Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman merupakan pabrik kimia dari Alam. Tanaman menghasilkan berbagai bahan
kimia alami agar bisa bertahan dan tumbuh di habitatnya masing-masing: mulai dari melawan
infeksi bakteri dan jamur, mengusir serangga berbahaya, memperbaiki jaringan yang rusak,
menarik perhatian lebah madu dan burung dengan aroma yang manis, dan masih banyak lagi.
Sejak jaman dahulu, manusia telah belajar bahwa mereka pun dapat memanfaatkan khasiat
ekstrak tanaman untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan. Essential oil merupakan cara
ideal untuk menyatukan ilmu pengetahuan kuno dan penggunaan tanaman obat dengan
kehidupan modern kita. Hal ini disebabkan karena di dalam essential oil terkandung khasiat
kesehatan dalam bentuk yang praktis, mudah digunakan, dan sangat poten. Hanya dengan
mencampur beberapa tetes ke air mandi, losion, sabun, dan shampoo, atau dipakai dalam
burner atau diffuser, Anda dapat menikmati khasiat alami dari tanaman. Jika disimpan dengan
baik dalam botol gelap kedap udara, jauh dari panas dan cahaya langsung, essential oil dapat
bertahan hingga beberapa tahun

Essential oil atau minyak atsiri adalah ekstrak alami yang disuling dari tanaman obat.
Terdapat dua cara untuk menghasilkan essential oil. Metode pertama yang paling umum
adalah penyulingan uap, artinya hanya menggunakan elemen alam yakni panas dan air. Cara
kedua adalah melalui ‘pemerasan’ yang sering dipakai untuk minyak-minyak sitrus, dilakukan
dengan memeras kulit buah sitrus hingga mengeluarkan ekstrak yang dikandungnya. Kedua
cara tersebut dapat menghasilkan essential oil 100% murni dan alami

Ekstraksi merupakan suatu proses penguraian senyawa organik dari bahan alam yang
diambil kebermanfaatannya. Pada umumnya, baik tumbuhan maupun hewan memilliki zat
aktif yang terdapat didalam sel dengan ketebalan tertentu. Sehingga, diperlukan metode
ekstraksi untuk mengambil zat aktif tersebut dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Hal
demikian disebut dengan mengekstrak, dimana pelarut organik akan menembus dinding sel
kemudian masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan melarutkan zat aktif
tersebut. Selanjutnya akan terjadi perbedaan konsentrasi antara zat aktif yang berada didalam
sel dengan zat aktif yang berada diluar sel sehingga larutan yang terperangkap akan

1
didistribusikan keluar sel untuk mencapai kesetimbangan anatar zat aktif yang berada didalam
sel dengan yang ada diluar sel.

Banyak sekali metode yang digunakan dalam mengekstrak bahan alam, salah satunya
adalah metode sokletsi. Sokletasi atau disebut juga ekstraksi berkesinambungan adalah suatu
metode pemisahan komponen zat padat dengan menggunakan pelarut tertentu secara
berulang-ulang sehingga semua komponen yang diinginkan terisolasi. Tujuan dari jurnal
penelitian yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain ialah melihat efek dari parameter
suhu, waktu dan ukuran partikel dalam menghasilkan kulitas dan kuantitas minyak yang
bagus. Dalam hal ini, sampel minyak atsiri dari bahan alam yang digunakan adalah biji buah
nimba yang berasal dari kota Dire Dawa, India.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah, daintaranya :

a. Bagaimana hubungan dan pengaruh suhu terhadap ekstrak biji buah nimba
(Azadirachta indica A. Juss) dengan ukuran partikel 355 µm dalam proses sokletasi ?
b. Bagaimana hubungan dan pengaruh waktu terhadap ekstrak biji buah nimba
(Azadirachta indica A. Juss) dengan ukuran partikel 355 µm dalam proses sokletasi ?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah nimba (Azadirachta indica A. Juss)

Neem ( Azadirachta indica A. Juss) adalah salah satu dari sangat sedikit pohon yang
dikenal di sub-benua India. Pohon ini milik merupakan kelompok keluarrga Meliceae yang
tumbuh pesat di daerah tropik dan semi-tropik. Pohon ini bisa bertahan hidup dalam kondisi
sangat kering dan gersang. Biji nimba adalah bagian dari pohon neem yang memiliki
konsentrasi minyak yang tinggi. Minyak neem banyak digunakan sebagai insektisida,
pelumas, obat-obatan untuk berbagai penyakit seperti diabetes dan TBC. Minyak ini juga bisa
meregenerasi kulit. Bebrapa metode yang dapat digunakan untuk memperoleh minyak dari
biji buah nimba ini seperti: metode tekanan mekanik, Ekstraksi fluida superkritis, dan
ekstraksi pelarut (Puri, 1999).

Neem Oil adalah minyak nabati yang didapat dari buah-buahan, daun dan biji pohon
neem. Pohon ini adalah anggota dari keluarga Mahoni, dengan nama generik Azadirachta
Indica A.Juss, pohon ini seperti pohon cemara yang endemik di benua India dan telah
diperkenalkan ke banyak daerah lain dengan iklim tropis. Pohon ini juga telah banyak
ditemukan berkembang di daerah tropis, iklim kering dan semi-kering di beberapa negara
termasuk Nigeria di mana ia dikenal sebagai Dongoyaro, yang berarti anak laki-laki yang
tinggi. Alasan utama di balik popularitas minyak neem adalah manfaatnya yang dapat

3
digunakan untuk mengobati beberapa masalah yang paling umum yang dihadapi orang-orang.
Pohon neem (Azadrichta indica) adalah jenis pohon yang tumbuh paling cepat dan mencapai
ketinggian sekitar 12-13 kaki atau 3.7- 3.96 meter dan merupakan tanaman gurun (Bankole,
1997, Lalea et al. 1999). Minyak neem umumnya berwarna coklat gelap dan memiliki rasa
pahit serta bau yang ofensif mirip dengan bau gabungan bawang putih dan kacang tanah.
Minyak ini terdiri terutama dari trigliserida (ester terbentuk dari molekul gliserol dan tiga
molekul asam lemak), dan sangat kaya azadirachtin- komponen kunci bertindak sebagai
penolak serangga, anti-feedant, anti-jamur dan anti-virus dan lain sebagainya. Minyak ini
mungkin merupakan produk komersial. Hal yang paling penting dari neem adalah untuk
pertanian organik dan obat-obatan (Adeeko & Ajibola, 1990, Mongkhol et al. 2004). Saat ini
buah nimba sedang semakin digunakan dalam pembuatan sejumlah besar produk kulit: sabun
tubuh, lotion tubuh, dan perawatan kecantikan kemasan wajah dalam kombinasi dengan
bahan-bahan alami lainnya (Liaum et al, 2008.).

2.2 Ekstraksi – Sokletasi

Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat


soklet. Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi digunakan
untuk simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip
sokletasi adalah penyarian secara terus menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan
memakai pelarut yang relatif sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan
dan sisanya adalah zat yang tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang
mudah menguap atau mempunyai titik didih yang rendah. Sokletasi digunakan pada pelarut
organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara
kontiniu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali
kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang
telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan sehingga pelarut tersebut
dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu
zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan (Aljuhaimi,
2017)

Penggunaan pelarut dalam proses ekstraksi sokletasi untuk ekstraksi minyak nimba
umumnya dipilih yang sesuai. Heksana merupakan pilihan pelarut yang paling umum
digunakan dan lebih disukai dan sesuia ddalam ekstraksi minyak dari biji, bahkan dalam
ekstraksi pelarut minyak nimba (Khraisha, et al. 2000). Prinsip kerja metode sokletasi adalah
sampel ditempatkan dalam selulosa bidal dan ditempatkan di atas pelarut mendidih. Pelarut
4
kental maka akan menetes ke dalam sampel, pelarut mengekstrak bahan dan kemudian
mengalirkan kembali ke pelarut mendidih, di mana siklus ini kemudian akan terulang. Setelah
beberapa siklus selama berjam-jam, alat dibongkar dan pelarut mengandung ekstrak yang
kemudian diuapkan dan meninggalkan residu untuk analisa lebih lanjut (Finey, K. 1976)

5
BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Metode Penulisan

Pada makalah ini, adapun metode penulisan yang dipilih ialah metode deskriptif
kualitatif. Dengan perolehan sumber data berupa sumber data sekunder yang didapat dari
studi kepustakaan. Metode ini didasarkan dengan teknik pengumpulan data-data yang
berkaitan dengan artikel dimana dapat diperoleh dari data penelitian sebelumnya maupun dari
literatur seperti buku, jurnal dan media online

3.2 Material dan Metode Ekstraksi


Biji nimba yang digunakan sebagai bahan penelitian diperoleh dari Dire Dawa, India.
Sebelum digunakan biji nimba dicuci bersih berulang-ulang terlebih dahulu barru kemudian
dikeringkan didalam oven pada suhu 500C untuk mencapai kadar air yang konstan.
Selanjutnya biji nimba dihaluskan dan disaring dengan ukuran partikel 355 µm untuk proses
ekstraksi (Maria et al. 2008). Tujuan dari ukuran partikel dibuat menjadi 355 µm adalah untuk
menghasilkan hasil yang efektif dan memberikan sejumlah besar dari minyak yang dihasilkan.
Setelah itu bubuk biji nimba ditimbang dengan neraca analitik sebanyak 100 gram dan
dibungkus dengan kertas filter (kertas saring) untuk dilakukan proses sokletasi. Dalam
penelitian yang dilakukan teersebut, digunakan 500 ml pelarut. Proses ekstraksi dilakukan
selama 3 jam dengna 3 kali pengulangan. Adapun pelarut yang digunakan, seperti : N-
heksana, metanol, toluena, etanol dan campuran etanol : heksana.

6
BAB IV

PEMBAHASAN

Ekstraksi essensial dari minyak nimba dilakukan dengan metode ekstraksi – sokletasi
dengan menggunakan beberapa pelarut organik yang dipilih berdasarkan parameter komposisi
yang sesuai. Dalam hal ini, parameter yang akan dibahas adalah mengenai dari suhu, waktu
dan ukuran partikel terhadap kualitas dan kuantitas minyak yang diperoleh dari ekstraksi
menggunakan proses sokletasi. Proses sokletasi dilakukan selama 3 jam dalam 3 kali
pengukuran untuk tiap pelarut yang digunakan. Adapun hasil yang diperoleh dari jurnal
ilmiah terhadap hasil yang dibahas dalam makalah ini, yaitu :

Tabel 1.Hasil sokletasi menggunakan pelarut heksana, ukuran partikel 355µm, suhu
konstan

No Suhu 0C Waktu (menit) Hasil Minyak (%)


1 70 60 37,02
2 70 120 39,43
3 70 180 40,35

Tabel 2.Hasil sokletasi menggunakan pelarut heksana, ukuran partikel 355µm, suhu
bervariasi

No Suhu 0C Waktu (menit) Hasil Minyak (%)


1 70 180 41,08
2 78 180 41,89
3 86 180 42,41

Tabel 3.Hasil sokletasi menggunakan pelarut campuran etanol-heksana 60% : 40%,


ukuran partikel 355µm, suhu konstan

No Suhu 0C Waktu (menit) Hasil Minyak (%)


1 70 60 25,06
2 70 120 37,87

7
3 70 180 43,71

Tabel 4.Hasil sokletasi menggunakan pelarut metanol, ukuran partikel 355µm, suhu
konstan

No Suhu 0C Waktu (menit) Hasil Minyak (%)


1 70 60 25,38
2 70 120 39,05
3 70 180 42,89

Tabel 5.Hasil sokletasi menggunakan pelarut etanol, ukuran partikel 355µm, suhu
konstan

No Suhu 0C Waktu (menit) Hasil Minyak (%)


1 70 60 -
2 70 120 40,54
3 70 180 42,65

Tabel 6.Hasil sokletasi menggunakan pelarut etanol, ukuran partikel 355µm, suhu
konstan

No Suhu 0C Waktu (menit) Hasil Minyak (%)


1 70 60 26,23
2 70 120 36,42
3 70 180 40,21

4.1 Pengaruh Suhu

Dari tabel diatas, hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan suhu umumnya
sejalan dengan peningkatan minyak yang dihasilkan. Fenomena ini disebabkan oleh fakta
bahwa minyak umumnya lebih mudah larut pada suhu tinggi (Lalea, et al. 1999) sebab, pada
suhu tinggi , viskositas pelarut berkurang sementara difusivitas serta tingkat penguapannyya
meningkat (Ayoola, et al. 2014).
8
Berdasarkan tabel diatas, ekstraksi sokletasi dengan menggunakan pelarut heksana
pada suhu 700C menghasilkan minyak 40,35%, pada suhu yang berbeda (860C) menggunakan
pelarut yang sama menghasilkan jumlah minyak yang lebih tinggi 42,41%. Hal ini
membuktikan bahwa, hubungan antara suhu dan jumlah minyak yang dihasilkan adalah
berbanding lurus.

4.2 Pengaruh Waktu

Hasil minyak yang dihitung dalam persentase didasarkan pada lamanya waktu
ekstraksi berlangsung. Secara umum, hasil minyak meningkat dengan meningkatnya waktu
ekstraksi dan tidak adanya peningkatan yang lebih spesifik setelah 3 jam (Ayoola, et al.
2014). Hasil yang ditunjukkan pada tabel.1 ekstraksi sokletasi menggunakan pelarut heksana
dengan perubahan rentang wakt dari 1 jam – 3 jam memperlihatkan kenaikan jumlah minyak
yang dihasilkan dari 37,02% menjadi 40,35%. Begitu juga dalam kasus heksana-etanol
60%:40% dan 40%:60% , proporsi minak yang dihasilkan cepat naik dari 25,06% menjadi
43,7% dan 26,23% menjadi 40,21% masing-masing. Kondisi yang sama juga terdapat pada
metanol, jumlah minyak yang dihasilkan cenderung meningkat dari 25,38% menjadi 42,89%.
Pada etanol, untuk satu jam pertama waktu ekstraksi tidak ada jumlah minyak yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh tingakt kepolaran pelarut yang digunakan.

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa etanol lebih cenderung bisa mengekstraksi ikatan
glikosida. Mungkin, itulah sebabnya mengapa etanol pada satu jam pertama tidak
9
menghasilkan minyak. Campuran pelarut 60% etanol dan 40% heksana memberikan hasil
minyak yang maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi pelarut yang sesuai
memberikan hasil minyak yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan pelarut ini
secara terpisah.

10
BAB V

KESIMPULAN

Dalam penelitian tersebut, analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berbeda berdasarkan parameter ukuran partikel, jenis pelarut,suhu serrta waktu
pada kuantitaas minyak nimba yang dihasilkan. Variabelitas kondisi adalah faktor pra-
dominan untuk kualitas minyak nimba.

Ada beberapa metode ekstraksi minyak atsiri dari biji nimba. Dalam penelitian ini
metode sokletasi dipilih. Dalam metode ekstraksi ini hasil minyak maksimum yang diperoleh
adalah 43,71% dengan menggunakan pelarut etanol-heksana 60%:40% dalam ukuran partikel
355µm selama 3 jam dalam 3 kali pengulangan. Perbedaan kuantitatif eksperimental dalam
kuantitas minyak disebabkan oleh ukuran partikel dan ariabelitas ekstraksi.

Suhu, waktu dan ukuran partikel yang menjadi parameter yang diolah datanya dalam
penelitian tesebut memberikan kesimpulan bahwa ketiga parameter tersebut berbanding lurus
terhadap hasil dari ekstraksi minyak yang dihasilkan. Apabila suhu, waktu dan ukuran partikel
meningkat. Maka jumlah minyak yang dihasilkan akan semakin banyak.

11
DAFTAR PUSTAKA

[1]. Adeeko K.A. and Ajibola O.O. (1990). Processing Factors Affecting Yield and Quality of
Mechanically Expressed Groundnut Oil. Journal of Agricultural
Engineering. 45: 31-43.

[2]. Aljumaihi, Fahad. and Ozcan, Mahmed Muza . (2017). Effect of cold press and soxhlet
extraction systems on fatty acid, tocopherol contents, and phenolic compounds of
various grape seed oils.Journal of Food Processing and Preservation.

[3] Ayoola A.A., Efeovbokhan V.C., Bafuwa O.T. and David O.T (2014). A Search for
Alternative Solvent To Hexane During Neem Oil Extraction International Journal of
Science and Technology Volume 4 No. 4, ISSN 2224-3577

[4] Bankole, S.A. (1997). Effect of essential oils from two Nigerian medicinal plants
(Azadirachta indica and Morinda lucida) on growth and aflatoxin B1 production in
maize grain by a toxigenic Aspergillus flavus, Letters in Applied Microbiology,
Volume 24,
Issue 3, pages 190 –192

[5] Finney, K., Pomeranz, Y., Hoseney, R., 1976. Effects of solvent extraction onlipid
composition, mixing time, and bread loaf volume. Cereal Chem. 53,383–388.

[6] Khraisha Y.H. (2000). Retorting of Oil Shale Followed By Solvent Extraction of Spent
Shale: Experiment and Kinetic Analysis. Journal of Energy Sources. 22: 347-355.

[7] Lalea, N.E.S, Abdulrahmanb, H.T. (1999). Evaluation of Neem (Azadirachta indica A.
Juss) Seed Oil Obtained by different Methods and Neem Powder for the
Management of Callosobruchus maculatus (F.) (Coleoptera: Bruchidae) in Stored
Cowpea, Journal of Stored Products Research, Volume 35, Issue 2, Pages 135 –143.

[8] Liauw, M.Y., Natan, F.A., Widiyanti, P., Ikasari, D., Indraswati, N. and Soetaredj, F.
(2008). Extraction of Neem Oil (Azadirachta indica A. Juss) Using n- Hexane and
Ethanol: Studies of Oil Quality, Kinetic and Thermodynamic. Journal of
Engineering and Applied Sciences.

[9] Maria Yuliana Liauw, F. A. Natan, P. Widiyanti, D. Ikasari, N. Indraswati and F. E.


Soetaredjo, (2008). Extraction of neem oil (azadirachta indica a. juss) using n-
hexane and ethanol: ARPN Journal of Engineering and Applied Science. 3, 2-4.

[10] Puri H.S. (1999). Neem-The Divine Tree. Harwood


Academic Publishers, Amsterdam

12

Anda mungkin juga menyukai