PENDAHULUAN
kesehatan,
seperti
pencegahan
penyakit,
pengobatan,
sampai
penyembuhan. Selain itu, buah merupakan sumber yang baik dari antioksidan dan
fitokimia, seperti vitamin C, karoten, flavonoid, dan polifenol (Budiana, 2013).
Dampak sembelit biasanya perut anak menjadi kembung, sehingga anak
kehilangan selera makan. Mengonsumsi buah dalam jumlah cukup, membuat anak
terhindar dari gangguan pencernaan. Namun, rasa buah yang terkadang asam
menjadi salah satu alasan anak tidak menyukai buah. Sehingga, banyak orangtua
yang mengeluhkan bahwa anaknya tidak mau mengonsumsi buah, bahkan tidak
jarang para orangtua khususnya ibu menjadi tertekan dan stres karena khawatir
terhadap kecukupan gizi dan vitamin anak (Damayanti, 2013).
Sebagian besar anak malas mengunyah atau malas mengonsumsi buah karena
terburu-buru ingin bermain atau mengerjakan sesuatu. Umumnya mereka juga
1
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
2
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
3
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Simplisia
Dalam buku " Materia Medika Indonesia " ditetapkan definisi bahwa simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan(Anonim, 2000).
2.2 Ekstrak
4
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
atau
bagian
yang
bening
di
enap
tuangkan
(dekantasi)(Anonim,2000).
b) Ekstrak kental
Ekstrak kental adalah ekstrak berbentuk kental yang diperoleh dari
proses penguapan sebagai penyari, hingga memenuhi persyaratan yang
ditetapkan (Anonim, 2013)
c) Ekstrak kering
Ekstrak kering adalah sediaan padat yang didapatkan dengan
penguapan dan pengeringan ekstrak cair. Serbuk ekstrak berisi umumnya
95 % padat dan 5 % air sisa penguapan (Kraft, K., Hobbs, C., 2004).
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak
5
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
6
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
7
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
Pada umumnya penyarian akan bertambah dengan baik bila permukaan serbuk
simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Dengan demikian
maka makin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya. Tetapi
dalam pelaksanaannya tidak selalu demikian, karena penyari masih tergantung
juga pada sifat fisik dan kimia simplisia yang bersangkutan (Anonim,1986).
Simplisia yang terlalu halus akan memberikan kesulitan pada proses
penyarian. Serbuk yang terlalu halus akan mempersulit penyaringan, karena butirbutir halus tadi membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil
penyarian. Dengan demikian hasil penyarian tidak murni lagi tetapi tercampur
dengan partikel-partikel halus tadi.
Dinding sel merupakan saringan, sehingga zat yang tidak larut masih tetap
berada dalam sel. Penyerbukan yang terlalu halus menyebabkan banyak dinding
sel yang pecah, sehingga zat yang tidak diinginkan ikut ke dalam hasil penyarian
(Anonim, 1986).
Dalam penyarian bahan berkhasiat yang terdapat dalam bahan tumbuhan obat,
derajat kehalusan merupakan hal yang terpenting. Derajat kehalusan bukan
merupakan faktor tunggal yang mempengaruhi proses pelepasan bahan berkhasiat,
tetapi jumlah dan sifat alami dari bahan pendamping/metabolit primer lain yang
terdapat dalam bahan obat juga memegang peranan penting (Anonim, 2010)
2.2.3.2 Pembasahan
Dinding sel tumbuhan terdiri dari selulosa. Serabut selulosa pada simplisia
segar dikelilingi oleh air. Jika simplisia tersebut dikeringkan, lapisan air menguap
8
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
maka akan terjadi pengerutan, sehingga terjadi pori-pori. Pori-pori pada sel
tersebut diisi oleh udara(Anonim,1986).
Bila serbuk simplisia dibasahi, maka serabut selulosa tadi akan dikelilingi oleh
cairan penyari sehingga simplisia akan membengkak kembali. Pembengkakan
terbesar terjadi pada pelarut yang mengandung gugusan OH dan pembengkakan
tersebut akan makin besar bila perbandingan antara volume gugusan OH dengan
volume molekul pelarut tersebut makin besar.Agar penyarian dapat berjalan
dengan baik, maka udara yang terdapat dalam pori-pori harus dihilangkan dan
diganti dengan cairan penyari.Pembasahan serbuk sebelum dilakukan penyarian
dimaksudkan agar memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan
penyari memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah
penyarian selanjutnya (Anonim, 1986).
2.2.3.3 Penyarian
Pada waktu pembuatan serbuk simplisia, beberapa sel ada yang dindingnya
pecah ada sel yang dindingnya masih utuh. Sel yang dindingnya telah pecah,
proses pembebasan sari tidak ada yang menghalangi. Proses penyarian pada sel
yang dindingnya masih utuh, zat aktif yang terlarut pada cairan penyari untuk
keluar dari sel, harus melewati dinding sel. Peristiwa osmosa dan difusi berperan
pada proses penyarian tersebut (Anonim, 1986).
Peristiwa difusi jauh lebih berpengaruh, bila dibanding dengan peristiwa
osmosa.Tanpa memperhatikan keadaan sel tersebut, maka larutan harus melintasi
lapisan batas antara butir serbuk dengan cairan penyari. Kecepatan melintasi
lapisan batas dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi pemindahan massa
9
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
yaitu derajat perbedaan konsentrasi, tebal lapisan batas, serta koefisien difusi
(Anonim, 1986).
Jika penyarian dilakukan dengan mencelupkan sejumlah serbuk simplisia
begitu saja pada cairan penyari maka penyarian tersebut tidak akan dapat
sempurna karena suatu keseimbangan akan terjadi antara larutan zat aktif yang
terdapat dalam sel dengan larutan zat aktif yang terdapat di luar butir sel (Anonim,
1986).
Penyarian dipengaruhi oleh derajat kehalusan serbuk dan perbedaan
konsentrasi,makin besar perbedaan konsentrasi, makin besar daya dorong tersebut
hingga makin cepat penyarian. Makin kasar serbuk simplisia makin panjang jarak,
sehingga konsentrasi zat aktif yang terlarut dan tertinggal dalam sel makin
banyak. Dengan demikian serbuk simplisia harus dibuat sehalus mungkin dan
dijaga jangan terlalu banyak sel yang pecah. Cairan penyari harus dapat mencapai
seluruh serbuk dan secara terus menerus mendesak larutan yang memiliki
kosentrasi yang lebih tinggi keluar (Anonim,1986).
2.2.3.4 Penyaringan
Menyaring adalah upaya untuk memisahkan zat padat dan zat cair.Pada tingkat
laboratorium untuk menyaring digunakan kertas saring (Anonim, 1986).
2.2.3.5 Pemekatan/Penguapan (Vaporasi dan Evaporasi)
Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solute (senyawa terlarut) secara
penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kondisi kering, ekstrak hanya menjadi
kental/pekat (Anonim,2000).
2.2.3.6 Pengeringan ekstrak
10
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
11
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
12
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
13
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
14
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan. Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap
maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan
15
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 15 kali bahan (Anonim, 2000).
2.5.2 Cara panas
1. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik
(Anonim, 2000).
2. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40-50C (Anonim, 2000).
3.
Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air.
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 9698C selama waktu tertentu (15-20 menit ) (Anonim, 2000).
4.
Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang Iebih lama (> 30C) dan temperatur
sampai titik didih air (Anonim, 2000).
16
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
Kiwi
Inggris:
Cina
mi hou tao
2.6.2 Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Dilleniidae
Ordo
: Theales
Famili
: Actinidiaceae
17
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
Genus
: Actinidia
Spesies
: Actinidia chinesis
18
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
: Dragon Fruit
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Hamamelidae
Ordo: Caryophyllales
Famili: Cactaceae (suku kaktus-kaktusan)
Genus
: Hylocereus
Inggris
Soursop
Melayu
Vietnam :
Thailand :
Pilipina :
2.8.2
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Genus
: Annona
Spesies
: Annona muricata L
2.8.3
Zat gizi yang terbanyak dalam sirsak adalah karbohidrat, salah satunya gula
pereduksi (glukosa dan fruktosa) dengan kadar 81,9 93,6%. Vitamin yang paling
dominan adalah vitamin C, sekitar 20 mg per 100 g daging buah. Kandungan
lemak sangat sedikit, hanya 0,3 g. Komposisi dari setiap butir sirsak terdiri atas
67,5% daging yang bisa dimakan; 20% kulit; 8,5% biji; dan 4% hatinya.
Kandungan kimianya yakni, vitamin A, B, C, dan kalsium. Selain itu buah ini
mengandung sukrosa 2,54% dekstrosa 5,05%, dan levulosa 0,04%.
Mengonsumsi 100g daging buah sirsak dapat memenuhi 13% kebutuhan serat
pangan harian. Sirsak memang kaya serat pangan, sekitar mencapai 3,3 g per 100
g daging buah yang dibutuhkan dalam proses pencernaan. Kadar natrium sirsak
sebesar 14 mg. Buah yang kaya senyawa fitokimia ini dapat meningkatkan selera
makan di samping bermanfaat untuk mengatasi nyeri pinggang, wasir, dan batu
empedu. Salah satu unsur kimia annonaceous acetagenin yang terkandung di
dalam sirsak mampu memilih, membedakan, dan membunuh sel kanker (Budiana,
2013).
: Guava
21
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
Melayu
Vietnam
: Oi
Thailand : Farang
Pilipina
Cina
2.9.2 Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava L.
22
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
sehingga menunjang manfaat dari buah tersebut. Jadi, dengan adanya pektin
jambu biji juga berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol. Buah ini
mengandung likopen, yang memiliki fungsi untuk mencegah kanker, dan juga
melindungi tubuh dari radikal bebas (Budiana, 2013).
2.10 Sirup
2.10.1 Pengertian Sirup
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau
tanpa bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan alat yang
menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya
tidak enak, sirup efektif dalam pemberian obat untuk anak-anak, karena rasanya
yang enak biasanya menghilangkan keengganan pada anak-anak untuk meminum
obat (Ansel, 2005). Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa C12H22O11 tidak kurang dari
64,0% dan tidak lebih dari 66,0% (Farmakope III Anonim, 1979).
Pemanis
Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori
yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori
rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa
sedangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
2.
Pengawet Antimikroba
23
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak
karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan
dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan
aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa
sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
4.
Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama
penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada
warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa.
Ada beberapa alasan mengapa sirup itu berwarana, yaitu: lebih menarik dalam
faktor estetikanya serta untuk menutupi kestabilan fisik obat. Juga banyak sediaan
sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-pelarut
khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator (Ansel, 2005).
2.10.3 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Sirup
Adapun keuntungan dari sediaan sirup yaitu :
1.
2.
24
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
3.
4.
5.
Mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk
anak.
6.
2.
3.
Ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup(Ansel, 2005).
Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini
berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan
25
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
semakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fisik ini digunakan untuk melihat
stabilitas sediaan cair selama penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent
berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang
terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
3.
SUji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup
mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan
warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna
sediaan cair yang disimpan selama waktu tertentu.
404,66 nm (Hg)
26
253,70 nm (Hg)
435,83 nm(Hg)
287,15 nm (Hg)
486,00 nm(D)
302,25 nm (Hg)
486,10 nm(H)
313,16 nm (Hg)
536,30 nm (Ho)
334,15 nm (Hg)
546,07 nm(Hg)
361,50 nm (Ho)
576,96 nm (Hg)
365,48 nm (Hg)
579,07 nm (Hg)
A (1%, 1 cm)
235
122,9hingga 126,2
124,5
257
144,0
Toleransi maksimum
313
48,6
350
serapan minimum pada 266 nm tidak kurang dari 1,5 kecuali dinyatakan lain
dalam monografi.
2.11.6Lebar celah spectral
Jika pengukuran serapan dilakukan pada suatu serapan maksimum dan jika
digunakan instrument yang lebar celahnya variable pada panjang gelombang yang
dipilih, lebar celah tersebut harus kecil dibandingkan dengan setengah lebar pita
serapan. Sekalipun demikian lebar celah itu harus sebesar mungkin untuk
memperoleh intensitas radiasi datang yang tinggi dan harus sedemikian agar
pengurangan lebar celah tidak berakibat pembacaan yang bertambah tinggi.
2.11.7Kuvet
Kuvet atau sel yang dimaksudkan untuk diisi larutan uji dan cairan pelarut, bila
diisi dengan, pelarut yang sama, harus sama. Jika tidak harus dilakukan koreksi
yang tepat. Toleransi bagi tebal kuvet yang digunakan adalah lebih kurang 0,005
cm. Kuvet harus dibersihkan dan diperlakukan dengan hati-hati.
2.11.8Pelarut
Dalam melakukan penngukuran serapan suatu larutan pada panjang gelombang
tertentu, serapan kuvet pembanding dan isinya jangan melebihi 0,4 dan sebaiknya
kurang dari 0,2 bila diukur terhadap udara sebagai pembanding pada panjang
gelombang yang sama. Pelarut dalam kuvetpembanding harus berasal dari bets
yang sama dengan yang dipakai untuk membuat larutan dan harus bebas
fluoresensi pada panjang gelombang pengukuran. Etanol 96% P, digunakan
sebagai pelarut, harus mempunyai serapan tidak lebih dari 0,1 bila diukur dalam
kuvet 1 cm pada 240 nm terhadap air sebagai pembanding
2.11.9Penetapan Serapan
Jika tidak dinyatakan lain, ukur serapan pada panjang gelombang yang ditetapkan
dengan menggunakan kuvet yang panjangnya 1 cm pada suhu 19o hingga 20o. Jika
hal tersebut tidak sesuai untuk instrument tertentu, panjang kuvet dapat diubah
atau sebagai gantinya kadar dapat diubah, asalkan telah ditunjukan bahwa hkum
28
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
beer dipenuhi untuk jangkauan kadar tersebut. Kecuali dinyatakan lain, lakukan
pengukuran terhadap pelarut, yang digunakan untuk membuat larutan uji, sebagai
pembanding. Dalam hal tertentu, pengukuran dilakukan terhadap suatu campuran
pereaksi, sebagai pembanding, rincianya dinyatakan dalam monografi.
Suatu pernyataan dalam suatu penetapan kadar atau pengujian mengenai
panjang gelombang serapan maksimum mengandung implikasi bahwa tersebut
tepat pada atau alam batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditentukan
Jika pada penetapan kadar atau pengujian menggunakan baku pembanding,
lakukan pengukuran spektrofotometri dengan larutan yang dibuat dari baku
pembanding menurut petunjuk resmi dan larutan yang dibuat dari zat uji. Lakukan
pengukuran kedua secepat mungkin setelah pengukuran pertama menggunakan
kuvet dari kondisi pengujian yang sama
Jika tidak dinyatakan lain, persyaratan untuk serapan cahaya dalam pengujian dan
penetapan kadar FI berlaku untuk zat yang dikeringkan atau zat anhidrat dalam
monografi yang diberikan standart susut pengering atau kadar air. Susut pengering
atau kadar air yang ditetapkan menurut metode yang diuraikan dalam monografi
digunakan untuk perhitungan hasil. Pertimbangan yang serupa diberikan apabila
ditetapkan standart untuk kandungan pelarut. Kandungan pelarut harus
diperhitungkan dalam perhitungan hasil (Anonim, 1995).
29
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan penelitian
3.1.1 Alur penelitian
PengumpulanBahan (Kiwi, Naga
Merah, Jambu Biji, dan Sirsak)
Determinasi simplisia
Evaluasi Data
ini
dilakukan
Pengemasan sirup
dengan
menggunakan
metode
eksperimental,
31
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
3.5.2 Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain : kiwi, naga
merah, jambu biji, sirsak, alkohol 99,9%, sorbitol, perasa leci, natrium
benzoat,aquabidest.
32
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
33
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
100 %
b
34
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
Keterangan :
a = Jumlah ekstrak yang dihasilkan (g).
b = Jumlah simplisia awal yang digunakan (g).
35
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
39 gram
60 mg
Perasa Leci
Aquadest
qs
ad 60 ml
36
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
Pengukuran
dilakukan Gambar
dengan 3.Viskometer
menggunakan
viscometer
Oswald.
0
Pengamatan viskositas sirup dilakukan dengan
oswald suhu ruang 25 C yang terlebih
dahulu dihitung berat jenis dengan alat piknometer. Pasang pipa oswald hitung
waktu yang dibutuhkan untuk cairan turun hingga batas pada garis bawah pipa
oswald.
37
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat Ekstrak
Rendemen
Waktu
(g)
Menjadi
ekstrak kering
NO
Pemerian
Hasil Penelitian
Bentuk Ekstrak
Warna
Bau
Rasa
Pedas
pH
Kering
Coklat kemerahan
34.92 gr
8,73%
3 hari
gr;Kubis100
gr;Kembang kol 100
gr;wortel 100 gr)
Keterangan
1.Organoleptis
Bentuk
Agak lembek
39
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
Warna
Coklat
Bau
Khas
2.PH
5
Atas
3.Homogenitas
: Homogen
Tengah : Homogen
Bawah : Homogen
4,5 cm
14 menit
Pada tabel 4.1 diketahui bahwa, ekstrak yang dihasilkan berwarna coklat
kemerahan, bau khas, rasa pedas,pH 5 berbentuk ekstrak kental.Kemudian pada
table4.2 diketahui bahwa simplisia yang digunakan adalah simplisia segar untuk
pembuatan ekstrak dan ditimbang sebanyak 400 gr dimana masing-masing
simplisia ditimbang sebanyak 100 gr (paprika, kubis, kembang kol, dan wortel).
Ekstrak kental yang dihasilkan dari 400 gr simplisia segar sebanyak 34,92 gr dan
rendemen sebanyak 8,73%. Waktu yang dibutuhkan untuk menjadi ekstrak kering
yaitu 3 hari.
Kemudian pada pengujian spektrofotometri dilakukan perbandingan antara
ekstrak sayuran dengan sediaan jus sayuran.Pada sediaan ekstrak sayuran
memiliki panjang gelombang maksimal sebesar 352.50 nm sedangkan pada jus
sayuran memiliki panjang gelombang maksimal 446 nm.
Pada table 4.3 diketahui bahwa evaluasi sediaan salep, menghasilkan sediaan
salep berbentuk agak lembek, berwarna coklat, memiliki bau yang khas, pH 5,
40
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
memiliki sediaan yang homogen, memiliki daya sebar 4,5 cm, dan daya rekat
selama 14 menit.
4.2 Pembahasan
Terdapat berbagai macam metode ekstraksi yang digunakan, ada proses ekstraksi
dengan cara dingin dan cara panas. Pada umumnya proses ekstraksi yang paling
banyak digunakan adalah proses ekstraksi dengan cara dingin yaitu maserasi.
Maerasi merupakan proses ekstraksi yang sangat sederhana, proses maserasi
dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan cairan penyari lalu dilakukan
pengocokan atau pengadukan. Terdapat beberapa keuntungan yang diberikan pada
penggunaan metode maserasi, yaitu cara pengerjaannya yang mudah untuk
dilakukan dan penggunaan alat yang sederhana. Selain itu juga, terdapat beberapa
kerugian menggunakan metode maserasi antara lain karena memerlukan waktu
yang lama dalam pengerjaannya dan pelarut yang digunakan jumlahnya banyak
jika harus dilakukan remaserasi
Pada penelitian ini dibuat ekstrak kental dari empat macam simplisia segar
(paprika, kubis, kembang kol, dan wortel). Pemilihan simplisia segar dikarenakan
mempertimbangkan kandungan kimia yang terkandung di dalam simplisia segar
tersebut akan rusak jika harus dikeringkan terlebih dahulu, terutama kandungan
vitamin c yang merupakan kandungan terbanyak pada simplisia segar tersebut.
Sebelum proses maserasi simplisia segar terlebih dahulu diblender agar menjadi
serbuk basah halus. Hal ini dilakukan agar penyarian oleh pelarut pada proses
maserasi dapat dilakukan secara maksimal karena simplisia yang sudah diblender
halus yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas.
Pada proses maserasi digunakan pelarut etanol 99,99% hal ini dikarenakan
Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari
yang baik harus memenuhi kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil
secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah
terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak
mempengaruhi zat berkhasiat, diperbolehkan oleh peraturanSampai saat ini
berlaku aturan bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alkohol (etanol)
serta campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanol dll. (alkohol turunannya),
41
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
dan
tahap
pemurnian
(fraksinasi).
Khusus
metanol,
dihindari
sayuran berbeda dengan grafik yang dihasilkan jus sayuran. Pada sediaan ekstrak
sayuran memiliki panjang gelombang maksimal sebesar 352.50 nm sedangkan
pada jus sayuran memiliki panjang gelombang maksimal 446 nm.Hal ini
disebabkan karena sayuran yang dijadikan ekstrak telah mengalami berbagai
proses, salah satunya proses pemanasan saat penguapan ekstrak. Proses
pemanasan yang dilakukan akan mempengaruhi stabilitas dari zat yang
terkandung pada sayuran tersebut, memungkinkan zat yang terkandung akan
berkurang atau bahkan rusak oleh pemanasan. Hal ini berbeda dengan sayuran
yang dijus segar kemungkinan rusaknya zat yang terkandung sangat kecilkarena
tidak mengalami proses pemanasan.
Bentuk sediaan yang dibuat pada penelitian ini adalah salep.Sediaan salep dipilih
dikarenakan sayuran yang dijadikan ekstrak berkhasiat untuk penyakit kulit dan
berguna untuk kesehatan kulit. Basis salep yang digunakan adalah basis salep
hidrokarbon, karena basis salep hidrokarbon memiliki keuntungan antara lain
untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalut penutup. Uji organoleptik yang dilakukan sediaan salep esktark sayuran
menunjukan bahwa tipe basis mempengaruhi bentuk dan warna sediaan. Salep
ekstrak sayuran dengan basis hidrokarbon menghasilkan massa salep yang lebih
lembek yang dapat menurunkan vsikositas sehingga dihasilkan konsistensi yang
lembek. Salep ekstrak sayuran berwarna coklat tergantung dari jenis basis yang
digunakan.
Uji PH yang dilakukan pada sediaan salep ekstrak sayuran dilakukan dengan
menggunakan PH stik universal yang dilakukan dengan mencocokan warna yang
diperoleh dengan tabel warna yang ada. Salep ekstrak sayuran memiliki Ph 5
sesuai dengan kulit yaitu 4,5-6,5, sehingga aman untuk digunakan, karena Ph
yang terlalu asam dapat mengiritasi kulit sedangkan pH yang basa dapat
menyebabkan kulit bersisik.
Uji homogenitas yang dilakukan memberikan hasil yang homogen, hal ini dilihat
berdasarkan tidak adanya gumpalan maupun butiran kasar pada sediaan salep
ekstrak
sayuran.Sediaan
salep
yang
homogen
mengindikasikan
bahwa
salep harus homogen dan rata agar tidak menimbulkan iritasidan terdistribusi
merata ketika digunakan
Uji daya sebar dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan salep menyebar pada
kulit, dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk
menjamin pemberian bahan obat yang memuaskan.Perbedaan daya sebar sangat
berpengaruh pada kecepatandifusi zat aktif dalam melewati membran.Semakin
luas membran tempat sediaan menyebar maka koefisien difusi makin besar yang
mengakibatkan difusi obatpun semakin meningkat, semakin besar daya sebar
suatu sediaan salep maka makin baik. Hasil pengukuran daya sebar dapat dilihat
bahwa ekstrak sayuran memiliki daya sebar sebesar 4,5 cm.
UJi daya lekat untuk mengetahui lamanya salep melekat pada kulit selama
pemakaian atau seberapa lama waktu kontak antara salep dengan kulit.Diuji
dengan meletakkan salep diantara obyek glass dan diberi beban 1 kg selama 5
menit.Makin lama waktu yang diperlukan hingga kedua obyek glass terlepas,
maka makin baik daya melekat obat tersebut.Semakin lama salep melekat pada
kulit maka efek yang ditimbulkan juga semakin besar.Salep dikatakan baik jika
daya lekatnya itu besar pada tempat yang diobati (misal kulit), karena obat tidak
mudah lepas sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan.Hasil
pengukuran daya lekat dapat dilihat bahwa ekstrak sayuran memiliki daya lekat
14 menit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
44
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal
5.1 Kesimpulan
1. Rendemen yang dihasilkan yaitu 8,73 %
2. Profil spektrofotometri yang dihasilkan berbeda, antara sayur yang
dijadikan ekstrak dengan yang dijadikan jus. Hal ini terlihat dari grafik
spektrofotometri yang dihasilkan. Pada sediaan ekstrak sayuran memiliki
panjang gelombang maksimal sebesar 352.50 nm sedangkan pada jus
sayuran memiliki panjang gelombang maksimal 446 nm.
3. Evaluasi sediaan salep menghasilkan salep dengan bentuk yang lembek,
warna coklat, bau khas,pH 5, Homogenitas; atas (Homogen), tengah
(Homogen);Bawah(Homogen),Uji daya sebar 4,5 cm, dan uji daya lekat
14 menit
45
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal