Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Buah merupakan sumber vitamin, mineral, dan kaya enzim. Penelitian
membuktikan, mereka yang mengonsumsi buah-buah tertentu, hidup lebih sehat
dan tanpa gangguan penyakit yang berarti. Buah membantu meningkatkan jumlah
energi dan meredakan kelelahan. Buah juga berperan dalam proses detoksifikasi
untuk membuang racun-racun yang ada di dalam tubuh. Dahulu, buah hanya
dianggap sebagai pelengkap makanan. Dengan berkembangnya berbagai
penelitian, terungkap adanya zat kimia aktif dan zat nutrisi yang terkandung di
dalamnya, disebut fitokimia dan fitonutrien, yang berhubungan dengan berbagai
manfaat

kesehatan,

seperti

pencegahan

penyakit,

pengobatan,

sampai

penyembuhan. Selain itu, buah merupakan sumber yang baik dari antioksidan dan
fitokimia, seperti vitamin C, karoten, flavonoid, dan polifenol (Budiana, 2013).
Dampak sembelit biasanya perut anak menjadi kembung, sehingga anak
kehilangan selera makan. Mengonsumsi buah dalam jumlah cukup, membuat anak
terhindar dari gangguan pencernaan. Namun, rasa buah yang terkadang asam
menjadi salah satu alasan anak tidak menyukai buah. Sehingga, banyak orangtua
yang mengeluhkan bahwa anaknya tidak mau mengonsumsi buah, bahkan tidak
jarang para orangtua khususnya ibu menjadi tertekan dan stres karena khawatir
terhadap kecukupan gizi dan vitamin anak (Damayanti, 2013).
Sebagian besar anak malas mengunyah atau malas mengonsumsi buah karena
terburu-buru ingin bermain atau mengerjakan sesuatu. Umumnya mereka juga

1
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

mengunyah makanan secara kasar. Keadaan ini sangat memberatkan kerja


lambung untuk mencerna makanan, sehingga penyerapan nutrisi menjadi tidak
optimal.
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani mengunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Anonim, 1995). Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat
dipandang sebagai bahan awal, bahan antara atau bahan produk jadi
(Anonim,2000).
Mengingat pentingnya buah bagi kesehatan anak, maka ini menjadi tanggung
jawab bagi para orangtua. Salah satu cara menyediakan buah bagi anak-anak
adalah dengan mengolah buah yang telah menjadi ekstrak kedalam bentuk sediaan
yang mudah dikonsumsi serta disukai oleh anak-anak, yaitu bentuk sediaan sirup.
Bentuk sediaan sirup sangat disukai oleh anak-anak karena rasanya yang manis,
serta mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk
anak serta dapat memudahkan anak untuk menelan (Utami, 2000). Mengetahui hal
tersebut, penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul Formulasi Sediaan
Sirup Ekstrak Multi Buah (Kiwi, Naga Merah, Jambu Biji, dan Sirsak) dengan
menggunakan metode penelitian secara eksperimental.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah hasil evaluasiformulasi sediaan sirup ekstrak multi buah (Kiwi,
Naga Merah, Jambu Biji, dan Sirsak)?

2
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

1.3 Tujuan Penelitian


1.3 .2 Tujuan Umum
Ingin mengetahui bagaimanakahformulasi sediaan sirup ekstrak multi buah
(Kiwi, Naga Merah, Jambu Biji, dan Sirsak).
1.3.1 Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah rendemen yang dihasilkan dari proses ekstraksi.
2. Mengetahui profil spektrofotometeri UV-vis dari ekstrak yang dihasilkan
dengan menggunakan spektrofotometri Uv-Vis
3.Mengetahui Formulasi Sediaan Sirup Ekstrak Multi Buah (Kiwi, Naga
Merah, Jambu Biji, dan Sirsak).

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Untuk peneliti
1. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan.
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman melakukanpenelitian.
3. Mendapatkan data ilmiah mengenaipenelitian yang telah penulis lakukan.

1.4.2 Untuk Akademik


1. Sebagai sumber literatur untuk penelitian selanjutnya.
2. Memberikan sumber khasanah bacaan dibidang farmakognosi.

1.4.3 Untuk masyarakat

3
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang penelitian tanaman


obat di bidang farmakognosi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Simplisia
Dalam buku " Materia Medika Indonesia " ditetapkan definisi bahwa simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan(Anonim, 2000).

2.2 Ekstrak

4
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa


aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Anonim,1995).
2.2.1 Bentuk ekstrak
Ekstrak dibuat menjadi beberapa bentuk :
a) Ekstrak cair
Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung
etanol sebagai pelarut atau sebagai bahan pengawet. Jika tidak
dinyatakan lain pada masing-masing monografi tiap ml ekstrak
mengandung senyawa aktif dari 1g simplisia yang memenuhi syarat.
Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan
disaring

atau

bagian

yang

bening

di

enap

tuangkan

(dekantasi)(Anonim,2000).
b) Ekstrak kental
Ekstrak kental adalah ekstrak berbentuk kental yang diperoleh dari
proses penguapan sebagai penyari, hingga memenuhi persyaratan yang
ditetapkan (Anonim, 2013)
c) Ekstrak kering
Ekstrak kering adalah sediaan padat yang didapatkan dengan
penguapan dan pengeringan ekstrak cair. Serbuk ekstrak berisi umumnya
95 % padat dan 5 % air sisa penguapan (Kraft, K., Hobbs, C., 2004).
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak

5
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

2.2.2.1 Faktor biologi


Faktor biologi, baik untuk bahan dari tumbuhan obat asli budidaya (kultivar)
ataupun dari tumbuhan liar (wildcorp) yang meliputi beberapa hal, yaitu :
a) Identitas jenis (species) : jenis tumbuhan dari sudut keseragaman hayati
dapat dikonfirmasi sampai informasi genetik sebagai faktor internal untuk
validasi jenis (species).
b) Lokasi tumbuhan asal : lokasi berarti faktor eksternal, yaitu lingkungan
(tanah dan atmosfer) dimana tumbuhan berinteraksi berupa energi (cuaca,
temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan anorganik).
c) Periode pemanenan hasil tumbuhan : faktor ini merupakan dimensi waktu
dari proses kehidupan tumbuhan terutama metabiolisme sehingga
menentukan senyawa kandungan. Kapan senyawa kandungan mencapai
kadar optimal dari proses biosintesis dan sebaliknya kapan sebelum
senyawa tersebut dikonversi atau dibiotransformasi menjadi senyawa lain.
d) Penyimpanan bahan tumbuhan : Merupakan faktor eksternal yang dapat
diatur karena dapat berpengaruh pada stabilitas bahan serta adanya
kontaminasi (biotik dan abiotik).
e) Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan (Anonim,2000).
2.2.2.2 Faktor kimia
Faktor kimia, baik untuk bahan dari tumbuhan obat hasil budidaya (kultivar)
ataupun dari tumbuhan liar (wild crop), meliputi beberapa hal, yaitu :
a) Faktor internal
1. Jenis senyawa aktif dalam bahan.
2. Komposisi kualitatif senyawa aktif.

6
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

3. Komposisi kuantitatif senyawa aktif.


4. Kadar total rata-rata senyawa aktif.
b) Faktor eksternal
1. Metode ekstraksi.
2. Perbandingan ukuran alat ekstraksi (diameter dan tinggi alat).
3. Ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan.
4. Kandungan logam berat.
5. Kandungan pestisida.
Mutu ekstrak ditinjau dan dipandang dari senyawa kimia yang dikandung di
dalamnya seiring dengan pradigma ilmu kedokteran modern, bahwa respon
biologis yang diakibatkan oleh ekstrak pada manusia disebabkan oleh senyawa
kimia, bukannya dari unsur lain seperti bioenergi dan spiritual (Anonim,2000).
2.2.3 Proses pembuatan ekstrak
2.2.3.1 Pembuatan serbuk simplisia
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia
kering (penyerbukan). Simplisia dibuat serbuk dengan peralatan tertentu sampai
derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak dengan
dasar beberapa hal sebagai berikut :
1. Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif-efisien,
namun makin halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan
untuk tahapan filtrasi.
2. Selama penggunaan peralatan penyerbukandimana ada gerakan dan
interaksi dengan benda keras (logam,dll.) maka akan timbul panas (kalori)
yang dapat mempengaruhi pada senyawa kandungan (Anonim, 2000).

7
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Pada umumnya penyarian akan bertambah dengan baik bila permukaan serbuk
simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Dengan demikian
maka makin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya. Tetapi
dalam pelaksanaannya tidak selalu demikian, karena penyari masih tergantung
juga pada sifat fisik dan kimia simplisia yang bersangkutan (Anonim,1986).
Simplisia yang terlalu halus akan memberikan kesulitan pada proses
penyarian. Serbuk yang terlalu halus akan mempersulit penyaringan, karena butirbutir halus tadi membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil
penyarian. Dengan demikian hasil penyarian tidak murni lagi tetapi tercampur
dengan partikel-partikel halus tadi.
Dinding sel merupakan saringan, sehingga zat yang tidak larut masih tetap
berada dalam sel. Penyerbukan yang terlalu halus menyebabkan banyak dinding
sel yang pecah, sehingga zat yang tidak diinginkan ikut ke dalam hasil penyarian
(Anonim, 1986).
Dalam penyarian bahan berkhasiat yang terdapat dalam bahan tumbuhan obat,
derajat kehalusan merupakan hal yang terpenting. Derajat kehalusan bukan
merupakan faktor tunggal yang mempengaruhi proses pelepasan bahan berkhasiat,
tetapi jumlah dan sifat alami dari bahan pendamping/metabolit primer lain yang
terdapat dalam bahan obat juga memegang peranan penting (Anonim, 2010)

2.2.3.2 Pembasahan
Dinding sel tumbuhan terdiri dari selulosa. Serabut selulosa pada simplisia
segar dikelilingi oleh air. Jika simplisia tersebut dikeringkan, lapisan air menguap

8
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

maka akan terjadi pengerutan, sehingga terjadi pori-pori. Pori-pori pada sel
tersebut diisi oleh udara(Anonim,1986).
Bila serbuk simplisia dibasahi, maka serabut selulosa tadi akan dikelilingi oleh
cairan penyari sehingga simplisia akan membengkak kembali. Pembengkakan
terbesar terjadi pada pelarut yang mengandung gugusan OH dan pembengkakan
tersebut akan makin besar bila perbandingan antara volume gugusan OH dengan
volume molekul pelarut tersebut makin besar.Agar penyarian dapat berjalan
dengan baik, maka udara yang terdapat dalam pori-pori harus dihilangkan dan
diganti dengan cairan penyari.Pembasahan serbuk sebelum dilakukan penyarian
dimaksudkan agar memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan
penyari memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah
penyarian selanjutnya (Anonim, 1986).

2.2.3.3 Penyarian
Pada waktu pembuatan serbuk simplisia, beberapa sel ada yang dindingnya
pecah ada sel yang dindingnya masih utuh. Sel yang dindingnya telah pecah,
proses pembebasan sari tidak ada yang menghalangi. Proses penyarian pada sel
yang dindingnya masih utuh, zat aktif yang terlarut pada cairan penyari untuk
keluar dari sel, harus melewati dinding sel. Peristiwa osmosa dan difusi berperan
pada proses penyarian tersebut (Anonim, 1986).
Peristiwa difusi jauh lebih berpengaruh, bila dibanding dengan peristiwa
osmosa.Tanpa memperhatikan keadaan sel tersebut, maka larutan harus melintasi
lapisan batas antara butir serbuk dengan cairan penyari. Kecepatan melintasi
lapisan batas dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi pemindahan massa

9
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

yaitu derajat perbedaan konsentrasi, tebal lapisan batas, serta koefisien difusi
(Anonim, 1986).
Jika penyarian dilakukan dengan mencelupkan sejumlah serbuk simplisia
begitu saja pada cairan penyari maka penyarian tersebut tidak akan dapat
sempurna karena suatu keseimbangan akan terjadi antara larutan zat aktif yang
terdapat dalam sel dengan larutan zat aktif yang terdapat di luar butir sel (Anonim,
1986).
Penyarian dipengaruhi oleh derajat kehalusan serbuk dan perbedaan
konsentrasi,makin besar perbedaan konsentrasi, makin besar daya dorong tersebut
hingga makin cepat penyarian. Makin kasar serbuk simplisia makin panjang jarak,
sehingga konsentrasi zat aktif yang terlarut dan tertinggal dalam sel makin
banyak. Dengan demikian serbuk simplisia harus dibuat sehalus mungkin dan
dijaga jangan terlalu banyak sel yang pecah. Cairan penyari harus dapat mencapai
seluruh serbuk dan secara terus menerus mendesak larutan yang memiliki
kosentrasi yang lebih tinggi keluar (Anonim,1986).
2.2.3.4 Penyaringan
Menyaring adalah upaya untuk memisahkan zat padat dan zat cair.Pada tingkat
laboratorium untuk menyaring digunakan kertas saring (Anonim, 1986).
2.2.3.5 Pemekatan/Penguapan (Vaporasi dan Evaporasi)
Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solute (senyawa terlarut) secara
penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kondisi kering, ekstrak hanya menjadi
kental/pekat (Anonim,2000).
2.2.3.6 Pengeringan ekstrak

10
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan


serbuk, masa kering-rapuh, tergantung proses dan peralatan yang digunakan.
(Anonim,2000).
2.2.3.7 Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia
awal yang digunakan (Anonim,2000).

2.3 Cairan penyari


Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan
penyari yang baik harus memenuhi kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh,
stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak
mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki,
tidak mempengaruhi zat berkhasiat, diperbolehkan oleh peraturan(Anonim, 1986).
Pelarut organik kurang digunakan dalam penyarian, kecuali dalam proses
penyarian tertentu. Salah satu contoh eter dan minyak tanah digunakan untuk
menarik lemak dari serbuk simplisia sebelum dilakukan proses penyarian. Untuk
penyarian ini Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari
adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat tradisional
masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol-air. Air
dipertimbangkan sebagai penyari karena murah dan mudah diperoleh,stabil,tidak
mudah menguap dan tidak mudah terbakar,tidak beracun,alamiah. Kerugian
penggunaan air sebagai penyari yaitu tidak selektif, sari dapat ditumbuhi kapang
dan kuman serta cepat rusak, untuk pengeringan diperlukan waktu lama (Anonim,
1986).

11
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Air disamping melarutkan garam alkaloid, minyak menguap, glikosida, tanin


dan gula, juga melarutkan gom, pati, protein, lendir, enzim, lilin, lemak, pektin,
zat warna dan asam organik. Dengan demikian penggunaan air sebagai cairan
penyari kurang menguntungkan. Disamping zat aktif ikut tersari, zat lain yang
tidak diperlukanpunikut tersari juga, seperti gom, pati, protein, lemak, enzim,
lendir dan lain-lain. Air merupakan tempat tumbuh bagi kuman, kapang dan
khamir, karena itu pada pembuatan sari dengan air harus ditambah zat pengawet.
Pada beberapa sediaan sering ditambahkan etanol, gliserin, gula atau kloroform.
Air dapat melarutkan enzim. Enzim yang terlarut dengan adanya air akan
menyebabkan reaksi enzimatis, yang mengakibatkan penurunan mutu. Disamping
itu adanya air akan mempercepat proses hidrolisa (Anonim, 1986).
Untuk memekatkan sari, air membutuhkan waktu dan bahan bakar lebih
banyak bila dibandingkan dengan etanol. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari
karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas,
tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada
segala perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
Sedang kerugiannya adalah bahwa etanol mahal harganya. Etanol dapat
melarutkan alkaloida basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin,
antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil, lemak, malam, tanin dan
saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat penganggu yang larut hanya
terbatas (Anonim, 1986).
Untuk meningkatkan penyarian biasanya digunakan campuran antara etanol
dan air. Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang akan
disari. Dari pustaka akan dapat di telusuri kandungannya baik zat aktif maupun

12
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

zat lainnya. Dengan diketahuinya kandungan tersebut dapat dilakukan beberapa


percobaan untuk mencari perbandingan pelarut yang tepat (Anonim, 1986).
Namun demikian kebijakan dan peraturan pemerintah dalam hal ini juga ikut
membatasi, cairan pelarut apa yang diperbolehkan dan mana yang dilarang.
Sampai saat ini berlaku aturan bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air dan
alkohol (etanol) serta campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanol dll. (alkohol
turunannya), heksana dll. (hidrokarbon aliphatik), toluen dll. (hidrokarbon
aromatik), kloroform (dan segolongannya), aseton, umumnya digunakan sebagai
pelarut untuk tahap separasi dan tahap pemurnian (fraksinasi). Khusus metanol,
dihindari penggunaannya (Anonim, 2000).
2.3.1 Alkohol (Aethanolum/etanol)
Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3% b/b dan tidak lebih dari 93,8%
b/b, setera dengan tidak kurang dari 94,9% v/v dan tidak lebih dari 96,0% v/v,
C2H5OH pada suhu 15,560C.Pemerian : cairan mudah menguap, jernih, tidak
berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap
walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 780C, mudah
terbakar.Kelarutan : bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua
pelarut organik (Anonim, 1995).
2.3.1.1 Kadar etanol
Etanol (alkohol) telah digunakan 100 tahun untuk membuat preparasi larutan
obat cair dan tentu saja campuran etanol-air nampak sungguh efisien untuk
ekstraksi dari bermacam-macam variasi dari bahan yang ditemukan dalam
tanaman obat (Mill, S., Bone K., 2000).

13
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Terdapat beberapa jumlah studi pokok-pokok terpenting dari pemilihan yang


benar untuk persentase etanol dalam rangka untuk memaksimalkan kualitas dari
preparasi cair. Studi swiss terutama sekali menemukan bahwa etanol 55 % adalah
persentase optimum untuk mengekstraksi minyak esensial dari chamomile.
Persentase yang terlalu tinggi dari etanol tidak bisa mengekstrak tambahan
minyak apapun dan ada penurunan dalam isi yang padat dari ekstrak, yang
mengindikasikan bahwa komponen yang lain kurang efisien untuk diekstrak (Mill,
S., Bone K., 2000).
Meier menemukan bahwa etanol 40-60% adalah jarak yang optimum untuk
mencapai efisiensi tertinggiekstraksi untuk komponen aktif dari bermacammacam tanaman obat. Sebagai contoh, etanol 25 % tidak sama sekali saponin
dalam daun tumbuhan menjalar dapat diekstrak, tetapi pada etanol 60 %, saponin
maksimal diekstrak (Mill, S., Bone K., 2000).
Berikut ini merupakan dasar garis pedoman untuk pilihan dari persentase
etanol untuk mengoptimalkan aktifitas dari cairan akhir. Etanol 25 % menarik zatzat seperti konstituen yang dapat larut dalam air seperti mucilago, tanin, dan
beberapa glikosida (mencakup beberapa flavonoid dan sedikit saponin). Etanol
45-60% menarik zat-zat seperti minyak esensial, alkaloid, saponin paling banyak,
dan beberapa glikosida. Etanol 90 % menarik zat-zat seperti resin dan oleoresin
(Mill, S., Bone K., 2000).

2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

14
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

2.5 Metode Ekstraksi


2.5.1 Cara dingin
1. Pemerasan Simplisia Segar
Metode pemerasan digunakan untuk simplisia segar berupa umbi, rimpang,
daun dan buah. Pemerasan dapat dilakukan secara langsung dari simplisia
segar berupa bagian tumbuhan seperti umbi (wortel), buah (Mengkudu,
jambu), rimpang (Temulawak, jahe dan kunyit), daun (Katu, bayam). Proses
pemerasan diawali dengan penghancuran simplisia dan jika perlu ditambahkan
air secukupnya, diperas kemudian disaring (Anonim, 2013)
2. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar), secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti
dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti
dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan
maserat pertama, dan seterusnya (Anonim, 2000).
3.

Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan. Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap
maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan

15
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 15 kali bahan (Anonim, 2000).
2.5.2 Cara panas
1. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik
(Anonim, 2000).
2. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40-50C (Anonim, 2000).

3.

Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air.
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 9698C selama waktu tertentu (15-20 menit ) (Anonim, 2000).

4.

Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang Iebih lama (> 30C) dan temperatur
sampai titik didih air (Anonim, 2000).

2.5.3 Metode maserasi

16
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Masukan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus


yang cocok kedalam bejana, tambahkan 75 bagian cairan penyari, tutup bejana,
biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk. Saring, cuci
ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan
kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2
hari, enap tuangkan dan saring, kemudian dilakukan pemekatan diatas waterbath
(Anonim, 1986).

2.6Kiwi (Actinidia deliciosa)


2.6.1 Nama Umum
Indonesia:

Kiwi

Inggris:

Golden Kiwi Fruit

Cina

mi hou tao

2.6.2 Klasifikasi
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Dilleniidae

Ordo

: Theales

Famili

: Actinidiaceae

17
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Genus

: Actinidia

Spesies

: Actinidia chinesis

2.6.3 Kandungan dan Khasiat


Sebuah kiwi berukuran besar (91 g) mengandung 56 kalori; 42% air; 1 g
protein; tanpa lemak; 14 g karbohidrat; 3 g serat; 302 mg kalium; 27 mg
magnesium; 36 mg fosfor; 16 IU vitamin A; 89 mg vitamin; 0,1 mg vitamin B6;
35 g folat; dan 9 g gula alami (fruktosa dan glukosa).
Kiwi sumber vitamin (C, E, dan A), mineral (kalium, magnesium, tembaga,
dan fosfor), polisakarida, dan serat. Buah ini kaya antioksidan dan mengandung
enzim yang serupa dengan papain pada pepaya yang belum matang. Enzim ini
berfungsi untuk mencerna protein dan dapat melunakkan daging. Banyak manfaat
dari kiwi. Diantaranya untuk menyehatkan saluran napas, mengatasi gangguan
saluran napas seperti napas pendek, batuk malam hari, dan napas berbunyi karena
penyempitan saluran napas. Kandungan seratnya yang tinggi berkhasiat sebagai
laksatif sehingga bermanfaat melancarkan buang air besar dan mencegah rasa
penuh di lambung setelah mengonsumsi banyak daging.
Kadar vitamin C yang tinggi dapat mencegah kerusakan kolagen oleh radikal
bebas sehingga mencegah keriput pada kulit. Kiwi juga merangsang pertumbuhan
fibroblast sehingga struktur kulit menjadi kuat. Kandungan polisakarida dapat
membantu menstimulasi pertumbuhan dan peremajaan sel kulit (Budiana, 2013).

2.7 Buah Naga(Hylocereus undatus)


2.7.1 Nama umum

18
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Indonesia : Buah naga, Pitaya


Inggris

: Dragon Fruit

Vietnam : Thanh Long


Thailand : Kaeo Mangkon
2.7.2 Klasifikasi
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Hamamelidae

Ordo: Caryophyllales
Famili: Cactaceae (suku kaktus-kaktusan)
Genus

: Hylocereus

Spesies: Hylocereus undatus


2.7.3 Kandungan dan Khasiat
Buah ini mengandung kadar air sangat tinggi, sekitar 90% dari berat buah.
Rasanya cukup manis karena mengandung kadar gula 13 18 briks. Kandungan
vitamin C - nya sangat tinggi berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh
sehingga bisa membantu menyembuhkan luka/memar. Kandungan vitamin B2
dan B1 dalam buah naga sangat baik untuk meningkatkan metabolisme dan
memulihkan nafsu makan. Buah naga juga dapat mengurangi kadar kolesterol
karena mengandung vitamin B3. Vitamin B1 mencegah demam, vitamin B2
19
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

menambah selera makan, vitamin B3 untuk menurunkan kadar kolesterol, dan


vitmin C menambah kelicinan, kehalusan kulit, serta mencegah jerawat. Buah
naga kaya kalium zat besi, protein, serat, natrium, dan kalsium. Setiap buah naga
merah mengandung protein yang mampu meningkatkan metabolisme tubuh dan
menjaga kesehatan jantung, serat untuk mencegah kanker usus, DM, dan untuk
program diet (Budiana, 2013).

2.8 Sirsak (Annona muricata L.)


2.8.1 Nama Umum
Indonesia :

Sirsak, nangka sabrang, nangka walanda

Inggris

Soursop

Melayu

Durian Belanda, Durian Benggaka

Vietnam :

Mang Cau Xiem

Thailand :

Thurian Thet, Thurian Khaek

Pilipina :

Guyabano, Atti, Illabanos

2.8.2

Klasifikasi

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)


Sub Kelas: Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili: Annonaceae
20
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Genus

: Annona

Spesies

: Annona muricata L

2.8.3

Kandungan dan Khasiat

Zat gizi yang terbanyak dalam sirsak adalah karbohidrat, salah satunya gula
pereduksi (glukosa dan fruktosa) dengan kadar 81,9 93,6%. Vitamin yang paling
dominan adalah vitamin C, sekitar 20 mg per 100 g daging buah. Kandungan
lemak sangat sedikit, hanya 0,3 g. Komposisi dari setiap butir sirsak terdiri atas
67,5% daging yang bisa dimakan; 20% kulit; 8,5% biji; dan 4% hatinya.
Kandungan kimianya yakni, vitamin A, B, C, dan kalsium. Selain itu buah ini
mengandung sukrosa 2,54% dekstrosa 5,05%, dan levulosa 0,04%.
Mengonsumsi 100g daging buah sirsak dapat memenuhi 13% kebutuhan serat
pangan harian. Sirsak memang kaya serat pangan, sekitar mencapai 3,3 g per 100
g daging buah yang dibutuhkan dalam proses pencernaan. Kadar natrium sirsak
sebesar 14 mg. Buah yang kaya senyawa fitokimia ini dapat meningkatkan selera
makan di samping bermanfaat untuk mengatasi nyeri pinggang, wasir, dan batu
empedu. Salah satu unsur kimia annonaceous acetagenin yang terkandung di
dalam sirsak mampu memilih, membedakan, dan membunuh sel kanker (Budiana,
2013).

2.9 Jambu Batu (Psidium guajava L.)


2.9.1 Nama Umum
Indonesia : Jambu batu, Jambu biji, Jambu kluthuk (Jw), giawas (Papua)
Inggris

: Guava

21
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Melayu

: Jambu Batu, Jambu Biji

Vietnam

: Oi

Thailand : Farang
Pilipina

: Bayabas, Guayabas, Kalimbahin, B

Cina

: Fan shi liu gan

2.9.2 Klasifikasi
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Rosidae

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae (suku jambu-jambuan)

Genus

: Psidium

Spesies

: Psidium guajava L.

2.9.3 Kandungan dan Khasiat


Setiap 100 g buah mengandung 83,3 g air; 6,8 g karbohidrat; 1 g protein; 0,4
g lemak; 3,8 g serat; 337 mg vitamin C; dan 0,1 1,8 mg pektin. Kandungan
vitamin C berbeda-beda, dapat mencapai 10 2.000 mg, tergantung varietas.
Kulit dan isi paling banyak mengandung vitamin C. Kandungan vitamin C pada
jambu biji 2 kali lebih banyak dibandingkan pada jeruk manis. Jambu biji
memiliki fungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Buah ini memiliki pektin

22
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

sehingga menunjang manfaat dari buah tersebut. Jadi, dengan adanya pektin
jambu biji juga berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol. Buah ini
mengandung likopen, yang memiliki fungsi untuk mencegah kanker, dan juga
melindungi tubuh dari radikal bebas (Budiana, 2013).

2.10 Sirup
2.10.1 Pengertian Sirup
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau
tanpa bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan alat yang
menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya
tidak enak, sirup efektif dalam pemberian obat untuk anak-anak, karena rasanya
yang enak biasanya menghilangkan keengganan pada anak-anak untuk meminum
obat (Ansel, 2005). Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa C12H22O11 tidak kurang dari
64,0% dan tidak lebih dari 66,0% (Farmakope III Anonim, 1979).

2.10.2 Komponen Sirup


1.

Pemanis
Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori

yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori
rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa
sedangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
2.

Pengawet Antimikroba

23
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat


bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur, yaitu : asam
benzoat (0,1-0,2 %), natrium benzoat (0,1-0,2 %) dan berbagi campuran metil,profil,dan butil paraben (total 0,1 %).
3.

Perasa dan Pengaroma


Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-

bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak
karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan
dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan
aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa
sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
4.

Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan

komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama
penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada
warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa.
Ada beberapa alasan mengapa sirup itu berwarana, yaitu: lebih menarik dalam
faktor estetikanya serta untuk menutupi kestabilan fisik obat. Juga banyak sediaan
sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-pelarut
khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator (Ansel, 2005).
2.10.3 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Sirup
Adapun keuntungan dari sediaan sirup yaitu :
1.

Merupakan campuran yang homogen.

2.

Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.

24
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

3.

Obat lebih mudah diabsorbsi.

4.

Mempunyai rasa manis.

5.

Mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk

anak.
6.

Membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat tablet.

Sedangkan kerugian dari sediaan sirup yaitu :


1.

Ada obat yang tidak stabil dalam larutan.

2.

Volume dan bentuk larutan lebih besar.

3.

Ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup(Ansel, 2005).

2.10.4 Sifat Fisika Kimia Sirup


1.

Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat

dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang


diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar
melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang
diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan
kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus
dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan
perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu
dipertahankan dalam batas tidak lebih dari 0,1 C.
2.

Uji mudah tidaknya dituang

Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini
berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan

25
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

semakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fisik ini digunakan untuk melihat
stabilitas sediaan cair selama penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent
berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang
terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
3.

Uji Intensitas Warna

SUji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup
mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan
warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna
sediaan cair yang disimpan selama waktu tertentu.

2.11. Spektrofotometri UV-Visible


2.11.1 Alat
Spektrofotometri yang sesuai untuk pengukuran di daerah spectrum ultraviolet
dan cahaya tampak terdiri dari suatu system optic dengan kemampuan
menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm hingga 800 nm dan
suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan. Kedua sel yang digunakan
untuk larutan yang diperiksa dan larutan pembanding harus mempunyai
karakteristik spectrum yang sama. Bila digunakan instrument berkas ganda
dengan perekam, sel yang berisi pelarut ditempatkan pada jalur berkas
pembanding.
2.11.2 Kalibrasi panjang gelombang
Skala panjang gelombang dikalibrasi dengan menggunakan serapan maksimum
holmium perklorat LP, spectrum garis lampu hydrogen atau deuterium atau
spectrum garis lampu busur uap raksa yang ditunjukan dibawah ini. Toleransi
yang diperkenankan lebih kurang 1 nm untuk jangkauan 200 nm hingga 400 nm
dan lebih kurang 3 nm untuk jangkauan 400 nm hingga 600 nm,
241,15 nm (Ho)

404,66 nm (Hg)
26

Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

253,70 nm (Hg)

435,83 nm(Hg)

287,15 nm (Hg)

486,00 nm(D)

302,25 nm (Hg)

486,10 nm(H)

313,16 nm (Hg)

536,30 nm (Ho)

334,15 nm (Hg)

546,07 nm(Hg)

361,50 nm (Ho)

576,96 nm (Hg)

365,48 nm (Hg)

579,07 nm (Hg)

2.11.3. Kalibrasi serapan


Periksa serapan dengan menggunkana larutan kalium bikromat P pada panjang
gelombang yang ditunjukan dalam tabel berikut, yang memberikan harga A (1%,
1 cm) secara tepat untuk tiap panjang gelombang serta batas-batas toleransinya
Panjang gelombang (nm)

A (1%, 1 cm)

235

122,9hingga 126,2

124,5

257

144,0

Toleransi maksimum

142,4 hingga 145,7

313

48,6

350

106,6104,9 hingga 108,2

47,0 hingga 50,3

2.11.4 Batas jumlah cahaya yang menyimpang


Cahaya yang menyimpang dapat dideteksi pada suatu panjang gelombang tertentu
dengan filter atau larutan yang sesuai. Misalnya, serapan larutan kalium klorida P
1,2 % dalam sel yang panjangnya 1 cm harus lebih dari 2,0 pada 200 nm, bila
dibandingkan dengan air sebagai cairan pembanding.
2.11.5 Daya resolusi
Jika dinyatakan dalam monografi, rekam spectrum larutan toluene p 0,020% v/v
dalam heksana P. Perbandingan serapan maksimum pada 269 nm terhadap
27
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

serapan minimum pada 266 nm tidak kurang dari 1,5 kecuali dinyatakan lain
dalam monografi.
2.11.6Lebar celah spectral
Jika pengukuran serapan dilakukan pada suatu serapan maksimum dan jika
digunakan instrument yang lebar celahnya variable pada panjang gelombang yang
dipilih, lebar celah tersebut harus kecil dibandingkan dengan setengah lebar pita
serapan. Sekalipun demikian lebar celah itu harus sebesar mungkin untuk
memperoleh intensitas radiasi datang yang tinggi dan harus sedemikian agar
pengurangan lebar celah tidak berakibat pembacaan yang bertambah tinggi.
2.11.7Kuvet
Kuvet atau sel yang dimaksudkan untuk diisi larutan uji dan cairan pelarut, bila
diisi dengan, pelarut yang sama, harus sama. Jika tidak harus dilakukan koreksi
yang tepat. Toleransi bagi tebal kuvet yang digunakan adalah lebih kurang 0,005
cm. Kuvet harus dibersihkan dan diperlakukan dengan hati-hati.
2.11.8Pelarut
Dalam melakukan penngukuran serapan suatu larutan pada panjang gelombang
tertentu, serapan kuvet pembanding dan isinya jangan melebihi 0,4 dan sebaiknya
kurang dari 0,2 bila diukur terhadap udara sebagai pembanding pada panjang
gelombang yang sama. Pelarut dalam kuvetpembanding harus berasal dari bets
yang sama dengan yang dipakai untuk membuat larutan dan harus bebas
fluoresensi pada panjang gelombang pengukuran. Etanol 96% P, digunakan
sebagai pelarut, harus mempunyai serapan tidak lebih dari 0,1 bila diukur dalam
kuvet 1 cm pada 240 nm terhadap air sebagai pembanding
2.11.9Penetapan Serapan
Jika tidak dinyatakan lain, ukur serapan pada panjang gelombang yang ditetapkan
dengan menggunakan kuvet yang panjangnya 1 cm pada suhu 19o hingga 20o. Jika
hal tersebut tidak sesuai untuk instrument tertentu, panjang kuvet dapat diubah
atau sebagai gantinya kadar dapat diubah, asalkan telah ditunjukan bahwa hkum
28
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

beer dipenuhi untuk jangkauan kadar tersebut. Kecuali dinyatakan lain, lakukan
pengukuran terhadap pelarut, yang digunakan untuk membuat larutan uji, sebagai
pembanding. Dalam hal tertentu, pengukuran dilakukan terhadap suatu campuran
pereaksi, sebagai pembanding, rincianya dinyatakan dalam monografi.
Suatu pernyataan dalam suatu penetapan kadar atau pengujian mengenai
panjang gelombang serapan maksimum mengandung implikasi bahwa tersebut
tepat pada atau alam batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditentukan
Jika pada penetapan kadar atau pengujian menggunakan baku pembanding,
lakukan pengukuran spektrofotometri dengan larutan yang dibuat dari baku
pembanding menurut petunjuk resmi dan larutan yang dibuat dari zat uji. Lakukan
pengukuran kedua secepat mungkin setelah pengukuran pertama menggunakan
kuvet dari kondisi pengujian yang sama
Jika tidak dinyatakan lain, persyaratan untuk serapan cahaya dalam pengujian dan
penetapan kadar FI berlaku untuk zat yang dikeringkan atau zat anhidrat dalam
monografi yang diberikan standart susut pengering atau kadar air. Susut pengering
atau kadar air yang ditetapkan menurut metode yang diuraikan dalam monografi
digunakan untuk perhitungan hasil. Pertimbangan yang serupa diberikan apabila
ditetapkan standart untuk kandungan pelarut. Kandungan pelarut harus
diperhitungkan dalam perhitungan hasil (Anonim, 1995).

29
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan penelitian
3.1.1 Alur penelitian
PengumpulanBahan (Kiwi, Naga
Merah, Jambu Biji, dan Sirsak)
Determinasi simplisia

Persiapan alat dan bahan


penelitian
30
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Pembuatan ekstrak Campuran buah-buahan


(Kiwi, Naga Merah,Jambu Biji, dan Sirsak)

Penimbangan ekstrak kentalyang


dihasilkan (g)

Perhitungan rendemen (%)

Uji profil spektrofotometri


dengan spektrofotometer UV-vis

Pembuatan sediaan sirup

Evaluasi sediaan sirup


(Organoleptis, pH, Viskositas)

Evaluasi Data

3.2 Jenis penelitian


Penelitian

ini

dilakukan

Pengemasan sirup
dengan

menggunakan

metode

eksperimental,

menampilkan data-data yang diperoleh setelah adanya perlakuan terhadap sampel.

3.3 Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah DKI Jakarta
(LABKESDA) dan Laboratorium Institut Sains dan Teknologi AL-Kamalpada
bulanAgustus.

31
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

3.4 Populasi dan sampel


3.4.1 Populasi
Populasi buah-buahan berasal dari pasar kelender dan supermarket yang
berada diwilayah Jakarta timur
3.4.2 Sampel
Sampelyangdigunakanadalah buah naga merah, kiwi, biji jambu, dan
sirsakyang dibelidari pasar klender dan supermarket yang berada diwilayah
Jakarta timur

3.5 Alat dan bahan penelitian


3.5.1 Alat
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain : Erlenmeyer 2000 ml,
Erlenmeyer 500 ml, beaker glass 2000 ml, kertas saring, Corong, saringan,
alumunium foil, tissue, rotary evaporator, cawan penguap, batang pengaduk,
gelas ukur 500 ml, Spektrofotometri UV-Vis., labu ukur (500 ml, 100 ml, 50 ml),
pipet, spatula logam, kaca arloji, lumpang, alu,vial kaca coklat, botol kaca coklat
60 ml, kertas pengukur pH, piknometer, viscometer oswald.

3.5.2 Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain : kiwi, naga
merah, jambu biji, sirsak, alkohol 99,9%, sorbitol, perasa leci, natrium
benzoat,aquabidest.

3.6 Batasan Variabel Operasional

32
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

3.6.1 Variabel Bebas


Variabel bebas dari penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak yang ditambahkan
untuk menghasilkan sirup yang stabil.
3.6.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah evaluasi sediaan sirup yang
meliputi organoleptis, pH, dan viskositas.
3.6.3 Variabel Terkendali
Variabel terkendali pada penelitian ini adalah proses pembuatan sirup ekstrak
multi buah (kiwi, naga merah, jambu biji, dan sirsak), yaitu dengan metode
dingin.

3.7 Prosedur penelitian


3.7.1 Metode maserasi
Maerasi dibuat dengan cara :
1. Menimbang bahan yang akan digunakan (kiwi, naga merah, jambu biji, dan
sirsak) masing-masing ditimbang 100 gr
2. Bahan (kiwi, naga merah, jambu biji, dan sirsak) dipotong-potong kemudian
di blender menjadi halus
3. Memasukanbahan yang sudah di blender kedalambejana maserasi(Erlenmeyer
2000 ml)

33
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

4. Menambahkan cairan penyari (Etanol 99,9%)kedalam bejana maserasi


(Erlenmeyer 2000 ml) sebanyak 2 liter,Kemudian tutup bejana dengan kertas
alumunium foil, rendam selama 6 jam sambil sesekali diaduk dan diamkan
selama 24 jam.
5. Setelah 24 jam pindahkan maserat kedalam wadah (Beaker glass 2000 ml)
melalui kertas saring sambil ampasnya diperas.
6. Setelah itu kumpulkan maserat lalu masukan kedalam labu evaporator
rotarykemudian diuapkan dengan suhu 600C hingga diperoleh ekstrak kental.
7. Setelah ekstrak menjadi kental, pindahkan kedalam cawan penguapkemudian
masukan ke dalam vial kaca coklat.
8. Setelah itu ekstrak kental ditimbang, sebelumnya vial kaca coklat kosong
ditimbang terlebih dahulu.
9. Kemudian menghitung rendemen yang dihasilkan.
10. Setelah itu dilakukan uji profil spektofotometri dengan spektrofotometer UVVis
11. Membuat sediaan sirup dengan ekstrak kental tersebut dan melakukan
evaluasi sirup
12. Membuat desain kemasan sirup dan mengemasnya.

3.8Pengolahan dan analisa data


Pengolahan data dilakukan dengan cara pemasukan dan pengolahan data secara
manual.Analisa data, dengan menghitung rendemen menggunakan rumus :

100 %

b
34
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Keterangan :
a = Jumlah ekstrak yang dihasilkan (g).
b = Jumlah simplisia awal yang digunakan (g).

3.9Uji profil Spektrofotometri dengan spektrofotometerUV-Vis


1. Uji profil kandungan kimia jus buah-buahan
a) Menimbang buah-buahan (kiwi, naga merah, jambu biji, dan sirsak) masingmasing sebanyak 100 gr, kemudian diblender hingga halus dan disaring
filtratnya.
b) Dipipet sebanyak 1 ml larutan jus kemudian di masukan ke labu ukur 100 ml
ad etanol 96% hingga 100 ml
c) Pipet kedalam kuvet dari larutan baku induk yang telah dibuat (labu ukur
100 ml)
d) Kemudian dihitung panjang gelombangnya
2. Uji profil kandungan kimia ekstrak buah-buahan
a) Dipipet sebanyak 1 ml larutan ekstrak kemudian di masukan ke labu ukur
100 ml ad etanol 96% hingga 100 ml
b) Pipet kedalam kuvet dari larutan baku induk yang telah dibuat (labu ukur
100 ml)
c) Kemudian dihitung panjang gelombangnya

3.10 Pembuatan sirup

35
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

3.10.1 Cara pembuatan Sirup


R/ Ekstrak buah-buahan (Kiwi, Naga merah, Sirsak, Jambu biji) gram
Sorbitol
Natrium Benzoat

39 gram
60 mg

Perasa Leci
Aquadest

qs
ad 60 ml

1. Timbang bahan (ekstrak kental buah-buahan, sorbitol, natrium benzoat)


2. Larutkan ekstrak kental buah-buahan 4,8gramkedalam 5 ml aquadest (Larutan
A)
3. Campurkan larutan A dengan sorbitol 39 gram (Larutan B)
4. Larutkan natrium benzoat 60 mg (0,1 %) kedalam 5 ml aquadest, kemudian
masukkan kedalam larutan B (Larutan C)
5. Aduk secara perlahan-lahan, tambahkan perasa leci aduk ad homogen.
6. Tambahkan aquadest ad 60 ml.
7. Kemudian larutan disaring dan dimasukkan kedalam botol kaca coklat 60 ml.
8. Masukkan sediaan sirup kedalam kemasan.
3.10.2 Evaluasi Sediaan Sirup
3.10.2.1 Uji Organoleptis
Pengujian organoleptis meliputi bentuk, bau, rasa, dan warna sirup sediaan
dilakukan selama 4 minggu dengan di pantau selama setiap minggu dengan suhu
ruang 250 C.
3.10.2.2 Uji pH

36
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Pengukuran pH dilakukan dengan pH stik. kemudian pH stik dicelupkan selama 1


menit. Perubahan warna yang terjadi pada pH stik menunjukkan nilai pH dari
sirup
3.10.2.3Berat Jenis
Berat jenis dihitung dengan menggunakan alat piknometer, tujuan adanya
perhitungan berat jenis agar bisa mengetahui viskositas dari suatu sediaan yang
akan di buat.
(Berat pikno + sirup) (Berat pikno kosong)
(Berat pikno + air) (Berat pikno kosong)
3.9.2.4 Uji Viskositas

Pengukuran

dilakukan Gambar
dengan 3.Viskometer
menggunakan

viscometer

Oswald.

0
Pengamatan viskositas sirup dilakukan dengan
oswald suhu ruang 25 C yang terlebih

dahulu dihitung berat jenis dengan alat piknometer. Pasang pipa oswald hitung
waktu yang dibutuhkan untuk cairan turun hingga batas pada garis bawah pipa
oswald.

37
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data hasil penelitian yang disajikan pada
table sebagai berikut
Tabel 4.1 Organoleptis Ekstrak
38
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Tabel 4.2 Rendemen Ekstrak


No

Berat simplisia (g)

Berat Ekstrak

Rendemen

Waktu

(g)

Menjadi
ekstrak kering

NO

Pemerian

Hasil Penelitian

Bentuk Ekstrak

Warna

Bau

Bau menyengatkhas paprika

Rasa

Pedas

pH

Kering
Coklat kemerahan

400 gr (Paprika 100

34.92 gr

8,73%

3 hari

gr;Kubis100
gr;Kembang kol 100
gr;wortel 100 gr)

Tabel 4.3 Evaluasi Salep


Evaluasi Salep

Keterangan

1.Organoleptis
Bentuk

Agak lembek

39
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Warna

Coklat

Bau

Khas

2.PH

5
Atas

3.Homogenitas

: Homogen

Tengah : Homogen
Bawah : Homogen

4.Uji Daya sebar

4,5 cm

5.Uji daya rekat

14 menit

Pada tabel 4.1 diketahui bahwa, ekstrak yang dihasilkan berwarna coklat
kemerahan, bau khas, rasa pedas,pH 5 berbentuk ekstrak kental.Kemudian pada
table4.2 diketahui bahwa simplisia yang digunakan adalah simplisia segar untuk
pembuatan ekstrak dan ditimbang sebanyak 400 gr dimana masing-masing
simplisia ditimbang sebanyak 100 gr (paprika, kubis, kembang kol, dan wortel).
Ekstrak kental yang dihasilkan dari 400 gr simplisia segar sebanyak 34,92 gr dan
rendemen sebanyak 8,73%. Waktu yang dibutuhkan untuk menjadi ekstrak kering
yaitu 3 hari.
Kemudian pada pengujian spektrofotometri dilakukan perbandingan antara
ekstrak sayuran dengan sediaan jus sayuran.Pada sediaan ekstrak sayuran
memiliki panjang gelombang maksimal sebesar 352.50 nm sedangkan pada jus
sayuran memiliki panjang gelombang maksimal 446 nm.
Pada table 4.3 diketahui bahwa evaluasi sediaan salep, menghasilkan sediaan
salep berbentuk agak lembek, berwarna coklat, memiliki bau yang khas, pH 5,
40
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

memiliki sediaan yang homogen, memiliki daya sebar 4,5 cm, dan daya rekat
selama 14 menit.

4.2 Pembahasan
Terdapat berbagai macam metode ekstraksi yang digunakan, ada proses ekstraksi
dengan cara dingin dan cara panas. Pada umumnya proses ekstraksi yang paling
banyak digunakan adalah proses ekstraksi dengan cara dingin yaitu maserasi.
Maerasi merupakan proses ekstraksi yang sangat sederhana, proses maserasi
dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan cairan penyari lalu dilakukan
pengocokan atau pengadukan. Terdapat beberapa keuntungan yang diberikan pada
penggunaan metode maserasi, yaitu cara pengerjaannya yang mudah untuk
dilakukan dan penggunaan alat yang sederhana. Selain itu juga, terdapat beberapa
kerugian menggunakan metode maserasi antara lain karena memerlukan waktu
yang lama dalam pengerjaannya dan pelarut yang digunakan jumlahnya banyak
jika harus dilakukan remaserasi
Pada penelitian ini dibuat ekstrak kental dari empat macam simplisia segar
(paprika, kubis, kembang kol, dan wortel). Pemilihan simplisia segar dikarenakan
mempertimbangkan kandungan kimia yang terkandung di dalam simplisia segar
tersebut akan rusak jika harus dikeringkan terlebih dahulu, terutama kandungan
vitamin c yang merupakan kandungan terbanyak pada simplisia segar tersebut.
Sebelum proses maserasi simplisia segar terlebih dahulu diblender agar menjadi
serbuk basah halus. Hal ini dilakukan agar penyarian oleh pelarut pada proses
maserasi dapat dilakukan secara maksimal karena simplisia yang sudah diblender
halus yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas.
Pada proses maserasi digunakan pelarut etanol 99,99% hal ini dikarenakan
Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari
yang baik harus memenuhi kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil
secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah
terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak
mempengaruhi zat berkhasiat, diperbolehkan oleh peraturanSampai saat ini
berlaku aturan bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alkohol (etanol)
serta campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanol dll. (alkohol turunannya),
41
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

heksana dll. (hidrokarbon aliphatik), toluen dll. (hidrokarbon aromatik), kloroform


(dan segolongannya), aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap
separasi

dan

tahap

pemurnian

(fraksinasi).

Khusus

metanol,

dihindari

penggunaannya (Anonim, 2000). Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena


lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak
beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala
perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Sedang
kerugiannya adalah bahwa etanol mahal harganya. Etanol dapat melarutkan
alkaloida basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon,
flavonoid, steroid, damar dan klorofil, lemak, malam, tanin dan saponin hanya
sedikit larut. Dengan demikian zat penganggu yang larut hanya terbatas (Anonim,
1986).
Untuk meningkatkan penyarian biasanya digunakan campuran antara etanol dan
air. Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang akan disari.
Dari pustaka akan dapat di telusuri kandungannya baik zat aktif maupun zat
lainnya. Dengan diketahuinya kandungan tersebut dapat dilakukan beberapa
percobaan untuk mencari perbandingan pelarut yang tepat (Anonim, 1986).
Pada penelitian ini digunakan etanol 99,99% karena penggunaan etanol 99,99%
memiliki beberapa keuntungan sebab mudah untuk diuapkan sehingga proses
untuk menjadi ekstrak kental lebih cepat.Alasan lain penggunaan etanol 99,99%
yaitu mempertimbangkan faktor stabilitas dari senyawa kimia atau kandungan
kimia yang berada di dalam simplisia tersebut yang tidak tahan panas atau rusak
oleh paparan panas saat proses penguapan ekstrak, terutama vitamin c yang
merupakan kandungan yang tertinggi pada simplisia tersebut.
Pada proses pengemasan ekstrak kental agar dihindari cahaya matahari dan
disimpan terlindung dari sinar matahari karena sifat dari vitamin c mudah
teroksidasi
Prosesuji profil spektrofotometri dengan spektrofotometer uv-vis dilakukan
dengan membandingkan antara sayuran yang telah dibuat ekstrak dengan sayuran
segar yang dijus. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah profil kandungan kimia
yang terdapat pada sayuran sama ketika sayuran dijadikan ekstrak dan dijadikan
jus. Pada hasil spektrofotometri menunjukan bahwa grafik yang dihasilkan ekstrak
42
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

sayuran berbeda dengan grafik yang dihasilkan jus sayuran. Pada sediaan ekstrak
sayuran memiliki panjang gelombang maksimal sebesar 352.50 nm sedangkan
pada jus sayuran memiliki panjang gelombang maksimal 446 nm.Hal ini
disebabkan karena sayuran yang dijadikan ekstrak telah mengalami berbagai
proses, salah satunya proses pemanasan saat penguapan ekstrak. Proses
pemanasan yang dilakukan akan mempengaruhi stabilitas dari zat yang
terkandung pada sayuran tersebut, memungkinkan zat yang terkandung akan
berkurang atau bahkan rusak oleh pemanasan. Hal ini berbeda dengan sayuran
yang dijus segar kemungkinan rusaknya zat yang terkandung sangat kecilkarena
tidak mengalami proses pemanasan.
Bentuk sediaan yang dibuat pada penelitian ini adalah salep.Sediaan salep dipilih
dikarenakan sayuran yang dijadikan ekstrak berkhasiat untuk penyakit kulit dan
berguna untuk kesehatan kulit. Basis salep yang digunakan adalah basis salep
hidrokarbon, karena basis salep hidrokarbon memiliki keuntungan antara lain
untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalut penutup. Uji organoleptik yang dilakukan sediaan salep esktark sayuran
menunjukan bahwa tipe basis mempengaruhi bentuk dan warna sediaan. Salep
ekstrak sayuran dengan basis hidrokarbon menghasilkan massa salep yang lebih
lembek yang dapat menurunkan vsikositas sehingga dihasilkan konsistensi yang
lembek. Salep ekstrak sayuran berwarna coklat tergantung dari jenis basis yang
digunakan.
Uji PH yang dilakukan pada sediaan salep ekstrak sayuran dilakukan dengan
menggunakan PH stik universal yang dilakukan dengan mencocokan warna yang
diperoleh dengan tabel warna yang ada. Salep ekstrak sayuran memiliki Ph 5
sesuai dengan kulit yaitu 4,5-6,5, sehingga aman untuk digunakan, karena Ph
yang terlalu asam dapat mengiritasi kulit sedangkan pH yang basa dapat
menyebabkan kulit bersisik.
Uji homogenitas yang dilakukan memberikan hasil yang homogen, hal ini dilihat
berdasarkan tidak adanya gumpalan maupun butiran kasar pada sediaan salep
ekstrak

sayuran.Sediaan

salep

yang

homogen

mengindikasikan

bahwa

ketercampuran dari bahan-bahan salep serta ekstrak sayuranyang digunakan baik


sehingga tidak didapati gumpalan atau butiran kasar pada sediaan. Suatu sediaan
43
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

salep harus homogen dan rata agar tidak menimbulkan iritasidan terdistribusi
merata ketika digunakan
Uji daya sebar dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan salep menyebar pada
kulit, dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk
menjamin pemberian bahan obat yang memuaskan.Perbedaan daya sebar sangat
berpengaruh pada kecepatandifusi zat aktif dalam melewati membran.Semakin
luas membran tempat sediaan menyebar maka koefisien difusi makin besar yang
mengakibatkan difusi obatpun semakin meningkat, semakin besar daya sebar
suatu sediaan salep maka makin baik. Hasil pengukuran daya sebar dapat dilihat
bahwa ekstrak sayuran memiliki daya sebar sebesar 4,5 cm.
UJi daya lekat untuk mengetahui lamanya salep melekat pada kulit selama
pemakaian atau seberapa lama waktu kontak antara salep dengan kulit.Diuji
dengan meletakkan salep diantara obyek glass dan diberi beban 1 kg selama 5
menit.Makin lama waktu yang diperlukan hingga kedua obyek glass terlepas,
maka makin baik daya melekat obat tersebut.Semakin lama salep melekat pada
kulit maka efek yang ditimbulkan juga semakin besar.Salep dikatakan baik jika
daya lekatnya itu besar pada tempat yang diobati (misal kulit), karena obat tidak
mudah lepas sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan.Hasil
pengukuran daya lekat dapat dilihat bahwa ekstrak sayuran memiliki daya lekat
14 menit.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
44
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

5.1 Kesimpulan
1. Rendemen yang dihasilkan yaitu 8,73 %
2. Profil spektrofotometri yang dihasilkan berbeda, antara sayur yang
dijadikan ekstrak dengan yang dijadikan jus. Hal ini terlihat dari grafik
spektrofotometri yang dihasilkan. Pada sediaan ekstrak sayuran memiliki
panjang gelombang maksimal sebesar 352.50 nm sedangkan pada jus
sayuran memiliki panjang gelombang maksimal 446 nm.
3. Evaluasi sediaan salep menghasilkan salep dengan bentuk yang lembek,
warna coklat, bau khas,pH 5, Homogenitas; atas (Homogen), tengah
(Homogen);Bawah(Homogen),Uji daya sebar 4,5 cm, dan uji daya lekat
14 menit

45
Jurusan Farmasi Istitut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Anda mungkin juga menyukai