“DEKOKTA”
OLEH :
KELOMPOK VI
KELAS B
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan.
Kami menyadari walaupun tugas ini telah dibuat makasimal, namun
mungkin masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan. Kami menerima
kritik dan saran serta petunjuk dari semua pihak bagi penyempurnaan penyusunan
makalah ini. Kami berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ............................................................................................
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Potensi
alam yang dimiliki Indonesia sangat melimpah terutama pada sektor pertanian,
peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan kelautan serta pariwisata.
Pemanfaatan kekayaan alam yang terintegrasi akan memaksimalkan potensi alam
yang ada, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Pencegahan penyakit melalui tanaman merupakan salah satu pemanfaatan sumber
daya alam yang ada di Indonesia. Tanaman memiliki peranan yang penting dalam
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia maupun hewan, mengingat
tanaman memiliki kandungan senyawa alam yang berkhasiat.
Metode pemisahan merupakan aspek penting untuk kita pelajari karena
kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh
materi murni dari suatu campuran, kita harus melakukan pemisahan. Berbagai
teknik pemisahan dapat diterapkan untuk memisahkan campuran. Contohnya pada
perusahaan air minum, memperoleh air jernih dari air sungai melalui penyaringan
pasir dan arang.
Ekstraksi itu sendiri adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan
senyawa yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain.
Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat di golongkan
kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, dan flavonoida, dengan diketahuinya
senyawa aktif yang dikandung simplisia maka akan mempermudah pemisahan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Metode ekstraksi berdasarkan pelarutnya
dibagi menjadi 6, yaitu maserasi, perkolasi, refluks, sokletasi, digesti, infus dan
dekok. Pembahasan ini akan difokuskan pada salah satu teknik pemisahan
ekstraksi yaitu dekokta.
Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan
herbal dengan air pada suhu 90˚C selama 30 menit. Dekokta merupakan proses
ekstraksi yang mirip dengan proses pembuatan infusa, hanya saja infusa yang
dibuat membutuhkan waktu lebih lama dan suhu pelarut sama dengan titik didih
air.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat penulis
rumuskan ialah sebagai berikut :
1. Apa itu dekokta ?
2. Bagaimana metode pembuatan dekokta ?
3. Apa perbedaan dari infusa dan dekokta ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penuis melakukan praktikum
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari dekokta
2. Untuk mengetahui metode pembuatan dari dekokta
3. Untuk mengetahui perbedaan infusa dan dekokta
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dekokta
Dekokta merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90o C (dihitung mulai suhu 900C) pada
waktu yang lebih lama (30 menit). Hal ini dilakukan untuk memperoleh
kandungan senyawa yang lebih banyak dalam sari. Cara ini dapat dilakukan untuk
simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan.
Dekokta istilah aslinya adalah dekoktum (bahasa latin) : adalah sediaan
cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air
(pelarut berair/polar) pada suhu 90° C selama 30 menit, terhitung setelah panci
bagian bawah mulai mendidih. Apa yang disebut “bahan nabati” dalam dunia
farmasi lebih popular dengan istilah “simplisia nabati”.
Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari
suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut
tersebut ada yang bersifat “larut air”(contohnya air sendiri, disebut pelarut polar)
ada juga pelarut yang “tidak larut air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut
pelarut non polar). Metode infusa dan dekokta keduanya sama-sama
menggunakan pelarut air atau pelarut “larut air” atau pelarut polar. Tapi mengapa
dekokta dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemanasannya. Hal ini terutama
berkaitan dengan bahan-bahan simplisia yang umumnya berupa bahan keras,
seperti misalnya kulit kayu (korteks), kayu (lignum), akar (radiks), batang, kulit
buah (perikarpium), biji (semen).Untuk melakukan proses dekokta, maka kita
harus mempersiapkan 1 unit panci yang terdiri dari 2 buah panci yang saling bisa
ditumpuk. Bagi para praktisi pengobatan tradisional mungkin sudah mengenal
jenis panci yang demikian ini, namanya “panic tim” (lihat gambar).
Panci yang di atas digunakan untuk menaruh bahan yang akan di ekstraksi
(tentu bersama pelarutnya, yaitu air, masing-masing dengan takaran tertentu),
sementara panci sebelah bawah diisi air,maksudnya digunakan sebagai pemanas
panci atas, sehingga panas yang diterima panci atas tidak langsung berhubungan
dengan api.Teorinya, ketika panci bawah airnya mendidih (pada suhu 1000C),
maka panas yang diterima oleh panci atas suhunya hanya mencapai sekitar 900C
saja. Kondisi demikian ini diperlukan agar zat aktif dalam bahan tidak rusak oleh
pemanasan berlebihan. (biasanya zat aktif akan rusak bila dipanaskan sampai
100 0C atau lebih).
4. Menghangatkannya
Waktu yang diperlukan untuk pembuatan decoc atau infus, dihitung saat isi
panci mencapai suhu 90 0C atau jika panci kita tempatkan di penangas air yang
dingin, maka kita anggap bahwa isinya telah mencapai suhu itu, jika penangas
airnya mulai mendidih. Jika panci perebus diletakkan diatas penangas air yang
menidih maka untuk menaikan suhunya kita menghitung 10 menit. Disertai juga
dengan pengadukan.
5. Menyerkai
Decocta harus diserkai panas-panas kecuali decoctum condurango, karena
zat yang berkhasiat yang terdapat di dalamnya yaitu Condurangin. Dalam air
panas jauh leih kecil kelarutannya dari pada dalam air dingin. Mengenai infusa,
bahan bakal yang mengandung minyak-minyak atsiri harus diserkai setelah
dingin, tapi perlu diingat bahwa Folia Sennae mengandung zat yang dapat
menyebabkan sakit perut yang melarut dalam air panas tetapi tidak larut air
dingin. Sehingga infusum Sennae harus selalu diserkai dingin.
Untuk pembuatan Infusum Sennae compositum penyerkaian harus dingin
dan kemudian dengan pemanasan dalam botol tertutup, garam saignette
dilarutkan. Infusa lainnya boleh diserkai panas-panas atau diserkai dingin.
6. Decocta-Infusa
Jika dari beberapa bahan bakal bersama-sama harus dibuat suatu serkaian,
sedangkan bahan bakal pertama termasuk yang harus dibuat decocta dan yang lain
harus infuse, maka bahan bakal itu dibuat suatu decoctum-infissum. Mula-mula
bahan bakal yang dibuat decoc dimasukan dahulu dalam panic-infus, 15 menit
kemudian dimasukan bahan bakal yang harus dibuat infus. Panci dihangatkan
pada suhu 90 oC selama 15 menit. Maka decoctum-infusum harus diserkai panas /
dingin tergantung jenis bahan bakalnya.
Jika ada yang harus diserkai panas dan dingin maka pertama kali kita harus
selidiki apakah decoctum-infusum dapat dipisahkan pembuatannya, sehingga dari
bahan bakal yang pertama kita membuat suatu decoc yang diserkai panas dan dari
bahan yang lain kita membuat infuse yang diserkai dingin. Dengan syarat air yang
tersedia cukup untuk pembuatan masing-masing serkaiannya. Bila air cukup maka
kita dapat mengerjakannya dengan dua cara:
a. Decoctum-Infusum diserkai panas-panas, cara ini yang terbanyak dipakai,
hal ini ditentukan oleh codex.
b. Decoctum-Infusum dipisah dalam decoc yang diserkai pana dan infuse yang
diserkai dingin, kedua-duanya dibuat dengan bagian-bagian air yang
tersedia, yang banyaknya sebanding.
Untuk decoctum Chinae, Farmakope memilih perbandingan 6 : 100. Karena
mengandung zat-zat yang disebut : kinotanat-kinotanat, yang kelarutannya hanya
terbatas. Jika decoctum serupa itu dibuat lebih kuat maka tak akan banyak zat
yang melarut.
Pemisahan suatu serkaian sudah tentu perlu,bila bagian-bagian dari bahan-
bahannya bereaksi satu dengan yang lainnya atau memberikan suatu endapan (zat
samak dan alkoloida-alkoloida) jika air yang tersedia cukup banyak untuk masing-
masing bagian untuk memperoleh serkaian yang biasa, maka harus menggunakan
cara kedua.
7. Bahan bakal Decoc atau Infus
Kita membuat decoc atau infus ditentukan oleh sifat dari bahan bakal.
Yaitu:
a. Decoc :
1. Pada bahan-bahan bakal yang keras
2. Pada bahan-bahan bakal tanpa minyak atsiri
3. Pada bahan-bahan bakal dimana bagian-bagiannya tahan terhadap
penghangatan.
b. Infusa:
1. Pada bahan-bahan bakal yang lunak
2. Pada bahan-bahan bakal minyak atsiri
3. Pada bahan-bahan bakal dimana zat yang terkandungtidak atau kurang
tahan terhadap penghangatan. Misalnya radix ipecacuanhae, rizoma
hydrastis dan bahan-bahan bakal yang banyak mengandung pati seperti
Radix Liquiritae, Radix Rhei, dan sebagainya.
Yang menentukan dibuatnya dekokta atau infusa adalah sifat dari simplisia
yang digunakan :
a. Dekokta untuk simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak
atsiri dan tahan terhadap pemanasan.
b. Infusa untuk simplisia yang lunak, yang mengandung minyak atsiri dan
bahan yang tidak tahan panas
A. Kesimpulan
1. Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 90o C (dihitung mulai suhu 900C) pada waktu yang
lebih lama (30 menit).
2. Tahapan pembuatan dekokta :
a. Ambil bagian tanaman yang akan digunakan, kemudian cuci bersih.
b. Iris tipis bagian tanaman yang telah dicuci.
c. Campur simplisia tanaman dengan derajat halus yang sesuai dalam panci
dengan air secukupnya.
d. Panaskan panci berisi simplisia tanaman dan air tersebut di atas penangas
air.
e. Setelah air dalam panci berisi simplisia mencapai suhu 90˚C, panaskan di
atas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu mencapai 90˚C
sambil sekali-sekali diaduk-aduk.
f. Serkai selagi panas, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas
hingga diperoleh volume dekok yang dikehendaki.
3. Perbedaan dekokta dan infusa yaitu pada decocta lamanya penyarian setengah
jam, sedangkan pada infusa selama 15 menit. Selain itu dekokta untuk simplisia
keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri dan tahan terhadap
pemanasan. Sedangkan infusa untuk simplisia yang lunak, yang mengandung
minyak atsiri dan bahan yang tidak tahan panas.
B. Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Jakarta : Depkes RI.