Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSELING STUDI KASUS PENYAKIT KARDIOVASKULAR

ANGINA PEKTORIS DAN JANTUNG

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Anggun Sophia 21142007

Cut Vona Firdawati 21142017

Karina Anjani Susetyo 21142031

Khairunnisa 21142033

Nina Anggraini 21142046

Sinta Novika Sari 21142060

Tri Selsa Indriani 21142064

Dosen Pengampu:

Apt. Tika Hardini,M,.Farm

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-FATAH KOTA BENGKULU

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun memperoleh kesehatan dan kekuatan untuk
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konseling Studi Kasus Penyakit Kardiovaskular
Angina Pectoris dan Jantung”. Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Swamedikasi. Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
penyusun sampaikan kepada seluruh pihak, khususnya kepada dosen pengampuh mata kuliah
atas kebijaksanaan dan kesediaannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi


penyampaian yang menjadikan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan
makalah ini.

Bengkulu, Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian ....................................................................................................................... 3
2.2 Etiologi............................................................................................................................. 3
2.3 Patofisiologi ..................................................................................................................... 4
2.4 Tipe Angina..................................................................................................................... 5
2.5 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................ 6
2.6 Penatalaksanaan ............................................................................................................. 8
2.7 Komplikasi ...................................................................................................................... 8
2.8 Pengobatan Angina Pektoris ......................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasanya suatu pola hidup yang tidak sehat tentunya akan menimbulkan berbagai
macam permasalahan kesehatan. Utamanya bagi sistem kardiovaskuler. Keluhan utama yang
sering terjadi pada gangguan sistem kardiovaskuler ialah nyeri dada, berdebar-debar dan
sesak napas. Keluhan tambahan lainnya yang mungkin menyertai keluhan utama, ialah
poerasaan cepat lelah, kemampuan fisik menurun dan badan sering terasa lemas, perasaan
seperti mau pingsan (fainting) atau sinkope, kaki rasa berat atau membengkak, perut
kembung atau membuncit disertai kencing yang berkurang, kadang-kadang terlihat kebiruan (
cyanotic spells ), batuk atau hemoptisis dengan dahak yang kemerahan, sering berkeringat
dingin dan lemas dengan perasaan tidak enak pada perut bagian atas.

Salah satu jenis gangguan pada sistem kardiovaskuler yang dibahas dalam makalah ini
yakni angina pektoris. Angina Pektoris merupakan sakit pada dada akibat dari penyakit
jantung koroner yang merupakan suatu penyakit pada jantung yang terjadi karena adanya
kelainan pada pembuluh darah koroner yaitu sepasang pembuluh nadi cabang pertama dari
aorta yang mengantarkan zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi jaringan dinding jantung.
Kelainan pembuluh darah koroner ini berupa penyempitan pembuluh darah sebagai akibat
dari proses atherosclerosis yaitu pengerasan dinding pembuluh darah yang disebabkan oleh
penimbunan lemak yang berlebiha, kondisi patologis pada arteri koroner yang menyebabkan
perubahan dari fungsi serta struktur arteri dan mengakibatkan penurunan aliran darah ke
jantung. Aterosklerosis ini merupakan kondisi patologis yang mendasari terjadinya kasus
penyakit kardiovaskuler di masyarakat sering dikaitkan dengan gaya hidup yang kurang
mendukung kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari Angina Pektoris ?


2. Ada berapakah tipe Angina Pektoris?
3. Apa etiologi dari Angina Pektoris?
4. Bagaimanakah Patofisiologi dari Angina Pektoris?
5. Bagaimanakah Pemeriksaan penunjang dari Angina Pektoris?

1
6. Bagaimanakah Penatalaksaan dari Angina Pektoris?
7. Bagaimanakah Komplikasi dari Angina Pektoris?
8. Bagaimana Pengobatan Angina Pektoris?

1.3 Tujuan
1. Mengerti Pengertian dari Angina Pektoris
2. Menjelaskan Jenis dari Angina Pektoris
3. Menjelaskan Etiologi dari Angina Pektoris
4. Menjelaskan Tentang Patofisiologi dari Angina Pektoris
5. Menjelaskan Pemeriksaan penunjang dari Angina Pektoris
6. Menjelaskan Penatalaksaan dari Angina Pektoris
7. Menjelaskan Komplikasi dari Angina Pektoris
8. Menjelaskan Pengobatan Angina Pektoris

1.4 Manfaat
Memberikan gambaran dan penjelasan mengenai jantung dan msalah masalah yang terjadi di
dalamnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Angina pektoris adalah nyeri dada intermiten yang disebabkan oleh iskemia miocard
yang reversibel dan bersifat sementara (Kumar, 2013). Angina Pektoris adalah suatu sindrom
klinis yang ditandai dengan nyeri paroksismal atau perasaan berat pada dada anterior. Aliran
darah koroner yang tidak memadai menjadi penyebabnya, mengakibatkan suplai oksigen
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan miokard. Angina biasanya terjadi akibat penyakit
jantung aterosklerosis dan terkait dengan obstruksi yang signifikan pada arteri koroner mayor
(Smeltzer, 2015).

2.2 Etiologi
Penyebab yang paling umum dari angina adalah penyakit arteri koroner. Penyebab
yang kurang umum dari angina adalah spasme (kekejangan) dari arteri-arteri koroner.

Penyakit Arteri Koroner

Arteri-arteri koroner mensuplai darah yang beroksigen pada otot jantung. Penyakit
arteri koroner berkembang ketika kolesterol mengendap di dinding arteri, menyebabkan
pembentukan senyawa yang keras dan tebal yang disebut plak kolesterol. Akumulasi dari
plak kolesterol dari waktu ke waktu menyebabkan penyempitan dari arteri-arteri koroner,
proses yang disebut arteriosclerosis. Arteriosclerosis dapat dipercepat dengan merokok,
tekanan darah tinggi, kolesterol yang naik, dan diabetes. Ketika arteri-arteri koroner menjadi
sempit lebih dari 50% sampai 70%, mereka tidak lagi memenuhi permintaan oksigen darah
yang meningkat oleh otot jantung selama latihan atau stres. Kekurangan oksigen pada otot
jantung menyebabkan nyeri dada (angina).

3
Coronary artery spasm

Dinding-dinding dari arteri-arteri dikelilingi oleh serat-serat otot. Kontraksi yang cepat dari
serat-serat otot ini menyebabkan penyempitan yang tiba-tiba dari arteri-arteri. Spasme dari
arteri-arteri koroner mengurangi darah ke otot jantung dan menyebabkan angina. Angina
sebagai akibat dari spasme (kekejangan) arteri koroner disebut "variant" angina atau
Prinzmetal angina. Prinzmetal angina secara khas terjadi waktu istirahat, biasanya di jam-jam
pagi dini. Spasme dapat terjadi pada arteri-arteri koroner normal serta pada yang disempitkan
oleh arteriosclerosis. Spasme arteri koroner dapat juga disebabkan oleh penggunaan atau
penyalahgunaan cocaine. Spasme dari dinding arteri yang disebbkan oleh cocaine dapat
begitu signifikan sehingga ia sebenarnya dapat menyebabkan serangan jantung.

Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina:

Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.

Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah,
disertai peningkatan kebutuhan oksigen.

Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.

Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung
meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan demikian
beban kerja jantung juga meningkat.

2.3 Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplay
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab
ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas
perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling
sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen
juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner
berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila
arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.

Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksido


yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini
dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat

4
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini
belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila
penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke
koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang
menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel
jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi
oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan
hilangnya asam laktat nyeri akan reda.

Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina:

1. Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung.
2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan
darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
4. Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi
jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah
dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.

2.4 Tipe Angina


1. Angina Pektoris Stabil

Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat.
Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga.

 Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan
kebutuhan oksigen niokard.
 Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas.
 Durasi nyeri 3 – 15 menit.

2. Angina Pektoris Tidak Stabil (Angina pra infark; Angina kresendo)

Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada individu
dengan perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan

5
beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai
oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.

 Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
 Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.
 Kurang responsif terhadap nitrat.
 Lebih sering ditemukan depresisegmen ST.
 Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit
yang beragregasi.

3. Angina Prinzmental (Angina Varian: Istrahat)

Angina yang terjadi karena spasme arteri koronaria. Berhubungan dengan risiko
tinggi terjadinya infark.

 Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
 Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.
 EKG menunjukkan elevasi segmen ST.
 Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akut.
 Dapat terjadi aritmia.

4. Angina Nokturnal

Nyeri terjadi saat malam hari,biasanya saat tidur dan dapat dikurangi dengan duduk
tegak. Biasanya akibat gagal ventrikel kiri.

5. Angina Refrakter atau Intraktabel

Angina yang sangat berat sampai tedak tertahankan.

6. Angina Dekubitus

Angina saat berbaring.

7. Iskemia tersamar

Terdapat bukti obyektif iskemia (seperti tes pada stress) tetapi pasien tidak
menunjukkan gejala.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


• Elektrokardiogram

6
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada
waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang
menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark moikard pada masa lampau. Kadang-
kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina.
Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas.
Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan
gelombang T menjadi negatif.

• Foto Rontgen Dada

Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya
kalsifikasi arkus aorta.

• Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pectoris.


Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering
dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH.

Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina
kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan
trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti hiperlipidemia dan
pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yahng juga
merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris.

• Uji Latihan Jasmani

Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkalimasih normal, maka seringkali
perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat
lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai
pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG di
monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di monitor. Tes dianggap positif bila
didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya.
Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu
serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris.

Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan
cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG
sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.

7
• Thallium Exercise Myocardial Imaging

Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat menambah
sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena pada puncak
latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan
dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan
tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi
normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang
menderita iskemia.

2.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui
terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dapat dicapai
melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau
angiosplasti koroner transluminar perkutan (PCTA = percutaneous transluminal coronary
angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis dan pembedahan.
Tiga teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner
mencakup penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah, penggunaan laser
untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat obstruksi.
Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu atau
seluruh teknik di atas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu
pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan kemunduran proses angina
yang diderita pasien.

2.7 Komplikasi
1. Gagal jantung Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan
(Smeltzer, 2015).
2. MI (Miocard Infark) Miocard Infark merujuk pada suatu proses dinamik dimana
jantung mengalami penurunan oksigen yang berat dan lama karena aliran darah
koroner yang tidak mencukupi yang akan mengakibatnkan terjadinya nekrosis atau
kematian jaringan otot jantung.
3. Kematian mendadak karena dysritmia

8
2.8 Pengobatan Angina Pektoris
1. Nitrat
Nitrat atau bekerja sebagai vasodilator pembuluh vena dan arteri perifer,
sehingga preload dan afterload berkurang yang akan menyebabkan wall stress dan kebutuhan
oksigen (oxygen demand) menurun. Nitrat juga dapat menambah suplai oksigen dengan
vasodilatasi pembuluh koroner dan memperbaiki aliran darah kolateral.
Jenis obat nitrat yang sering digunakan adalah:
 Isosorbide dinitrate: dosis 5 mg setiap 5 menit, maksimal 3 kali/hari
 Nitrogliserin sublingual: efektif untuk meredakan nyeri pada saat episode akut angina,
dengan dosis 0,3‒1,5 mg setiap 5 menit, maksimal 3 kali/hari

Namun, hilangnya nyeri dada setelah nitrogliserin tidak berkorelasi dengan coronary artery
disease.

2. Beta Bloker
Beta bloker dapat menurunkan kebutuhan oksigen pada miokardium, melalui penurunan
denyut jantung dan daya kontraksi miokardium. Beberapa studi penelitian menunjukkan
bahwa beta bloker dapat memperbaiki morbiditas dan menurunkan mortalitas pasien
dengan infark miokard sebesar 13%.
Penyekat beta yang dapat menjadi pilihan dalam penatalaksanaan angina pektoris adalah
propranolol, metoprolol, dan atenolol. Terapi penyekat beta harus segera dimulai dalam 24
jam pertama pada pasien yang tidak memiliki kontraindikasi penyekat beta yaitu bradiaritmia.

3. Antagonis Kalsium (Calcium Channel Blocker)


Pemberian verapamil dan diltiazem dapat memperbaiki angka kesintasan dan
mengurangi infark pada pasien angina pektoris dan sindrom koroner akut. Pemilihan jenis
obat antagonis kalsium yang hendak digunakan pada pasien dengan angina lebih didasarkan
pada perbedaan interaksi obat dan efek samping, karena jenis obat dalam golongan antagonis
kalsium memiliki efikasi yang sebanding.
Dihidropiridin sebagai antagonis kalsium menjadi pilihan untuk pasien dengan gangguan
konduksi jantung (sinus bradikardi atau gangguan konduksi atrioventrikular). Sementara,
penggunaan pada pasien stenosis aorta perlu dilakukan secara hati-hati.
Antagonis kalsium tidak dapat diberikan secara rutin pada pasien dengan penurunan
fraksi ejeksi ventrikel kiri dan pasien dengan gagal jantung. Hal ini akibat efek poten dari
antagonis kalsium dalam menghambat kontraktilitas jantung.

9
4. Obat Antiagregasi Trombosit
Obat antiagregasi trombosit menjadi pilihan dalam penatalaksanaan angina pektoris tidak
stabil maupun NSTEMI. Aspirin merupakan obat antiagregasi trombosit yang sering
digunakan dalam penatalaksanaan angina pektoris tidak stabil.
Beberapa studi telah melaporkan bahwa aspirin dapat mengurangi mortalitas dan
infark fatal maupun non fatal, sampai 72%, pada pasien angina pektoris tidak stabil. Aspirin
dapat diberikan dengan dosis awal 160 mg/hari, dan dosis selanjutnya 80‒325 mg/hari.

Obat antiagregasi lainnya adalah clopidogrel, yang juga terbukti dalam mengurangi
infark dan kematian sindrom koroner akut. Clopidogrel dapat menjadi pilihan pada pasien
yang tidak dapat menerima aspirin. Dosis awal clopidogrel pada angina pektoris tidak stabil
(NSTEMI) adalah 75 mg/hari, sementara untuk dosis loading sebesar 300 mg.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Angina Pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan nyeri paroksismal
atau perasaan berat pada dada anterior. Aliran darah koroner yang tidak memadai menjadi
penyebabnya, mengakibatkan suplai oksigen tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
miokard. Angina biasanya terjadi akibat penyakit jantung aterosklerosis dan terkait dengan
obstruksi yang signifikan pada arteri koroner mayor (Smeltzer, 2015).

Faktor penyebab Angina Pektoris antara lain:

a. Ateriosklerosis

b. Spasmearterikoroner

c. Anemia berat

d. Artritis

e. Aorta Insufisiensi

Tipe Angina

a. Angina pektoris stabil

b. Angina Pektoris Tidak Stabil (Angina pra infark; Angina kresendo)

c. Angina Prinzmental (Angina Varian: Istrahat)

d. Angina Nokturnal

e. Angina Refrakter atau Intraktabel

f. Angina Dekubitus

g. Iskemia tersamar

Pemeriksaan Penunjang

a. Elektrokardiogram

11
b. Foto Rontgen Dada

c. Pemeriksaan Laboratorium

d. Uji Latihan Jasmani

e. Thallium Exercise Myocardial Imaging

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G., Bare. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. ed. 8. Vol. II. Terjemahan oleh Agung Waluyo et al. Jakarta:
EGC.

http://id.wikipedia.org/wiki/Angina_pektoris

http://blog.ilmukeperawatan.com/mengenal-angina-pektoris.html

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/radiology/1936688-angina-pektoris/

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/147_05PenyakitJantungKoroner.pdf/147_05PenyakitJa
ntungKoroner.html

http://oktavie.wordpress.com/2010/02/14/angina-pektoris/

http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/16/angina-pektoris-tidak-stabil/

12

Anda mungkin juga menyukai