Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 3

Anisa Rahmi Fahri Yani 17-063


Muhammad Miftach 17-064
Rika Maya Prida 17-072
Yeni Retnawati 17-073
Zakiah 17-074

Metode Infundasi dan Destilasi

A. Metode Infundasi
1. Pengertian Infundasi
Merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada suhu
90OC selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian
dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh
kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh
disimpan lebih dari 24 jam (Ansel, 1989).
a) Sediaan yang dibuat dengan metode infundasi
Infus / rebusan obat: sedian air yang dibuat dengan mengextraksi simplicia
nabati dengan air suhu 90° C selama 15 menit,yang mana ekstraksinya dilakukan
secara infundasi Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula di
dalam sel ditarik oleh cairan penyanyi sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari.
Secara umum penyarian akan bertambah baik apabila permukaan simplisia yang
bersentuhan semakin luas (Ansel, 1989).
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan
air pada 90-980c selama 15 menit. Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang
mempunyai jaringan lunak,yang mengandung minyak atsiri,dan zat-zat yang tidak
tahan pemanasan lama.(Depkes RI.1979)
b) Infus dibuat dengan cara :
1) Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan, untuk bunga 4
kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot bahan.
2) Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu 900 –
980C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan. Pada simplisia
tertentu tidak diambilo 10 bagian bahan. Hal ini di sebabkan karena:
a. Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina digunakan 6
bagian.
b. Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan, misalnya daun
kumis kucing, sekali minum infuse 100cc karena itu diambil 1/2 bagian.
c. Berlendir, misalnya karagen digunakan 11/2 bagian
d. Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan 1/2 bagian.
3) Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah bahan kimia
misalnya:
a. Asam sitrat untuk infuse kina
b. Kalium atau Natrium karbonat untuk infuse kelembak
4) Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang
mengandung bahan yang mudah menguap.
5) Simplisia yang digunakan untuk pembuatan infuse harus mempunyai derajat
kehalusan tertentu.
a. Derajat kahalusan (2/3), misalnya : Daun kumis kucing, Daun sirih, Akar manis
b. Derajat kehalusan (3/6), misalnya Rimpang jeringau, Akar kelembak
c. Derajat kehalusan (6/8), misalnya :Rimpang lengkuas, Rimpang temulawak,
Rimpang jahe
d. Derajat kehalusan (8/24), misalnya Kulit kina
c) Cara Kerja Infundasi
Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang telah
ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian dipanaskan
dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu dalam panci mencapai 900C,
sambil sekali-sekali diaduk. Infuse diserkai sewaktu masih panas melalui kain flannel.
Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Infuse
simplisia yang mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin. Infuse asam
jawa dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas. Infuse kulit kina biasanya
ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari bobot simplisia. Asam jawa sebelum
dipakai dibuang bijinya dan sebelum direbus dibuat massaseperti bubur. Buah adas dan
dan buah adas manis dipecah terlebih dahulu.
d) Keuntungan Dan kekurangan Metode Infundasi
a. Keuntungan
1. Unit alat yang dipakai sederhana,
2. Biaya operasionalnya relatif rendah
b. Kerugian
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap
kembali,apabila kelarutannya sudah mendingin.(lewat jenuh)

2. Hilangnya zat-zat atsiri

3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,disamping itu simplisia yang
mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan
menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi ketiga, 591, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4. Jakarta : UI Press.
B. Destilasi
Destilasi merupakan suatu metode yang dipakai untuk memisahkan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap atau volatilitas
bahan. Dalam penyulingan, campuran zat didihkan sehingga menguap dan uap
tersebut kemudian didihkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan membuat penguapan lebih cepat.
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan untuk
mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa menguap). Selama
pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak
saling bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor.
Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi (Mukhriani, 2014).
a. Metode
Metode destilasi uap, pemisahan komponen minyak atsiri dari bahan
didasarkan pada volatilitas bahan. Sedangkan pada ekstraksi dengan pelarut,
komponen minyak atsiri terpisah dari bahan berdasarkan sifat kelarutan bahan dalam
pelarut yang sesuai.
b. Cara Kerja
Pada destilasi uap, uap yang diumpankan akan memberikan panas vaporisasi,
sehingga bahan yang didestilasi akan memanas. Uap akan mendorong selsel pada
jaringan tanaman yang mengandung minyak atsiri untuk membuka dan membebaskan
komponen volatil di dalamnya. Komponen-komponen volatil dalam minyak atsiri
akan menguap dan bergabung dengan uap sebagai campuran fase gas. Campuran fase
gas kemudian melalui ketel suling menuju proses kondensasi. Minyak atsiri tidak
bercampur dengan air, sehingga akan diperoleh dua fase yang terpisah setelah destilat
dikondensasi. Minyak atsiri akan berada di atas lapisan air, kemudian minyak atsiri
dipisahkan dan disimpan. Mekanisme yang terjadi pada ekstraksi dengan pelarut
adalah difusi tanpa diikuti reaksi kimia dalam dua fase tidak saling larut yang saling
kontak, sehingga terjadi distribusi solut di antara dua cairan atau dua fase yang tidak
saling campur. Distribusi tersebut terjadi berdasarkan kelarutan masing-masing
komponen dalam kesetimbangan. Kelarutan senyawa dalam pelarut ditentukan oleh
polaritas senyawa dan pelarut. Komponen minyak atsiri akan mudah larut dalam
pelarut yang sama polaritasnya dengan komponen yang diekstrak (Dewi & Dkk,
2018).
c. Bagian-bagian Alat destilasi
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, L. K., & Dkk. (2018). Studi Perbandingan Metode Isolasi Ekstraksi Pelarut dan
Destilasi Uap Minyak Atsiri Kemangi terhadap Komposisi Senyawa Aktif. Jurnal
Rekayasa Bahan Alam Dan Energi Berkelanjutan, 2(1), 13–19.

Mukhriani. (2014). Esktraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif. Journal
Kesehatan, VII(2), 361–367. https://doi.org/10.24817/jkk.v32i2.2728

Anda mungkin juga menyukai