Genap/2017 1
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak kacang tanah seperti juga minyak nabati lainnya merupakan salah
satu kebutuhan manusia, yang dipergunakan baik sebagai bahan pangan (edible
purpose) maupun bahan non pangan. Sebagai bahan pangan minyak kacang tanah
digunakan untuk minyak goreng, bahan dasar pembuatan margarin mayonaise,
salad dressing, mentega putih (shortening) dan mempunyai keunggulan bila
dibandingkan dengan minyak jenis lainnya karena dapat dipakai berulang-ulang
untuk menggoreng bahan pangan. Sebagai bahan non pangan, minyak kacang
tanah digunakan dalam industri sabun, face cream, shavingcream, pencuci rambut
dan bahan kosmetik lainnnya. Dalam bidang farmasi minyak kacang tanah dapat
dipergunakan untuk campuran pembuatan adrenalin dan obat asma.
Minyak kasar hasil ekstraksi selalu mengandung asam lemak bebas
sebagai hasil aktifitas enzim lipase terhadap gliserida selama minyak tersebut
disimpan.Besarnya asam lemak tersebut digunakan sebagai ukuran kualitas
minyak.Makin besar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak tersebut
maka kualitasnya makin rendah. Minyak atau lemak yang disimpan pada kondisi
penyimpanan yang tidak baik apabila diolah atau dimanfaatkan akan dihasilkan
minyak atau lemak dengan kandungan asam lemak bebas tinggi.
Penelitian ini bertujuan mempelajari kondisi optimum dari pengaruh
volume pelarut dan suhu ekstraksi pada proses ekstraksi minyak kacang tanah
secara batch dengan menggunakan pelarut n-heksana. Penelitian ini diharapkan
bermanfaat untuk mengetahui dan mempraktekkan secara langsung cara
pengambilan minyak dari kacang tanah dengan proses ekstraksi. Sealin itu dapat
digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
membagi sebuah zat terlarut diantara dua pelarut. Hal ini dilakukan untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain. Ekstraksi sangat
berperan penting dalam bidang industri untuk penentuan kadar kafein dalam
produksi teh kering atau pun bahan lain yang mengandung kafein.
BAB II
LANDASAN TEORI
Sekarang pemanfaatan kacang tanah makin luas dari minyak nabati hingga selai.
Kandungan minyak yang terdapat di dalam kacang tanah cukup tinggi yaitu berkisar
antara 40-50% dan merupakan minyak nabati yang bebas kolesterol. Karena kandungan
minyaknya cukup tinggi maka kacang tanah merupakan sumber minyak yang penting
(http://kompas-cetak/ekonomi/htm, 2008).
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari
Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh
orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di benua Amerika penanaman berkembang
yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang tanah ini pertama kali masuk ke
Indonesia pada awal abad 17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari
kacang tanah adalah kacang una, kacang jebrol, kacang Bandung, kacang Tuban dan
kacang kole. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah peanut atau groudnut (Susanto,
2008). Tanaman kacang tanah dapat dilihat pada Gambar 2.1. Berikut ini klasifikasi
kacang tanah Susanto (2008):
Tabel 2.1 Sifat- sifat Fisika dan Kimia Minyak Kacang Tanah
SIFAT KISARAN
Bilangan asam 0,08 – 0,6
Bilangan penyabunan 188,0 – 195,0
Bilangan Iod 84,0 – 102,0
Bilangan hidroksil 2,5 – 9,5
Bilangan Reichert- 0.2 – 1,0
Meissl
Bilangan Polenske 0,2 – 0,7
Bilangan thioanogen 67,0 – 73,0
Indeks bias nD 40 C 1,4605 –
Bobot jenis 15/15 C –
1,4645
Bobot jenis 25/25 C 0,91 – 0,0915
Zat tak tersabunkan 0,2 – 0,8
Sumber: Bailey (1996)
a. Wet rendering
Proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya
proses tersebut. Proses ini dilakukan pada ketel terbuka atau tertutup dengan
menggunakan suhu tinggi dan tekanan uap 40-60 psi selama 4-6 jam. Alat yang
digunakan untuk wet rendering adalah autoklaf atau digester untuk menghasilkan
minyak atau lemak dalam jumlah besar.
b. Dry rendering
Proses rendering yang dilakukan tanpa dilengkapi steam jacket dan pengaduk.
Bahan yang akan di ekstrak dipanasi sambil di aduk pada suhu 105 – 110oC. ampas
bahan yang telah diambil minyaknya akan mengendap di dasar ketel. Pengambilan
minyak dilakukan dari bagian atas ketel.
Ekstraksi adalah proses pemisahan dua zat atau lebih dengan pelarut yang tidak
saling campur, bisa dari zat cair ke zat cair atau dari zat padat ke zat cair (Harborne,
1984).
Ekstraksi biasanya dilakukan untuk mengisolasi suatu senyawa alam dari jaringan
asli tumbuh-tumbuhan yang sudah dikeringkan (Kusnaeni, 2008).
Ekstraksi padat-cair merupakan proses pemisahan zat padat yang terlarut dari
campurannya dengan pelarut yang tidak saling larut. Pemisahan umumnya melibatkan
pemutusan yang selektif, dengan atau tanpa difusi (Perry, 1997).
Ekstraksi padat-cair dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara Soklet dan
perkolasi dengan atau tanpa pemanasan. Cara lain yang lebih sederhana untuk
mengekstrak zat aktif dari padatan adalah dengan maserasi. Maserasi merupakan proses
perendaman sampel dengan pelarut organik pada temperatur waktu ruangan. Teknik ini
dilakukan untuk mengekstrak jaringan tanaman yang belum diketahui kandungan
senyawanya yang mungkin bersifat tidak tahan panas (Harborne, 1984).
Prinsip teknik pemisahan secara maserasi adalah prinsip kelarutan like dissolve
like yang mana pelarut polar akan melarutkan senyawa polar, dan pelarut nonpolar akan
melarutkan senyawa nonpolar. Oleh karena itu, pemilihan pelarut sangat berpengaruh
terhadap hasil ektraksi. Pelarut yang digunakan harus dapat menarik komponen yang
diinginkan semaksimal mungkin. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih
pelarut antara lain: selektivitas, sifat pelarut dan kemampuan mengekstraksi, tidak
toksik, mudah diuapkan dan relatif murah. Pelarut untuk ekstraksi maserasi yang
umumnya digunakan antara lain: etil asetat, etanol, aseton dan air (Simpen, 2008).
Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk praperlakuan sampel untuk
memisahkan senyawa yang diukur dari komponen-komponen pengotor yang mungkin
akan mengganggu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit. Di samping itu, ekstraksi
pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksinya. Kebanyakan
ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah dalam waktu beberapa menit.
Akan tetapi untuk efektifitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1),
ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada larutan sampel
secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan dengan refluks menggunakan alat yang
didesain secara khusus (Kealey and Haines, 2002).
ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada
bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut
baru. Sedangkan kerugiannya ada-lah jika sampel dalam perkolator tidak homogen
maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga
membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu.
a. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
b. Digunakan pelarut yang lebih sedikit
c. Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
biasa berada dalam wujud cair, sedangkan lemak dalam suhu kamar berwujud padat
(Rohman dan Sudjadi, 2004).
sedikit larut dalam alkohol, tetapi akan melarut sempurna dalam etil eter, karbon
disulfida dan pelarut-pelarut halogen (Ketaren, 2008).
4. Titik didih (boiling point) dari asam-asam lemak akan meningkat dengan
8. Bobot jenis dari minyak biasanya ditentukan pada temperatur 25oC, akan tetapi
dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40 oC atau 60oC
untuk lemak yang titik cairnya tinggi (Ketaren, 2008).
9. Titik kekeruhan (turbidity point) ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran
Apabila minyak dipanaskan dapat dilakukan penetapan titik asap, titik nyala dan titik
api. Titik asap adalah temperatur pada saat minyak menghasilkan asap tipis kebiru-biruan
pada pemanasan. Titik nyala adalah temperatur pada saat campuran uap dari minyak
dengan udara mulai terbakar. Sedangkan titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan
pembakaran yang terus-menerus sampai habisnya contoh uji (Ketaren, 2008).
minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak
(Ketaren, 2008).
3. Reaksi hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan
rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak (Ketaren, 2008).
4. Reaksi esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida
dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang
disebut interesterifikasi (Ketaren, 2008).
2.4 Heksana
Heksana (C6H14) atau CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 merupakan pelarut non
polar yang tidak berwarna dan mudah menguap dengan titik didih 69 oC, pada T dan P
normal berbentuk cair. Senyawa ini merupakan fraksi petroleum eter yang ditemukan
oleh Castille da Henri. Secara umum Heksana merupakan senyawa dengan 6 rantai
karbon lurus yang didapatkan dari gas alam dan minyak mentah. Heksana biasanya
digunakan dalam pembuatan makanan termasuk ekstraksi dari minyak nabati.
Tabel 2.2 Karakteristik Pelarut Heksana
Karakteristik Pelarut Heksan
Rumus Molekul C6H14
Massa Molar 86,18 gr/mol
Titik Leleh 0,6548 gr/mol
Titik Didih -95o C (178 K)
Densitas 69o C (342 K)
Viskositas 0,294 Cp pada 25o C
Sifat Nilai
Titik didih 69oC (342 K)
Indeks polaritas (Snyder) 0,0
Koefisien dielektrik 18,8
Tegangan permukaan 18,4 dyne/cm
0,6548 g/mL
(20oC)
Berat jenis (cair)
Viskositas 0,294 cP (25°C)
Titik cair −95°C (178 K)
Sumber: http://id.wikipedia.org (2008)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
2. Berat minyak yang diperoleh dari ekstraksi sokletasi kacang tanah adalah
26,726 gram dengan % yield yang didapat dari hasil percobaan adalah 51,45
% dari 50 gram sampel.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA