Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas ini, Laporan
Praktikum Fitokimia “Dekoktasi Akar Angin” .

Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat
membantu mahasiswa lainnya cara dekoktasi.

Jakarta, 4 September 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………… 1


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………. 2

BAB I : TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………………………………….. 3


1.1 Dasar Teori ………………………………………………………………………………………………………… 3

BAB II : METODE KERJA …………………………………………………………………………………………. 6


2.1 Tujuan Percobaan ……………………………………………………………………………………………… 6
2.2 Alat dan Bahan ………………………………………………………………………………………………….. 6
2.3 Cara Kerja ………………………………………………………………………………………………………….. 6

BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………………………………. 7


3.1 Hasil ………………………………………………………………………………………………………………….. 7
3.2 Pembahasan ……………………………………………………………………………………………………… 7

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………………………………. 8


4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………….. 8
4.2 Saran …………………………………………………………………………………………………………………. 8

LAMPIRAN ………………………………………………………………………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………… 10

2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Dasar Teori


Dekoktasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Dekok dibuat dengan cara
membasahi bahan bakunya dengan air lalu dipanaskan selama 30 menit pada suhu 90 0-
980C. Keuntungan cara penyarian dekoktasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang
digunakan sederhana dan mudah, waktu yang dibutuhkan juga tidak terlalu lama.
Sedangkan kerugiannya adalah menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar
oleh kuman dan kapang, oleh karena itu tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Sebenarnya metode yang digunakan pada infusa dan dekoktasi sama, yang menentukan
dibuatnya dekoktasi atau infusa adalah sifat dari simplisia yang digunakan. Dekoktasi untuk
simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri dan tahan
terhadap pemanasan, sedangkan infusa untuk simplisia yang lunak, yang mengandung
minyak atsiri dan bahan yang tidak tahan panas.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dekok, yaitu :
1. Derajat halus
Untuk beberapa bahan diberikan derajat halusnya; pada bahan itu ditunjukan pula,
terutama :
- Pulpa Tamarindom harus digerus dengan air dalam mortir, dimana biji-bijinya harus
dibuang dulu sebelum ditimbang.
- Fructus Anisi, Fructus Juniferi dan Fructus Myrtilli harus dimemarkan terlebih dahulu,
kecuali Fructus Hordei Decorticati dan Semen Lini.
2. Banyaknya bahan bakal
Banyaknya bahan bakal adalah 10 bagian untuk 100 bagian serkaian; dimana hal ini hanya
berlaku bahan-bahan bakal yang tercantum dalam Farmakope, dan bahan-bahan itu
bukan bahan-bahan yang berkhasiat keras. Sebagian kekecualian dari peraturan ini, ada
bahan-bahan bakal yang tercantum dalam sebuah daftar yang terpisah dari Farmakope.
Kekecualian itu adalah :

Bagian bahan bakal untuk 100 bagian serkaian


Nama Bahan Jumlah Nama Bahan Jumlah
Radix Ipecacuanhae 0,5 Fores Arnicae 4
Folia Digitalis 0,5 Folia Sennae 4
Bagian bahan bakal untuk 100 bagian serkaian
Nama Bahan Jumlah Nama Bahan Jumlah

3
Herba Adonidis Vernalis 0,5 Radix Senegae 4
Folia Orthosiphonis 0,5 Species Antiaphtosae 5
Carrageen 1,5 Cortex Chinae 6
Secale Qornutum 3 Lichen Islandicus 6
Semen Lini 3

Untuk banyaknya bahan bakal, Codex memberikan peraturan yang sama seperti
Farmakope, kepada daftar kekecualian hanya ditambahkan Fructus Hordal Decorticati,
dimana harus diambil 8 bagian bahan bakal untuk 100 bagian serkaian. Jika suatu dekok
atau infus diambil dari suatu bahan bakal yang berkhasiat keras, tidak dinyatakan
banyaknya bahan yang harus diambil, maka boleh dianggap bahwa resep itu tidak
sempurna dan harus meminta keterangan lebih lanjut kepada dokter yang menulisnya.
Untuk memeriksa takaran maksimum, harus dipastikan bahwa zat-zat berkhasiat telah
larut semuanya dalam sari-sari itu.
3. Banyaknya Air
Penambahan dilakukan sebanyak 2 kali bobot bahan bakalnya, tetapi untuk beberapa
bahan bakal, penambahan ini terlalu sedikit. Maka :
- Flores Chammomillae Vulgaris, Flores Tiliae, dan Semen Lini dipakai empat kali bobot
bahan bakal
- Carrageen sebanyak 15 kali bobot bakal bahan
- Pulpa Tamarindorum cruda hanya diperlukan air yang sama dengan bobotnya. Karena
bahan bakal ini tidak dikeringkan terlebih dahulu
4. Menghangatkannya
Waktu yang diperlukan untuk pembuatan dekok atau infus, dihitung saat isi panci
mencapai suhu 90 0C atau jika panci kita tempatkan di penangas air yang dingin, maka kita
anggap bahwa isinya telah mencapai suhu itu, jika penangas airnya mulai mendidih. Jika
panci perebus diletakkan diatas penangas air yang mendidih maka untuk menaikan
suhunya kita menghitung 10 menit. Disertai juga dengan pengadukan.
5. Menyerkai
Dekokta harus diserkai panas-panas kecuali dekoktum condurango, karena zat yang
berkhasiat yang terdapat di dalamnya yaitu Condurangin. Dalam air panas jauh leih kecil
kelarutannya dari pada dalam air dingin.
6. Dekok-Infusa
Jika dari beberapa bahan bakal bersama-sama harus dibuat suatu serkaian, sedangkan
bahan bakal pertama termasuk yang harus dibuat dekok dan yang lain harus infuse, maka
bahan bakal itu dibuat suatu dekoktum-infissum. Mula-mula bahan bakal yang dibuat
dekok dimasukan dahulu dalam panci-infus, 15 menit kemudian dimasukan bahan bakal
yang harus dibuat infus. Panci dihangatkan pada suhu 90 oC selama 15 menit. Maka

4
dekoktum-infusum harus diserkai panas / dingin tergantung jenis bahan bakalnya. Jika
ada yang harus diserkai panas dan dingin maka pertama kali kita harus selidiki apakah
dekoktum-infusum dapat dipisahkan pembuatannya, sehingga dari bahan bakal yang
pertama kita membuat suatu dekok yang diserkai panas dan dari bahan yang lain kita
membuat infuse yang diserkai dingin. Dengan syarat air yang tersedia cukup untuk
pembuatan masing-masing serkaiannya. Bila air cukup maka kita dapat mengerjakannya
dengan dua cara :
a. Dekoktum-Infusum diserkai panas-panas, cara ini yang terbanyak dipakai, hal ini
ditentukan oleh codex.
b. Dekoktum-Infusum dipisah dalam dekok yang diserkai panas dan infuse yang diserkai
dingin, kedua-duanya dibuat dengan bagian-bagian air yang tersedia, yang banyaknya
sebanding.
Untuk dekoktum Chinae, Farmakope memilih perbandingan 6 : 100. Karena mengandung
zat-zat yang disebut kinotanat-kinotanat, yang kelarutannya hanya terbatas. Jika
dekoktum serupa itu dibuat lebih kuat maka tak akan banyak zat yang melarut. Pemisahan
suatu serkaian sudah tentu perlu, bila bagian-bagian dari bahan-bahannya bereaksi satu
dengan yang lainnya atau memberikan suatu endapan (zat samak dan alkoloida-alkoloida)
jika air yang tersedia cukup banyak untuk masing-masing bagian untuk memperoleh
serkaian yang biasa, maka harus menggunakan cara kedua.
7. Bahan bakal dekok
- Pada bahan-bahan bakal yang keras
- Pada bahan-bahan bakal tanpa minyak atsiri
- Pada bahan-bahan bakal dimana bagian-bagiannya tahan terhadap penghangatan.

5
BAB II
METODE KERJA

2.1 Tujuan Percobaan


1. Mahasiswa mampu memahami cara pembuatan dekok serta hal-hal yang harus
diperhatikan.
2. Mahasiswa mengetahui perbedaan cara pembuatan ekstrak secara infundasi, dekoktasi
dan rebusan.

2.2 Alat dan Bahan


1. Alat :

Panci infus Termometer


Grinder Batang penganduk
Panci rebusan Spatel
Kompor listrik Cawan uap
Penangas air Gelas ukur
Timbangan simplisia Corong

2. Bahan :
- Akar Angin
- Aqua dest

2.3 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan.
2. Haluskan akar angin dengan grinder.
3. Timbang 10,0 g serbuk akar angin, masukkan ke dalam panci infus.
4. Basahi serbuk simplisia dengan air ekstrak sebanyak 2x bobot simplisia. (Jumlah air
untuk pembasahan = 10 g x 2 = 20 ml), tambahkan air 100 ml.
5. Panaskan dalam penangas air dengan suhu 90o-98oC selama 30 menit, dihitung mulai
suhu mencapai 90oC.
6. Saring cairan saat panas dengan menggunakan corong penyaring yang dilengkapi
dengan kawat ke dalam gelas ukur. Tambahkan air panas ad 100 ml, lalu saring
kembali menggunakan kertas saring. Masukkan ke dalam botol dan beri label.

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Hasil praktikum dekokta kelompok 8
No. Parameter Dekok
1. Berat Simplisia 10 g
2. Pemerian :
Bentuk Cair
Bau Khas jamu
Rasa Sedikit pahit
Warna Hijau lumut

3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kelompok kami (8) mengerjakan praktikum pembuatan ekstrak
akar angin dengan metode dekokta. Langkah kerja pembuatan ekstrak akar angin dengan
cara dekokta adalah menimbang 10,0 gram simplisia akar angin yang telah dihaluskan dan
masukkan kedalam panci infus. Lalu ditambahkan air ekstra sebanyak 2 kali bobot simplisia
(2 x 10 g = 20 ml) untuk pembasahan. Lalu ditambahkan air kurang lebih 100 ml, jadi total air
sebanyak 120 ml. Letakkan panci infus kedalam penangas air, ditunggu hingga suhu
mencapai 90°C kemudian diamkan 30 menit (dihitung saat suhu mencapai 90-98°C). Setelah
30 menit, saring cairan pada saat panas menggunakan corong penyaring yang dilengkapi
kawat ke dalam gelas ukur. Kemudian ditambahkan air panas sehingga diperoleh volume 100
ml. Kemudian masukkan ke dalam wadah botol coklat dan diberi label. Hasil ekstrak akar
angina yang kami dapat mempunyai pemberian dengan bentuk cair, warna hijau lumut, bau
khas jamu dan rasa seikit pahit.

7
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan praktikum kali ini, hasil dari metode dekokta menggunakan 10 gram serbuk
akar angin mengahasilkan ekstrak akar angin 100 ml dengan pemerian bau khas jamu,
rasa sedikit pahit, warna hijau lumut dan bentuk cair.
2. Metode dekokta dilakukan dengan memanaskan simplisia akar angin yang telah
dihaluskan pada suhu 90-98°C selama 30 menit.

4.2 Saran
1. Perlu diperhatikan suhu saat pemanasan agar ekstrak tidak mengering.
2. Ketersediaan air di waterbath terus dipantau agar tidak kering.

8
LAMPIRAN

9
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Buku Pedoman Praktikum Fitokimia. 2018. Buku Pedoman Praktikum Fitokimia.
Jurusan Farmasi PKJ II.

Eliyanoor Benbasyar, dkk. 2017. Fitokimia. Jurusan Farmasi PKJ II.

10

Anda mungkin juga menyukai