Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembuatan ekstrak (ekstraksi) merupakan suatu proses penyaringan suatu senyawa
aktif dari suatu bahan atau simplisia nabati atau hewani dengan menggunakan pelarut
tertentu yang cocok. Pembuatan ekstrak (ekstraksi) belum dilakukan dengan berbagai
metode sesuai dengan sifat dan tujuannya ( Depkes RI, 2000).
Metode ekstraksi yang digunakan salah satunya adalah maserasi. Maserasi
merupakan proses penyaringan simplisia dengan metode perendaman menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(suhu kamar) (Depkes RI, 2000).
Menurut Farmakope Indonesia IV (Depkes RI, 1994) ekstrak adalah sediaan kental
yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan, sedangkan ekstrak kering adalah
sediaan yang berasal dari tanaman atau hewan, diperoleh dengan cara pemekatan dan
pengeringan ekstrak cair sampai mencapai konsentrasi yang diinginkan menurut
caracara yang memenuhi syarat. Pengaturan biasanya dilakukan berdasarkan
kandungan bahan aktif dengan cara penambahan bahan tambahan inert. Pengeringan
berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa kering-
rapuh, tergantung proses dan peralatan yang digunakan (Martin et al., 1961; Depkes RI,
2000).

B. Maksud Percobaan
Dapat mengetahui proses pembuatan ekstraksi melalui proses ekstraksi.

C. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui proses pembuatan ekstraksi melalui proses ekstraksi

D. Prinsip Percobaan
Dapat memahami pembuatan ekstraksi melalui proses ekstraksi dengan
menggunakan metode maserasi, perkolasi, refluks, dan soxhelt yang di sarankan pada
dua aspek yaitu ekstraksi sampel yang akan dicari dan sifat polaritas dari senyawa
yang akan dicari.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Ringkas
Ekstraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan,yaitu tanaman obat(Depkes RI,2000)
Methode Ekstraksi dengan menggunakan Pelarut dibedakan menjadi dua cara yaitu:
cara dingin dan cara panas. Cara dingin terbagi menjadi dua yaitu Maserasi dan
perkolasi sedangkan cara panas terbagi menjadi lima jenis yaitu Reflux, Soklet,digesti,
infus, dan Dekok (Depkes RI,2000).

Ekstrak merupakan suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui proses
Ekstraksi menggunakan Pelarut yang mana digunakan di uapkan kembali sehingga zat
aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari ekstrak yang dihasilkan dapat berupa ekstrak
kental atau ekstra kering tergantung jumlah Pelarut yang di uapkan (Marjani 2016).

Menurut Departemen kesehatan republik Indonesia tahun 2000 metode yang


digunakan untuk Ekstraksi bahan alam:

a. Maserasi
Maserasu merupakan proses Ekstraksi simplisia menggunakan Pelarut dengan
beberapa kali pengadukan pada suhu ruang. Prosedurnya dilakukan dengan
Merendam simplisia dalam Pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup. pengadukan
dilakukan untuk meningkatkan kecepatan Ekstraksi. Kelemahan dari Maserasi
yaitu proses nya membutuhkan waktu yang cukup lama. Ekstraksi secara
menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume Pelarut yang dapat
berpotensi hilangnya Metabolik. Beberapa senyawa juga tidak teraktivasi secara
efisien jika kurang terlarut pada suhu kamar 27 ° Celcius. Ekstraksi secara Maserasi
Dilakukan pada suhu kamar 27 ° Celcius. Sehingga tidak menyebabkan degradasi
Metabolik yang tidak tahan panas.

b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses mengekstraksi senyawa terlarut dari jaringan
seluler simplisia dengan Pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya
dilakukan pada suhu ruangan. Perkolasi cukup sesuai, baik untuk Ekstraksi
pendahuluan maupun dalam jumlah besar.

c. Refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya merupakan Ekstraksi ber
Kesinambungan. Bahan yang akan di Ekstraksi direndam dengan cairan Penyaring
dalam labu Alas bulat yang dilengkapi dengan alat Pendingin tegak, labu
dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan di
embun kan dengan Pendingin tegak akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia
tersebut. Ekstraksi ini biasanya dilakukan tiga kali dan setiap kali di Ekstraksi
selama empat jam.
d. Soxhletasi
Methode Ekstraksi Soklat merupakan metode ekstraksi dengan prinsip
pemanasan dan perendaman sampel. Hal itu menyebabkan terjadinya pemecahan
dinding dan membran sel akibat perombakan tekanan antara di dalam dan di luar
sel. Dengan demikian Metabolik Sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan
terlarut dalam Pelarut organik. Larutan itu kemudian menguap ke atas dan
melewati Pendingin udara yang akan menggabungkan menjadi tetesan yang akan
terkumpul kembali. Bila larutan melewati batas lubang PIPA samping Soxhlet
maka akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang berulang itulah yang menghasilkan
ekstrak yang baik.

e. Digesti
Digesti merupakan Maserasu kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) adalah secara umum
dilakukan pada temperatur 40 sampai 50 ° Celcius.

f. Infusa
Infusa merupakan Ekstraksi dengan Pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infusa tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96 sampai
98° Celcius) selama waktu tertentu.

g. Dekokta
Di kota merupakan Invosa pada waktu yang lebih lama (300 ° Celcius) dan
temperatur sampai titik didih air.

B. Morfologi Tanaman
1. Batang Bintangur (Calophyllum inophyllum)
Klasifikasi tanaman bintangur/Nyamplung adalah menurut prartyawati dan
mangopang 2013.
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Guttiferales
Famili : Guttiferales
Genus : Calophyllum
Spesies : Calophyllum inophyllum
Nyamplung memiliki banyak dan nama daerah diantaranya yaitu Penango
(Lampung), Camplong/samping/Bentang (Madura,Bali,NTT), Bintangor
(Sumatera), bentangur (Kalimantan), Dengkulang (Selayar), pade (Barru dan
Palopo),Tanuaca (Minahasa dan Seqir), dan Donggala (Gorontalo). (Suryawan dan
Irawan 2017) Nyamplung memiliki karakteristik pohon dengan ketinggian 25-35
meter.Panjang cabangnya sampai 21 m dan lingkar batangnya dapat mencapai 150
cm dan batangnya tidak berbaris serta memiliki percabangan yang mendatar.
Tanaman ini menghasilkan buah yang berbentuk bulat dengan diameter 2,5 sampai
3,5 cm (Abbas, 2016).
2. Kangkung pagar (ipomoea carnea)
Klasifikasi tanaman kangkung pagar adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheophyta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea carnea .jacq
Kangkung pagar (ipomoea carnea) adalah salah satu spesies dari genus ipomoea
yang tumbuh liar dan dapat ditemui ditepi sungai atau sawah. Pohon ini memiliki
daun berbentuk hati yang berwarna hijau dengan panjang kisaran 15-23 cm.
Tumbuhan ini dapat ditanam dengan cara distek atau dengan menggunakan bijinya.
Tumbuhan ini mengandung zat yang berbahaya jika dikonsumsi. Bisa pada buah
atau daunnya. Batang pohon tumbuhan ini bisa dijadikan sebagai kertas dan punya
kandungan obat seperti anti konvulsan. Asal tumbuhan ini dari Amerika Selatan
(Kolombia, korterika).

C. Uraian Bahan
1. Ethanol (FI ed III, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM.
Nama lain : etanol, etil alkohol.
RM/BM : C2 H6O / 46,07 g/mol.
Rumus struktur :

Pemurnian : Cairan tidak berwarna jernih, mudah menguap, dan mudah


bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dan memberikan
nyala biru yang tidak berasa.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter.
Kegunaan : Pelarut.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya ditempat
sejuk dan nyala api.

BAB III
METODE KERJA

A. Waktu dan tempat


Percobaan ini dilakukan pada 19 Desember 2022 bertempat di laboratorium
Farmakognosi dan Fitokimia, fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan, universitas
Muhamadiyah Makassar.
B. Alat dan Bahan
1.Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil, alat Reflux
dan Soxhlet, botol bensin 10 buah, botol sirup ABC dua buah, Beaker gelas, Bunsen,
hotplate, infuset, kapas, kondensor, kertas Saring, kaleng biskuit, labu Alas bulat,
Lakban hitam, label, penyangga kaki tiga, klem,statif, spiritus, Selang, pengaduk,
Rotary Evaporator, topless kaca satu buah, timbangan, dan kawat kasa.
2.Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Etanol 96% dan haksel
sampel tanaman.

C. Prosedur kerja
1. Prosedur kerja Maserasi
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Ditimbang 250 g simplisia Haksel.
c. Disiapkan Pelarut Etanol 96% sebanyak 2 L.
d. Dimasukkan simplisia atau hAxel sampel yang sudah ditimbang ke dalam topless.
e. Ditambahkan Pelarut yang sudah ditukar ke dalam topless Maserasi, aduk hingga
Homogen.
f. Di tutup topless dengan rapat menggunakan alumunium foil dan lakban. Disimpan
dalam tempat gelap.
g. Maserasi disimpan dalam tempat gelap atau didiamkan selama tiga hari dengan
diselingi pengadukan tiap hari.
h. Setelah hari ke empat disaring hasil Maserasi ke dalam botol yang sudah
disiapkan.
i. Maserasu dikumpulkan jadi satu lalu dipekatkan menggunakan Rotary Evaporator.
2. Prosedur kerja Refluks
a.Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Ditimbang 20 g simplisia atau haksel sampel.
c. Dimasukkan simplisia atau hasil yang telah ditimbang ke dalam labu Alas bulat,
kemudian ditambahkan Etanol 96%.
d.Dirangkai alat Reflux dan di Ekstraksi sampel selama kurang lebih tiga jam.
e. Larutan yang sudah selesai di Ekstraksi, disaring menggunakan kertas Saring dan
dimasukkan ke dalam botol.
f. Larutan yang telah disaring lalu dipekatkan menggunakan Rotary Evaporator.
3. Prosedur kerja Xohlet
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Ditimbang kurang lebih 15 g simplisia atau haksel sampel.
c. Dimasukkan serbuk kering simplisia atau haksel ke dalam labu Alas bulat
kemudian ditambahkan Etanol 96%.
d. Dirangkai alat Soxhlet dan.
e. Di Ekstraksi sampel sampai tercapai 25 sirkulasi.
4. Prosedur kerja perkolasi
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Dirangkai alat perkolator.
c. Dimasukkan kapas pada bagian bawah botol atau mulut botol.
d. Dimasukkan sampel pada botol dan dibasahi dengan sejumlah Pelarut yang sesuai
Etanol 96% sebanyak 1 L .
e. Dibiarkan selama kurang lebih empat jam dalam wadah tertutup ditutup bagian
atas perkolator.
f. Ditambahkan Pelarut hingga Merendam sampel.
g.Dibuka saluran keluar perkolator dan cairan yang terkandung didalamnya
dibiarkan menetes perlahan.
h. Diekstraksi secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak yang dinginkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan
NO NAMA SAMPEL FOTO EKSTRAK KETERANGAN
Hasil ekstraksi kulit
batang bintangur,
menggunakan metode
refluks yaitu ekstrak cair

Kulit batang
1 bintangur
(Calophyllum Hasil ekstrak kental,
inophyllum) kulit batang bintangur
dengan metode refluks

Hasil ekstrak cair batang


kangkung pagar dengan
metode soxhletasi

Batang kangkung
2 pagar (ipomoea
carnea) Hasil ekstrak kental
batang kangkung pagar
dengan metode
soxhletasi

B. Pembahasan
Tanaman herbal merupakan tanaman yang diketahui banyak mengandung senyawa
senyawa Metabolik Sekunder dan juga berupa minyak Esensial yang kemudian dapat
dijadikan sebagai obat herbal atau suatu produk. senyawa senyawa aktif dalam tanaman
dapat di ekstrak melalui Methode Ekstraksi.
Ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan suatu zat yang didasarkan pada
perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling larut yang berbeda,
biasanya yaitu air dan yang cairan lainnya berupa Pelarut organik (Teti 2014 dalam Deni
2020).
Ekstraksi dapat terbagi menjadi Ekstraksi dingin (Maserasi,perkolasi) dan Ekstraksi
panas (Soxhletasi, Reflux )berdasarkan perkembangannya Ekstraksi terbagi menjadi
Ekstraksi konvensional seperti (maserasi,perkolasi,Soxhletasi) dan non konvensional
seperti (ekstraksi yang dibantu Ultrasonik,microwave dan sebagainya) (Hikma Wanti dkk
2020).
Pada percobaan ini sampel yang digunakan yaitu tanaman kulit batang
Bintangor(Calophyllum inophyllum) dan batang kangkung pagar (Ipomoea
Carnea)dimana kulit batang Bintangor menggunakan metode Reflux dan batang
kangkung pagar menggunakan metode Soxhletasi dengan menggunakan Pelarut Etanol
70% .
Pada percobaan kali ini tidak menggunakan Methode Maserasi dan perkolasi
dikarenakan Praktikan tidak memiliki sampel daun.
Pada pembuatan ekstrak kulit batang Bintangor(Calophyllum inophyllum) di
digunakan metode Reflux atau metode panas untuk metode ini digunakan haksel kulit
batang Bintangor sebanyak 500 g dengan cairan Penyaring Etanol sebanyak 2050 ml
dimasukkan ke dalam labu Alas bulat, kemudian dipanaskan menggunakan spiritus
selama tiga jam, lalu dilakukan Penyaringan dan diperoleh ekstrak cair dengan warna
merah kecoklatan sebanyak 2 L atau 2000 ml. Selanjutnya dilakukan pembuatan ekstrak
kental dilakukan dengan cara penguapan menggunakan Bunsen, lalu didapatkan ekstrak
kental berwarna merah kecoklatan.
Untuk memperoleh ekstrak kental, dapat dilakukan dengan menggunakan alat
RotaryEvaporator, namun pada percobaan kali ini kami menggunakan cara manual yaitu
ekstrak cair dimasukkan dalam gelas kimia lalu dipanaskan atau di uapkan dengan kaleng
dan dipanaskan dengan Bunsen sampai mendapat ekstrak kental.
Pada pembuatan ekstrak batang kangkung pagar(Ipomoea Carnea) digunakan metode
Soxhletasi atau metode panas. Untuk metode ini digunakan haksel batang kangkung
pagar kering sebanyak 60 g dengan cairan Penyaring Etanol sebanyak 1400 ml.
Dimasukkan pada selongsong pada alat Soklet, yang sebelumnya sudah melewati lima
kali sirkulasi agar menghasilkan warna awal. Kemudian dipanaskan di atas hotplate lalu
diamati hingga mencapai 25 siklus, dan dilakukan Penyaringan. Diperoleh ekstrak cair
batang kangkung pagar dengan warna hijau pucat sebanyak 1000 ml atau 1 L. Untuk
ekstrak cair batang kamu pagar di ekstrak juga menggunakan cara manual.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
tanaman herbal merupakan tanaman yang diketahui banyak mengandung senyawa
senyawa Metabolik Sekunder dan juga berupa minyak Esensial yang kemudian dapat
dihasilkan berbagai obat herbal atau suatu produk. Ekstraksi merupakan suatu metode
pemisahan suatu zat yang didapatkan pada perbedaan Kelarutan terhadap dua cairan
tidak saling larut, ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau Hewani menggunakan Pelarut yang sesuai.

B. Saran
Dalam praktikum sebaiknya dilakukan lebih teliti lagi dan lebih hati hati dalam
melakukan percobaan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.
Abbas, Sukarai. 2016. Konservasi Nyamplung (calophyllum inophyllum L) di uwaran
pesisir pantai, Afetadum, kecamatan pulau ternate, kota ternate, IAIN Ternate. Indonesia.
Deny. R. B. dkk. 2020 (uji ekstrak daun maja (Aegle marmelos L) terhadap pertumbuhan
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus). Jurusan Biologi. Universitas Negeri
Makassar.
Departemen kesehatan RI. 1994. Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
661/MEMKES/SK/VII/1994. Tentang Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta : Departemen
kesehatan RI.
Departemen kesehatan RI. 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat.
Cetakan pertama. 3-11, 17-19. Dirjen POM, Rektorat Pengawasan Obat Tradisional.
Hikmawati, N dkk. 2021. Pengaruh variasi metode ekstraksi Terhadap Perolehan
Senyawa Antioksidan Pada Daun Katuk (Saoropus Androgynous (L) Mess. Universitas
Muhammadiyah. Prof.Dr.HAMKA. Jakarta Timur.
Https://P2L.stikom.ac.id/ensiklopedia/kangkung-pagar.
Marjoni.R.2016. Dasar-dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi. Jakarta EV. Frons
Info Media.
Prasetyawati Andriyani C dan mangopang. 2013. Konservasi Kawasan pesisir dengan
tanaman nyamplung. Jurnal Ilmiah Vol.10. No.1

SKEMA KERJA

1. Metode Refluks
Disiapkan Alat dan
Bahan

Ditimbang haksel kulit batang


bintangur (calophyllum
inophyllum)

Diukur cairan penyair etanol

Dimasukkan ke dalam labu alas bulat


Dipanaskan dengan bunsen selama 3 jam

Diperoleh ekstrak cair

Dikentalkan ekstrak cair dengan rotary evaporator


atau dengan cara manual, di kaleng bakar
menggunakan gelas kimia

Dilakukan penguapan

Diperoleh cairan kental

2. Metode Soxhletasi

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang haksel batang


kangkung pagar (ipomoea carnea)

Diukur cairan penyari etanol

Dimasukkan ke dalam alat


soxhlet

Dipanaskan diatas hot plate


hingga mencapai 25 siklus
Dilakukan penyaringan

Diperoleh ekstrak cair

Menggunakan rotary evaporator, atau


dengan cara manual

Dilakukan penguapan

Diperoleh ekstrak kental

LAMPIRAN

GAMBAR KETERANGAN
Pengambilan sampel kulit batang bintangur
(calophyllum inophyllum) dan batang kangkung
pagar (ipomoea carnea)

Dilakukan , memisahkan kotoran-kotoran/bahan


asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan
perajangan
Pencucian dilakukan dengan air bersih
Lalu dilakukan perajangan
Dan dilakukan pengeringan
Haksel kulit batang bintangur (calophyllum
inophyllum) yang telah mengering ditimbang
untuk menghasilkan ekstraksi dengan metode
refluks

Dimasukkan sampel/haksel yang telah


ditimbang kedalam labu alas bulat, kemudian
ditambahkan etanol 96%

Lalu dirangkai alat refluks, dan


diekstraksi sampel selama ± 3 jam

Larutan yang sudah selesai di ekstraksi,


disaring menggunakan kertas saring dan
dimasukkan kedalam botol
Larutan yang telah disaring kemudian
dipekatkan menggunakan evaporator atau
dengan cara manual, sehingga
menghasilkan ekstrak kental.

Pada metode soxhletasi :


Ditimbang sampel batang kangkung pagar
(ipomoea carnea)

Dimasukkan sampel/haksel kedalam


timbal (wadah untuk sampel) yang sudah
dilapisi dengan kertas saring

Lalu ditambahkan pelarut dan tambahkan


2-5 kali sirkulasi pelarut (etanol)
Lalu dilakukan proses ekstraksi sampai
larutan mencapai 25 siklus

Setelah 25 siklus, sampel disaring


kemudian dimasukkan ke dalam botol

Larutan yang telah disaring kemudian


dipekatkan menggunakan rotary
evaporator atau dengan cara manual,
sehingga menghasilkan ekstraksi kental.

Anda mungkin juga menyukai