Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang
berlimpah. Kurang lebih terdapat 40.000 – 50.000 spesies tanaman ada
di Indonesia. Berbagai tanaman tersebut sebagian telah dimanfaatkan sebagai obat
tradisional oleh masyarakat.
Cara penarikan kandungan kimia obat dalam tanaman sangat menentukan
senyawa apa saja yang akan berada dalam ekstrak. Pemilihan cara ekstraksi yang
salah menyebabkan hilangnya atau berkurangnya senyawa kimia berkhasiat yang
diinginkan.Pemahaman tentang sifat zat-zat kimia yang ada dalam tanaman
mutlak diperlukan untuk mendukung pemilihan cara ekstraksi.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan
yang lainnya pelarut organik. Salah satu metode ekstraksi yang dapat digunakan
untuk mengekstraksi adalah infusa/dekokta. Pada makalah ini kami akan
membahas tentang Dekoktasi. Dekoktasi/Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat
dengan mengekstraksi sediaaan herbal dengan air pada suhu 900C selama 30
menit. Dekokta merupakan proses ekstraksi yang mirip dengan proses infundasi,
hanya saja dekokta yang dibuat membutuhkan waktu lebih lama dan suhu pelarut
sama dengan titik didih air.
Cara ekstraksi sangat beragam, disesuaikan dengan sifat simplisia,
kandungan kimia di dalamnya dan ketersediaan alat ekstraksi. Ekstraksi
dilakukan dengan cara panas dan cara dingin yaitu infuse, dekok, rebusan, dan
maserasi.infuse, dekok, dan rebusan merupakan sediaan galenika dan cara
ekstraksi yang sering diaplikasikan di masyarakat.
Cara ekstraksi sangat beragam, disesuaikan dengan sifat simplisia, kandungan
kimia di dalammya. Pada makalah ini kami akan membahas tentang Dekoktasi.
Dekoktasi/Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
sediaaan herbal dengan air pada suhu 900C selama 30 menit. Dekokta merupakan
proses ekstraksi yang mirip dengan proses infundasi, hanya saja dekokta yang

1
dibuat membutuhkan waktu lebih lama dan suhu pelarut sama dengan titik didih
air.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu dekoktasi.
2. Untuk mengetahui pembuatan dengan metode dekoktasi

1.3 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah:
1. Agar menjadi informasi bahwa untuk mengestraksi sediaan herbal dapat juga
menggunakan metode dekoktasi.
2. Agar menambah pengetahuan pembaca tentang ekstraksi dengan metode
dekoktasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dekoktasi/Dekokta

Dekokta istilah aslinya adalah dekoktum (bahasa Latin): adalah sediaan cair
yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air (pelarut
berair/polar) pada suhu 90° C selama 30 menit, terhitung setelah panci bagian
bawah mulai mendidih (Farmakope Indonesia, 1995).
Dekokta dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemanasannya. Hal ini
terutama berkaitan dengan bahan-bahan simplisia yang umumnya berupa bahan
keras, seperti misalnya kulit kayu(korteks), kayu (lignum), akar (radiks), batang,
kulit buah (perikarpium), biji (semen).
Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90 0C selama waktu ± 30 menit.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa yang lebih banyak
dalam sari. Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan
aktif yang tahan terhadap pemanasan.

2.2 Prinsip Kerja Pembuatan Dekokta

Dekokta dibuat dari bahan-bahan alam yang direbus pada suhu 90o.
Perbedaannnya dengan infusa adalah dekokta penyariannya selama 30 menit
sedangkan infusa hanya sekitar 15 menit dengan suhu yang sama. Decocta untuk
simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri dan tahan terhadap
pemanasan.
Untuk melakukan proses infusa dan dekokta, maka kita harus mempersiapkan
1 unit panci yang terdiri dari 2 buah panci yang saling bisa ditumpuk Panci yang
di atas digunakan untuk menaruh bahan yang akan di ekstraksi (tentu bersama
pelarutnya, yaitu air, masing-masing dengan takaran tertentu), sementara panci
sebelah bawah diisi air, maksudnya digunakan sebagai pemanas panci atas,
sehingga panas yang diterima panci atas tidak langsung berhubungan dengan api.
Teorinya, ketika panci bawah airnya mendidih (pada suhu 100oC), maka panas
yang diterima oleh panci atas suhunya hanya mencapai sekitar 90oC saja. Kondisi
demikian ini diperlukan agar zat aktif dalam bahan tidak rusak oleh pemanasan

3
berlebihan. (biasanya zat aktif akan rusak bila dipanaskan sampai 100oC atau
lebih).
Gambar 2.1 Alat Dekoktasi

2.3 Prosedur Kerja Pembuatan Infusa/Dekokta


Prosedur kerja pembuatan dekokta adalah sebagai berikut:
1. Simplisia yang berupa tanaman atau bagian tanaman dengan derajat halus
tertentu ditimbang (misalnya 10 g), kemudian dimasukkan ke dalam panci
atas diberi air “secukupnya”. Maksud dari “secukupnya” disini
diperhitungkan terhadap kadar ekstrak yang hendak kita inginkan, jadi
misalnya kita ingin membuat ekstrak berkadar zat aktif 10%, maka serbuk
tanaman yang dibutuhkan adalah 10 g ditambah air 100 g (100 cc), sementara
kalo kita menggunakan air sebanyak 200 cc dan serbuknya tetap 10 g, maka
kadar ekstrak yang akan kita peroleh menjadi 5% saja, begitu seterusnya.
2. Setelah panci atas siap untuk diproses, maka masukkan panci beserta isinya
segera ke dalam panci bawah yang telah berisi air. Setelah itu panci bawah
dipanaskan di atas api langsung dan dibiarkan sampai mendidih (artinya suhu
mencapai 100oC). Diharapkan maka suhu air di panci atas akan mencapai
90oC.
3. Pemanasan dilakukan selama 30 menit terhitung mulai air di panci bawah
mendidih (suhu panci atas mencapai 90°C), sambil sekali-sekali diaduk.
4. Setelah cukup 30 menit, maka panci atas diturunkan dan disaring sel agi
masih panas melalui kain flannel. Apabila volume akhir yang didapat ternyata

4
kurang dari 100 cc (air semula 100 cc) maka perlu ditambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki
yaitu 100 cc.
5. Cara menambahkan air itu harus menurut aturan kuantitatif, yaitu hasil
saringan tadi dipindah ke gelas ukur, kemudian kekurangan air yang
diperlukan, ditambahkan sampai volume akhir mencapai batas skala 100 cc
(jadi tidak boleh menambah air sesuai dengan kurangnya air, namun yang
diukur adalah kekurangan air yang akan ditambahi).
6. Infuse simplisia yang mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah
dingin. Infuse asam jawa dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas.
Infuse kulit kina biasanya ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari
bobot simplisia. Asam jawa sebelum dipakai dibuang bijinya dan sebelum
direbus dibuat massa seperti bubur. Buah adas dan dan buah adas manis
dipecah terlebih dahulu.

2.4 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Dekocta


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dekocta, yaitu :
1. Derajat halus dari bahan-bahan bakal
Untuk beberapa bahan bakal, diberikan derajat halusnya terutama :
a. Pulpa Tamarindom harus digerus dengan air dalam mortir, dimana biji-
bijinya harus dibuang dulu sebelum ditimbang.
b. Fruktur Anisi, Fructus juniferi dan fructus Myrtilli harus dimemarkan
terlebih dahulu. kecuali Fructus Hordei decorticati dan semen lini.
Jika suatu dekok harus dibuat dari bahan bakal yang tidak tercantum dalam
daftar derajat halus, hendaknya diambil bahan bakal dengan derajat halus yang
sama seperti yang dipakai untuk pembuatan sediaan-sediaan galenika, atau
diambil derajat halus dari bahan bakal lain yang konsistensinya sama dengan
bahan bakal yang dipakainya itu.
2. Banyaknya bahan bakal
Banyaknya bahan bakal adalah 10 bagian untuk 100 bagian serkaian; dimana
hal ini hanya berlaku bahan-bahan bakal yang tercantum dalam Farmakope, dan
bahan-bahan itu bukan bahan-bahan yang berkhasiat keras. Sebagian terkecuali

5
dari peraturan ini, ada bahan-bahan bakal yang tercantum dalam sebuah daftar
yang terpisah dari Farmakope. Terkecualian itu adalah :

Bagian bahan bakal untuk 100 bagian serkaian


Nama Bahan Jumlah Nama Bahan Jumlah
Radix Ipecacuanhae 0,5 Fores Arnicae 4
Folia Digitalis 0,5 Folia Sennae 4
Herba Adonidis Vernalis 0,5 Radix Senegae 4
Folia Orthosiphonis 0,5 Species Antiaphtosae 5
Carrageen 1,5 Cortex Chinae 6
Secale Qornutum 3 Lichen Islandicus 6
Semen Lini 3

Untuk banyaknya bahan bakal, Codex memberikan peraturan yang sama


seperti Farmakope, kepada daftar rerkecualian hanya ditambahkan Fructus Hordal
decorticati, dimana harus diambil 8 bagian bahan bakal untuk 100 bagian
serkaian.
Jika suatu decoc diambil dari suatu bahan bakal yang berkhasiat keras,
tidak dinyatakan banyaknya bahan yang harus diambil, maka boleh dianggap
bahwa resep itu tidak sempurna dan harus meminta keterangan lebih lanjut kepada
dokter yang menulisnya.
Untuk memeriksa takaran maksimum, harus dipastikan bahwa zat-zat
berkhasiat telah larut semuanya dalam sari-sari itu.
3. Banyaknya Air
Penambahan dilakukan sebanyak 2 kali bobot bahan bakalnya, tetapi untuk
beberapa bahan bakal, penambahan ini terlalu sedikit. Maka :
a. Flores Chammomillae Vulgaris, Flores Tiliae, dan Semen Lini dipakai empat
kali bobot bahan bakal
b. Carrageen sebanyak 15 kali bobot bakal bahan
c. Pulpa Tamarindorum cruda hanya diperlukan air yang sama dengan
bobotnya. Karena bahan bakal ini tidak dikeringkan terlebih dahulu

6
4. Menghangatkannya
Waktu yang diperlukan untuk pembuatan decoc atau infus, dihitung saat isi
panci mencapai suhu 90 0C atau jika panci kita tempatkan di penangas air yang
dingin, maka kita anggap bahwa isinya telah mencapai suhu itu, jika penangas
airnya mulai mendidih. Jika panci perebus diletakkan diatas penangas air yang
menidih maka untuk menaikan suhunya kita menghitung 10 menit. Disertai juga
dengan pengadukan.
5. Menyerkai
Decocta harus diserkai panas-panas kecuali decoctum condurango, karena zat
yang berkhasiat yang terdapat di dalamnya yaitu Condurangin. Dalam air panas
jauh lebih kecil kelarutannya dari pada dalam air dingin. Mengenai infusa, bahan
bakal yang mengandung minyak-minyak atsiri harus diserkai setelah dingin, tapi
perlu diingat bahwa Folia Sennae mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit
perut yang melarut dalam air panas tetapi tidak larut air dingin. Sehingga infusum
Sennae harus selalu diserkai dingin.
Untuk pembuatan Infusum Sennae compositum penyerkaian harus dingin dan
kemudian dengan pemanasan dalam botol tertutup, garam saignette dilarutkan.
Infusa lainnya boleh diserkai panas-panas atau diserkai dingin.
6. Decocto-Infusa
Jika dari beberapa bahan bakal bersama-sama harus dibuat suatu serkaian,
sedangkan bahan bakal pertama termasuk yang harus dibuat decoc dan yang lain
harus infuse, maka bahan bakal itu dibuat suatu decoctum-infissum. Mula-mula
bahan bakal yang dibuat decoc dimasukan dahulu dalam panic-infus, 15 menit
kemudian dimasukan bahan bakal yang harus dibuat infus. Panci dihangatkan
pada suhu 90 oC selama 15 menit. Maka decoctum-infusum harus diserkai panas /
dingin tergantung jenis bahan bakalnya. Jika ada yang harus diserkai panas dan
dingin maka pertama kali kita harus selidiki apakah decoctum-infusum dapat
dipisahkan pembuatannya, sehingga dari bahan bakal yang pertama kita membuat
suatu decoc yang diserkai panas dan dari bahan yang lain kita membuat infuse
yang diserkai dingin. Dengan syarat air yang tersedia cukup untuk pembuatan
masing-masing serkaiannya. Bila air cukup maka kita dapat mengerjakannya
dengan dua cara:

7
a. Decoctum-Infusum diserkai panas-panas, cara ini yang terbanyak dipakai, hal
ini ditentukan oleh codex.
b. Decoctum-Infusum dipisah dalam decoc yang diserkai pana dan infuse yang
diserkai dingin, kedua-duanya dibuat dengan bagian-bagian air yang tersedia,
yang banyaknya sebanding.
Untuk decoctum Chinae, Farmakope memilih perbandingan 6 : 100. Karena
mengandung zat-zat yang disebut : kinotanat-kinotanat, yang kelarutannya hanya
terbatas. Jika decoctum serupa itu dibuat lebih kuat maka tak akan banyak zat
yang melarut.
Pemisahan suatu serkaian sudah tentu perlu,bila bagian-bagian dari bahan-
bahannya bereaksi satu dengan yang lainnya atau memberikan suatu endapan (zat
samak dan alkoloida-alkoloida) jika air yang tersedia cukup banyak untuk masing-
masing bagian untuk memperoleh serkaian yang biasa, maka harus menggunakan
cara kedua.
7. Bahan bakal Decoc atau Infus
Kita membuat decoc atau infus ditentukan oleh sifat dari bahan bakal. Yaitu:
a. Decoc :
 Pada bahan-bahan bakal yang keras
 Pada bahan-bahan bakal tanpa minyak atsiri
 Pada bahan-bahan bakal dimana bagian-bagiannya tahan terhadap
pemanasan.
b. Infusa:
 Pada bahan-bahan bakal yang lunak
 Pada bahan-bahan bakal minyak atsiri
 Pada bahan-bahan bakal dimana zat yang terkandung tidak atau kurang
tahan terhadap pemanasan.
Misalnya radix ipecacuanhae, rizoma hydrastis dan bahan-bahan bakal yang
banyak mengandung pati seperti Radix Liquiritae, Radix Rhei, dan
sebagainya.

8
2.5 Keuntungan Dan Kekurangan Metode Dekoktasi
2.5.1. Keuntungan
1. Unit alat yang dipakai sederhana,
2. Biaya operasionalnya relatif rendah
2.5.2. Kerugian
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,
apabila kelarutannya sudah mendingin, (lewat jenuh).
2. Hilangnya zat-zat atsiri
3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, disamping itu simplisia
yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal
dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.
4. Ekstrak kurang stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan jamur
sehingga tidak boleh disimpan tebih dari 24 jam pada suhu kamar.
5. Kadang-kadang pada simplisia tertentu akan menghasilkan ekstrak yang
berlendir, sehingga sulit dilakukan penyaringan.

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dekokta adalah Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90 0C selama
waktu ± 30 menit.
Tahapan pembuatan dekokta :
a. Ambil bagian tanaman yang akan digunakan, kemudian cuci bersih.
b. Iris tipis bagian tanaman yang telah dicuci.
c. Campur simplisia tanaman dengan derajat halus yang sesuai dalam panci
dengan air secukupnya.
d. Panaskan panci berisi simplisia tanaman dan air tersebut di atas penangas air.
e. Setelah air dalam panci berisi simplisia mencapai suhu 90˚C, panaskan di atas
tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu mencapai 90˚C sambil
sekali-sekali diaduk-aduk.
f. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas hingga diperoleh volume dekok yang dikehendaki.
Bentuk bahan bakal yang dapat dibuat dengan metode dekokta adalah
 Pada bahan-bahan bakal yang keras
 Pada bahan-bahan bakal tanpa minyak atsiri
 Pada bahan-bahan bakal dimana bagian-bagiannya tahan terhadap
pemanasan.
3.2 Saran
Perlu diadakannya pelatihan atau praktek langsung tentang ekstraksi agar para
mahasiswa/mahasiswi dapat mengaplikasikan teori yang didapat, agar lebih
memahami lebih mendalam.

10
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
http://unclebendotfarm.blogspot.com/2013/10/dekokta-bunga-rosella.html

11

Anda mungkin juga menyukai