Anda di halaman 1dari 14

Proses pembuatan fragrance oil

Proses pembuatan fragrance oil (minyak wangi) melibatkan berbagai langkah, termasuk ekstraksi
bahan-bahan alami, sintesis bahan kimia, pencampuran, dan pemurnian. Berikut adalah alur
umum pembuatan fragrance oil:

Identifikasi Bahan Aroma: Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan untuk menciptakan
aroma yang diinginkan diidentifikasi. Ini dapat mencakup bahan alami seperti minyak esensial,
ekstrak tumbuhan, atau bahan kimia sintetis.

Ekstraksi atau Sintesis Bahan: Bahan aroma tersebut dapat diperoleh melalui ekstraksi dari bahan
alami, seperti distilasi uap, ekstraksi pelarut, atau menggunakan teknik lainnya. Alternatifnya,
beberapa bahan aroma dapat disintesis melalui reaksi kimia khusus yang melibatkan bahan-
bahan kimia tertentu.

Pencampuran Bahan: Setelah bahan aroma utama diperoleh, mereka dicampur dalam proporsi
yang tepat untuk menciptakan aroma yang diinginkan. Proses pencampuran ini melibatkan
pemilihan rasio yang tepat untuk mencapai aroma yang diinginkan.

Pemurnian dan Stabilisasi: Campuran bahan aroma tersebut kemudian dimurnikan melalui proses
seperti penyaringan atau distilasi untuk menghilangkan kontaminan dan memastikan kualitas
fragrance oil. Dalam beberapa kasus, stabilisator juga ditambahkan untuk mempertahankan
kualitas aroma.

Pengujian dan Evaluasi: Fragrance oil yang telah diproses kemudian diuji dan dievaluasi untuk
memastikan aroma yang dihasilkan sesuai dengan keinginan. Pengujian meliputi penilaian
aroma, daya tahan, dan stabilitas.

Referensi:
Burdock, G. A. (2010). Fenaroli's Handbook of Flavor Ingredients (6th ed.). CRC Press.
Calvert, J. G., & Pitts Jr, J. N. (2012). Chemistry of the Upper and Lower Atmosphere: Theory,
Experiments, and Applications. Academic Press.
Yayli, N., Bedir, E., Kurtar, E. S., & Piacente, S. (2010). Comparative Study of Essential Oils
and Supercritical Fluid Extracts of Origanum onites. Pharmaceutical Biology, 48(6), 686-
695. doi:10.3109/13880200903283648
Proses pembuatan essensial oil

Pembuatan minyak atsiri dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:


1. Penyiapan bahan
Mencuci bahan kemudian memotong kecil-kecil dan mencincang halus bahan.
2. Soxhletasi
 Menimbang bahan yang sudah dihaluskan lalu membungkusnya dengan kertas
saring kemudian memasukkan kedalam timbal/klonsong pada alat soxhlet
tersebut.
 Menuang etanol 96% kedalam labu leher Satu
 Merangkai alat ekstraksi, pemanas dihidupkan, dan pendingin dialirkan
 Melakukan proses ektraksi selama 3 jam sebanyak 9 siklus.
3. Dekantasi
 Memasukkan kembali campuran minyak atsiri dan solvent hasil dari ekstraksi tadi
kedalam labu leher satu.
 Merangkai alat ekstraksi, pemanas dihidupkan, dan pendingin dialirkan.
 Proses pemisahan dilakukan hingga solvent atau etanol yang masih terlarut pada
minyak atsiri akan jatuh di dalam klonsong. Sehingga menyisakan minyak atsiri
di dalam labu leher satu tersebut.
4. Rotary Evaporator
Melakukan proses pemisahan lebih lanjut pada alat rotary evaporator bertujuan agar
ekstrak yang didapatkan lebih pekat. Memasukkan hasil ekstrak pada alat soxhlet tadi ke
dalam labu alas bulat kemudian merangkai alat rotary evaporator dan mengatur suhu
yang sesuai dengan titik didih pelarut. Pelarut yang masih tersisa akan diuapkan dan
ditampung kedalam labu pelampung. Pelarut yang menguap tersebut disebabkan oleh
proses pemanasan di water chamber. Proses pemisahan berlangsung selama kurang lebih
1 jam dengan suhu 50oC.

Referensi :
Saleh, F. H., Anindya, M., & Putra Weliza, N. (2021). Pembuatan Minyak Aromaterapi dari
Kulit Buah Jeruk Sunkist dan Daun Mint.
Proses Pembuatan Tussah silk

Tussah silk adalah jenis sutra yang dihasilkan oleh ulat sutra liar atau ulat Tussah (Antheraea
spp.). Proses pembuatan tussah silk melibatkan beberapa langkah utama, seperti berikut:

1. Pemeliharaan Ulat: Ulat Tussah dipelihara dalam kondisi yang sesuai dengan
memberikan makanan yang sesuai, yaitu dedaunan dari pohon-pohon inang mereka,
seperti ek atau ek tua. Ulat dibiarkan untuk makan dan tumbuh hingga mencapai tahap
siap untuk mengubah diri menjadi kepompong sutra.
2. Pembuatan Kepompong: Ketika ulat Tussah telah mencapai tahap dewasa, mereka mulai
memproduksi benang sutra untuk membuat kepompong. Kepompong ini terbuat dari
serat sutra yang dihasilkan oleh ulat, dan mereka menggunakannya sebagai tempat
perlindungan saat mereka berubah menjadi kepompong.
3. Pemungutan Kepompong: Setelah ulat Tussah selesai membuat kepompong, kepompong-
kompong ini kemudian dikumpulkan dengan hati-hati. Proses ini melibatkan
pengumpulan kepompong yang utuh tanpa merusak benang sutra yang ada di dalamnya.
4. Pembuatan Benang Sutra: Kepompong sutra Tussah kemudian direndam dalam air hangat
untuk melemahkan serat dan memudahkan pemisahan serat sutra. Serat sutra yang
melemahkan kemudian dapat diambil dengan hati-hati menggunakan alat seperti sikat
sutra atau alat lainnya. Serat sutra ini kemudian digabungkan untuk membentuk benang
sutra.
5. Pengolahannya: Benang sutra Tussah kemudian diolah lebih lanjut melalui proses seperti
pencelupan, pemintalan, dan pengeringan untuk menghasilkan benang sutra Tussah yang
siap digunakan dalam industri tekstil.

Referensi:
J. Zhang, "Study on Development of Tussah Silk Textile and Its New Products" (2017).
J. Zhang, "The Present Situation and Development Prospect of Tussah Silk" (2014).
X. Liu, J. Yu, X. Wang, Y. Tian, "Fabrication and Characterization of Tussah Silk/Poly(vinyl
alcohol) Blend Fibers" (2016).
J. Yang, Y. Wang, Y. Chen, Y. Zhang, "Study on the Spinning Process of Tussah Silk/Viscose
Blend Yarn" (2013).
Proses pembuatan simplisia

Tahapan pembuatan simplisia nabati, meliputi:


a. Pengumpulan bahan tanaman: pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan tanaman
segar yang akan digunakan. Hal yang perlu diperhatikan pada proses pemanenan
simplisia adalah bagian tanaman, umur/tingkat kedewasaan tanaman, lokasi tumbuh,
waktu pemanenan dan cara pengumpulan.
b. Sortasi basah: bertujuan untuk memisahkan pengotor anorganik (berasal dari luar
tanaman, contoh: tanah, kerikil) dan organik (contoh: bagian tanaman lain seperti rumput
atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan dan bagian yang rusak karena
termakan ulat atau busuk/kering) pada bahan segar.
c. Pencucian: bertujuan untuk membersihkan bahan tanaman dari kotoran seperti tanah dan
dapat mengurangi jumlah mikroba atau cemaran pestisida. Hal yang perlu diperhatikan
adalah air yang digunakan dan cara pencucian. Pencucian yang baik dilakukan dengan air
bersih yang mengalir.
d. Pengubahan bentuk (perajangan): bagian tanaman tertentu yang berukuran besar dan
keras perlu dilakukan peranjangan dengan tujuan untuk meningkatkan luas permukaan
bahan sehingga air jaringan mudah menguap selama proses pengeringan dan bahan
menjadi makin mudah dan cepat kering.
e. Pengeringan: Tujuan pengeringan adalah menurunkan kadar air pada bahan agar tidak
mudah ditumbuhi mikroba selama penyimpanan, menghilangkan aktivitas enzim
sehingga menjaga kandungan zat aktif yang terkandung didalamnya, dan mempermudah
proses penyimpanan karena lebih ringkas dan menjadi lebih awet. Proses pengeringan
simplisia dapat secara alamiah atau buatan. Pengeringan secara alamiah dilakukan di
udara terbuka yaitu di bawah sinar matahari langsung (untuk bagian tanaman yang keras,
contoh: akar, kulit batang); dikering anginkan (untuk bagian tanaman yang lunak, contoh:
daun, bunga); atau dijemur di bawah sinar matahari tidak langsung dengan ditutupi kain
hitam, tujuannya adalah untuk menghindari penguapan yang terlalu cepat dan untuk
menghindari kontak langsung gelombang sinar UV yang mampu menurunkan kualitas
dari minyak atsiri yang terkandung dalam bahan. Pengeringan secara buatan
menggunakan alat oven dimana suhu, kelembaban, tekanan, aliran udara dapat diatur.
Suhu oven maksimal adalah 60oC.
f. Sortasi kering: proses pemilihan bagian tanaman yang akan digunakan pada simplisia
yang telah kering, misal dari bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak karena
berjamur, atau bahan yang terkontaminasi oleh serangga atau kotoran hewan selama
proses pengeringan sebelumnya.
g. Penyimpanan : simplisia yang didapat disimpan dalam tempat yang bersih, kering dan
tertutup rapat.

Referensi:
Agoes, G. 2009. Teknologi Bahan Alam (Serial Farmasi Industri-2), Edisi Revisi. Penerbit ITB:
Bandung.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Gunawan, D., dan Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Proses Pembuatan Mica powder

Mica powder adalah serbuk yang terbuat dari mineral mika yang digiling menjadi partikel-
partikel halus. Mika adalah mineral alami yang memiliki struktur yang berlapis-lapis dan dapat
terkelupas menjadi lembaran tipis yang fleksibel. Proses pembuatan mica powder melibatkan
beberapa langkah utama, seperti berikut:
1. Penambangan Mika: Pertama-tama, mika diekstraksi dari tambang. Mika biasanya
ditemukan di batuan beku, seperti granit atau gneiss. Tambang mika digali dan bongkah-
bongkah besar mika dipisahkan dari batuan induk.
2. Pembersihan dan Pemisahan: Setelah diekstraksi, mika dipisahkan dari bahan-bahan lain
yang mungkin terkandung dalam batuan. Ini melibatkan proses pembersihan dan
pemisahan menggunakan metode seperti pemisahan gravitasi atau flotasi.
3. Penggilingan: Mika yang telah dipisahkan kemudian digiling menjadi partikel-partikel
yang lebih kecil menggunakan mesin penggiling khusus. Proses penggilingan ini
menghasilkan mica powder yang halus dan seragam.
4. Pemurnian dan Pemilahan: Mica powder yang dihasilkan kemudian diproses lebih lanjut
untuk memastikan kualitasnya. Proses ini melibatkan pemurnian untuk menghilangkan
kontaminan dan pemilahan untuk mengklasifikasikan partikel-partikel mica berdasarkan
ukurannya.

Referensi:
1. C. Ruivo, L. M. Otão, J. Cruz, R. Figueiredo, "Characterization of Mica Paper Made of Scrap
Mica" (2018).
2. S. Chandrasekhar, R. Saxena, "Electrical Insulating Materials Made of Mica Powder" (2014).
3. A. Kumar, R. Kumar, "Development of High-Performance Epoxy-Mica Composites for
Electrical Insulation" (2015).
4. J. Kołacz, D. Cholewa-Kowalska, A. Zięba, "Functional Mica Filler: Production, Properties,
and Application" (2017).
Proses pembuatan titanium dioxide

Proses pembuatan titanium dioxide (TiO2) melibatkan beberapa metode, termasuk metode sulfat
dan klorinasi. Berikut adalah deskripsi umum mengenai kedua metode tersebut:

Metode Sulfat:
Langkah 1: Bijih titanium yang mengandung titanium dioksida diekstraksi dengan menggunakan
asam sulfat.
Langkah 2: Hasil ekstraksi dilarutkan dalam air untuk membentuk larutan titanium dioksida
sulfat.
Langkah 3: Larutan tersebut dipisahkan dari residu dan direaksikan dengan amonia untuk
menghasilkan endapan titanium dioksida hidrat.
Langkah 4: Endapan dikeringkan, kemudian dipanaskan untuk menghasilkan titanium dioksida
yang murni.

Metode Klorinasi:
Langkah 1: Bijih titanium dipanaskan dengan karbon atau kokas dalam tanur tinggi, di mana
titanium dioksida bereaksi dengan karbon untuk membentuk titanium tetraklorida
(TiCl4).
Langkah 2: TiCl4 yang dihasilkan dipisahkan dari produk samping dan murni.
Langkah 3: TiCl4 direduksi dengan magnesium atau logam lainnya pada suhu tinggi untuk
menghasilkan titanium dioksida.

Referensi:
Yuan, H., Liu, H., & Wang, X. (2019). Preparation and Applications of Titanium Dioxide
Nanomaterials. Materials, 12(12), 2035. doi:10.3390/ma12122035
Rahdar, S., Khoshandam, B., & Khodaei, M. M. (2020). A Review of Titanium Dioxide
Production Processes. Journal of Sustainable Mining, 19(4), 217-225.
doi:10.1016/j.jsm.2020.04.002
MATERIAL SAFETY DATA SHEET

TITANIUM DIOXIDE

Revision : 00 Date: 05.03.2019 MSDS Number : 3330

Section 1 - Chemical Product and Company Identification

1.1 Product Name : TITANIUM DIOXIDE


Synonyms : Titanic anhydride, Titanium dioxide, Titanium (IV) oxide
CAS No. : 13463-67-7
HS Code : 2328 00 10
Molecular Weight : 79.87 g/mol
Chemical Formula : TiO2
Product Code : A 3330, A 3331
Brand : SMART-LAB
1.2 Manufacturer :PT.Smart-Lab Indonesia
Address :Taman TeknoBangunMultiguna Blok M/36,BSD Sektor XI Serpong,
Tangerang - Indonesia
Website :www.smartlab.co.id
Email :sales@smartlab.co.id
For information :Telp: +62-21- 7588 0205(Hunting) , fax:+62-21-7588 0198
1.3 Application : General Chemical reagent
Emergency Telephone: +62-21-7588 0205(Hunting)

Section 2 - Hazards Identification

2.1 Classification of the substance or mixture


Classification according to Regulation (EC) No 1272/2008
Not a hazardous substance or mixture according to Regulation (EC) No. 1272/2008.

2.2 Label elements


Not a hazardous substance or mixture according to Regulation (EC) No. 1272/2008.

2.3 Other hazards


This substance/mixture contains no components considered to be either persistent, bioaccumulative and
toxic (PBT), or very persistent and very bioaccumulative (vPvB) at levels of 0.1% or higher.

Section 3 - Composition, Information on Ingredients

3.1 Substances
Synonyms : Titanium (IV) oxide
Formula : TiO2
Molecular weight : 79.87 g/mol
CAS-No. : 13463-67-7
EC-No. : 236-675-5

Section 4 - First Aid Measures

4.1 Description of first aid measures


General advice
Consult a physician. Show this safety data sheet to the doctor in attendance.

If inhaled
If breathed in, move person into fresh air. If not breathing, give artificial respiration. Consult a physician.

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – TITANIUM DIOXIDE 1


MATERIAL SAFETY DATA SHEET

TITANIUM DIOXIDE

Revision : 00 Date: 05.03.2019 MSDS Number : 3330

In case of skin contact


Wash off with soap and plenty of water. Consult a physician.

In case of eye contact


Rinse thoroughly with plenty of water for at least 15 minutes and consult a physician.

If swallowed
Never give anything by mouth to an unconscious person. Rinse mouth with water. Consult a physician.

4.2 Most important symptoms and effects, both acute and delayed
We have no description of any symptoms of toxicity

4.3 Indication of any immediate medical attention and special treatment needed
No data available

Section 5 - Firefighting Measures

5.1 Extinguishing media


Suitable extinguishing media
Use extinguishing measures that are appropriate to local circumstances and the surrounding environment.

Unsuitable extinguishing media


For this substance/mixture no limitations of extinguishing agents are given.

5.2 Special hazards arising from the substance or mixture


Not combustible. Ambient fire may liberate hazardous vapours.

5.3 Advice for firefighters


Special protective equipment for firefighters In the event of fire, wear self-contained breathing apparatus.

5.4 Further information


No data available

Section 6 - Accidental Release Measures

6.1 Personal precautions, protective equipment and emergency procedures


Avoid dust formation. Avoid breathing vapours, mist or gas. For personal protection see section 8.

6.2 Environmental precautions


No special precautionary measures necessary.

6.3 Methods and materials for containment and cleaning up


Observe possible material restrictions (see sections 7 and 10). Take up dry. Dispose of properly. Clean up
affected area. Avoid generation of dusts.

6.4 Reference to other sections


For disposal see section 13.

Section 7 - Handling and Storage

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – TITANIUM DIOXIDE 2


MATERIAL SAFETY DATA SHEET

TITANIUM DIOXIDE

Revision : 00 Date: 05.03.2019 MSDS Number : 3330

7.1 Precautions for safe handling


Advice on safe handling
Observe label precautions.

Hygiene measures
Change contaminated clothing. Wash hands after working with substance.

7.2 Conditions for safe storage, including any incompatibilities


Storage conditions
Tightly closed. Dry. Recommended storage temperature see product label.

7.3 Specific end use(s)


Apart from the uses mentioned in section 1.2 no other specific uses are stipulated

Section 8 - Exposure Controls, Personal Protection

8.1 Control parameters


8.2 Exposure controls
Appropriat engineering controls
General industrial hygiene practice.
Personal protective equipment

Eye/face protection
Use equipment for eye protection tested and approved under appropriate government standards
such as NIOSH (US) or EN 166(EU).

Skin protection
Handle with gloves. Gloves must be inspected prior to use. Use proper glove removal
technique (without touching glove's outer surface) to avoid skin contact with this product.
Dispose of contaminated gloves after use in accordance with applicable laws and good
laboratory practices. Wash and dry hands.

The selected protective gloves have to satisfy the specifications of EU Directive 89/686/EEC
and the standard EN 374 derived from it.

Full contact
Material: Nitrile rubber
Minimum layer thickness: 0,11 mm
Break through time: 480 min
Material tested:Dermatril®

Splash contact
Material: Nitrile rubber Minimum
layer thickness: 0,11 mm
Break through time: 480 min
Material tested:Dermatril®

Body Protection
Choose body protection in relation to its type, to the concentration and amount of dangerous
substances, and to the specific work-place., The type of protective equipment must be
selected according to the concentration and amount of the dangerous substance at the specific
workplace.

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – TITANIUM DIOXIDE 3


MATERIAL SAFETY DATA SHEET

TITANIUM DIOXIDE

Revision : 00 Date: 05.03.2019 MSDS Number : 3330

Respiratory protection
Respiratory protection is not required. Where protection from nuisance levels of dusts are
desired, use type N95 (US) or type P1 (EN 143) dust masks. Use respirators and
components tested and approved under appropriate government standards such as NIOSH
(US) or CEN (EU).

Control of environmental exposure


No special environmental precautions required.

Section 9 - Physical and Chemical Properties

9.1 Information on basic physical and chemical properties


Appearance Form: powder
Colour: white
Odour odourless
Odour Threshold Not applicable
pH ca. 7 - 8 at 100 g/l 20 °C (slurry)
Melting point/freezingpoint 1.855 °C
Initial boiling point and boiling range 2.900 °C at 1.013 hPa
Flash point Not applicable
Evaporation rate No data available
Flammability (solid, gas) The product is not flammable.
Upper/lower flammability or Not applicable
explosive limits
Vapour pressure No data available
Vapour density No data available
Relative density No data available
Water solubility at 20 °C insoluble
Partition coefficient: noctanol/water No data available
Auto-ignition temperature No data available
Decomposition temperature No data available
Viscosity No data available
Explosive properties Not classified as explosive.
Oxidizing properties none

9.2 Other safety information


Bulk density ca.850 kg/m3

Section 10 - Stability and Reactivity

10.1 Reactivity
See section 10.3

10.2 Chemical stability


The product is chemically stable under standard ambient conditions (room temperature) .

10.3 Possibility of hazardous reactions


Violent reactions possible with: Alkali metals, Alkaline earth metals, Aluminium, in powder form
Risk of explosion/exothermic reaction with: Lithium, Zinc, in powder form

10.4 Conditions to avoid


No data available

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – TITANIUM DIOXIDE 4


MATERIAL SAFETY DATA SHEET

TITANIUM DIOXIDE

Revision : 00 Date: 05.03.2019 MSDS Number : 3330

10.5 Incompatible materials


No data available

10.6 Hazardous decomposition products


In the event of fire: see section 5

Section 11 - Toxicological Information

11.1 Information on toxicological effects


Acute oral toxicity
LD50 Rat: > 10.000 mg/kg (External MSDS)

Skin corrosion/irritation
Rabbit
Result: No skin irritation
(IUCLID)

Serious eye damage/eye irritation


Rabbit
Result: No eye irritation
(IUCLID)

Respiratory or skin sensitisation


No data available

Germ cell mutagenicity


No data available

Carcinogenicity
IARC: No component of this product present at levels greater than or equal to 0.1% is
identified as probable, possible or confirmed human carcinogen by IARC.

Reproductive toxicity
No data available

Specific target organ toxicity - single exposure


No data available

Specific target organ toxicity - repeated exposure


No data available

Aspiration hazard
No data available

Additional Information
Hazardous properties cannot be excluded but are unlikely when the product is handled appropriately.
Inhalation of the dusts should be avoided as even inert dusts may impair respiratory organ functions.
Handle in accordance with good industrial hygiene and safety practice.

Section 12 - Ecological Information

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – TITANIUM DIOXIDE 5


MATERIAL SAFETY DATA SHEET

TITANIUM DIOXIDE

Revision : 00 Date: 05.03.2019 MSDS Number : 3330

12.1 Toxicity
Toxicity to fish
semi-static test
LC50 Cyprinodon variegatus (sheepshead minnow): > 10.000 mg/l; 96 h
OECD Test Guideline 203 semi-static test

NOEC Cyprinodon variegatus (sheepshead minnow): > 10.000 mg/l; 96 h


OECD Test Guideline 203

Toxicity to bacteria
static test
EC50 activated sludge: > 1.000 mg/l; 3 h
OECD Test Guideline 209 static test
NOEC activated sludge: > 1.000 mg/l; 3 h OECD Test Guideline 209

12.2 Persistence and degradability


No data available

12.3 Bioaccumulative potential


No data available

12.4 Mobility in soil


No data available

12.5 Results of PBT and vPvB assessment


PBT/vPvB assessment not available as chemical safety assessment not required/not conducted.

12.6 Other adverse effects


Discharge into the environment must be avoided.

Section 13 - Disposal Considerations

13.1 Waste treatment methods


Product
Offer surplus and non-recyclable solutions to a licensed disposal company.

Contaminated packaging
Dispose of as unused product.

Section 14 - Transport Information

14.1 UN number
ADR/RID: - IMDG: - IATA: -
14.2 UN proper shipping name
ADR/RID: Not dangerous goods
IMDG: Not dangerous goods
IATA: Not dangerous goods
14.3 Transport hazard class(es)
ADR/RID: - IMDG: - IATA: -
14.4 Packaging group
ADR/RID: - IMDG: - IATA: -

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – TITANIUM DIOXIDE 6


MATERIAL SAFETY DATA SHEET

TITANIUM DIOXIDE

Revision : 00 Date: 05.03.2019 MSDS Number : 3330

14.5 Environmental hazards


ADR/RID: no IMDG Marine pollutant: no IATA: no
14.6 Special precautions for user
Further information
No data available

Section 15 - Regulatory Information

15.1 Safety, health and environmental regulations/legislation specific for the substance or mixture
This safety datasheet complies with the requirements of Regulation (EC) No. 1907/2006.
15.2 Chemical safety assessment
For this product a chemical safety assessment was not carried out

Section 16 - Additional Information

HMIS (U.S.A.):
Health Hazard: 1
Fire Hazard: 0
Reactivity: 0
Personal Protection: -
National Fire Protection Association (U.S.A.):
Health: 1
Flammability: 0
Reactivity: 0

Further information
The above information is believed to be correct but does not purport to be all inclusive and shall be used only as
a guide. The information in this document is based on the present state of our knowledge and is applicable to
the product with regard to appropriate safety precautions. It does not represent any guarantee of the properties
of the product. PT. Smartlab Indonesia Corporation and its Affiliates shall not be held liable for any damage
resulting from handling or from contact with the above product. See www.sigmaaldrich.com and/or the reverse
side of invoice or packing slip for additional terms and conditions of sale.

PT.SMART-LAB INDONESIA MSDS – TITANIUM DIOXIDE 7

Anda mungkin juga menyukai