Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Penyarian merupakan peristiwa massa zat aktif yang semula berada didalam
sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam penyari
tersebut (UIT Makassar, 2012). Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau
zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk
biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan
berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi
dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. Dimana pembagian jenis
ekstraksi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Ekstraksi secara dingin, pada prinsipnya memerlukan pemanasan. Hal ini
diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia yang
tidak tahan pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak.
Adapun metode ekstraksi cara dingin yaitu maserasi dan perkolasi.
2. Ekstraksi secara panas, dilakukan untuk mengekstraksi komponen kimia
yang tahan terhadap pemanasan seperti glikosida, saponin dan minyak-
minyak yang mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu pemanasan juga
diperlukan untuk membuka pori pori sel simplisia sehingga pelarut organik
mudah masuk ke dalam sel untuk melarutkan komponen kimia. Adapun
metode ekstrasi cara panas yaitu soxhlet, refluks, destilasi, infusa, dan
dekok. (Ditjen POM, 1986)
2.1.1 Infusa
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, infusa merupakan sediaan cair yang
dibuat dengan mengekstraksi (menyari) simplisia nabati dengan air pada suhu 90
derajat celcius selama 15 menit, yang mana ekstraksinya dilakukan secara
infundasi.. Kecuali dinyatakan lain, infusa yang mengandung bukan bahan khasiat
keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam membuat cairan infus seperti jumlah simplisia, derajat halus
simplisia, banyaknya air ekstrak, serta cara menyari (Syamsuni, 2006).
Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan
metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh
kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh
disimpan lebih dari 24 jam. Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang
mempunyai jaringan lunak, yang mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang
tidak tahan pemanasan lama (Depkes RI.1979).
Simplisia memilki zat yang berkhasiat keras, maka infus dibuat dengan cara:
1. Membasahi bahan baku dengan air sebanyak 2x bobotnya (untuk bunga air
yang digunakan sebanyak 4x bobot bahan).
2. Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit (dihitung
mulai suhu dalam panci mencapai 90ºC, sambil sesekali diaduk.
3. Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambahkan bahan
kimia, misalnya asam sitrat untuk infus kina, kalium atau natrium karbonat
untuk infus kelembak.
4. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas melalui kain flanel.
Untuk mencukupi volume, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya.
Cara kerja infundasi yaitu, simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan
derajat kehalusan yang telah ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam
sebuah panci. Kemudian dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit, dihitung
mulai suhu dalam panci mencapai 900C, sambil sekali-sekali diaduk. Infuse
diserkai sewaktu masih panas melalui kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan
air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Infuse simplisia yang
mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin.
Adapun keuntungan dan kerugian dari metode ini yaitu
1. Keuntungan
a. Unit alat yang dipakai sederhana,
b. Biaya operasionalnya relatif rendah
2. Kerugian
a. zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,
apabila kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh).
b. Hilangnya zat-zat atsiri
c. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, dismping itu simplisia yang
mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan
menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.
2.1.2 Dekokta
Dekokta merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
(menyari). Simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 30
menit. Dekok diperuntukkan untuk simplisia nabati yang keras seperti kayu,
batang, biji dan lain sebagainya. Selain itu dekok juga dapat digunakan untuk
menyari simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri, dan pada bahan bahan
dimana bagian-bagiannya tahan terhadap penghangatan. Seperti halnya infus, jika
tidak dinyatakan lain, dekok yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras,
dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. Biasanya dekokta menggunakan
pelarut yang lebih sesuai untuk mengekstrak zat aktif herba. Adapun zat pelarut
yang bisa bercampur dengan air, yaitu:
1. Pelarut polar, merupakan air ataupun larutan yang berasal dari herba itu sendiri.
2. Pelarut non polar, merupakan pelarut yang tidak bisa bercampur dengan air,
seperti aseton, etil asetat.
Yang menentukan dibuatnya dekokta atau infusa adalah sifat dari simplisia
yang digunakan, dimana:
a. Dekokta untuk simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri
dan tahan terhadap pemanasan. Contoh: kulit kayu (korteks), ranting/kayu
(lignum), akar (radiks), batang, kulit buah (perikarpium), dan biji (semen).
b. Infusa untuk simplisia yang lunak, yang mengandung banyak minyak atsiri
dan bahan yang tidak tahan panas.
Banyaknya air yang dibutuhkan dalam pembuatan dekokta dan infusa:
a. Untuk simplisia segar : sejumlah infusa/ dekokta yang dibuat
b. Untuk simplisia ½ kering : sejumlah infusa/ dekokta yang dibuat + (1 x berat
simplisia)
c. Untuk simplisia kering : sejumlah infusa/ dekokta yang dibuat + (2 x berat
simplisia) (Depker, RI, 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV)
Infus Dekok
Untuk bahan-bahan dasar yang lunak. Untuk bahan-bahan dasar yang
keras.
Untuk bahan dasar yang zat-zat Untuk bahan dasar yang zat-zat
bagiannya tidak cukup tahan akan bagiannya sangat tahan pemanasan.
pemanasan.
Untuk bahan- bahan dasar dengan Untuk bahan-bahan dasar tanpa
minyak yang mudah menguap. minyak yang mudah menguap.
Untuk bahan-bahan dasar yang banyak
mengandung zat penting.
2.1.3 Rebusan
Rebusan merupakan cara yang penyarian yang sedikit berbeda dengan infus
dan dekok. Rebusan dilakukan menggunakan panas yang bersumber dari api
langsung bukan dari penangas air seperti infus dan dekok. Waktu ekstraksi
biasanya lebih lama, namum lamanya ekstraksi belum ada literatur pasti yang
menentukannya. umumnya ekstraksi dihentikan bila miscela sudah mencapai
sampai 1/3 bagian dari ekstrak awal atau 2-3 bagian pelarut menghasilkan satu
bagian ekstrak jumlah simplisia disesuaikan dengan dosis simplisia masing-
masing. Waktu yang diperlukan menurut percobaan berkisar antara 45-60 menit
dihitung mulai air mendidih. #ara ini terbatas untuk simplisia yang tahan
pemanasan atau yang tidak mudah rusak karena pemanasankarena suhu ekstraksi
mencapai 1ºC.
Perbedaan infus, dekok, dan rebusan antara lain :
Hal yang Infus Dekok Rebusan
membedakan
Suhu 90-98ºC 90-98 ºC 100 ºC
Waktu 15 menit (dari suhu 30 menit dari suhu 45-60 menit (dari
ekstraksi mencapai 90ºC mencapai 90ºC suhu mencapai
100 ºC atau 3
bagian menjadi 1
bagian.
Hasil akhir Ditambahkan pelarut Ditambahkan Tidak
ekstrak sampai 100 bagian pelarut sampai ditambahkan
100 bagian pelarut
Sumber panas Penangas air Penangas air Api langsung
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Awar-Awar (Ficus septica Burm F)
a. Klasifikasi Awar-Awar
Menurut (Steenis, 2008) berdasarkan ilmu taksonomi atau klasifikasi
tumbuhan, tanaman awar-awar (Ficus septica Burm F) dikelompokkan sebagai
berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Urticales
Family : Moraceae
Genus : Ficus Gambar 2.2.1
Spesies : Ficus septica Burm F Awar-Awar (Ficus
b. Morfologi septica Burm F)
Pohon atau semak tinggi , tegak 1-5 meter. Batang
pokok bengkok bengkok, lunak, ranting bulat silindris, berongga, gundul,
bergetah bening. Daun penumpu tunggal, besar, sangat runcing, daun tunggal,
bertangkai, duduk daun berseling atau berhadapan, bertangkai 2,53 cm. Helaian
berbentuk bulat telur atau elips, dengan pangkal membulat, ujung menyempit
cukup tumpul, tepi rata, 9-30 kali 9-16 cm, dari atas hijau tua mengkilat, dengan
banyak bintik-bintik yang pucat, dari bawah hijau muda, sisi kiri kanan tulang
daun tengah dengan 6-12 tulang daun samping; kedua belah sisi tulang daun
menyolok karena warnanya yang pucat (Kurdi, 2010).
Bunga majemuk susunan periuk berpasangan, bertangkai pendek, pada
pangkaInya dengan 3 daun pelindung, hijau muda atau hijau abu-abu, diameter
lebih kurang 1,5 cm, pada beberapa tanaman ada bunga jantan dan bunga gal,
pada yang lain bunga betina. Buah tipe periuk, berdaging hijau-hijau abu-abu,
diameter 1,5-2 cm.
c. Kandungan kimia
Kandungan kimia pada daun, buah, dan akar Ficus septica adalah saponin
dan flavonoid, disamping itu buahnya, mengandung alkaloid dan tanin, sedangkan
akarnya mengandung senyawa polifenol (Steenis, 2008). Selain itu, daun awar-
awar (Ficus septica Burm F) juga mengandung senyawa flavonoid genistin dan
kaempferitrin, kumarin, senyawa fenolik, pirimidin dan alkaloid antofin, 10S,
13aR-antofin N-oxide, dehidrotylophorinficuseptin A, tylophorin, 2-
Demetoksitylophorin, 14α-Hidroksiisotyloprebin N- oxide, saponin triterpenoid,
sterol. Buahnya mengandung alkaloid dan tanin, sedangkan akarnya mengandung
senyawa aktif polifenol (Kinho 2011).
d. Manfaat Awar-Awar
Manfaat daun awar-awar untuk terapi, antara lain sebagai obat penyakit
kulit, radang usus buntu, mengatasi bisul, mengatasi gigitan ular berbisa dan sesak
nafas. Sedangkan akar digunakan sebagai penawar racun (ikan), penanggulangan
asma. Getahnya bisa dimanfaatkan untuk mengatasi bengkak-bengkak dan kepala
pusing. Buahnya biasa digunakan sebagai pencahar (Kinho, 2011).
Daun digunakan untuk obat penyakit kulit, radang usus buntu, mengatasi
bisul, gigitan ular berbisa dan sesak napas. Akar digunakan untuk penawar racun
ikan dan penanggulangan asma. Perasan air dari tumbukan akar awar awar dan
adas pulowaras dapat digunakan untuk mengobati keracunan ikan, gadung
(Dioscorea hispida dennst) dan kepiting. Jika ditumbuk dengan segenggam akar
alang-alang dan airnya diperas merupakan obat penyebab muntah yang sangat
manjur. Obat bisul dipakai ± 5 gram daun segar Ficus septica Burm F, ditumbuk
sampai lumat, kemudian ditempelkan pada bisul. Getah dimanfaatkan untuk
mengatasi bengkak-bengkak dan kepala pusing, buah digunakan untuk pencahar
(Kurdi, 2010).

2.2.2 Bawang Merah ( Allium cepa var. ascalonicum)


a. Klasifikasi Bawang Merah
Menurut Rahayu dan Berlian (2006) bawang merah (Allium cepa var.
ascalonicum) termasuk famili Liliaceae dan sistimatika klasifikasinya sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spematophyta
Kelas : Monocotyledonal
Ordo : Liliaceae
Famili : Liliaceae
Genus : Allium Gambar 2.2.2
Spesies : Allium cepa var. Bawang Merah ( Allium
ascalonicum cepa var. ascalonicum)
b. Morfologi
Batang pada bawang merah merupakan batang yang semu yang terbentuk
dari kelopak-kelopak daun yang saling membungkus. Kelopak-kelopak daun
sebelah luar selalu melingkar dan menutupi daun yang ada didalamnya. Bagian
yang membengkak pada bawang merah berisi cadangan makanan untuk
persediaan makanan bagi tunas yang akan menjadi tanaman baru, sejak mulai
bertunas sampai keluar akarnya. daun memiliki bagian-bagian helaian daun
(lamina), dan tangkai daun (petiolus). Daun pada bawang merah (Allium cepa var.
ascalonicum) hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil dan
memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian pangkal umbi membentuk cakram
yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian
bawah cakram tumbuh akar-akar serabut. Di bagian atas cakram terdapat mata
tunas yang dapat menjadi tanaman baru. Tunas ini dinamakan tunas lateral, yang
akan membentuk cakram baru dan kemudian dapat membentuk umbi lapis
kembali (Estu et al. 2007).
c. Kandungan Kimia
Flavonoid dan fenol lebih banyak terkandung dalam bawang merah
dibanding anggota bawang lainnya (Nurmalina, dkk, 2012). Bahan aktif yang
terkandung dalam bawang merah memiliki efek farmakologis terhadap tubuh,
yakni: allisin dan alliin yang mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme,
flavonoid dan flavonol yang mampu mampu menghambat pertumbuhan bakteri,
serta pektin yang mampu mengendalikan pertumbuhan bakteri (Jawa, 2016).
Senyawa-senyawa aktif seperti flavonoid dan flavonol, allisin dan alliin, serta
pektin yang tersebut dipercayai mampu menghambat pertumbuhan suatu
mikroorganisme. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penelitian terkait
senyawa aktif yang terkandung dalam bawang merah.
d. Manfaat Bawang Merah
Bawang merah merupakan bumbu dapur yang sering digunakan sebagai
bahan dasar dari sebuah masakan. Bawang merah juga dipercayai mampu
menyembuhkan penyakit ringan seperti pilek, mual, dan obat sakit gigi.
Kandungan senyawa aktif dalam bawang merah memiliki efek farmakologis atau
bisa disebut dengan antimikroba dengan adanya kandugan fitokimia didalam umbi
bawang merah yang mumpuni dalam menangani permasalahan tersebut (Jawa,
2016).
2.2.3 Sirih Hijau (Piper betle L.)
a. Klasifikasi Sirih Hijau
Menurut Tjitrosoepomo (1988) kedudukan tanaman sirih dalam sistematika
tumbuhan (taksonomi) diklasifikaiskan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dikotiledonaea Gambar 2.2.3
Ordo : Piperales Sirih Hijau (Piper betle
Famili : Piperaceae L.)
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.

b. Morfologi
Sirih hijau (Piper betle L.) termasuk jenis tumbuhan perdu merambat dan
bersandarkan pada batang pohon lain, batang berkayu, berbuku-buku beralur,
warna hijau keabu-abuan, daun tunggal, bulat panjang, warna hijau, perbungaan
bulir, warna kekuningan, buah buni, bulat, warna hijau keabu abuan (Damayanti
dkk, 2006). Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk
daunnya pipih menyerupai jantung, tangkainya agak panjang, tepi daun rata,
ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging
daun tipis. Permukaan daun warna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya
berwarna hijau tembelek atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar
serta berbuku-buku. Daun sirih yang subur berukuran lebar antara 8-12 cm dan
panjangya 10-15 cm (Damayanti dkk, 2006).
c. Kandungan Kimia
Daun sirih hijau dapat digunakan sebagai antibekteri karena mengandung
4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol, caryophyllen
(sisquiterpene), kavikol, kavibetol, estragol, dan terpen (Hermawan dkk, 2007).
Komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya. Salah
satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali
lebih kuat dibandingkan fenol. Daya antibakteri minyak atsiri daun sirih hijau
(Piper betle L.) disebabkan adanya senyawa kavikol yang dapat mendenaturasi
protein sel bakteri. Flavonoid selain berfungsi sebagai antibakteri dan
mengandung kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang
mempunyai daya antibektri lima kali lipat dari fenol biasa terhadap
Staphylococcus aureus. Estragol mempunyai sifat antibakteri, terutama terhadap
Shigella sp. Monoterpana dan seskuiterpana memiliki sifat sebagai antiseptik, anti
peradangan dan antianalgenik yang dapat membantu penyembuhan luka (Zahra
dan Iskandar, 2007).
d. Manfaat Sirih Hijau (Piper betle L.)
Daun Sirih mempunyai khasiat sebagai obat batuk, obat bisul, obat sakit
mata, obat sariawan, obat hidung berdarah (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

2.2.4 Pala (Myristica fragrans Houtt)


a. Klasifikasi Pala (Myristica fragrans Houtt)
Berikut sistematika tanaman pala (Hasan, 2011)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Myristicales
Famili : Myristicaceae
Gambar 2.2.4
Genus : Myristica
Pala (Myristica fragrans
Spesies : Myristica fragrans Houtt
Houtt)
b. Morfologi
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tumbuhan berupa pohon yang
berasal dari kepulauan Banda dan Maluku. Pala dipanen bijinya, salut bijinya
(arillus), dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli,
atau dalam bahasa inngris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae
arillus. Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex Bentuk pohon
pala, berpenampilan indah tinggi 10 – 20 m, menjulang tinggi keatas dan
kepinggir, mahkota pohonnya meruncing, berbentuk pyramida (kerucut), lonjong
(silindris). Biji dan Fuli:Pala termasuk tanaman berbiji tunggal, dan dilindungi
oleh tempurung. Walaupun tidak tebal, biji pala cukup keras dipegang. Beberapa
diantaranya berbentuk bulat telur dan lonjong. Jika sudah tua, warnanya berubah
menjadi cokelat tua, kemudian permukaannya licin. Namun, jika masih muda
permukaannya keriput, beralur dengan warna cokelat muda di bawahnya dan
cokelat tua di bagian atasnya. Tempurung biji tumbuh dibungkus oleh fuli atau
bunga pala, fuli dan bijinya memiliki banyak manfaat (Arrijani 2005).
c. Kandungan Kimia
Biji pala memiliki kandungan minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi,
enzim lipase, pektin, lemonena, dan asam oleanolat. Jadi, hampir semua bagian
buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan.

d. Manfaat Pala (Myristica fragrans Houtt)


Untuk meningkatkan sistim imun dan radioprotektif1, antidiabetes,
antikonvulsan, antimoluska, hepatoprotektif, antikarsinogen, aprodisiak,
antidepresan, antioksidan, antimikroba.
2.2.5 Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)
a. Klasifikasi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)
Dalam buku yang di tulis oleh (Rukmana, 1997) tentang sistematika ubi
jalar yang digolongkan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
SubDivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Gambar 2.2.5
Family : Convolvulaceae
Ubi Jalar (Ipomoea
Genus : Ipomoea
batatas L)
Spesies : Ipomea batatas (L)
b. Morfologi
Ubi Jalar secara umum tersusun dari dua bagian utama, yaitu Brangkasan
(Shoot) yaitu organ tanaman diatas permukaan tanah berupa bunga, batang
utama dan cabang, daun dan biji. Organ ubi jalar yang berada di dalam tanah
berupa akar (fiberousnoots) dan ubi(tuberousroots).
c. Kandungan kimia
Ubi jalar juga menyediakan 37 persen kebutuhan tubuh akan vitamin C.
Ubi jalar ukuran sedang yang sudah dipanggang hanya memiliki 105 kalori,
sehingga cocok bagi Anda yang sedang menjalani program penurunan berat
badan. Ubi jalar juga mengandung serat dan hampir tidak mengandung lemak.
Kandungan nutrisi penting lainnya pada ubi jalar yaitu 25 persen mangan, 14
persen vitamin B6, dan 9 persen kalium.
d. Manfaat Ubi Jalar ((Ipomoea batatas L)
Kandungan beta karoten pada ubi jalar bermanfaat dalam mencegah
kanker. Penelitian menunjukkan bahwa beta karoten dapat menurunkan risiko
beberapa penyakit kanker, seperti kanker lambung, payudara, dan ginjal. Beta
karoten pada ubi jalar memiliki peran yang hebat. Zat ini bekerjasama dengan
vitamin C dalam meningkatkan kekebalan tubuh. Dua zat yang juga memiliki
sifat antioksidan ini membentuk kombinasi nutrisi yang kuat untuk mendukung
peningkatan sistem kekebalan tubuh.Serat tinggi yang terkandung pada ubi jalar
membantu sistem pencernaan menjadi lebih baik dan mencegah terjadinya
sembelit. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ubi jalar dapat mengurangi
kadar gula dalam darah penderita diabetes. Ubi jalar juga ditengarai dapat
mengurangi resistensi sel terhadap insulin dan menurunkan kadar HbA1C dalam
darah yang meningkat pada penderita diabetes.
2.2.6 Kunyit (Curcuma domestica Linn)
a. Klasifikasi kunyit (Curcuma domestica Linn)
Klasifikasi tumbuhan kunyit menurut Hidayat dan Hutapea, (1991) adalah
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Gambar 2.2.6
Marga : Curcuma
Kunyit (Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Linn
domestica Linn)
b. Morfologi
Habitus: Semak, tinggi ± 70 cm. Batang: Semu, tegak, bulat, membentuk
rimpang, hijau kekuningan. Daun: Tunggal, lanset memanjang, helai daun 3-8,
ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12,5 cm,
pertulangan menyirip, hijau pucat. Bunga: Majemuk, berambut, bersisik, tangkai
panjang 16-40 cm, mahkota panjang ± 3 cm, lebar ± 1,5 cm, kuning, kelopak
silindris, bercangap tiga, tipis, ungu, pangkal daun pelindung pulih, ungu. Akar:
Serabut, coklat muda (Depkes RI, 2002).

c. Kandungan Kimia
Kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah : zat
warna kurkuminoid, minyak atsiri, arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin,
dammar dan mineral. Minyak atsiri berjumlah 2 sampai dengan 5% yang terdiri
dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana turmeron (aril-turmeron, alpha
turmeron dan beta turmeron), kurlon kurkumol, atlanton, bisabolen,
seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen, humulen. Arabinosa, fruktosa,
glukosa, pati, tanin, dan dammar (Herebian et al., 2009).
d. Manfaat Kunyit (Curcuma domestica Linn)
Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat
temu-temuan yang berpotensi untuk dibudidayakan (Syukur et al., 2006).
Rimpang kunyit dapat digunakan antara lain mengobati gusi bengkak, luka, sesak
nafas, sakit perut, bisul, sakit limpa, usus buntu, encok, gangguan pencernaan,
perut kembung dan menurunkan tekanan darah. Kunyit juga dapat digunakan
sebagai bahan pewarna, bahan campuran kosmetika, bakterisida, fungisida dan
stimulan (Bursatriannyo et al., 2014).
2.2.7 Singkong (Manihot esculenta)
a. Klasifikasi Singkong (Manihot esculenta)
Adapun klasifikasi ilmiah dari tanaman singkong ini, antara lain sebagai
berikut;
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae Gambar 2.2.7

Genus : Manihot Singkong (Manihot

Spesies : Manihot esculenta esculenta)

b. Morfologi
Mempunyai batang yang lurus dengan tinggi sekitar 1,5 m sampai 4 m.
bulat dengan diameter 2,5cm  sampai 4 cm, dan berkayu serta bergabus.  Batang
pohon singkong memiliki warna coklat atau keunguan dan bisa bercabang ganda
bahkan sampai tiga. Daun pada tanaman singkong termasuk daun majemuk
dengan anak daun yang berbentuk elips dengan ujungnya yang runcing.  Daun
singkong memiliki warna hijau muda, hijau kekuningan, bahkan sampai hijau
keunguan.  Mempunyai tangkai daun yang panjang dengan warna hijau, merah,
kuning sampai bisa kombinasi dari ketiganya. Bunga tanaman singkong muncul
pada tiap ketiak cabang. Untuk bunga betinadapat berkembang lebih dulu dan
matang pada saat tumbuhan berumur 3 sampai 4 minggu. Akar tumbuhan masuk
dalam tanah dengan kedalaman 0,5  sampai 0,6 m. sebagian akar ubi kayu
dimanfaatkan untuk menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat.  Maka dari
itu buah singkong dapat disebut juga dengan umbi batang. Karena menjadi tempat
untuk menyimpan cadangan makanan dalam ukuran yang cukup besar bahkan
sampai mengalahkan ukuran akar lainnya. Akar umbi yang besar inilah yang
dapat disebut juga dengan umbi singkong.  Warna dari umbi singkong yaitu coklat
atau kelabu. Kulit dalamnya memiliki warna kuning kemerahan agak putih dengan
warna daging kuning serta putih.
c. Kandungan Kimia
Singkong mengandung racun linamarin dan loustralin yang termasuk
golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat pada semua bagian tanaman,
terutama terakumulasi pada akar dan daun. Singkong dibedakan atas dua tipe,
yaitu pahit dan manis. Singkong tipe pahit mengandung kadar racun yang lebih
tinggi daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau yang dimasak kurang
sempurna dikonsumsi maka racun tersebut akan berubah menjadi senyawa kimia
yang dinamakan hidogren sianida, yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
Sianida dalam ubikayu merupakan ikatan sianida sianogenic, yang terdiri dari
93% linamarin dan 7% lotaustralin (Yuliarti, 2007).
d. Manfaat Singkong (Manihot esculenta)
Ketela pohon adalah umbi yang banyak sekali mengandung Insoluble Fiber
atau serat yang tidak dapat larut dalam air. Serat jenis ini memiliki fungsi
memperlancar proses pencernaan seperti buang air besar, serta dapat menyerap
dan membuang racun dalam usus, sehingga pencernaan akan menjadi lebih sehat.
Masyarakat dapat menggunakan daun singkong untuk mengobati sakit kepala.
Daun singkong ternyata juga dapat digunakan untuk mengobati diare
2.2.8 Kopi (Coffea canephora Pierre ex Froehner)
a. Klasifikasi Kopi (Coffea canephora Pierre ex Froehner)
Klasifikasi kopi berdasarkan tingkatan taksonomi menurut (USDA, 2018).
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Gambar 2.2.8
Ordo : Rubiales
Kopi (Coffea canephora
Famili : Rubiaceae
Pierre ex Froehner)
Genus : Coffea L.
Spesies : Coffea canephora Pierre ex Froehner
b. Morfologi
Tanaman kopi memiliki sistem perakaran tunggang yang tidak rebah,
perakaran tanaman kopi relatif dangkal, lebih dari 90% dari berat akar terdapat
lapisan tanah 0-30 cm (Najiyati dan Danarti, 2012).
Batang tanaman kopi merupakan tumbuhan berkayu, tumbuh tegak ke atas
dan berwarna putih keabu-abuan. Pada batang terdiri dari 2 macam tunas yaitu
tunas seri (tunas reproduksi) yang tumbuh searah dengan tempat asalnya dan
tunas legitim yang hanya dapat tumbuh sekali dengan arah tumbuh membentuk
sudut nyata dengan tempat aslinya (Arief dkk, 2011).
Daun berbentuk menjorong, berwarna hijau dan pangkal ujung meruncing.
Bagian tepi daun bersipah, karena ujung tangakai tumpul. Pertulangan duan
menyirip, dan memiliki satu pertulangan terbentang dari pangkal ujung hingga
terusan dari tangkai daun. Selain itu, daun juga berombak dan tampak mengkilap
tergantung dengan spesiesnya. Daun kopi memiliki panjang antara 15-40 cm dan
lebarnya antara 7-30 cm serta memiliki tangkai daun dengan panjang antar 1-1,5
Daun tanaman kopi tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-ranting
(van Steenis et al., 2008).
Secara morfologi, biji kopi berbentuk bulat telur, berstekstur keras dan
berwarna kotor (Najiyati dan Danarti, 2012)
c. Kandungan Kimia
Banyaknya komponen kimia didalam kopi seperti kafein, asam klorogenat,
trigonelin, karbohidrat, lemak, asam amino, asam organik, aroma volatile Asam
klorogenat dapat melindungi tumbuhan kopi dari mikroorganisme, serangga dan
radiasi UV sedangkan manfaat asam klorogenat bagi kesehatan manusia yaitu
sebagai antioksidan, antivirus, hepatoprotektif, dan berperan dalam kegiatan
antispasmodik.
d. Manfaat Kopi (Coffea canephora Pierre ex Froehner)
Memiliki manfaat dalam mengurangi risiko terkena berbagai penyakit berat,
seperti diabetes tipe 2 dan kanker. Selain itu, kopi juga berguna untuk mengurangi
risko penyakit yang menyerang otak, seperti alzheimer yang dapat berujung pada
penyakit dementia. berguna untuk melindungi tubuh dari berbagai macam infeksi
penyakit serta menghambat terjadinya kerusakan sel dalam tubuh. Kandungan
antioksidan pada kopi ditengarai lebih tinggi dibandingkan dengan buah dan
sayur-sayuran. Kandungan kafein di dalam kopi membantu meredakan sakit yang
dialami kepala dan menurunkan tingkat stres. Itulah sebabnya mengapa banyak
orang cenderung minum kopi saat akan menghadapi momen penting
seperti meeting kantor yang penting. Minum kopi secara teratur juga
menyebabkan seseorang menjadi lebih bahagia karena turunnya tingkat stres.
2.3.1 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM RI, 1979: 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus molekul : C2H6O
Rumus struktur : H-H
H-C -C-O-H
H-H

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap,


mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan warna biru yang
tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, kloroform P, eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari api
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh
kuman.
2.2.2 Aquadest (Ditjen POM edisi III, 1979)
Nama Resmi : Aqua destilata
Nama Lain : Aquadest
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 gr/mol
Rumus Struktur : O

H H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,tidak


berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut

Anda mungkin juga menyukai