Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Kapal perang adalah kapal yang digunakan untuk kepentingan militer atau angkatan bersenjata.Kehadiran kapal perang dimulai ketika banyak kerajaan atau pemerintahan membutuhkan atau merasa perlu menegaskan posisinya di perairan sekaligus memberikan jaminan keamanan di perairan untuk melindungi negaranya dan aktivitasnya seperti nelayan dan perdagangan. Perkembangan teknologi pada kapal perang tidak terlepas dari perkembangan teknologi pada dunia pelayaran pada umumnya. Sehingga diperlukan cara atau tindakan untuk menjaga alutsista yang ada dalam kapal perang. Fumigasi merupakan salah satu program kerja Diskes Kolinlamil (Dinas Kesehatan Komando Lintas Laut Militer) yang diselenggarakan setiap Triwulan dengan skala prioritas untuk pemeliharaan kapal perang dari serangan hama, salah satunya tikus yang dapat merusak kelengkapan peralatan dalam mengoperasikan kapal perang. Dalam pelaksanaan fumigasi, guna untuk memaksimalkan pemusnahan tikus di daerah atau bagian pojokpojok kapal disebarkan Mephos yang berbentuk sediaan tablet(1). Kayu naga atau kayu pakis haji mempunyai alur motif seperti ular dan ukiran kayu seperti kaligrafi. Khasiat alami Kayu Naga untuk mengusir tikus dan hama telah dipercaya secara luas, terutama oleh masyarakat Kudus dan sekitar Muria. Banyak peternak dan petani menggunakan Kayu Naga atau kulit Kayu Naga untuk mengusir hama tikus, kalangan rumah tangga pun demikian. Dibandingkan penggunaan lem tikus atau kamper tikus, Kayu Nagajelas jauh lebih efektif(2).Oleh karena itu, kami sebagai calon formulator mencoba membuat preformulasi sediaan salepkayu naga yang berkhasiat sebagai pengusir tikus.

I.2. Rumusan Masalah Apakah ekstrak kayu naga (Alsophila glauca) dapat di preformulasi sebagai sediaan salep yang berefek sebagai antitikus?

I.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk memperoleh preformulasi sediaan salep ekstrak kayu naga (Alsophila glauca) yang dapat berefek sebagai antitikus.

I.4. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : Diperoleh preformulasi sediaan salep ekstrak/ minyak atsiri kayu naga

(Alsophila glauca) yang dapat berefek sebagai antitikus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kayu Naga / Pakis Haji(3) 1. Klasifikasi Tanaman Pakis Haji Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesis Varietas : Pteridophyta (paku-pakuan) : Pteriopsida : Cyatheales : Cyatheaceae : Alsophilla : Daucus : Alsophila glauca (BI.) J.Sm

2. Morfologi Tanaman Pakis haji memiliki nama daerah antara lain Paku ari

(Palembang);Paku Simpai, Paku Tunggak (Sumatera Barat), Paku Bagedor, Pakis Haji (Sunda); Paku aji, Paku Arjuna (Jawa); Biung (Makassar);Giro (Tidore). Tanaman Pakis Haji memiliki tinggi 5-15 m, bentuk batang tegak, bulat, tidak bercabang, permukaan kasar, bekas tangkai daun tampak menonjol dan coklat. Bentuk daun majemuk ganda, duduk memeluk batang, panjang 2-3 m, lebar 11/2, tangkai berduri tajam, anak daun halus, tepi bergerigi, hijau. Spora berbentuk kotak bulat, dibawah permukaan yang sudah tua, terdiri dari dua baris, coklat. Akar serabut, coklat tua sampai hitam. 3. Kandungan kimia Tunas, daun, dan batang Alsophila glauca mengandung polifenol ; daun dan batangnya mengandung flavonoida; di samping itu batang dan tunasnya juga mengandung saponin.

4. Manfaat Tangkai daun muda dan pucuk/umbut Alsophila glauca dapat dijadikan bahan makanan dengan cara direbus bebarapa kali dan dibuang airnya rebusannya.Daunnya bisa digunakan untuk atap bivoac dengan cara dianyam dan dipadukan dengan daun tumbuhan lain. Seratnya atau bulu-bulu pada tunas dan pangkal daun dapat dimanfaatkan untuk pengisi bantal, guling dan kasur, bahkan di Jerman komoditas ini cukup berharga. Batangnya setelah dikeringkan bermanfaat untuk kayu bakar sedangkan kayunya bermanfaat sebagai pengusir tikus.

II.2.Ekstraksi 1. Definisi Ekstraksi Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia(4). 2. Tujuan Ekstraksi Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut(5). 3. Prinsip umum ekstraksi Prinsip dari proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung senyawa aktif. Senyawa aktif tersebut akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan

terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan di dalam dan di luar sel(6).

4. Jenis Ekstraksi(6) a. Ekstraksi secara dingin 1) Metode maserasi Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahanbahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin. Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut : a. Modifikasi maserasi melingkar b. Modifikasi maserasi digesti c. Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat d. Modifikasi remaserasi e. Modifikasi dengan mesin pengaduk 2) Metode soxhletasi Soxhletasi merupakan cairan penyarian penyari simplisia dipanaskan secara sehingga

berkesinambungan,

menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekulmolekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk

ekstraksi

dengan

campuran

pelarut,

misalnya

heksan

:diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah. 3) Metode perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien. b. Ekstraksi secara panas 1) Metode refluks Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk

mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Dan kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator. 2) Metode destilasi Dasar pemisahan destilasi adalah perbedaan dua titik didih dua cairan atau lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat komponen larutan akan menguap dan mengembunkan komponen demi komponen secara bertahap. Proses pengembunan terjadi dengan mengalirkan uap ke tabung pendingin. Alat-alat yang digunakan dalam destilasi cukup

sederhana.Pertama tempat sampel, berupa reservoar biasanya dipilih labu alas bulat, kondensor untuk mengembunkan uap dan

tempat destilat.Pemanas yang digunakan dapat berupa kompor listrik atau heating mantle yang dapat diatur suhunya.Untuk mengontrol suhu uap, pada salah satu ujung labu dipasang termometer. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam destilasi adalah kondisi saat pemanasan labu didih. Dalam keadaan suhu dan tekanan tinggi, labu dapat mengalami ledakan yang dikenal sebagai super heated. Secara teknis, sebelum proses pemanasan, di dalam labu didih disertakan agen anti bumping seperti pecahan porcelain. Pori-pori porcelain dapat menyerap panas dan meratakan panas ke seluruh sistem.Metode destilasi digunakan pada larutan yang mempunyai titik didih moderat sekitar 100 oC.Apabila terdapat sampel dengan titik didih sangat tinggi, tidak disarankan menggunakan teknik pemisahan destilasi karena dua hal yaitu suhu dan tekanan tinggi rawan ledakan dan pada suhu tinggi senyawa dapat mengalami dekomposisi atau rusak. Terdapat berbagai macam destilasi, diantaranya: Destilasi sederhana : Penguapan suatu larutan dengan pemanasan dan uap diembunkan kembali oleh kondensor. Destilasi Uap : Penyulingan senyawa-senyawa volatil yang kurang larut dalam air melalui semburan uap di atas campuran sehingga zat yang lebih volatile akan menyuling ke dalam uap dan diembunkan sebagai destilat. Karena senyawa kurang larut air, maka senyawa yang diinginkan dapat dengan mudah dipisahkan dari air yang ikut mengembun sebagai destilat. Destilasi uap digunakan dalam pembuatan parfum. Destilasi destruktif : disebut juga destilasi kering, suatu proses penyulingan dari sampel padat dengan pemanasan

sampai menguap dan diembunkan kembali. Contoh destilasi batubara menjadi kokas. Destilasi fraksional : Penyulingan yang dilakukan dengan refluks parsial karena luas permukaan dalam kolom fraksionasi yang digunakan memungkinkan terjadinya keseimbangan uap-cair. Uap hasil destilasi pertama akan mengembun kembali dan melewati sel berikutnya, menguap kembali. Proses ini berlangsung berulang-ulang. Semakin banyak kolom fraksionasi, maka pemisahan semakin sempurna. Senyawa yang berada pada puncak kolom adalah senyawa paling volatil/titik didih paling rendah. Contoh : pemisahan fraksi-fraksi dalam minyak bumi.

II.3.Salep Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir(7). Berdasarkan sifat fisika-kimia, dasar salep yang ideal adalah stabil, bereaksi netral, tidak mengotori, tidak bereaksi menghilangkan lemak, tidak higroskopis, dapat dihilangkan dengan air dapat campur dengan semua obat, bebas dari bau yang tidak enak, tidak member noda, mampu memenuhi sebagai medium bagi obat yang tidak larut dalam lemak atau air, efisien untuk kulit kering, berminyak atau basah, dapat disimpan untuk penggunaan ekstemporer, dapat mengandung 50 % air, mudah dibuat atau melunak pada suhu badan(8). Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok : dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut. Dasar salep hidrokarbon. Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan ke dalamnya.Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai

pembalut penutup.Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien dan sukar cuci.Tidak mengering dan tidak berubah dalam waktu lama. Dasar salep serap.Dasar salep ini dapat dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari atas salep yang bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak ( Parafin Hidrofilik dan Lanolin Anhidrat ) dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain Salep Hidrofilik dan lebih tepat disebut krim . Dasar ini dapat dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan dapat mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologic. Dasar salep larut air. Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan larut air seperti parrafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel . Pemilihan dasar salep.Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi.Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obatan yang cepat terhidrolisasi, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mengandung air(9).

II.4.Bahan Tambahan a. Nipagin(10,11,12) 1) Nama kimia 2) Nama Lain : Nipagin : 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; methyl phydroxybenzoate; Nipagin M; 3) Rumus Molekul 4) Berat Molekul 5) Pemerian : C8H8O3 : 152,15 : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,

putih; Tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar. 6) Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam

Karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter 7) Stabilitas : stabil terhadap pemanasan dan stabil dalam bentuk larutan 8) Konsentrasi 9) Fungsi 10) Titik Lebur 11) pH 12) OTT : 0,02 0,3% : pengawet anti mikrobial : 125128C :: Aktivitas antimikroba metal paraben dan paraben

Lainnya berkurang dengan adanya surfaktan non ionik, seperti polisorbat 80, sebagai hasil dari micellization. Namun propilen glikol telah menunjukkan potensi aktivitas antimikroba dari paraben dengan penambahan surfaktan non ionik dan mencegah interaksi antara metal paraben dan polisorbat 80. Inkompatibilitas dengan subtansi lain, seperti bentonite, magnesium trisilikat, talk, tragankan, natrium alginate, minyak essensial, sorbitol, dan atropine telah dilaporkan. Juga dilaporkan bereaksi dengan bermacam-macam gula dan yang berhubugan dengan gula alkohol.Penyerapan methyl paraben dengan plastiK juga telah dilaporkan; jumlah yang diserap tergantung pada jenis plastik.Telah diklaim bahwa kepadatan rendah dan kepadatan tinggi polyethylene botol tidak menyerap

10

metal paraben.Methyl paraben tidak berwarna dengan penambahan besi dan terhidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat substitusi. 13) Wadah dan penyimpanan b. Nipasol(10,11,12) 1) Nama kimia 2) Nama Lain : Nipasol : propyl paraben, propyl hidroxybenzoate, propylis Para hidroxy benzoas, propyl parasept, solbrol, 4hidroxybenzoic acid propyl ester 3) Rumus Struktur 4) Berat Molekul 5) Pemerian 6) Kelarutan : C10H12O3 : 180,20 : serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan dalam eter; sukar larut dalam air mendidih 7) Stabilitas 8) Konsentrasi 9) Fungsi 10) Titik Lebur 11) pH 12) OTT : stabil terhadap pemanasan : 0,01 0,6 % : pengawet anti fungi : 95 - 980 C :: magnesium alumunium silikat, magnesium : Dalam wadah tertutup rapat

trisilikat, Mengabsorbsi propel paraben, berubah warna dengan adanya besi. 13) Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik c. Paraffin Liquidum (10,11,12) 1) Nama kimia 2) Nama Lain : Paraffin Liquidum : Avatech; Drakeol; heavy mineral oil; heavy liquid

petrolatum; liquid petrolatum; paraffin oil; Sirius; white mineral oil 3) Berat Molekul :-

11

4) Pemerian

: cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi;

tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa. 5) Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P. 6) Stabilitas terang. 7) Konsentrasi 8) Fungsi 9) Titik Lebur 10) pH 11) OTT : 0,1 95,0 % : sebagai basis salep hidrokarbon ::: Inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat : terjadi oksidasi bila dalam suasana panas dan

12) Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya d. Vaselin Alba (10,11,12) 1) Nama kimia 2) Nama Lain : Vaselin Album : Merkur; mineral jelly; petroleum jelly; Silkolene;

Snow white; Soft white; yellow petrolatum; yellow petroleum jelly 3) Berat Molekul 4) Pemerian :: putih atau kekuningan pucat, massa berminyak

Transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 00C. 5) Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol

dinginAtau panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam benzena, sebagian besar minyak lemak, dan dalam minyak atsiri 6) Stabilitas : jika teroksidasi dapat menimbulkan warna dan bau

Yang tidak dikehendaki. Untuk mencegah dapat ditambahkan antioksidan 7) Konsentrasi 8) Fungsi 9) Titik Lebur 10) pH : hingga 100 % : sebagai basis salep, emolient : 3860C :-

12

11) OTT

Petrolatum

dalam

material

inert

dengan

sedikitinkompatibilitas 12) Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup, sejuk, dan kering e. Alpha Tokoferol Nama Kimia Nama lain : : Alpha-Tocopherol Natural alpha tocopherol; ()-(2R,40R,80R)-

2,5,7,8-tetramethyl-2-(40,80,120-trimethyltridecyl)-6-chromanol;datocopherol; vitamin E. Berat Molekul Pemerian : : 430,72 tidak berbau, tidak berwarna atau berwarna

kuning kecoklatan, kental seperti minyak Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam

etanol 95%, dapat bercampur dengan aseton, kloroform, eter dan minyak sayur. Stabilitas : terjadi oksidasi lambat dengan oksigen di udara,

terjadi oksidasi cepat dengan adanya besi dan garam perak Konsentrasi Fungsi Titik lebur pH OTT : : : : : 0,001-0,05% v/v antioksidan Inkompatibel dengan peroksida dan ion logam, terutama besi, tembaga dan perak. Wadah dan penyimpanan : disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, kering, sejuk dan terlindung dari cahaya.

13

BAB III METODE KERJA

III.1.Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan Anak timbangan, batang pengaduk, beaker glass, cawan penguap, erlenmeyer, objek kertas perkamen, labu ukur, lumpang stop dan mortir sudip

glass,

pot,

spektrofotometer,

watch,

spatula, thermometer, tabung reaksi dan raknya, timbangan, viscometer Brookfield, water bath. 2. Bahan yang digunakan Ekstrak kayu naga (Alsophila glauca), Nipagin, Nipasol, Paraffin Liquidum, Vaselin Alba, -tokoferol III.2.Prosedur Kerja 1. Rancangan Formula Maserasi (Ekstrak) Bahan I Kayu Naga Nipasol Nipagin Paraffin Liquidum tokoferol Vaselin alba ad 100 100 100 0.05 0.05 0.05 0.02 0.18 10 0.02 0.18 10 0.02 0.18 10 10 II 20 % III 30

14

2. Perhitungan Bahan Perhitungan untuk 1 pot @ 60 gram Ekstrak kayu Naga Formula I = 10 % x 60 g =6 g Formula II = 20 % x 60 g =12 g Formula III = 30%x 60 g =18 g Nipagin (Formula I, II, III) = x 60g

= 0,108 g Nipasol (Formula I, II, III) = x60g

= 0,012 g -tokoferol (Formula I, II, III) = 0.05 % x 60 g = 0,03 g Paraffin liquidum (Formula I, II, III) = =6g x 60 g

Vaselin alba Formula I = 60 g (6 g + 0,108 g + 0,012 g + 0.03 g + 6g) =g Formula II =60 g (13g + 0,108 g + 0,012 g + 0.03g + 6g) = 39.97 g Formula III =60 g (19g + 0,108 g + 0,012 g + 0.03 g + 6 g) = 33.39 g

15

3. Pembuatan Salep Kayu Naga Vaselin album Dileburkan pada suhu 70oC Ditambahkan paraffin liquid + nipasol Diaduk hingga homogen Nipagin Ditambahkan pada suhu 70oC Campuran 1 Didinginkan dengan cara pengadukan hingga suhunya 40oC

Ekstrak kayu naga

Ditambahkan

Campuran yang sudah didinginkan

Evaluasi : 1. Penampilan Salep 2. Uji homogenitas 3. Uji viskositas salep

Diaduk hingga homogen Salep Kayu Naga

III.3.Evaluasi 1. Penampilan Salep

Salep Kayu Naga - diuji Organoleptis

Warna

Aroma

Bentuk

16

Uji ini dilakukan untuk mengetahui spesifikasi dari salep secara organoleptik meliputi bentuk, warna dan aroma. 2. Uji Homogenitas Salep Kayu Naga - diletakkan di atas kaca objek - ditutup dengan kaca objek lain - ditekan . - diamati kehomogenannya Hasil

Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui kehomogenitas ataukeseragaman dari sediaan salep (Wardhani et al., 2010). 3. Uji Viskositas Salep Kayu Naga - Diambil secukupnya - diletakkan dalam beker glass 250 mL - digunakan spindel 4 dengan kecepatan 12 rpm - dihitung hasil pembacaan

Hasil Uji viskositas ini dilakukan untuk mengetahui kekentalan atau viskositas dari sediaan salep. Uji dilakukan dengan alat viskometer Brookefield (Rajalakshmi et al., 2009).

17

BAB IV PEMBAHASAN

Salep kayu naga berasal dari ekstrak kayu naga (Alsophila glauca) yang diharapkan berkhasiat sebagai pengusir tikus. Kayu Naga (Alshophila glauca) berdasarkan pengalaman empiris digunakan oleh masyarakat luas khususnya masyarakat kudus dan gunung muria sebagai pengusir tikus. Salep ini di preformulasi untuk pemakaian pada tali kapal perang TNI Angkatan Laut agar ketika bersandar di dermaga, tikus yang biasa masuk melewati tali kapal tidak berani lagi. Rancangan formula yang dihasilkan adalah ekstrak kayu naga sebagai zat aktif dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%. Kandungan kimia yang terkandung berupa flavonoid, polifenol dan saponin. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% karena zat aktif yang terkandung tidak tahan terhadap pemanasan dan pengerjaannya lebih mudah dan murah. Etanol 70%merupakan pelarut semipolar sehingga dapat menarik ketiga zat aktif tersebut dikarenakan belum diketahui kandungan kimia yang khusus berkhasiat sebagai pengusir tikus serta pengeringan ekstrak lebih cepat dihasilkan dibandingkan menggunakan pelarut yang lain. Penggunaan konsentrasi bertingkat untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak tersebut berkhasiat sebagai pengusir tikus. Vaselin putih atau vaselin album merupakan dasar salep hidrokarbonatau dasar salep berlemak.Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan ke dalamnya.Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup.Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien dan sukar cuci. Tidak mengering dan tidak berubah dalam waktu lama(9).

Pengawet digunakan pada sediaan, agar sediaan tidak terkontaminasi dengan mikroba.Metil Paraben merupakan serbuk putih, berbau, serbuk

18

higroskopik, mudah larut dalam air.Digunakan sebagai pengawet pada kosmetik, makanan, dan sediaan farmasetik. Dapat digunakan sendiri, kombinasi, dengan pengawet paraben lain atau dengan antimikroba lainnya. Lebih efektif terhadap gram negatif daripada gram positif.Aktif pada pH antara 6-8.Efektifitas pengawetnya meningkat dengan peningkatan pH.Propil Paraben merupakan kristal putih, berbau dan berasa. Aktif pada range pH 4-8. Lebih efektif pada gram positif dibandingkan gram negatif.Untuk penggunaan topikal konsentrasi yang digunakan yaitu 0,001-0,006 %. Dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan pengawet paraben lainnya(10). Vitamin E (-tokoferol)berupa cairan seperti minyak, kuning jernih, tidak berbau, atau sedikit berbau. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan dapat bercampur dengan eter P dengan aseton P, dengan minyak nabati dan dengan kloroform.Tidak stabil terhadap cahaya dan udara. Tokoferol digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan kosmetik(10). Parafin cair merupakan cairan kental transparan, tidak berwarna, bebas dari flouresensi pada cahaya matahari. Praktis tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin dan mempunyai bau lemah ketika dipanaskan.Praktis tidak larut dalam etanol (95%), gliserin dan air.Larut dalam aseton, benzen, kloroform, karbon disulfid, eter dan eter minyak tanah. Berfungsi sebagai emolien, pelarut fase air dan pengental(10). Evaluasi yang dilakukan adalah penampilan salep yang mana diamati adalah warna dan bau. Uji homogenitas dengan melihat homogenitasnya dengan cara dioleskan di atas kaca obyek, kemudian kaca obyek tersebut dikatupkan dengan kaca obyek lain dan dilihat apakah salep tersebut homogen. Ukuran partikel yang mana viskositas dan penampilan luar dari salep tergantung ukuran partikel fase dalamnya. Ukuran partikel tersebut biasanya ditunjukkan diameter bulatan-bulatan fase dalam.Semakin kecil ukuran fartikel fase dalam maka sediaan makin kecil maka sediaan makin stabil.Viskositas dan sifat alir dengan menggunakan viskositas Brookfield dapat diketahui ukuran terhadap rpm (putaran permenit) sehingga dapat dihitung viskositasnya dan dengan memasukkan data tersebut pada kertas grafik diketahui sifat alirnya.

19

BAB V PENUTUP

V.1.Kesimpulan Ekstrak Kayu Naga (Alsophila glauca) dapat di preformulasi menjadi sediaan salep sebagai antitikus. V.2.Saran 1. Perlu dilakukan formulasi sediaan salep kayu naga sebagai anti tikus 2. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut terhadap efektifitas sediaan salep kayu naga sebagai anti tikus. 3. Perlu dilakukan penelitian tentang kandungan zat aktif dalam kayu naga yang memiliki khasiat sebagai anti tikus.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. www.tnial.mil.id, Fumigasi di Kapal TNI AL oleh Diskes kolanmil, diakses tanggal 16 Desember pukul 13.07. 2. www.sunanmuria.com, Kayu Naga Asmak, diakses tanggal 16 Desember pukul 13.11. 3. www.floranegeriku.com, Klasifikasi, Deskripsi, Manfaat, Kandungan

Alsophila glauca, di akses tanggal 16 Desember 2013 pukul 12.00. 4. Anonim,2008, Ekstraksi, www.asimas.co.id, diakses tanggal 16 Desember pukul 13.37. 5. Wikipedia,2008, Ekstraksi,www.wikipedia.org, diakses tanggal 16 Desember 13.40. 6. Sudjadi, Drs., 1986, "Metode Pemisahan", UGM Press,Yogyakarta. 7. Priyambodo, B. 2007, Manajemen Farmasi Industri, Yogyakarta: Global Pustaka Utama. 8. Ansel, H.C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat, UI Press, Jakarta 9. Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L., 1986, Teori dan Praktek FarmasiIndustri, Edisi ketiga, diterjemahkan oleh: Suyatmi, S., Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 10. Rowe, R.C., et. al., 2009, Handbook of Pharmaceutical Exipient Sixth Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association, USA.

21

11. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 12. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai