Anda di halaman 1dari 39

PENUNTUN

PRAKTIKUM FITOKIMIA

Disusun oleh :
NURWANI PURNAMA AJI.,M.FARM.,APT

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 1


PENUNTUN
PRAKTIKUM FITOKIMIA

NAMA :

NIM :

KELAS/KELOMPOK :

Disusun oleh :
NURWANI PURNAMA AJI.,M.FARM.,APT

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN


AL-FATAH
BENGKULU

TAHUN AJARAN
2022/2023

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 2


PERCOBAAN. VIII
METODE INFUNDASI

1. TUJUAN
a. Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan paham dan terampil
melakukan metode ekstraksi secara panas yaitu dengan metode infundasi
dengan bahan berasal dari nabati.

2. DASAR TEORI
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisianabati atau hewani, mineral menurut cara yang cocok, diluar
pengaruh cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari digunakan air,
eter atau campuran etanol dan air (FI III, 1979).
Infusa adalah sediaan cair yang di buat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 900C selama 15 menit (FI III, 1979). Selain merupakan
proses penyarian, hasil sari dari proses ini sudah dalam bentuksediaan siap
dikonsumsi.
Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasikan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan
cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Hal hal yang harus diperhatikan untuk membuat infundasi:
a. Jumlah simplisia
b. Derajat kehalusan simplisia
c. Banyaknya air ekstrak
d. Cara menyerkai
e. Penambahan bahan bahan lain ditujukan untuk menambah
kelarutan,menambah kestabilan danmenghilangkan zat zat yang
menyebabkan efek lain.

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 3


A. Jumlah Simplisia
Kecuali dinyatakan lain,infusa yang mengandung bukan bahan berkhasiat
keras dibuat dengan menggunakan 10 % simplisia.Cara ini sangat sederhana
dan sering digunakanoleh perusahaan obat tradisional.
Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat
ekstrak.Sesuai Farmakope Indonesia edisi III, Untuk pembuatan 100 bagian
infus,digunakan sejumlah yang tertera berikut:
Kulit kina 6 bagian
Daun digitalis 0,5 bagian
Akar Ipeka 0,5 bagian
Daun Kumis Kucing 0,5 bagian
Sekale kornutum 3 bagian
Daun Sena 4 bagian
Temulawal 4 bagian

B. Derajat Halus Simplisia


Simplisia yang digunakan sebaiknya mempunyai derajat halus yang sama
yaitu dengan cara dilakukannya proses pengayakan baik dinyatakan dengan
satu nomor ayakan atau dengan dua nomor ayakan. Tujuan pengayakan itu
sendiri yaitu untuk menyamakan derajat halus simplisia atau ukuran partikel
simplisia.Bila ayakan dinyatakan dengan dua nomor berarti semua partikel
simplisia dapat melewati nomor ayakan pertama dan tidak lebih dari 80%
melewati nomor ayakan kedua.Adapun beberapa ketentuan derajat halus
simplisia menurut FI Tahun 1979adalah :
1. Serbuk (5/8) : Akar manis, daun kumis kucing, daun sirih, daun sena.
2. Serbuk (8/10 : dringo, kelembak
3. Serbuk (10/22) : Laos, akar valerian, temulawak, jahe.
4. Serbuk (22/60) : kulit kina, akar ipeka, sekale kornutum.
5. Serbuk (85/120) : daun digitalis.
Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya hendaknya diambil derajat
kehalusan suatu bahandasar yang kekentalannya sama/sediaan galenik dengan
bahan dasar sama.

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 4


C. Banyaknya Pelarut Ekstrak
Umumnya untuk membuat infuse diperlukan penambahan air atau pelarut
sebanyak 2 kali dari bahan untuk simplisia kering atau setengah kering, untuk
bunga dan simplisia basah ditambahkan sebanyak 4x dari bahan simplisia,
untuk karagen 10x bobot bahan.
Air ekstrak ini dipergunakan untuk melembabkan simplisia karena simplisia
yang digunakan umumnya dalam keadaan kering.
D. Cara Menyerkai
Umumnya infuse diserkai dalam keadaan panas kecuali siplisia yang
mengandung minyak atsiri,simplisia lain /infuse yang mengandung lendir
tidak boleh diperas disaring saja.
E. Penambahan Bahan-Bahan Lain
Infuse kina ditambah asam sitrat 10% dari bobot bahan berkhasiat,simplisia
mengandung glikosida antrakinon di tambah natrium karbonat 10% dari
bobot simplisia dengan tujuan memperbesar kelarutan zat berkhasiat dalam
air
Keuntungan Metode Infundasi :
1. Unit alat yang dipakai sederhana
2. Biaya operasionalnya relatif rendah

Kerugian Metode Infundasi :


1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,
apabilakelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh)
2. Hilangnya zat-zat minyak atsiri
3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, disamping itu simplisia
yangmengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan
menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 5


3. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Panci, Timbangan digital, Stopwatchd, Termometere, Hot plate, Corong,
Kain planel, Batang pengaduk, Erlenmeyer, Pisau / gunting , bejana,
botol.
b. Bahan
Simplisia Nabati

Kelompok Simplisia Nabati

1 Kumis Kucing

2 Temu Lawak

3 Daun Sirih

4 Daun Asam Jawa

5 Jahe

4. PROSEDUR KERJA
a. Siapkan berat simplisia sebanyak 20 gram yang akan dibuat infusa
b. Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang
telah ditetapkan dicampur dengan air 2x berat simplisia dalam sebuah
panci.
c. Kemudian dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai
suhu dalam panci mencapai 90oC, sambil sekali-sekali diaduk. Infuse
diserkai sewaktu masih panas melalui kain flannel. Untuk mencukupi
kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya.

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 6


5. TUGAS/PENGAMATAN

Nama Bahan Berat Bahan Hasil Infundasi

Kumis Kucing Uji Organoleptis

Foto Tanaman : Warna :

Bau :

Rasa :

Bentuk :

NTA :

Foto Bentuk Sediaan

Famili :

Kandungan :

Khasiat :

6. PERTANYAAN
Bagaimana perinsip dasar dalam pembuatan infusa?

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 7


PERCOBAAN. IX
METODE DEKOKTA

1. TUJUAN
a. Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan paham dan terampil
melakukan metode ekstraksi secara panas yaitu dengan metode dekokta
dengan bahan dari bunga Rosella.
2. DASAR TEORI
Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 90o C (waktu dihitung bila pelarut telah mencapai
suhu 900C) dengan waktu yang lebih lama yaitu 30 menit.

Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang
tahan terhadap pemanasan. Yang menentukan dibuatnya dekokta atau infusa
adalah sifat dari simplisia yang digunakan :

a. Dekokta untuk simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri


dan tahan terhadap  pemanasan.
b. Infusa  untuk simplisia yang lunak, yang mengandung minyak atsiri dan
bahan yang tidak tahan panas

A. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Infusa Decocta


1. Derajat Halus Dari Bahan-Bahan Bakal
Untuk beberapa bahan bakal, diberikan derajat halusnya; pada bahan itu
ditunjukan pula, terutama :
 Pulpa Tamarindom harus digerus dengan air dalam mortir, dimana biji-
bijinya harus dibuang dulu sebelum ditimbang.
 Fruktur Anisi, Fructus juniferi dan fructus Myrtilli harus dimemarkan 
terlebih dahulu. kecuali Fructus Hordei decorticati dan semen lini.
 Jika suatu dekok atau infus harus dibuat dari bahan bakal yang tidak
tercantum dalam daftar derajat halus, hendaknya diambil bahan bakal
dengan derajat halus yang sama seperti yang dipakai untuk pembuatan
sediaan-sediaan galenika, atau diambil derajat halus dari bahan bakal lain
yang konsistensinya sama dengan bahan bakal yang dipakainya itu.

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 8


2. Banyaknya Bahan Bakal
Banyaknya bahan bakal adalah 10 bagian untuk 100 bagian serkaian; dimana
hal ini hanya berlaku bahan-bahan bakal yang tercantum dalam Farmakope, dan
bahan-bahan itu bukan bahan-bahan yang berkhasiat keras. Sebagian kekecualian
dari peraturan ini,  ada bahan-bahan bakal yang tercantum dalam sebuah daftar
yang terpisah dari Farmakope. Kekecualian itu adalah :

Bagian bahan bakal untuk 100 bagian serkaian


Nama Bahan Jumlah Nama Bahan Jumlah
Radix Ipecacuanhae 0,5 Fores Arnicae 4
Folia Digitalis 0,5 Folia Sennae 4
Herba Adonidis Vernalis 0,5 Radix Senegae 4
Folia Orthosiphonis 0,5 Species Antiaphtosae 5
Carrageen 1,5 Cortex Chinae 6
Secale Qornutum 3 Lichen Islandicus 6
Semen Lini 3

Untuk banyaknya bahan bakal, Codex memberikan peraturan yang sama


seperti Farmakope, kepada daftar kekecualian hanya ditambahkan Fructus Hordal
decorticati, dimana harus diambil 8 bagian bahan bakal untuk 100 bagian
serkaian.

Jika suatu decoc atau infus diambil dari suatu bahan bakal yang berkhasiat keras,
tidak dinyatakan banyaknya bahan yang harus diambil, maka boleh dianggap
bahwa resep itu tidak sempurna dan harus meminta keterangan lebih lanjut
kepada dokter yang menulisnya.

Untuk memeriksa takaran maksimum, harus dipastikan bahwa zat-zat


berkhasiat telah larut semuanya dalam sari-sari itu.

3. Banyaknya Pelarut/Air

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 9


Penambahan dilakukan sebanyak 2 kali bobot bahan bakalnya, tetapi untuk
beberapa bahan bakal, penambahan ini terlalu sedikit. Maka :
 Flores Chammomillae Vulgaris, Flores Tiliae, dan Semen Lini dipakai
empat kali bobot bahan bakal
 Carrageen sebanyak 15 kali bobot bakal bahan
 Pulpa Tamarindorum cruda hanya diperlukan air yang sama dengan
bobotnya. Karena bahan bakal ini tidak dikeringkan terlebih dahulu.

4. Menghangatkannya
Waktu yang diperlukan untuk pembuatan decoc, dihitung saat isi panci
mencapai suhu 90 0C atau jika panci kita tempatkan di penangas air yang dingin,
maka kita anggap bahwa isinya telah mencapai suhu itu, jika penangas airnya
mulai mendidih. Jika panci perebus diletakkan diatas penangas air yang menidih
maka untuk menaikan suhunya kita menghitung 10 menit. Disertai juga dengan
pengadukan.

5. Menyerkai
Decocta harus diserkai panas-panas kecuali decoctum condurango, karena zat
yang berkhasiat yang terdapat di dalamnya yaitu Condurangin. Dalam air panas
jauh leih kecil kelarutannya dari pada dalam air dingin. Mengenai infusa, bahan
bakal yang mengandung minyak-minyak atsiri harus diserkai setelah dingin, tapi
perlu diingat bahwa Folia Sennae mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit
perut yang melarut dalam air panas tetapi tidak larut air dingin. Sehingga infusum
Sennae harus selalu diserkai dingin.
Untuk pembuatan Infusum Sennae compositum penyerkaian harus dingin dan
kemudian dengan pemanasan dalam botol tertutup, garam saignette dilarutkan.
Infusa lainnya boleh diserkai panas-panas atau diserkai dingin.

6. Decocto-Infusa
Jika dari beberapa bahan bakal bersama-sama harus dibuat suatu serkaian,
sedangkan bahan bakal pertama termasuk yang harus dibuat decoc dan yang lain
harus infuse, maka bahan bakal itu dibuat suatu decoctum-infissum. Mula-mula

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 10


bahan bakal yang dibuat decoc dimasukan dahulu dalam panic-infus, 15 menit
kemudian dimasukan bahan bakal yang harus dibuat infus. Panci dihangatkan
pada suhu 90oC selama 15 menit. Maka decoctum-infusum harus diserkai panas /
dingin tergantung jenis bahan bakalnya. Jika ada yang harus diserkai panas dan
dingin maka pertama kali kita harus selidiki apakah decoctum-infusum dapat
dipisahkan pembuatannya, sehingga dari bahan bakal yang pertama kita membuat
suatu decoc yang diserkai panas dan dari bahan yang lain kita membuat infuse
yang diserkai dingin.
Dengan syarat air yang tersedia cukup untuk pembuatan masing-masing
serkaiannya. Bila air cukup maka kita dapat mengerjakannya dengan dua cara:
 Decoctum-Infusum diserkai panas-panas, cara ini yang terbanyak dipakai,
hal ini ditentukan oleh codex.
 Decoctum-Infusum dipisah dalam decoc yang diserkai pana dan infuse
yang diserkai dingin, kedua-duanya dibuat dengan bagian-bagian air yang
tersedia, yang banyaknya sebanding.
 Untuk decoctum Chinae, Farmakope memilih perbandingan 6 : 100.
Karena mengandung zat-zat yang disebut : kinotanat-kinotanat, yang
kelarutannya hanya terbatas. Jika decoctum serupa itu dibuat lebih kuat
maka tak akan banyak zat yang melarut.
Pemisahan suatu serkaian sudah tentu perlu,bila bagian-bagian dari bahan-
bahannya bereaksi satu dengan yang lainnya atau memberikan suatu endapan (zat
samak dan alkoloida-alkoloida) jika air yang tersedia cukup banyak untuk
masing-masing bagian untuk memperoleh serkaian yang biasa, maka harus
menggunakan cara kedua.

7. Bahan Bakal Decoc atau Infus


Kita membuat decoc atau infus ditentukan oleh sifat dari bahan bakal. Yaitu:
a. Decoc :
 Pada bahan-bahan bakal yang keras
 Pada bahan-bahan bakal tanpa minyak atsiri

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 11


 Pada bahan-bahan bakal dimana bagian-bagiannya tahan terhadap
penghangatan.
b. Infusa
 Pada bahan-bahan bakal yang lunak
 Pada bahan-bahan bakal minyak atsiri
 Pada bahan-bahan bakal dimana zat yang terkandungtidak atau kurang
tahan terhadap penghangatan. Misalnya radix ipecacuanhae, rizoma
hydrastis dan bahan-bahan bakal yang banyak mengandung pati seperti
Radix Liquiritae, Radix Rhei, dan sebagainya.
B. Tanaman Rosella
1. Klasifikasi Tanaman Rosella 
Kingdom         : Plantae 

Subkingdom    : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivisio    : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisio            : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub-kelas         : Dilleniidae

Ordo                : Malvales

Familia            : Malvaceae (suku kapas-kapasan)

Genus              : Hibiscus

Spesies            : Hibiscus sabdariffa L (Comojime, 2008).

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai bunga berwarna cerah,


Kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika
dibandingkan dengan bunga raya/sepatu. Bunganya keluar dari ketiak daun dan
merupakan bunga tunggal, yang berarti pada setiap tangkai hanya terdapat 1
(satu) bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya
1 cm, yang pangkalnya saling berlekatan dan berwarna merah. Kelopak bunga ini

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 12


sering dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering
dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.

2. Khasiat bunga Rosella


a. Menurunkan Hipertensi
b. Mengobati Asam urat
c. Memperbaiki metabolisme tubuh
d. Bersifat detoksifikasi (menetralkan racun)
e. Menurunkan kolesterol dalam darah
f. Mencegah sariawan dan panas dalam
g. Menurunkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetus melitus
h. Melangsingkan tubuh
i. Menghambat pertumbuhan sel kanker dll.

3. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Kompor
 Panci  beserta tutupnya
 Sendok
 Kain saring
 Saringan besi
 Timbangan analitik
 Gelas beaker 500 mL 2 buah
 Gelas beaker 100 mL 1 buah
 Corong kaca
b. Bahan
 Bunga rosella 50 kuntum
 Gula pasir ± 650 gram
 Air mineral 1 Liter

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 13


4. PROSEDUR KERJA
a. Ambil air mineral sebanyak 1 Liter dengan menggunakan gelas beaker
500 mL
b. Kemudian didihkan 1 L air mineral tersebut, menggunakan kompor.
c. Timbang 650 gram gula pasir dan ambil 50 kuntum bunga rosella kering.
d. Setelah air mendidih, masukkan gula pasir dan bunga rosella kering.
e. Dekoktasi dimulai 30 menit setelah air mulai mendidih.
f. Panaskan dengan api agak kecil.
g. Biarkan selama 30 menit sambil sesekali diaduk, untuk memastikan gula
pasir benar – benar larut.
h. Setelah 30 menit mendidih, angkat dan saring dekokta dan masukkan ke
dalam gelas beaker 500 mL.
i. Didapatkan dekokta bunga rosella bersih sebanyak 850 mL.

5. TUGAS/PENGAMATAN
Nama Bahan Berat Bahan Hasil Infundasi

Tanaman Rosella Uji Organoleptis

Foto Tanaman : Warna :

Bau :

Rasa :

Bentuk :

NTA :

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 14


Famili :

Kandungan :

Khasiat:

6. PERTANYAAN
Simplisia dan bahan yang seperti apa yang dapat disari menggunakan metoda
dekokta?

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 15


PERCOBAAN X. METODE DESTILASI
1. TUJUAN
Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan paham dan terampil
melakukan metode ekstraksi secara panas yaitu dengan metode destilasi dengan
bahan dari tanaman yang mengandung minyak atsiri.

2. DASAR TEORI
Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau
minyak terbang, pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis
dalam Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri
merupakan senyawa, yang pada umumnya berujud cairan, yang diperoleh dari
bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan
cara penyulingan dengan uap, tetapi dapat juga diperoleh dengan cara lain seperti
dengan cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik maupun dengan cara
dipres atau dikempa dan secara enzimatik. Minyak atsiri dapat dibagi menjadi
dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang dengan mudah dapat dipisahkan
menjadi komponen-komponen atau penyusun murninya. Komponen-komponen
ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi produk-produk lain.
Contohnya: minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak permen, dan minyak
terpentin.
Biasanya komponen utama yang terdapat dalam minyak atsiri tersebut
dipisahkan atau diisolasi dengan penyulingan bertingkat selalu dilakukan dalam
keadaan vakum. Hal ini dikerjakan untuk menghindari terjadinya isomerisasi,
polimerasi atau peruraian. Kedua, minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi
komponen murninya. Contohnya minyak akar wangi, minyak nilam, minyak
kenanga. Biasanya minyak atsiri tersebut langsung dapat digunakan, tanpa
diisolasi komponen-komponennya. Sebagai produk pewangi berbagai produk.
Penyulingan Pada Dasarnya  Terdapat Dua Jenis yaitu:

1. Penyulingan suatu campuran yang berujud cairan yang tidak


salingbercampur, hingga membentuk  dua fasa atau dua lapisan.

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 16


2. Penyulingan suatu larutan membentuk satu fasa. Pada keadaan ini pemisahan
minyak atsiri menjadi beberapa komponennya, sering disebut fraksinasi,
tanpa menggunakan uap.
Kandungan Minyak Atsiri Secara Umum :

Unsur-unsur dasar :  karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O), kadang-
kadang juga terdiri atas nitrogen (N) dan belerang (S).resin dan lilin dalam
jumlah kecil yang merupakan komponen tidak dapat menguap.hidrokarbon
sebagian besar terdiri atas : monoterpen (2 unit isoprene), sesouiterpen (3 unit
isoprene), diterpen (4 unit isoprene), politerpen, parafin, olefin dan hidrokarbon
aromatik. Kom-ponen hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas
dari setiap jenis minyak, sebagai contoh minyak jeruk mengandung 90%
limonen. Oxygeneted Hydrocarbon mengandung unsur-unsur karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O). Yang termasuk oxygeneted hydrocarbon adalah
persenyawaan alkohol, aldehida, keton, oksida, ester dan eter. Ikatan karbon
dalam oxygeneted hydrocarbon ada yang jenuh dan ada yang tidak jenuh. tidak
jenuh tidak jenuh.

1.1 Teknologi Pengolahan Minyak Atsiri


Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan
persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut, maka
minyak atsiri dapat diekstrak dengan 3 macam cara, yaitu :
a. Penyulingan
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau
padatan dari 2 macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya
dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Dalam
industri pengolahan minyak atsiri telah dikenal 3 macam sistem penyulingan,
yaitu:
1. Penyulingan Dengan Air
Pada sistem penyulingan dengan air, bahan yang akan disuling langsung
kontak dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling dapat melayang

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 17


atau seluruhnya dapat tenggelam dalam air, hal ini tergantung pada berat
jenis dan banyaknya bahan yang berada dalam ketel penyuling.
2. Penyulingan Dengan Air dan Uap
Bahan yang akan disuling diletakkan di atas ayakan pemisah yang
terdapat beberapa cm di atas air. Pada sistem penyulingan air dan uap,
kondisi dalam ketel penyulingan selalu jenuh dan basah. Bahan hanya
berhubungan dengan uap, bukan dengan air yang mendidih. Uap
bertekanan rendah dalam jenuh basah, melalui bahan dan keluarnya butir-
butir minyak dari sel kelenjer dipengaruhi oleh kepadatan bahan dalam
ketel tekanan uap, berat jenis dengan kadar air bahan serta berat molekul
komponen bahan disuling.
Salah satu keuntungan dari penyulingan air dan uap apabila dibandingkan
dengan penyulingan langsung bahwa uap yang tidak merata dapat
dihindarkan. Uap bergerak diseluruh permukaan dan dididihkan sehingga
penetrasi uap kedalam jaringan-jaringan bahan berjalan dengan baik dan
sempurna.
3. Penyulingan Dengan Uap
Pada dasarnya prinsip penyulingan dengan uap hampir sama dengan
penyulingan dengan air dan uap. Perbedaannya ialah bahwa air yang
dipanaskan tidak terdapat dalam ketel penyulingan, tetapi dalam boiler
yang terpisah. Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan yang lebih tinggi
dari tekanan udara luar dan dialirkan melalui bahan yang terdapat dalam
ketel penyulingan. Dengan menggunakan uap dari boiler periode pertama
suhu bahan dalam ketel akan naik, dan sebagian dari uap akan
berkondensasi. Uap yang berkondensasi ini akan mengekstrak minyak
yang terkandung dalam kelenjer-kelenjer minyak pada bahan dan di bawa
ke permukaan.
b. Ekstraksi Dengan Pelarut Menguap
Prinsip ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan
pelarut organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam
wadah (ketel) yang disebut ”extractor”.
c. Alat Destilator (Penyuling) Minyak Atsiri

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 18


Destilator (Penyuling) Minyak Atsiri adalah alat yang digunakan untuk
melakukan proses destilasi (penyulingan) minyak tanaman menghasilkan minyak
atsiri (essential oil). Minyak yang dapat dihasilkan antara lain minyak nilam,
minyak kayu putih, minyak cengkeh, dan lain-lain.

3. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
Simplisia segar 300 gr Kulit Jeruk Sankis (Kelompok 1), Daun Jeruk
Purut (Kelompok 2), Daun Sirih (Kelompok 3) untuk Reguler.
Simplisia yang sudah dihaluskan 300 gr Kapulaga (Kelompok 1),
Cengkeh (Kelompok 2) untuk Ekstensi, Na2SO4 eksikatus, Aquadest q.s

b. Bahan
Seperangkat alat destilat, Gelas ukur, Erlemeyer, Timbangan, Serbet,
Corong pisah.

4. PROSEDUR KERJA
1. Sampel dirajang halus dan ditimbang seberat 300 gram
2. Masukkan ke dalam alat destilat tambahkan aquadest q.s
3. Nyalakan kondensor dan kompor panas
4. Tampung hasil destilasi dengan erlemeyer tertutup
5. Pisahkan hasil destilasi dengan menggunakan corong pisah
6. Ambil lapisan minyak tambahkan Na2SO4 eksikatus.

Sampel

Dirajang halus, timbang 300 ml


Masukkan dalam alat destilasi
Tambahkan aquadest q.s
Tampung hasil destilasi

Hasil Destilasi

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 19


Pisahkan Hasil Destilasi DenganCorong Pisah
Ambil Lapisan Minyak Tambahkan
Na2so4 eksikatus

Minyak Atsiri

Ukur hasil yang didapat

Identifikasi

1. TUGAS/PENGAMATAN
Nama Bahan Berat Bahan Hasil Infundasi
Banyak Bahan : Uji Organoleptis
Foto Tanaman :
Warna :
Bau :
Rasa :
Bentuk :
NTA :
Minyak atsiri yang
didapat = ml

Famili :

Kandungan :

Foto Bentuk Sediaan

Rendemen =
Khasiat
Hasil yang diperoleh
x 10 0 %
Bobot sampel awa
=

2. PERTANYAAN
Bagaimana Prinsip dasar dari Destilasi?

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 20


PERCOBAAN XI. FRAKSINASI

1. TUJUAN
a. Padaakhir praktikum mahasiswa diharapkan paham dan
terampilmenguasai prinsip fraksinasi dan diharapkan mampu melakukan
proses fraksinasi.
2. DASAR TEORI
Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan tidak
murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan
senyawa lain. Karena itu, diperlukan proses pemisahan untuk mendapatkan
senyawa murni atau untuk menghilangkan pengotor yang dapat mengganggu
dalam proses analisis.

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan


tingkat kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi
berbeda-beda tergantung pada jenis tumbuhan. Pada prakteknya dalam
melakukan fraksinasi digunakan dua metode yaitu dengan menggunakan corong
pisah dan kromatografi kolom.

Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang


digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen
dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang
takcampur.

Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya
berupa pelarut organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroform,
atau pun etil asetat. Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air keculai
pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen.Corong pemisah berbentuk
kerucut yang ditutupi setengah bola. Ia mempunyai penyumbat di atasnya
dan keran di bawahnya. Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium
terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun Teflon.
Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 L. Dalam skala
industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan
dipasang sentrifuge.Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 21


dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini
kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan
tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk
melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar
pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian
dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.

Tahapan fraksinasi, pemisahan, dan pemurnian dapat dilakukan dengan


macam-macam teknik yang diantaranya adalah dengan metode kromatografi
ataupun kombinasi kromatografi dengan metode lain. Kadang-kadang dengan
satu kali saja dilakukan fraksinasi, misalnya dengan fraksinasi, misalnya dengan
fraksinasi menggunakan teknik ekstraksi cair-cair, dapat diperoleh suatu senyawa
dengan jumlah yang cukup besar yang selanjutnya tinggal dilakukan tahap
pemurniaan, misalnya dengan rekristalisasi yang sederhana. Tapi dalam
kenyataannya, sering kali diperlukan fraksinasi yang berulang-ulang, baik dengan
teknik yang sama ataupun kombinasi dengan teknik fraksinasi lainnya.

Metode pemisahan yang banyak digunakan adalah :

a. Ekstraksi Cair-Cair
b. Kromatografi, teknik kromatografi yang sering digunakan adalah
kromatografi kertas (KKt), kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas-
cair (KGC), dan kromatografi cair kerja tinggi (KCKT). Tapi pada modul
penuntun praktikum ini hanya akan dibahas kromatografi kertas (KKt),
kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom (KK), dan kromatografi
cair vakum (KCV).

Macam-Macam Proses Fraksinasi:

a. Proses Fraksinasi Kering (Winterization)


Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada
berat molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 22


dibandingkan dengan proses yang lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya
rendah.

b. Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination)


Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan
zat pembasah (Wetting Agent) atau disebut juga proses Hydrophilization atau
detergent proses. Hasil fraksi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi
kering.

c. Proses Fraksinasi dengan menggunakan Solvent (pelarut)/ Solvent


Fractionation
Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut.
Dimana pelarut yang digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih
mahal dibandingkan dengan proses fraksinasi lainnya karena menggunakan
bahan pelarut.

d. Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation)


Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang
didasarkan pada titik didih dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu
produk dengan kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini
membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat
dan kemurniannya lebih tinggi.

3. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
a. Corong pisah
b. Cawan  penguap
c. Gelas kimia
d. Tabung reaksi
e. Water bath
f. Gelas ukur
g. Pipa kapiler
h. Sinar UV
i. Silica gel

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 23


j. Kertas saring
k. Alumunium foil
b. Bahan
a. Ekstrak pekat
b. N-butanol
c. Asam asetat
d. N-heksan
e. N-etil asetat
f. Metanol
g. Kloroform
h. Aquadest

4. PROSEDUR KERJA
Cara Pemakaian corong pisah:
1. Campuran dan dua fase pelarut dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan
corong keran ditutup.
2. Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua
fase larutan tercampur.
3. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan
uap yang berlebihan.
4. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung.
5. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan ini
dipisahkan dengan mengontrol keran corong.
6. Setelah didapat beberapa fraksi, fraksi – fraksi tersebut disimpan dalam botol
vial.
7. Simpan.

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 24


Proses Fraksinasi
Fraksinasi I
Ekstrak pekat + aquadest + N-heksan + Etanol

Dimasukkan kedalam corong pisah, kemudian kocok perlahan-lahan

Selang beberapa saat buang gas dari corong pisah

Didiamkan hingga terjadi pemisahan

Pisahkan komponen-komponen beda fasanya
(fraksi N-heksan dan fraksi residu ekstrak) FRAKSINASI I

Fraksinasi II
Fraksi residu ekstrak + etil asetat

Dimasukkan kedalam corong pisah, kemudian kocok perlahan-lahan

Selang beberapa saat buang gas dari corong pisah

Didiamkan hingga terjadi pemisahan

Pisahkan komponen-komponen beda fasanya
(Fraksi etil asetat dan fraksi residu ekstrak) FRAKSINASI II

Fraksinasi III

Fraksi residu ekstrak + N-butanol



Dimasukkan kedalam corong pisah, kemudian kocok perlahan-lahan

Selang beberapa saat buang gas dari corong pisah

Didiamkan hingga terjadi pemisahan

Pisahkan komponen-komponen beda fasanya
(Fraksi N-butanol dan fraksi residu ekstrak) FRAKSINASI III

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 25


5. TUGAS/PENGAMATAN
Nama Bahan Hasil
Nama Simplisia: Pelarut yang digunaka :
a. ......
Foto Tanaman: b. ......
c. ......

Nama Tanaman Asal:

Famili:

Kandungan:

Khasiat:

Nama Senyawa pembanding :

6. PERTANYAAN
Bagaimana Prinsip dasar dari Fraksinasi?

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 26


PERCOBAAN XII.
KROMATOLOGI LAPIS TIPIS (KLT)

1. TUJUAN
Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan paham dan terampil melakukan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
2. DASAR TEORI
Kromatografi pada prinsipnya adalah suatu teknik pemisahan
menggunakan dua fase gerak (mobile) dan fase diam (stationary). Fase gerak
dapat berupa cairan (kromatografi cair) atau berupa gas (kromatografi gas).
Sedangkan fase diam adalah berupa padatan (adsorbsi) atau cairan (partisi).
a. Fase Diam

Fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri dari bahan padat yang
dilapiskan pada permukaan penyangga datar dengan bantuan bahan pengikat.
Beberapa bahan yang digunakan sebagai fase diam dalam Kromatografi
Lapis Tipis diantaranya silika gel, alumina, dan selulosa. Fase diam harus
mengandung air sekecil mungkin, karena air akan menempati semua titik
penyerapan sehingga tidak akan ada senyawa yang melekat. Sebelum
digunakan, Plat KLT sebaiknya diaktifkan terlebih dahulu dengan cara
pemanasan pada suhu 1100 C selama 30 menit.
b. Fase Gerak

Fase gerak terdiri dari satu atau beberapa pelarut dan bila diperlukan
dapat menggunakan sistem pelarut campur. Untuk memisahkan senyawa-
senyawa organik biasanya selalu digunakan pelarut campuran untuk
memperoleh sistem pengembang yang cocok sehingga hasil pemisahan
senyawa menjadi lebih baik.
Salah satu teknik kromatografi yang umum digunakan di laboratorium
kimia adalah kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis (KLT)
merupakan metode pemisahan dimana yang memisahkan terdiri atas fase diam
yang ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang
cocok. Kromatografi yang cocok lapis tipis termasuk kromatografi absorbsi

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 27


(serapan), dimana fase diam digunakan zat padat yang disebut absorben
(penyerap) dan fase gerak adalah zat cair yang disebut dengan larutan
pengembang.
Kromatografi lapis tipis (KLT) digunakan untuk preparatif atau
memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah kecil. Kromatografi lapis tipis
(KLT) menghasilkan pemisahan yang lebih baik dibandingkan dengan
kromatografi kolom dan lebih efisien karena waktu yang dibutuhkan lebih cepat.
Absorbe (fase diam) yang sangat umum digunakan adalah silika gel dan alumina
dan ditambah dengan kalsium sulfat untuk jadi perekat pada plat kaca atau
perselen.
Fase diam yang digunakan pada kromatografi lapis tipis (KLT)
merupakan penyerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm.
Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran
ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja kromatografi lapis tipis (KLT)
dalam hal efisiensinya dan resolusinya (Rohman, 2007).
Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk uji identifikasi senyawa
baku. Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi kualitatif adalah
nilai Rf (Retardation Factor). Dua senyawa dikatakan identik jika mempunyai
nilai Rf (Retardation Factor) yang sama jika diukur pada kondisi kromatografi
lapis tipis (KLT). Jarak pengembangan senyawa pada kromatografi biasanya
dinyatakan dengan angka Rf :

jarakyangditempu h noda(cm)
Rf =
jarakyangditempu h pelarut (cm)

Nilai Rf berguna untuk identifikasi senyawa, pada senyawa murni dapat


dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan
sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak
yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal.

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 28


3. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Kaca ukuran 10 cm x 20 cm, Erlenmeyer, Chamber, Oven, Holder penebar,
Mikropipet/pipa kapiler, Gelas piala, Lempeng silica gel Gf 254 nm.
b. Bahan
Silica gel, Aquades, Kafein, Etil asetat, Methanol, Kertas saring

4. PROSEDUR KERJA
Pembuatan Lapisan Tipis Fase Diam (Manual)

1. 12,5 gram silica gel (untuk membuat 4-5 lapisan tipis dengan ukuran 10cm x
20 cm) dan masukkan dalam Erlenmeyer bertutup.
2. Tambahkan aquades sebanyak dua kali penimbang silica (dalam mL) dan
tambahkan lagi sebanyak 5 mL.
3. Homogenkan campuran dengan penggojokan selama 30detik.
4. Tuang campuran yang sudah rata ke dalam holder penebar yang telah
dipasang diatas lempeng kaca. Tebal lapisan sekitar 0,25 mm.
5. Campuran suspense silica diratakan dengan cara menarik holder secara satu
arah.
6. Biarkan mongering , setelah kering dapat disimpan.
7. Setiap akan digunakan lempeng fase diam diaktifkan dulu dalam oven
dengan suhu 105 derajat Celsius selama 30 menit.

Persiapan Lempeng Silika Gel GF 254 nm

1. Siapkan lempeng silica gel GF 254 nm 10x15 cm atau sesuai dengan ukuran
chamber yang akan digunakan
2. Garis bawah lempeng silica gel GF 254 nm dari bawah kurang lebih 2 cm
untuk tempat penotolan sampel
3. Beri tanda untuk penotolan sampel yang satu dengan lainnya ± 1-2 cm
4. Garis lempeng silica gel GF 254 nm dari titik penotolan sampel ke atas ± 10
cm untuk proses elusi

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 29


Pembuatan Fase Gerak

1. Fasegerak dibuat dengan perbandingan: Etil asetat-metanol-air (6:4:2)


sebanyak 50ml
2. Masukan campuran fase gerak kedalam chamber lalu masukan kertas saring
sepanjang chamber hingga tercelup
3. Tutup chamber dan dijenuhkan hingga kertas saring terbasahi sempurna.
4. Ambil ± 10 mikro liter larutan ekstrakdan zat pembanding totolkan diatas
plat KLT yang telah dibuat.
5. Plat KLT yang telah ditotoli dimasukkan ke dalam chamber untuk dielusi
sampai batas yang ditentukan
6. Plat KLT selanjutnya disinari dengan sinar UV pada panjang gelombang 254
nm atau 365 nm.
7. Penampak noda di semprot dengan Pereaksi Dragendorff, Jika timbul
warna coklat atau jingga setelah penyemprotan pereaksi dragendorff
menunjukkan adanya alkaloid dalam ekstrak. Bila tanpa pereaksi kimia, di
bawah lampu UV 365 nm, alkaloid akan berfluoresens biru, biru-hijau atau
ungu.
8. Hitung Nilai Rf sampel dan pembanding

5. TUGAS/PENGAMATAN

Nama Bahan Hasil


Nama Simplisia : Pelarut Yang Digunakan :
a.
b.
Foto Tanaman :
c.

Hasil Lempeng KLT :

NTA :

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 30


Famili :

Kandungan :

Khasiat

Nama Senyawa
Pembanding

6. PERTANYAAN
1. Jelaskan secara singkat prinsip dasar dari KLT
2. Jelsakan Cara mengaktifkan fase diam pada prosedur kerja KLT?
3. Bagaimana Cara memperoleh nilai RF

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 31


PERCOBAAN XIII.
APLIKASI SEDIAAN GALENIK

1. TUJUAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu : Menjelaskan tahapan
dan Membuat salah satu sediaan galenik (Ekstrak Kulit Buah manggis dan
VCO) secara sederhana (skala laboratorium).
2. DASAR TEORI
Seperti penjelasan sebelumnya mengenai sediaan galenik yaitu :sediaan yang
di buat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang di ambil sarinya.
Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatanya sebagai
berikut :
1. Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa
2. Hasil Penyulingan/ pemerasan  : Aqua aromatika, olea velatilia (minyak
menguap), olea pinguia (minyak lemak)
3. Syrup.

Buah manggis (Garcinia mangostana)


Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif dari tanaman
menggunakan pelarut. Selanjutnya pelarut yang digunakan diuapkan kembali
sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuknya dapat kental atau kering
tergantung banyaknya pelarut yang diuapkan kembali.
Dalam percobaan ini, bahan alam yang di gunakan yaitu kulit buah manggis :
Kerajaan :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Malpighiales
Famili :Clusiaceae
Genus :Garcinia
Spesies :G. Mangostana
Nama binomial : Garcinia mangostana

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 32


Kandungan kulit buahnya yang mengandung zat yang di sebut”Xanthone”.
Xanthone merupakan molekul besar yang terdiri dari berbagai komponen super
antioksidan, misalnya alpha-Mangostin; Garcinone A; beta-Mangostin;
Garcinone B; 3-Isomangostin; Garcinone C; Mangostanol; Garcinone D;
Maclurin; Garcinone E, Catechins dan polyphenols, Vitamin C dan sebagainya.
Manfaat :antikanker, antiinflammatory, antimikroba, antialergi, menurunkan
cholesterol, tekanan darah dan kadar gula, serta membantu menyembuhkan
penyakit degeneratif (jantung, stroke, katarak).

(VCO=Virgin Coconut Oil)


Minyak kelapa yang digunakan sebagai obat disebut kelapa murni
(VCO=Virgin Coconut Oil). VCO adalah minyak yang diproses secara alami dari
daging buah kelapa yang masih segar tanpa menggunakan bahan kimia atau
pemanasan murni. Pembuatan VCO dengan cara tradisional merupakan
pemisahan minyak dalam santan. Minyak kelapa diperoleh dari :
Nama tanaman asal : Cocos nucifera L.
Nama simplisia : Kelapa
Family : Palmae
Isi : Asam Laurat, Protein, Karbohidrat, Lemak, Asam
Palmitat.
Khasiat : Defisiensi Nutrisi, HIV, AIDS, Penyakit akibat
bakteri,Diabetes,Penyakit jantung, dan Obesitas.

3. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
Buah manggis, Ethanol, Kelapa 5 buah, Aquadestilata 3 Liter, NaOH
b. Bahan
Corong pisah, Gelas ukur, Cawan penguap, Batang pengaduk,
Timbangan, Kompor listrik, Pipet tetes, Corong biasa, Waterbath,
Beacker glass, Kertas saring, Saringan kelapa, Erlemeyer.

4. PROSEDUR KERJA

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 33


Pembuatan VCO
1. Ambil 5 buah kelapa tua segar, cungkil daging buahnya
2. Cuci daging buah kelapa sampai bersih
3. Parut daging buah kelapa menggunakan mesin parut, usahakan ukuran
partikel parutan sekecil mungkin agar santan yang diperoleh lebih
banyak
4. Parutan kelapa diremas dengan air yang telah disediakan (5:3, 5 buah
kelapa + 3 liter air)
5. Saring santan dengan menggunakan kain saring
6. Tampung santan kelapa dalam wadah transparan
7. Tutup rapat wadah yang berisi santan tadi dan diamkan larutan santan
tersebut selama 1 jam
8. Setalah 1 jam akan terbentuk 2 lapisan yang batasnya terlihat jelas.
Lapisan atas berupa krim dan lapisan bawah berupa skim (air + protein)
9. Buang air pada bagian dasar wadah dengan menggunakan slang air
10. Ambil lapisan atas yang berupa krim tadi, setelah itu masukkan krim
tesebut kedalam panci dan panaskan pada suhu 100oC selama 3 jam
sampai mendidih
11. Setelah dipanaskan akan dihasilkan minyak berwarna kuning dan blondo
berwarna coklat
12. Ambil minyaknya dan blondonya dibuang
13. Kemudian minyak dimasukkan dalam wadah, setelah itu minyak disaring
dengan m
14. enggunakan kain
15. Setelah disaring dengan menggunakan kain, minyak tadi saring lagi
dengan menggunakan kertas saring
16. Dan didapat VCO
Ekstrak Buah Manggis

Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Manggis

1. Siapkan kulit manggis kering dalam kondisi baik dan bersih.  Perhatikan
hindari kulit manggis yang sudah berjamur.

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 34


2. Cuci dan tiriskan. Potong-potong dalam ukuran yang memudahkan proses
dipotong-potong kemudian dikeringkan menggunakan oven padasuhu
65°C selama 40 menit.
3. Haluskan kulit manggis kering dengan mesin blender atau tumbukan
tradisional.
4. Saring Kulit Manggis dihaluskan kemudian diayak dengan mesh 20.
menyerupai bubuk
Prosedur Pembuatan Ekstrak
1. Buat ekstrak dari serbuk kering simplisia dengan cara maserasi
menggunakan pelarut sesuai, bila tidak dinyatakan lain gunakan etanol
70%.
2. Masukkan satu bagian serbuk simplisia kering ke dalam maserator,
tambahkan 10 bagian pelarut. Rendam selama 6 jam pertama sambil
sesekali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam. Pisahkan maserat.
Ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan
jumlah pelarut yang sama. Kumpulkan semua maserat, uapkan dengan
rotavapor. (FHI)
3. Sejumlah 25 g bahan/simplisia diekstraksi dengan 2,5 L etanol 96%
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan.
4. Maserasi dilakukan tiga kali berturut-turut dengan cairan penyari lebih
kurang 4 bagian (±100 ml), 3 bagian (±75 ml) dan 3 bagian (±75 ml)
volume dari etanol 96% yang digunakan.
5. Setiap selesai ekstraksi cairan disaring dan dikumpulkan dalam suatu
wadah. Filtrat yang diperoleh diuapkan dengan rotavapor hingga
konsistensi kental (apabila perlu dilanjutkan pemanasan di atas tangas
air).
Pengujian
1. Standarisasi Simplisia
A. Penetapan Susut Pengeringan
Botol timbang disiapkan, dipanaskan padasuhu 105°C selama 30 menit, lalu
ditimbang. Hal tersebut dilakukan sampai memperoleh bobot botol timbang yang

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 35


konstan atau perbedaan hasil antara 2 penimbangan tidak melebihi 0,005 g.
Sebanyak 1 g bahan uji ditimbang, dimasukkan kedalam botol timbang. Bahan
uji kemudian dikeringkan pada suhu 105°C selama 5 jam dan ditimbang
kembali. Proses pengeringan dilanjutkan dan timbang kembali selama 1 jam
hingga perbedaan antara penimbangan berturut-turuttidak lebih dari 0,25%
(Depkes RI, 2000).Susut pengeringan dapat dihitung denganpersamaan dibawah
ini.

Keterangan : a = berat awal simplisia (g); b =berat akhir simplisia (g).

B. Penetapan Kadar Abu Total


Bahan uji ditimbang dan dimasukkan dalamkrus porselin yang telah dipijar dan
ditara.Krusporselin dipijar pada suhu 600°C kemudiandidinginkan dan ditimbang
sampai diperolehbobot tetap.Kadar abu dihitung terhadap bahanyang telah
dikeringkan di udara (Depkes RI,2000).

C. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam


Abu yang diperoleh dari hasil penetapankadar abu total dididihkan dalam 25 mL
asamklorida encer selama 5 menit, bagian yang tidaklarut dalam asam
dikumpulkan, disaring melaluikertas saring, dipijar sampai bobot
tetap,kemudiaan didinginkan dan ditimbang. Kadar abuyang tidak larut dalam
asam dihitung terhadapbahan yang dikeringkan di udara (Depkes RI,2000).

D.Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air


Bahan uji dimaserasi selama 24 jam dengan100 mL air-kloroform (2,5 mL
kloroform dalamakuades sampai 100 mL) dalam labu bersumbat sambil sesekali
dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian
disaring. Filtrat sebanyak 20 mL diuapkan sampai kering dalam cawan penguap
yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu
105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara(Depkes RI, 2000).

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 36


E.Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol
Bahan uji dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL etanol 95% dalam labu
bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan
selama 18 jam, kemudian disaring. Filtrat diuapkan sebanyak 20 mL sampai
kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan
ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam
persen sari larut dalam etanol 95% dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara(Depkes RI, 2000).

5. TUGAS/PENGAMATAN

Nama Bahan Foto Tanaman dan Hasil Hasil


VCO Organoleptis
Bau
NTA :
Warna
Bentuk Rasa
BJ
Famili :

BJ antara :
Kandungan :
BJ = W3-W1
BJ =W2-W1

Keterangan :
W1 = berat piknometer
Khasiat
kosong
W2 = berat piknometer +
air
W3 = berat piknometer +
sampel
Sampel + NaOH 
terdapat buih

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 37


Manggis Organoleptis
Bau
NTA :
Warna
Bentuk Rasa
BJ
Famili :

Kandungan :

Khasiat

6. PERTANYAAN
Jelaskan perinsip dasar pembuatan VCO?

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 38


(Times New Roman Font 12,, Spasi 1,5, Untuk Sub Judul Bold)
FORMAT LAPORAN

LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN I
JUDUL PRAKTIKUM
Judul Praktikum : …………………………………………………
Hari & Tanggal Praktikum : …………………………………………………
Nama Mahasiswa : …………………………………………………
NIM : …………………………………………………
PRODI : …………………………………………………
Dosen Pembimbin : 1………………………………………………
: 2………………………………………………

1. TUJUAN PRAKTIKUM
2. DASAR TEORI
Berisikan teori yang terkait tidak hanya diambildari penuntun praktikum
3. BAHAN DAN ALAT
4. CARA KERJA
5. DATA HASIL PRAKTIKUM
6. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
7. KESIMPULAN
8. DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Penyusunan Modul Praktikum 39

Anda mungkin juga menyukai