Anda di halaman 1dari 10

FITOKIMIA

INFUSA DAN DEKOKTA

DISUSUN OLEH :

NAMA : DEVIA LESTARI


NIM : (PO.71.39.1.18.045)

Dosen Pembimbing :
1. Mindawarnis,S,Si,Apt.M.Kes
2. Ade Agustianingsih,AMF,S.Farm,Apt

NILAI PARAF

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN FARMASI

TAHUN AKADEMIK 2019-2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “INFUSA DAN
DEKOKTA”
   Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai pengertian secara umum. Adapun tujuan
kami menulis makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari dosen yang membimbing kami
dalam mata kuliah  Fitokimia. Di sisi lain, kami menulis makalah ini untuk mengetahui lebih
rinci mengenai infusa dan dekokta.
   Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran para pembaca demi kesempurnaan makalah Kami untuk ke
depannya. Mudah-mudahan  makalah  ini  bermanfaat  bagi  kita  semua  terutama  bagi 
mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Fitokimia.

Palembang , april 2020

Devia Lestari
DAFTAR ISI

Kata pengantar...........................................................................................................

Daftar isi ....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang.......................................................................................................

Rumusan masalah..................................................................................................

Tujuan penulisan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

Definisi infusa dan dekokta...................................................................................

Prinsip kerja infusa/dekokta..................................................................................

Prosedur kerja infusa/ dekokta..............................................................................

Keuntungan dan kerugian metode infundasi.........................................................

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam infusa/dekokta........................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan...........................................................................................................

Kritik dan saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

LAMPIRAN...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Kurang lebih
terdapat 40.000-50.000 spesies tanaman ada di indonesia. Berbagai tanaman tersebut
sebagian telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat.

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap
dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.
Salah satu metode ektraksi yang dapat digunakan untuk mengekstraksi adalah infusa/dekokta.
cara ektraksi sangat beragam, disesuaikan dengan sifat simplisia, kandungan kimia didalam
dan ketresediaan alat ektraksi. Ekstraksi dilakukan dengan cara panas dan cara dingin yaitu
infusa, dekokta, rebusan, dan maserasi. Infusa, dekokta dan rebusan merupakan sediaan
galenika dan cara ekstaksi yang sering diaplikasikan dimasyarakat.

Infusa merupakan sediaan cair pada suhu 90 C selama 15 menit. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam membuat cairan infuse adalah jumlah simplisia, derajat halus simplisia,
banyak air ekstrak, serta cara menyari. Dekokta dapat diartikan sebagai sari-sari dalam air
yang dibuat dari bahan-bahan alam yang direbus pada suhu 80-90 C. Perbedaannya dengan
infuse adalah dekokta penyariannya selama 30 menit sedangkan infuse hanya sekitar 15
menit dengan suhu yang sama. Untuk membuat infuse dan dekokta ditentukan oleh sifat dari
bahan sampel.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari infuse/dekokta ?


2. Bagaimana prinsip kerja infuse /dekokta ?
3. Bagaimana prosedur kerja infuse/dekokta?
4. Apasaja kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan metode infuse/dekokta?
5. Apasaja hal-hal yang harus diperhatikan dalam infuse/dekokta?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami apa infuse/dekokta


2. Untuk mengetahui dan memahami prinsip kerja dari infus/dekokta
3. Untuk mengetahui dan memahami prosedur kerja infusa/dekokta
4. Untuk mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan dari metode
infusa/dekokta
5. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam
infusa/dekokta
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Infusa/Dekokta

2.1.1. Definisi Infusa

Infusa atau rebusan obat ialah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air suhu 90 C selama 15 menit yang mana ektraksinya dilakukan
secara infundasi. Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula didalam sel
ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum
penyarian akan bertambah baik apabila permukaan simplisia yang ersentuhan semakin luas
(ansel,1989).

Metode infundasi merupakan metode penyarian dengan cara menyari simpisia dengan air
pada suhu 90 selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Penyarian
dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan m udah tercemar oleh kuman dan
kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari
24 jam( ansel,1989).

Umumunya infusa selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan lunal, yang
mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama.

2.1.2. Definisi Dekokta

Dekokta istilah aslinya dalah dekoktum ( bahasa latin): adalah sedian cair yang dibuat
dengan cara mengektraski bahn nabati denganpelarutan air ( pelarutan berair/polar) [ada suhu
90 C selama 30 menit, terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih (farmakope
indonesia,1995).

Dekokta dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemanasannya. Hal ini terutama berkaitan
dengan bahan-bahan simplisia yang umumnya berupa bahan kulit buah (perikarpium). Biji
(semen).

2.2. Prinsip Kerja Pembuatan Infusa/Dekokta

2.2.1 Prinsip Kerja Pembuatan Infusa

Membasahi baha bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot bahan, untuk bunga
empat kali bobot bahan dan untuk karagum 10 kali bobot bahan.

Bahan baku ditambahkan dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suu 90 - 98 C
umunya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan.
2.2.2. Prinsip Kerja Pembuatan Dekokta

Dekokta dibuat dari bahan-bahan alam yang direbus pada suhu 90- 98 C.
Perbedaannya dengan infusa adalah dekokta penyariannya selama 30 menit sedangkan infusa
hanya 15 menit dengan subu yang sama. Dekokta untuk simplisia keras, bahan yang tidak
mengandung minyak atsiri dan tahan terhadap pemanasan.

Untuk melakukan proses infusa dan dekokta maka kita harus mempersiapkan 1 unit panci
yang terdiri dari dua uah panci yang saling bisa ditumpuk panci yang diatas digunakan untuk
menaruh bahan yang akan diekstraksi (tentu bersama pelarutnya, yaitu air, masing-masing
dengan takaran tertentu). Smentara panci sebelah bawah diisi air maksudnya digunakan
sebagai pemanas panci atas, sehingga panas yang diterima panci atas tidak langsung
berhubungan dengan api. Teorinya, ketika panci bawah airnya mendidih (pada suhu 100 C)
maka panas yang diterima oleh panci atas suhunya hanyamencapai sekitar 90 C saja. Kondisi
demikian ini diperlukan agar zat aktif dalam baha tidak rusak oleh pemanasan berlebihan.
(biasanya zat aktif akan rusak bila dipanaskan sampai 100 C atau lebih).

2.3 Prosedur Kerja Pembuatan Infusa/Dekokta

1. Simplisia yang berupa tanaman atau bagian tanaman dengan derajar halus tertentu
ditimbang( misalnya 10 gram), kemidian dimasukkan kedalam panci atas diberi air
“secukupnya”, maksud dari “secukupnya” disini diperhiungkan tehadap kadar ekstrak
yang hendak kita inginkan, jadi misalnya kita ingin membuat ekstark berkadar zar
aktif 10 %, maka serbuk tanaman yang dibutuhkan adalah 10 gr ditambah air 100 gr
( 100 cc), sementara kalo kita meggunakan air sebanyak 200 cc dan serbuknya tetap
10 gr maka kadar ekstrak yang kita peroleh menjadi 5% saja , behitu seterusnya.
2. Setelah panci atas siap untuk diproses, maka masukkan panci beserta isinya segera
kedalam panci bawah yanh telah berisi air. Setelah itu panci bwah dipanaskan diatas
ap langsung dan dibiarkan sampai mendidih ( artinya suhu mencapai 100 C).
Diharapkan maka suhu air dipanci atas akan mencapai 90 C.
3. Pemanasan dilakukan selama 30 menit terhitung mulai air diapnci bawah mendidih
(suhu panci atas mencapat 90 C), sambil sesekali diaduk
4. Setelah cukup 30 menit maka pnci atas diturunkan dan disaring selagi masih panas
melalui kain planel. Apabila volume akhir yang didapat ternyata kurang dari 100 cc
(air semula 100 cc) maka perlu ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas
hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki yaitu 100 cc.
5. Cara menambahkan air itu harus menurut aturan kuantitatif, yaitu hasil saringan tasi
dipindahkan ke gelas ukur, kemudian kekuranga air yang diperluka ditambahkan
hingga volume akhir mencapai batas skala 100 cc (jadi tidak boleh menambahkan
sesuai dengan kurangnya air, namun yang diukur adalah air yang akan ditambah).
6. Infus simplisia yang mengadung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin. Infuse
asam jawa dan simplisia ynag berlendir tidak boleh diperas. Infusa kulit kina biasanya
ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari bobot simplisia. Asam jawa sebelum
dipakai dibuang bijinya dan sebelum direbis dibuat masa seperti bubur. Buah adas dan
buah adas mainis dipecah terlebih dahulu .

2.4. Keuntungan Dan Kekurangan Metode Infundasi

2.4.1. Keuntungan

1. Peralatan yang digunakan sederhana


2. Biaya operasional relatif rendah
2.4.2 Kerugian
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian kana mengendap kembali, apabila
kelarutannya sudah mendingin, (lewat jenu).
2. Hilangnya zat-zat atsiri
3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, disamping itu simplisia yang
mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan menyukarkan
penarikkan zat berkhasiat tersebut
4. Ekstrak kurang stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan jamur sehingga tidak
boleh disimpan lebih dari 24 jam pada suhu kamar.
5. Kadang-kadang pada smplisia tersebut akan menghasilkan ekstrak yang berlendir,
sehingga sulit dilakukan penyaringan.
6. Simplisia nabati yang digunakna untuk infus

2.5. Hal-Hal Yanh Harus Diperhatikan Dalam Infusa/Dekokta,Yaitu:

1. Untuk beberapa bakan bakal, diberikan derajat halusya terutama :


a. Pulpa tamaridom harus digerus dengan air dalam mortir, dimana biji-bijinya
harus dibuang dulu sebelum ditimbang.
b. Fructur anisi, fructus juniferi dan fructus myrtilli haru sdimemarkan terlebih
dahulu. Kecuali fructs hordei decorticati dan semen lini.

Derajat halus simplisia yang digunakan untuk infuse harus mempunyai derajat halus berikut :
(anonim,1979,farakope indonesia edisi III hal 12)

1. Serbuk (5/8) : akarmanis, daun kumis kucing, daub sirih, daun sena
2. Serbuk (5/10) : dringo, kelembak
3. Serbuk (10/22) : laos, akar valerian, temulawak, jahe.
4. Serbuk (22/60) : kulit kina, akar ipeka, sekale kornutum
5. Serbuk (83/120) : daun digitalis

Jika suatu dekokta atau infusa harus dibuat dari bahna bakal ynag tidak tercantum daftar
derajat halus, hendaknya diambil baan bakan dengan derat halus yang sama seperti yang
dipakai untuk pembuatan sediaan galenika, atau diambil derajat halus dari bahan lain yang
konsistensinya sama dengan bahan bakal yang dipakainnya.
2. Banyaknya bahna bakal
Banyaknya bahna bakna ldalah 10 bagian untuk 100 bagian serkaina;dimana hal ini
hanya berlaku bahan – bahna bakal yang tercantum dalam farmakope , dan bahna itu
bukan bahna yang berkhasiat keras.

3. Banyaknya air
Penambhana dlakukan dua kali sebanyak bahna bakalnya, tetapi untuk beberapa
bakal, penambahan ini terlalu sedikit. Maka:
1. Floreschammomilae vulgaris, flores tillae dan semen lini dipakai emapt kali bobot
bahna bakal.
2. Carrageen sebanyak 15 kali bobot bahan bakal
3. Pulpa tamarindum cruda hanya diperlukan air yang sama dengan bobotnya.
Karena bahna bakal ini tidak dikeringkan terlebih dulu.

4. Menghangatkannya
Waktu yang diperluka untuk membuat dekokta atau infusa dihitungsaat isi panci
mencapai 90 C .
5. Menyerkai
Dekokta harus diserkai panas-panas kecuali decoctum condurago, karean zat
berkhasiat yang terdapat didalamnya yaitu condurangin. Menyerkai infusa, bahna
bakal yang mengandung atsiri harus diserkai setelah dingin, tetapi perlu diingat bahwa
folia sennae mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit perut yang melarut
dalam air panas tetapi tidak larut air dingin. Sehingga infusum sennae harus diserkai
dingin. Untuk pembuatannya pemanasan dalam botol tertutup.
6. Decocto-infusa
Bahan bakal dibuat suatu decocta infusa. Mulamula bahan bakan yang dibuat dekokta
dimasukkandahulu dalam panci infus. Menit kemudian dimasukkan bahan yang
dibuat infus. Panci dipanaskan pada suhu 90 C selama 15 menit. Makadecoctum
infuse diserkai panas/dingin sesuai jenis bahan bakalnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Infusa atau rebusan obat ialah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air suhu 90 C selama 15 menit yang mana ektraksinya
dilakukan secara infundasi
b. Dekokta istilah aslinya dalah dekoktum ( bahasa latin): adalah sedian cair yang
dibuat dengan cara mengektraski bahn nabati denganpelarutan air ( pelarutan
berair/polar) [ada suhu 90 C selama 30 menit, terhitung setelah panci bagian
bawah mulai mendidih
c. Perbedaan infusa dan dekokta terletak pada lama perebusan pada infusa dilakukan
selama 15 menit dan pada dekokta dilakukan selama 30 menit pada suhu yang
sama.
3.2 Saran
demikian hasil pembahasan dalam makalah mengenai infusa/dekokta

diharapkan kepada pembaca sekalian yang menjadikan makalah ini sebagai panduan
dalam membuat makalah selanjutnya, dapat melengkapi referensi yang berkaitan
dengan pembahasannya.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen 4esehatan Republik Indonesia.  Farmakope Indonesia Edisi IV .1995.


Direktorat jenderal pengawasan obat dan makanan. jakarta

C Isolation Compounds in Andrographis paniculata (Chuanxinlian). Chinese Medicine. Vol. 5: 17.

Kes

Mu’nisa Andi., Wresdiyati, Tutik., Kusumorini, Nasiti., Manalu, Wasmen. 2012. Aktivitas

Antioksidan Ekstrak Daun Cengkeh. J. Veteriner Vol. 13 No. 3 ISSN: 1411-8327


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai