinggi. Kelemahannya adalah waktu prosesing lebih lama dibandingkan
dengan prosesing benih dengan menggunakan bantuan alat. .
Setelah pengeringan dilakukan sortasi benih, yaitu pemilihan benih yang berukuran
normal dan bernas. Benih yang hampa, rusak, dan yang berwarna hitam atau coklat
dibuang. Untuk menghindari adanya penyakit atau hama yang terbawa dari lapangan atau
selama dalam penyimpanan, benih dapat diberi perlakukan pestisida yang berbahan aktif
Metalaxyl dengan konsentrasi 0,2%
Benih disimpan dalam kantung almunium foil atau dalam wadah yang terbuat dari
kaca atau metal. Tempat penyimpanan benih harus tertutup sangat rapat agar udara tidak
dapat masuk ke dalam wadah tersebut. (Kusandriani & Muharam, 2005).
Dua faktor yang menentukan kualitas dan daya tahan benih di tempat
penyimpanan benih (gudang benih) adalah kadar air benih dan suhu gudang penyimpanan
“suhu rendah”. Untuk penyimpanan benih jangka menengah (18 – 24 bulan), suhu yang
diperlukan adalah 16 – 20 0C, dan kelembaban 50% (Badan Litbang Pertanian, 2011)
2.2 Struktur dan Komposisi Kimia Benih Cabai
2.2.1 Struktur Benih
2
1. Kulit benih (testa)
Kulit benih berasal dari ovum yang mengalami modifikasi selama
proses pembentukan biji. Pada legum biasanya terdapat dua lapis kulit
benih. Lapisan dalam tipis dan lunak sedangkan lapisan luar tebal dan
keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit dan
sentuhan mekanis.
2. Jaringan cadangan makanan (Food eserve)
Pada biji yang berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan
makanan, diantara lain : Kotiledon (kelas dikotiledoneae), Endosperm
(kelas monocotyledoneae), Perisperm (farm, Chenopodiaceae dan
Caryophyllaceae), Scutellum (rumput-rumputan).
Cadangan makanan yang terismpan berupa karbohidrat, lemak,
protein, dan mineral.
3. Embrio
Embrio adalah tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet
jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Embrio terdiri dari :
Plumula (bakal daun)
Radikula (bakal akar)
Caulicalus/hipokotil (bakal akar)
Koleoptil (benih pada graminae)
2.2.2 Komposisi Kimia Cabai
1. Oleoresin
Menurut Laras (2013) Oleoresin merupakan campuran antara resin dan
minyak atsiri yang memiliki aroma dan pembawa rasa yang tidak mudah
menguap. Oleoresin merupakan kumpulan senyawa kimia dengan susunan
yang cukup komplek. Oleoresin ini berwujud cairan kental yang mengandung
kadar minyak atsiri 15-30% (Abubakar 2005).
Oleoresin rempah-rempah memiliki banyak manfaat. Misalnya saja dalam
industri makanan, kosmetik, dan farmasi. Semakin meluasnya penggunaan
oleoresin maka dibutuhkan proses produksi yang terus meningkat. Menurut
Somaatmadja, kelebihan penggunaan oleoresin adalah:
3
- Kualitas makanan yang tercampur oleoresin lebih terkontrol, hal ini
terjadi karena kandungan kimia yang ada di oleoresin tidak terlalu
banyak dibanding kandungan bahan aslinya.
- Penggunaan oleoresin lebih ekonomis, karena oleoresin merupakan ekstrak
dari rempah-rempah. Sehingga untuk mendapatkan rasa yang diinginkan
akan memerlukan lebih sedikit oleoresin dibanding serbuk rempah-rempah
aslinya.
Selain itu dibandingkan dengan minyak atsiri, oleoresin memiliki
kelebihan yaitu tahan panas. Pada proses ekstraksi, pada umumnya
dibutuhkan proses pemanasan. Zat volatil yang banyak terkandung dalam
minyak atsiri akan menguap dan hilang pada suhu tinggi. Sedangkan
oleoresin mengandung bahan tidak menguap dalam jumlah besar dan akan
terus memberikan rasa, walaupun minyak atsirinya sudah menguap (Cripps
1973).
Komposisi bahan yang terlarut dalam oleoresin berbeda tergantung jenis
pelarut yang digunakan dalam ekstraksi dan tergantung jenis bahan yang
diekstrak (Farrel 1985). Disamping mengandung resin dan minyak sebagai
komponen utama, oleoresin terdiri atas campuran kompleks senyawa organik
yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Terpen yaitu senyawa hidrokarbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit
ispropen. Meskipun jumlahnya signifikan, namun terpen hanya memiliki nilai
citarasa yang kecil bila dibandingkan dengan oxygenated derivates.
- Turunan terpen teroksidasi (oxygenated derivates) yaitu alkohol, aldehidehid,
keton, dan ester. Senyawa tersebut memberikan kontribusi besar pada
perbedaan citarasa.
- Senyawa aromatic dengan gugus fungsi yang bervariasi.
- Senyawa yang mengandung nitrogen atau sulfur.
Menurut Purseglove et al. (1981), EOA telah mengeluarkan standar
perdagangan oleoresin yang meliputi :
- Intensitas warna : max 4000 (EOA No. 239)
- Kepedasan : min 480 000 SHU
4
- Sisa pelarut : sesuai FDA (30 ppm untuk etanol)
Menurut Bombardelli (1991) ekstraksi senyawa aktif dari tanaman obat
adalah proses pemisahan secara fisik atau kimiawi dengan menggunakan
cairan atau padatan dari bahan padat. Menurut Ravindarn et al (2007), pada
dasarnya ektraksi oleoresin terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah
proses kontak bahan baku dengan pelarut sehingga terjadi perpindahan
komponen aktif dari bahan baku kedalam pelarut. Tahap selanjutnya adalah
pemisahan larutan dengan bahan baku, sehingga dihasilkan larutan ekstrak
dan ampas. Tahap terakhir adalah proses distilsi pelarut, sehingga menjadi
oleoresin.
2. Capsaicin
Tumbuhan tidak hanya melakukan metabolisme primer, tetapi juga
melakukan metabolisme sekunder menggunakan jalur metabolisme tertentu,
yang akan menghasilkan pembentukan senyawa kimia khusus yang disebut
metabolit sekunder (Herbert 1995). Produk metabolit sekunder yang terdapat
pada buah cabai salah satunya adalah capsaicin. Capsaicin merupakan
kelompok senyawa yang bertanggung jawab terhadap rasa pedas dari cabai
(Sukrasmo et al. 1997). Zat ini tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak
dan mudah rusak oleh proses oksidasi. Capsaisin memiliki rumus molekul
C18H27NO3 dengan nama IUPAC 8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide,
terdiri dari unit vanillamin dengan asam dekanoat, yang mempunyai ikatan
rangkap pada rantai lurus bagian asam. Struktur molekul capsaicin disajikan
pada Gambar 1 (Andrew and Ternay 1979 dalam Sigit 2007).
Lingga (2012) menyatakan, umumnya cabai segar mengandung 0.1-1.0%
capsaisin. Capsaisin terdapat pada biji, kulit, dan daging buah cabai. Zat ini
banyak digunakan sebagai biological pesticide dalam melawan serangga dan
rodent. Sebagai pestisida, capsaisin digunakan di dalam ruangan (karpet dan
furniture) dan juga di luar ruangan (lahan buah dan sayur). Selain itu
capsaisin digunakan dalam pembuatan gas air mata.
5
Derajat kepedasan cabai dinyatakan dalam ppm atau ppb. Di dalam dunia
industri, ukuran standar untuk mengukur kekuatan cabai yaitu Scouville Unit.
Capsaisin murni memiliki Scouville Unit 16 juta.(pepper 2012).
6
Setelah penyimpanan, pengujian di lapangan dilakukan terhadap viabilitas
(daya tumbuh) bibit.
Ciri khas benih rekalsitran :
tidak memiliki masa dormansi
kadar air tinggi dan tidak tahan disimpan bila kadar air diturunkan
sampai dibawah kadar air kritis
tidak tahan disimpan pada suhu dingin
hanya mampu disimpan dalam jangka waktu yang pendek (beberapa
hari sampai beberapa bulan)
zona penyebarannya adalah daerah tropik basah dan hutan hujan tropik,
hanya sedikit yang ditemukan di zona lain.
Pengemasan benih rekalsitran ditempatkan dalam kemasan kedap air
namun tidak kedap udara yang mampu melindungi benih terhadap
berbagai faktor yang dapat mengakibatkan kerusakan. Suhu dan
kelembaban kemasan disesuaikan dengan spesifikasi masing-masing
benih. Pada umumnya benih rekalsitran membutuhkan kelembaban dan
suhu yang tidak terlalu tinggi karena itu untuk menjaga kelembaban
dapat ditambahkan media lembab seperti serbuk sabut kelapa atau
serbuk gergaji olahan sekaligus melindungi benih dari benturan selama
pengiriman.
Contoh benih rekalsitran : benih durian, rambutan, duku/langsat,
nangka, kakao, alpukat, mangga, kelapa, manggis, kecapi/katapi dll.
3. Benih Intermediet
Benih Intermediate adalah merupakan penggolongan benih
diantara ortodoks dan rekalsitran contohnya kelapa sawit.
2.3.2 Molekuler Benih Cabai
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui suatu
varietas berbeda dengan varietas lain sebelumnya adalah dengan
membedakan varietas tersebut berdasarkan jarak genetiknya. Marka
molekuler ini merupakan teknologi yang efektif untuk tujuan tersebut,
7
karena dapat menunjukkan variasi genetik dan tidak dipengaruhi oleh
variasi lingkungan (Staub et al. 1996).
Salah satu marka molekuler yang sering dipergunakan akhir-akhir
ini adalah marka mikrosatelit. Marka mikrosatelit dapat digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan suatu varietas tanaman (Vosman et al. 2001;
Smith & Register 1998), sehingga bermanfaat dalam memproteksi
varietas-varietas tanaman yang dihasilkan dari suatu program pemuliaan.
Menurut UPOV (union pour la protection des obtentions vegetales atau
The International Union for the Protection of New Varieties of Plants),
marka molekuler dapat digunakan sebagai data pelengkap (complementary
traits) untuk menyatakan ada tidaknya perbedaan antara varietas yang satu
dengan yang lainnya (van Eeuwijk & Baril 2001).
Melalui penelitian ini akan diketahui kekerabatan beberapa jenis
cabai hias di Indonesia berdasarkan morfologi buah dan hasil analisis
molekuler RAPD-PCR. Penentuan karakter secara morfologi dan
molekuler diperlukan untuk mengembangkan langkah konservasi dan
pemuliaan tanaman (Hill et al., 2013). Penggunaan marka RAPD dalam
penentuan kultivar tanaman akan menguntungkan industri benih karena
dapat meningkatkan efisiensi identifikasi kultivar dan menurunkan biaya
(Horejsi dan Staub, 1998). Hasil penelitian bermanfaat dalam
pengelompokan plasma nutfah cabai dan membantu menentukan
persilangan antarspesies atau antarvarietas sehingga melahirkan
keragaman genetik yang lebih luas.
Benih cabai hias yang diteliti yaitu, cabai hias Katty (K), Naga
Morich (Nm), Big Black Mama (Bbm), dan Yellow Primo (Yp). Sebagai
pembanding digunakan buah cabai merah besar (C. annuum) kultivar
Lembang-1 (L1), cabai rawit putih (C. frutescens)( Rp), dan cabai gendot
(C. chinense)(Gt). Kit isolasi DNA genom tanaman menggunakan Wizard
Plant Genomic Isolation Kit (Promega). Reaksi polymerase chain reaction
(PCR) menggunakan GoTaq Green PCR Kit (Promega). Primer OPA-12
8
(Promega) digunakan untuk RAPD-PCR. Alat utama yang digunakan
adalah mesin thermocycler PCR (BioRad).
Pengamatan morfologi buah menggunakan metode deskripsi
berdasarkan IPGRI (International Plant Genetic Resources Institute; 1995).
Parameter yang diamati adalah bentuk, warna, dan permukaan buah.
9
cukup tinggi sehingga sulit menentukan pengelompokan cabai hias secara
morfologi.
Pengelompokan dan penentuan kekerabatan cabai hias dicoba
menggunakan teknik RAPDPCR menggunakan primer OPA-12. Primer ini
dapat digunakan dalam penentuan spesies cabai C. chinense, C. annuum, C.
frutescens, dan C. baccatum (Sikora & Nowaczyk, 2014).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Cabai termasuk dalam Solanaceae dan merupakan tanaman yang mudah
ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak
mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung kapsidiol, yang
menyebabkan rasa pedas.
Benih cabai termasuk golongan benih ortodoks, artinya benih tersebut
merupakan benih kering dengan kadar air rendah, sehingga produksi benih cabai
biasanya menggunakan alumunium foil.
Struktur benih cabai terdiri dari testa, jaringan cadangan makanan dan
embrio. Di dalam cabai terdapat Oleoresin dan Capsaicin. Oleoresin merupakan
campuran antara resin dan minyak atsiri, memiliki aroma dan pembawa rasa yang
tidak mudah menguap. Capsaicin merupakan kelompok senyawa yang
bertanggung jawab terhadap rasa pedas dari cabai
Analisis molekuler digunakan untuk mengetahui suatu varietas berbeda
dengan varietas lain sebelumnya. Pada 4 varian tanaman cabai hias (Cabai hias
Katty, Naga Morich, Big Black Mama, dan Yellow Primo) dibuktikan bahwa
keempat tanaman tersebut mempunyai kekerabatan sangat dekat yaitu berada
dalam satu spesies Capsicum chinense (cabai gendot).
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca maupun kami sebagai
penulis mampu memahami mengenai salah satu tanaman yaitu cabai. Mulai dari
Produksi benihnya, struktur dan komposisii kimia cabai, hingga penggolongan
dan molekuler benih cabai itu sendiri.
11
DAFTAR PUSTAKA
12