Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FARMAKOGNOSI II

“DEKOKTA”

OLEH :

KELOMPOK VI

KELAS B

AGUSTINA F. SEMUNYA (F1F113065)


FADLIANI RAMADHAN (F1F113080)
VIRDA MAULIDYA (F1F113081)
WA ODE NANDA ASWINDA (F1F113082)
FADLIANI RAMADHAN (F1F113080)
ANDI SITTI ZAENAB S. (F1F113086)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan.
Kami menyadari walaupun tugas ini telah dibuat makasimal, namun
mungkin masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan. Kami menerima
kritik dan saran serta petunjuk dari semua pihak bagi penyempurnaan penyusunan
makalah ini. Kami berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan.

Kendari, Mei 2015

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................

Daftar Isi..................................................................................................

BAB I Pendahuluan ................................................................................

A. Latar Belakang ...........................................................................


B. Rumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan .........................................................................................

BAB II Pembahasan ................................................................................

BAB III Penutup .....................................................................................

A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ............................................................................................

Daftar Pustaka .........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Potensi
alam yang dimiliki Indonesia sangat melimpah terutama pada sektor pertanian,
peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan kelautan serta pariwisata.
Pemanfaatan kekayaan alam yang terintegrasi akan memaksimalkan potensi alam
yang ada, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Pencegahan penyakit melalui tanaman merupakan salah satu pemanfaatan sumber
daya alam yang ada di Indonesia. Tanaman memiliki peranan yang penting dalam
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia maupun hewan, mengingat
tanaman memiliki kandungan senyawa alam yang berkhasiat.
Metode pemisahan merupakan aspek penting untuk kita pelajari karena
kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh
materi murni dari suatu campuran, kita harus melakukan pemisahan. Berbagai
teknik pemisahan dapat diterapkan untuk memisahkan campuran. Contohnya pada
perusahaan air minum, memperoleh air jernih dari air sungai melalui penyaringan
pasir dan arang.
Ekstraksi itu sendiri adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan
senyawa yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain.
Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat di golongkan
kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, dan flavonoida, dengan diketahuinya
senyawa aktif yang dikandung simplisia maka akan mempermudah pemisahan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Metode ekstraksi berdasarkan pelarutnya
dibagi menjadi 6, yaitu maserasi, perkolasi, refluks, sokletasi, digesti, infus dan
dekok. Pembahasan ini akan difokuskan pada salah satu teknik pemisahan
ekstraksi yaitu dekokta.
Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan
herbal dengan air pada suhu 90˚C selama 30 menit. Dekokta merupakan proses
ekstraksi yang mirip dengan proses pembuatan infusa, hanya saja infusa yang
dibuat membutuhkan waktu lebih lama dan suhu pelarut sama dengan titik didih
air.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat penulis
rumuskan ialah sebagai berikut :
1. Apa itu dekokta ?
2. Bagaimana metode pembuatan dekokta ?
3. Apa perbedaan dari infusa dan dekokta ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penuis melakukan praktikum
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari dekokta
2. Untuk mengetahui metode pembuatan dari dekokta
3. Untuk mengetahui perbedaan infusa dan dekokta
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dekokta
Dekokta merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90o C (dihitung mulai suhu 900C) pada
waktu yang lebih lama (30 menit). Hal ini dilakukan untuk memperoleh
kandungan senyawa yang lebih banyak dalam sari. Cara ini dapat dilakukan untuk
simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan.
Dekokta istilah aslinya adalah dekoktum (bahasa latin) : adalah sediaan
cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air
(pelarut berair/polar) pada suhu 90° C selama 30 menit, terhitung setelah panci
bagian bawah mulai mendidih. Apa yang disebut “bahan nabati” dalam dunia
farmasi lebih popular dengan istilah “simplisia nabati”.
Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari
suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut
tersebut ada yang bersifat “larut air”(contohnya air sendiri, disebut pelarut polar)
ada juga pelarut yang “tidak larut air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut
pelarut non polar). Metode infusa dan dekokta keduanya sama-sama
menggunakan pelarut air atau pelarut “larut air” atau pelarut polar. Tapi mengapa
dekokta dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemanasannya. Hal ini terutama
berkaitan dengan bahan-bahan simplisia yang umumnya berupa bahan keras,
seperti misalnya kulit kayu (korteks), kayu (lignum), akar (radiks), batang, kulit
buah (perikarpium), biji (semen).Untuk melakukan proses dekokta, maka kita
harus mempersiapkan 1 unit panci yang terdiri dari 2 buah panci yang saling bisa
ditumpuk. Bagi para praktisi pengobatan tradisional mungkin sudah mengenal
jenis panci yang demikian ini, namanya “panic tim” (lihat gambar).
Panci yang di atas digunakan untuk menaruh bahan yang akan di ekstraksi
(tentu bersama pelarutnya, yaitu air, masing-masing dengan takaran tertentu),
sementara panci sebelah bawah diisi air,maksudnya digunakan sebagai pemanas
panci atas, sehingga panas yang diterima panci atas tidak langsung berhubungan
dengan api.Teorinya, ketika panci bawah airnya mendidih (pada suhu 1000C),
maka panas yang diterima oleh panci atas suhunya hanya mencapai sekitar 900C
saja. Kondisi demikian ini diperlukan agar zat aktif dalam bahan tidak rusak oleh
pemanasan berlebihan. (biasanya zat aktif akan rusak bila dipanaskan sampai
100 0C atau lebih).

B. Metode Umum Pembuatan Dekokta


Tahapan pembuatan dekokta :
1. Ambil bagian tanaman yang akan digunakan, kemudian cuci bersih.
2. Iris tipis bagian tanaman yang telah dicuci.
3. Simplisia yang berupa tanaman atau bagian tanaman dengan derajat halus
tertentu ditimbang (misalnya 10 g), kemudian dimasukkan ke dalam panci
atas diberi air “secukupnya”. Maksud dari “secukupnya” disini
diperhitungkan terhadap kadar ekstrak yang hendak kita inginkan, jadi
misalnya kita ingin membuat ekstrak berkadar zat aktif 10%, maka serbuk
tanaman yang dibutuhkan adalah 10 g ditambah air 100 g (100 cc),
sementara jika kita menggunakan air sebanyak 200 cc dan serbuknya tetap
10 g, maka kadar ekstrak yang akan kita peroleh menjadi 5% saja. Begitu
seterusnya.
4. Setelah panci atas siap untuk diproses, maka masukkan panci beserta
isinya segera ke dalam panci bawah yang telah berisi air. Setelah itu panci
bawah dipanaskan di atas api langsung dan dibiarkan sampai mendidih
(artinya suhu mencapai 1000 C). Diharapkan maka suhu air dipanci atas
akan mencapai 900C.
5. Pemanasan dilakukan selama 30 menit terhitung mulai air di panci bawah
mendidih (suhu panci atas mencapai 90°C), sambil sekali-sekali diaduk.
6. Waktu 30 menit itu adalah aturan umum yang diberikan oleh buku-buku
farmasi resmi seperti Farmakope. Setelah cukup 30 menit, maka panci atas
diturunkan dan disaring selagi masih panas. Apabila volume akhir yang
didapat ternyata kurang dari 100 cc (air semula 100 cc) maka perlu
ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh
volume dekokta yang dikehendaki yaitu 100 cc.
7. Cara menambahkan air itu harus menurut aturan kuantitatif, yaitu hasil
saringan tadi dipindahkan ke gelas ukur, kemudian kekurangan air yang
diperlukan, ditambahkan sampai volume akhir mencapai batas skala
100 cc (jadi tidak boleh menambah air sesuai dengan kurangnya air,namun
yang diukur adalah kekurangan air yang akan ditambahkan).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam decocta, yaitu :


1. Derajat halus dari bahan-bahan bakal
Untuk beberapa bahan bakal, diberikan derajat halusnya; pada bahan itu
ditunjukan pula, terutama :
a. Pulpa Tamarindom harus digerus dengan air dalam mortir, dimana biji-
bijinya harus dibuang dulu sebelum ditimbang.
b. Fruktur Anisi, Fructus juniferi dan fructus Myrtilli harus dimemarkan
terlebih dahulu. kecuali Fructus Hordei decorticati dan semen lini.
Jika suatu dekok atau infus harus dibuat dari bahan bakal yang tidak
tercantum dalam daftar derajat halus, hendaknya diambil bahan bakal dengan
derajat halus yang sama seperti yang dipakai untuk pembuatan sediaan-sediaan
galenika, atau diambil derajat halus dari bahan bakal lain yang konsistensinya
sama dengan bahan bakal yang dipakainya itu.

2. Banyaknya bahan bakal


Banyaknya bahan bakal adalah 10 bagian untuk 100 bagian serkaian;
dimana hal ini hanya berlaku bahan-bahan bakal yang tercantum dalam
Farmakope, dan bahan-bahan itu bukan bahan-bahan yang berkhasiat keras.
Sebagian kekecualian dari peraturan ini, ada bahan-bahan bakal yang tercantum
dalam sebuah daftar yang terpisah dari Farmakope. Dikecualian itu adalah :
Bagian bahan bakal untuk 100 bagian serkaian
Nama Bahan Jumlah Nama Bahan Jumlah
Radix Ipecacuanhae 0,5 Fores Arnicae 4
Folia Digitalis 0,5 Folia Sennae 4
Herba Adonidis 0,5 Radix Senegae 4
Vernalis
Folia Orthosiphonis 0,5 Species 5
Antiaphtosae
Carrageen 1,5 Cortex Chinae 6
Secale Qornutum 3 Lichen Islandicus 6
Semen Lini 3
Untuk banyaknya bahan bakal, Codex memberikan peraturan yang sama
seperti Farmakope, kepada daftar kekecualian hanya ditambahkan Fructus Hordal
decorticati, dimana harus diambil 8 bagian bahan bakal untuk 100 bagian
serkaian.
Jika suatu decoc atau infus diambil dari suatu bahan bakal yang berkhasiat
keras, tidak dinyatakan banyaknya bahan yang harus diambil, maka boleh
dianggap bahwa resep itu tidak sempurna dan harus meminta keterangan lebih
lanjut kepada dokter yang menulisnya. Untuk memeriksa takaran maksimum,
harus dipastikan bahwa zat-zat berkhasiat telah larut semuanya dalam sari-sari itu.
3. Banyaknya Air
Penambahan dilakukan sebanyak 2 kali bobot bahan bakalnya, tetapi untuk
beberapa bahan bakal, penambahan ini terlalu sedikit. Maka :
a. Flores Chammomillae Vulgaris, Flores Tiliae, dan Semen Lini dipakai
empat kali bobot bahan bakal
b. Carrageen sebanyak 15 kali bobot bakal bahan
c. Pulpa Tamarindorum cruda hanya diperlukan air yang sama dengan
bobotnya. Karena bahan bakal ini tidak dikeringkan terlebih dahulu

4. Menghangatkannya
Waktu yang diperlukan untuk pembuatan decoc atau infus, dihitung saat isi
panci mencapai suhu 90 0C atau jika panci kita tempatkan di penangas air yang
dingin, maka kita anggap bahwa isinya telah mencapai suhu itu, jika penangas
airnya mulai mendidih. Jika panci perebus diletakkan diatas penangas air yang
menidih maka untuk menaikan suhunya kita menghitung 10 menit. Disertai juga
dengan pengadukan.

5. Menyerkai
Decocta harus diserkai panas-panas kecuali decoctum condurango, karena
zat yang berkhasiat yang terdapat di dalamnya yaitu Condurangin. Dalam air
panas jauh leih kecil kelarutannya dari pada dalam air dingin. Mengenai infusa,
bahan bakal yang mengandung minyak-minyak atsiri harus diserkai setelah
dingin, tapi perlu diingat bahwa Folia Sennae mengandung zat yang dapat
menyebabkan sakit perut yang melarut dalam air panas tetapi tidak larut air
dingin. Sehingga infusum Sennae harus selalu diserkai dingin.
Untuk pembuatan Infusum Sennae compositum penyerkaian harus dingin
dan kemudian dengan pemanasan dalam botol tertutup, garam saignette
dilarutkan. Infusa lainnya boleh diserkai panas-panas atau diserkai dingin.
6. Decocta-Infusa
Jika dari beberapa bahan bakal bersama-sama harus dibuat suatu serkaian,
sedangkan bahan bakal pertama termasuk yang harus dibuat decocta dan yang lain
harus infuse, maka bahan bakal itu dibuat suatu decoctum-infissum. Mula-mula
bahan bakal yang dibuat decoc dimasukan dahulu dalam panic-infus, 15 menit
kemudian dimasukan bahan bakal yang harus dibuat infus. Panci dihangatkan
pada suhu 90 oC selama 15 menit. Maka decoctum-infusum harus diserkai panas /
dingin tergantung jenis bahan bakalnya.
Jika ada yang harus diserkai panas dan dingin maka pertama kali kita harus
selidiki apakah decoctum-infusum dapat dipisahkan pembuatannya, sehingga dari
bahan bakal yang pertama kita membuat suatu decoc yang diserkai panas dan dari
bahan yang lain kita membuat infuse yang diserkai dingin. Dengan syarat air yang
tersedia cukup untuk pembuatan masing-masing serkaiannya. Bila air cukup maka
kita dapat mengerjakannya dengan dua cara:
a. Decoctum-Infusum diserkai panas-panas, cara ini yang terbanyak dipakai,
hal ini ditentukan oleh codex.
b. Decoctum-Infusum dipisah dalam decoc yang diserkai pana dan infuse yang
diserkai dingin, kedua-duanya dibuat dengan bagian-bagian air yang
tersedia, yang banyaknya sebanding.
Untuk decoctum Chinae, Farmakope memilih perbandingan 6 : 100. Karena
mengandung zat-zat yang disebut : kinotanat-kinotanat, yang kelarutannya hanya
terbatas. Jika decoctum serupa itu dibuat lebih kuat maka tak akan banyak zat
yang melarut.
Pemisahan suatu serkaian sudah tentu perlu,bila bagian-bagian dari bahan-
bahannya bereaksi satu dengan yang lainnya atau memberikan suatu endapan (zat
samak dan alkoloida-alkoloida) jika air yang tersedia cukup banyak untuk masing-
masing bagian untuk memperoleh serkaian yang biasa, maka harus menggunakan
cara kedua.
7. Bahan bakal Decoc atau Infus
Kita membuat decoc atau infus ditentukan oleh sifat dari bahan bakal.
Yaitu:
a. Decoc :
1. Pada bahan-bahan bakal yang keras
2. Pada bahan-bahan bakal tanpa minyak atsiri
3. Pada bahan-bahan bakal dimana bagian-bagiannya tahan terhadap
penghangatan.
b. Infusa:
1. Pada bahan-bahan bakal yang lunak
2. Pada bahan-bahan bakal minyak atsiri
3. Pada bahan-bahan bakal dimana zat yang terkandungtidak atau kurang
tahan terhadap penghangatan. Misalnya radix ipecacuanhae, rizoma
hydrastis dan bahan-bahan bakal yang banyak mengandung pati seperti
Radix Liquiritae, Radix Rhei, dan sebagainya.

C. Perbedaan Infusa dan Dekokta


Dekokta dan infusa dapat diartikan sebagai sari-sari dalam air yang dibuat
dari bahan-bahan alam yang direbus pada suhu 900C sampai 980C. Perbedaannya
yaitu pada decocta lamanya penyarian setengah jam, sedangkan pada infusa
selama 15 menit.

Yang menentukan dibuatnya dekokta atau infusa adalah sifat dari simplisia
yang digunakan :
a. Dekokta untuk simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak
atsiri dan tahan terhadap pemanasan.
b. Infusa untuk simplisia yang lunak, yang mengandung minyak atsiri dan
bahan yang tidak tahan panas

Kelemahan dari kedua metode ini (Infusa & Dekokta)


1. Karena menggunakan pelarut air,
2. maka bisa dipastikan ekstrak yang terjadi tidak awet (mudah ditumbuhi jamur),
3. Tidak bisa disimpan lama.
4. Kadang-kadang pada simplisia tertentu akan menghasilkan ekstrak yang
berlendir, sehinggasulit dilakukan penyaringan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 90o C (dihitung mulai suhu 900C) pada waktu yang
lebih lama (30 menit).
2. Tahapan pembuatan dekokta :
a. Ambil bagian tanaman yang akan digunakan, kemudian cuci bersih.
b. Iris tipis bagian tanaman yang telah dicuci.
c. Campur simplisia tanaman dengan derajat halus yang sesuai dalam panci
dengan air secukupnya.
d. Panaskan panci berisi simplisia tanaman dan air tersebut di atas penangas
air.
e. Setelah air dalam panci berisi simplisia mencapai suhu 90˚C, panaskan di
atas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu mencapai 90˚C
sambil sekali-sekali diaduk-aduk.
f. Serkai selagi panas, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas
hingga diperoleh volume dekok yang dikehendaki.
3. Perbedaan dekokta dan infusa yaitu pada decocta lamanya penyarian setengah
jam, sedangkan pada infusa selama 15 menit. Selain itu dekokta untuk simplisia
keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri dan tahan terhadap
pemanasan. Sedangkan infusa untuk simplisia yang lunak, yang mengandung
minyak atsiri dan bahan yang tidak tahan panas.

B. Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Alhamfaib Ardananurdin, Sri Winarsih, Mahono Widayat, Uji Efektifitas Dekok


Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Sebagai Antimikroba Terhadap
Bakteri Salmonella Typhi Secara In Vitro The Efficacy Test Of Pickle Fruit
Flower (Averrhoa bilimbi L.) Decoc As Anantimicrobial Agent To
Salmonella Typhi In Vitro)

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Jakarta : Depkes RI.

Uncle Bendot, 2013, Dekota Bunga Rosella,


http://unclebendotfarm.blogspot.com/2013/10/dekokta-bunga-rosella.html.

Yudha, P.,Sarwiyono, Puguh Surjowardojo, 2013, Daya Hambat Dekok Daun


Kersen (Muntingia Calabura L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus Aureus Penyebab Penyakit Mastitis Pada Sapi Perah.

Anda mungkin juga menyukai