Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER PADA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
Diajukan untuk memenuhui salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu: Lilis Lismayanti., M.Kep

Oleh
Kelompok 2 :
Alya Indriyani C1914201077
Hilda Siti Nurfahida C1914201076
Irfan Fauzi C1914201089
Lusi Bilqis Amelisqi C1914201101
Muhamad Rizky Pratama C1914201118
Silmi Noviani C1914201084
Wulansari C1914201100

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan karunia nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu.Judul untuk makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Pada Penyakit Jantung Koroner (PJK)”. Adapun
makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas
Mata Kuliah Keperawatan Gerontik Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.

Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan,


bimbingan, pengarahan baik moral maupun material yang tidak ternilai besarnya dari
berbagai pihak. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan yang
telah diberikan oleh pihak tersebut.

Penyusun bangga untuk mempersembahkan makalah ini.Ada banyak hal


penting yang dapat diraih, dipelajari, dan dipikirkan didalamnya.

Penyusun sadar bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini, terutama
dalam penulisan, tapi penyusun berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi pembaca.

Tasikmalaya, 11 Oktoer 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit.................................................................................................3
1. Definisi............................................................................................................3
2. Epidmiologi.....................................................................................................4
3. Tanda dan Gejala............................................................................................5
4. Penyebab/Faktor-faktor resiko........................................................................6
B. Data Fokus..........................................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................14
C. Intervensi Keperawatan....................................................................................17
D. Implementasi Keperawatan..............................................................................28
E. Evaluasi............................................................................................................31
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................33
B. Saran.................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kondisi yang terjadi akibat
penumpukan plak di arteri jantung sehingga mengakibatkan suplai darah ke
jantung menjadi terganggu dan bisa menyebabkan serangan jantung (American
Heart Association, 2013 dalam (Manoydkk, 2014). Plak ini terbentuk dari lemak,
kolesterol, kalsium dan substansi lain di darah (National Heart Lung and Blood
Institute Coronary artery disease, 2009 dalam (Delima, 2009). Penyakit ini tidak
disadari oleh kebanyakan orang dan tidak memberikan keluhan yang berarti
karena hanya keluhan seperti nyeri dada sebelah kiri yang berlangsung sebentar
sehingga penderita tahap dini kurang waspada (Majid, 2007 dalam (Oley, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2005 sampai saat ini
penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar
40% dari sebab kematian laki-laki usia menengah (Depkes, 2011). Prevalensi
penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia tahun 2013
sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan
diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang.
Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung
koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang
(1,3%), Prevalensi PJK meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi
pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 2,0% dan 3,6%, menurun sedikit pada
kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi PJK menurut jenis kelamin, untuk yang
didiagnosis berdasarkan wawancara dokter, lebih tinggi pada perempuan
dibanding laki-laki (0,5%: 0,4%); juga yang didiagnosis dokter atau gejala (1,6% :
1,3%) (Riskesdas, 2013).
Penyakit jantung koroner adalah salah satu akibat utama aterosklerosis
(pengerasan pembuluh nadi) pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit

3
(Naga, 2013). Mekanisme timbulnya penyakit jantung koroner didasarkan pada
lemak atau plak yang terbentuk di dalam lumen arteri koronaria (arteri yang
mensuplai darah dan oksigen pada jantung). Plak dapat menyebabkan hambatan
aliran darah baik total maupun sebagian pada arteri koroner dan menghambat
darah kaya oksigen mencapai bagian otot jantung. Kurangnya oksigen akan
merusak otot jantung (Kasron, 2012) dan akan timbul masalah keperawatan
diantaranya nyeri akut, ketidakefektifan perfusi jaringan, intoleransi aktifitas,
ansietas (kecemasan), kurangnya pengetahuan (Udjianti, 2013)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disusun rumusan masalah
penelitian ini adalah bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler: PJK
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler: PJK.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien penyakit jantung koroner.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas pada pasien
penyakit jantung koroner.
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien penyakit jantung coroner
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien penyakit jantung
coroner.
e. Melakukan evaluasi keperawatan intoleransi aktivitas pada pasien penyakit
jantung coroner.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) atau bisa disebut Coronary Heart
Disease (CHD) atau penyakit Coronary Artery Disease (CAD) merupakan
penyakit yang disebabkan adanya plak yang menumpuk di dalam arteri
koroner sehingga terjadi penyempitan atau sumbatan yang mensuplai oksigen
(O2) ke otot jantung (Ghani, 2016). Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi
karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner yang berimbas pada otot
jantung yang kekurangan darah sehinga terjadi gangguan fungsi jantung. PJK
merupakan akibat adanya penyumbatan pembuluh darah koroner (Putri,
2018).
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat
otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner. Pada waktu jantung harus be kerja lebih kerasterjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah yang
menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat sama sekali,
pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah yang disebut
dengan serangan jantung. Adanya ketidakseimbangan antara ketersedian
oksigen dan kebutuhan jantung memicu timbulnya PJK (Huon, 2002).
PJK (asterosklerosis coroner, penyakit nadi koroner, penyakit jantung
iskemia) adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri
koroner, mulai dari terjadinya arterisklerorsis (kekakuan arteri) maupun yang
sudah terjadi penimbunan lemak atau flak (plague) pada dinding arteri
koroner, baik disertai gejala klinis ataupun tanpa gejala (Kabo, 2008).
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana terjadi
penyempitan dan penghambatan aliran darah arteri yang mengalirkan darah

5
menuju ke otot jantung. Penyempitan dan penghambatan ini terjadi karena
penumpukan endapan lemak di dalam dan sekitar sel yang melapisi dinding
arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah. Aliran darah yang tersumbat
ini menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi untuk otot jantung menurun
sehingga timbul nyeri dan gangguan fungsi jantung (Syukri, 2013).
2. Epidmiologi
Adapun karakteristik Host yang beresiko terhadap Penyakit Jantung
Koroner yaitu:
a. Usia
Usia yang berpotensi untuk menderita PJK untuk alki-laki usia
45 tahun dan banyak penyandang hipertensi sedangkan perempuan
setelah umur 55 tahun beresiko dibandingkan dengan laki-laki.9
b. Pekerjaan
Tingkat pekerjaan dan pendidikan mempengaruhi risiko PJK
yaitu wanita yang memiliki pekerjaan diluar rumah memiliki resiko yang
minim PJK daripadawanita ibu mengurus rumah tangga dikarenakan
aktivitasfisikrendah dan rendahnya tingkat pendidikan.10
c. Jenis Kelamin
Jenis kelamin yang berpotensi menderita PJK yaitu pada pria. Hal
ini berhubungan dengan IMT dan PJK jika wanita memiliki IMT
yang besar maka berpeluang kepada wanita. Di Australia PJK belum
dapat informasi valid diderita wanita.
d. Merokok
Pada pria yang merokok berat akan beresiko menderita PJK 2
sampai 4 kali dan juga berpotensi pada perempuan yang merokok berat
atau jumlah dihisap 20 batang per hari.11
e. DM
Penderita DM akan berpengaruh pada pembuluh darah dan 1 dari
2 orang pasien DM bagian pembuluh darahnya akan rusak. Kerusakan

6
ini dapat terjadi Jika aktivitas kurang dan pola makan yang tidak sehat
yang berpengaruh pada kerja jantung.
f. Penderita Hipertensi
Tekanan darah mempunyai hubungan dengan semua bagian tubuh
yang berperan penting seperti jantung, ginjal, mata dan pembuluh
darah. Komplikasi akan terjadi dan disesuaikan dengan tingginya
darah dan hjangka waktu merasakannya.
g. Keturunan
Individu yang memiliki orangtua laki-laki menderita PJK maka
akan beresiko 2 kali bahkan lebih untuk menderita PJK
3. Tanda dan Gejala
Menurut Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, (2001) dalam
Nurhidayat S.(2011):
a. Dada terasa tidak nyaman (digambarkan sebagai rasa terbakar, berat, mati
rasa, dapat menjalar kepundak kiri, leher, lengan, punggung atau rahang)
b. Denyut jantung lebih cepat
c. Pusing
d. Sesak nafas
e. Mual
f. Berdebar-debar
g. Kelemahan yang luar biasa
Manifestasi klinis pada PJK ini khas yang menimbulkan gejala dan
komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen arteri penyumbatan aliran
darah ke jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan suplai
darah tidak adekuat (iskemia) yang ditimbulkannya akan membuat sel-sel otot
iskemia terjadi dalam berbagai tingkat, manifestasi utama dari iskemia
miokardium adalah sesak nafas, rasa lelah berkepanjangan, irama jantung
yang tidak teratur dan nyeri dada atau biasa disebut Angina Pektoris. Angina

7
pektoris adalah nyeri dada yang hilang timbul, tidak diserati kerusakan
irreversibel sel-sel jantung terdiagnosis PJK.(Wijaya dkk: 4, 2013).
Pada PJK klasifikasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu
asimtomatik (silent myocardial ischemia) yang tidak pernah mengeluh nyeri
dada baik saat istirahat atau beraktifitas, angina pektoris stabil (STEMI)
terdapat yaitu nyeri yang berlangsung 1-5 menit dan hilang timbul dan
biasanya terdapat depresi segmen ST pada pengukuran EKG, angina pektoris
tidak stabil (NSTEMI) yaitu nyeri dada yang berlangsung bisa lebih dari lima
menit dan terjadi bisa pada saat istirahat biasanya akan terdapat deviasi
segmen ST pada rekaman hasil EKG, Infark miokard yaitu nyeri dada yang
terasa ditekan, diremas berlangsung selama 30 menit atau bahkan lebih
biasanya hasil rekaman EKG terdapat elevasi segmen ST (Potter & Perry,
2010).
Nyeri akut pada PJK mempunyai manifestasi klinis sesak nafas, rasa
lelah berkepanjangan, irama jantung yang tidak teratur dan nyeri dada atau
biasa disebut Angina Pektoris. Keluhan yang umum adalah pasien mengeluh
nyeri dan gejala tanda yang kumungkinan ada lainya adalah pasien tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,
tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berkurang, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.
4. Penyebab/Faktor-faktor resiko
Penderita PJK banyak didapatkan adanya faktor – faktor risiko. Faktor
risiko utama atau fundamental yaitu faktor risiko lipida yang meliputi kadar
kolesterol dan trigliserida, karena pentingnya sifat – sifat substansi ini dalam
mendorong timbulnya plak di arteri koroner.Negara Amerika pada saat ini
50% orang dewasa didapatkan kadar kolesterolnya > 200 mg/dl dan ± 25%
dari orang dewasa umur > 20 tahun dengan kadar kolesterol > 240 mg/dl,
sehingga risiko terhadap penyakit jantung koroner akan meningkat. Penderita
penyakit jantung koroner akan mengalami hipertensi 2,25 kali dibanding

8
dengan yang bukan penderita penyakit jantung koroner.Berbagai penelitian
epidemiologi menunjukkan adanya keadaan-keadaan sifat dan kelainan yang
dapat mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner. Memiliki faktor
risiko lebih dari satu seperti hipertensi, diabetes melitus, dan obesitas, maka
akan mempunyai 2 atau 3 kali berpeluang terkena penyakit jantung koroner
dibandingkan 70 orang yang tidak. (Diana Zahrawardani1 , Kuntio Sri
Herlambang2 , Hema Dewi Anggraheny3 2013)
Faktor risiko lainnya :
a. Merokok Didalam rokok terkandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan, seperti nikotin yang bersifat adiktif, tar yang bersifat
karsinogenik, dan bahkan juga formalin. (Sudoyo, 2006) mengatakan
bahwa
1) Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat
seperti adrenalin. Zat ini merangsang denyut jantung dan tekanan darah.
2) Asap rokok mengandung karbon monoksida (CO) yang memiliki
kemampuan jauh lebih kuat daripada sel darah merah (haemoglobin)
untuk menarik atau menyerap oksigen, sehingga menurunkan kapasitas
darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan-jaringan
termasuk jantung.
3) Merokok dapat menyembunyikan angina yaitu sakit di dada yang dapat
memberi sinyal adanya sakit jantung. Tanpa adanya sinyal tersebut
penderita tidak sadar bahwa ada penyakit berbahaya yang sedang
menyerangnya, sehingga ia tidak mengambil tindakan yang diperlukan.
4) Perokok dua atau tiga kali lebih mungkin terkena stroke dibandingkan
dengan mereka yang tidak merokok.
b. Hipertensi
Orang yang mempunyai darah tinggi berisiko mengalami penyakit
jantung, ginjal, bahkan stroke. Hal ini dikarenakan tekanan darah tinggi
membuat jantung bekerja dengan berat sehingga lama kelamaan jantung

9
juga akan kecapaian dan skait. Bahkan jika ada sumbatan di pembuluh
darah koroner jantung maupun pembuluh darah yang lain, tekanan darah
tinggi akan berakibat pada pecahnya pembuluh darah.
c. Kolesterol
Kolesterol sebenarnya merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh,
namun bukan dalam jumlah yang banyak. Kolesterol sendiri berasal dari
makanan yang sehari-hari kita konsumsi misalnya minyak, makanan yang
digoreng, lemak hewan, dan lain-lain. Kelebihan makanan yang
mengandung kolesterol dapat menyebabkan kolesterol dalam darah kita
menjadi tinggi, dan ini tidak baik bagi jantung kita. Kolesterol yang tinggi
sering tidak dirasakan gejalanya. Apabila kadar kolesterol LDL pada angka
diatas 160 mg/dl, maka dapat dikatakan bahwa kadar koesterol LDL berada
pada level tinggi. LDL yang tinggi inilah yang lama kelamaan akan
menyebabkan terbentuknya plak atau penyumbatan pada pembuluh darah.
Apabila penyumbatan yang parah sudah terjadi, maka jantung 17 kita akan
merasakan nyeri dada. Kadar LDL dikatakan normal adalah jika berada
dibawah 100 mg/dl. Sedangkan kadar kolesterol HDL dikatakan normal
jika diatas 60 mg/dl. Hal ini dikarenakan HDL merupakan kolesterol baik
sehingga dapat melindungi jantung kita. Adapun untuk kolesterol total
sendiri harus dijaga kadarnya dibawah angka 200 mg/dl.
d. Kelebihan berat badan
Kelebihan berat badan merupakan potensi untuk gangguan kesehatan.
Berdasarkan penelitian, orang dengan kelebihan berat badan berisiko
mengalami serangan jantung. Selain itu kelebihan berat badan berisiko
untuk terjadinya kadar kolesterol ayng tinggi dan penyakit diabetes
mellitus. Kelebihan berat badan juga mengakibatkan sensitivitas insulin
menurun sehingga kadar gula darah yang tidak terkendali sering terjadi
pada orang yang terlalu gemuk. Diabetes mellitus merupakan salah satu

10
penyakit yang banyak menimbulkan komplikasi, salah satunya
menimbulkan komplikasi penyakit jantung.
e. Kurang olahraga
Olahraga dapat membakar lemak-lemak yang berlebihan didalam
tubuh. Bila lemak-lemak banyak yang dibakar, maka pembuluh darah kita
akan terbebas dari lemak jahat sehingga keelastisannya menjadi terjaga.
Pembuluh darah yang sehat pada gilirannya juga akan membuat jantung
kita menjadi sehat.
f. Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes merupakan penyakit yang berpotensi menjadi kronis
dan menjadi penyakit jangka panjang. Penyakit yang diderita jangka
panjang memiliki potensi untuk mengalami komplikasi atau penyakit
lanjutan. Komplikasi penyakit diabetes sangatlah banyak dan kompleks. Ia
diantaranya berpotensi 18 menimbulkan komplikasi pada penyakit jantung,
ginjal, pembuluh darah, dan saraf.
g. Stres
Stres dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari Penyakit
Jantung Koroner, meskipun belum dapat diukur berapa besar pengaruh
tersebut memicu timbulnya PJK. Mungkin deskripsi yang paling mendekati
ialah suatu keadan mental yang tampak sebagai kegelisahan, kekhawatiran,
tensi tinggi, keasyikan yang abnormal dengan suatu dorongan atau sebab
dari lingkungan yang kurang menyenangkan. Jadi seseorang yang
mengeluh alami stres dapat mengeluh karena merasa tidak sehat, sakit
kepala, berdebar (palpitasi), sakit kembung atau susah tidur, tidak bahagia
atau bahkan depresi. Tidak semua simtom tersebut hadir bersama-sama
(Kurniadi dan Nurrahmani, 2014).
B. Data Fokus
1. Pengkajian Umum
a. Keluhan utama

11
Keluhan yang paling sering dijadikan alasan pasien merasa nyeri pada
dada, jantung berdebar-debar bahkan sampai sesak nafas
b. Riwayat Penyakit saat ini
Riwayat penyakit sekarang dikaji dimuai dari keluhan yang di rasakan
pasien, sebelum masuk rumah sakit, ketika mendapatkan perawatan di
rumah sakit sampai dilakukannya pengkajian pada pasien penyakit jantung
koroner biasanya didapatkan adanya keluhan seperti nyeri pada dada,
keluhan nyeri di kaji menggunakan PGRST sebagai berikut:
1) Provoking Incident : nyeri timbul pada saat beraktivitas
2) Quality of pain : nyeri dirasakan seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih
benda berat seperti di tusuk, rasa di peras dan di pelintir.
3) Region: nyeri dirasakan di dada dan bisa menyebar ke bahu.
4) Severity: skala nyeri di ukur dengan rentang nyeri 1-10 atau bisa dilihat
dengan ekspresi wajah.
5) Timing: nyeri timbul secara tiba-tiba dengan durasi kurang lebih 30
menit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien tentang
penyakit apa saja yang pernah di derita seperti nyeri dada, hipertensi, DM
dan hiperlipidemia dan sudah berapa lama menderita penyakit yang di
deritanya, tanyakan apakah pernah masuk rumah sakit sebelumnya.
d. Riwayat Keluarga
Untuk mengetahui penyakit keluarga tanyakan pada pasien mengenai
riwayat penyakit yang di alami keluarganya, seperti penyakit keturunan
(diabetes militus, hipertensi, asma, jantung) dan penyakit menular (TBC,
hepatitis).
e. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya nutrisi pada pasien
penyakit jntung koroner mengalami nafsu makan menurun dan porsi

12
makan menjadi berkurang (Nurhidayat, 2011) Istirahat: pola tidur dapat
terganggu, tergantung bagaimana presepsi klien terhadap nyeri yang di
rasakannya.
Aktivitas: aktivitas yang dilakukan sehari-hari berkurang bahkan berhenti
melakukan aktivitas yang berat.
f. Pengkajian Psikososial
Pada pasien penyakit jantung koroner didapatkan perubahan ego yaitu
pasrah dengan keadaan, merasa tidak berdaya, takut akan perubahan gya
hidup dan fungsi peran, ketakutan akan kematian, menjalani oprasi. Dan
komplikasi yang timbul. Kondisi ini ditandai dengan menghindari kontak
mata, insomnia, sangat kelemahnan, perubahan tekanan darah dan pola
nafas, cemas, dan gelisah.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum dengan klien mulai saat pertama kali bertemu dengan
klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga di
amati apakah kompos mentis (GCS 14-15=E4,V5,M6), apatis (GCS: 12-
13), delirium (GCS: 10-11), samnoleon (GCS: 7-9), sopor (GCS: 5-6),
semi koma ( GCS: 4), atau koma (GCS: 3=E1, V1, M1).
b. Tanda-tanda vital
Pasien mengalami peningkatan pada tekanan darah, nadi, dan
respirasinya. TD terkisar antara 124/91 mmHg-137/97 mmHg, RR sekitar
16-20x/menit, nadi swkitar 100-120 x/menit. Terjadi perubahan sesuai
dengan aktivitas dan rasa nyeri yang timbul (Nurhidayat, 2011).
c. Kepala dan muka
Inspeksi: Bentuk kepala bulat atau lonjong,wajah simetris atau
tidak,rambut bersih atau tidak,muka edema atau tidak,lesi pada muka ada
atau tidak,ekspresi wajah meringis atau menangis atau tersenyum. Palpasi:
Rambut rontok atau tidak,benjolan pada kepala ada atau tidak.

13
d. Mata
Inspeksi: mata kanan dan kiri simetris/tidak, mata juling ada/tidak,
konjungtiva merah muda/anemis, skala ikterik/putig, pupil kanan kiri
isokor (normal), refleks pupil terhadap cahaya miosis (mengecil) atau
midriasis (melebar) Palpasi: nyeri atau tidak, peningkatan tekanan intra
okuler pada kedua bola mata/tidak.
e. Telinga
Inspeksi: simetris atau tidak, menggunakan alat dengar/tidak,
lesi/tidak, warna telinga dengan daerah merata/tidak, perdarahan ada/tidak,
serumen adq/tidak.
f. Hidung
Isnspeksi: peradaan septum tepat di tengah/tidak, sekret ada/tidak,
Palpasi: fraktur ada/tidak dan nyeri ada/tidak.
g. Mulut
Inspeksi: bibir sumbing/tidak, warna bibir hitam atau merah muda,
mukosa bibir lembab/kering, sianosis/tidak, oema/tidak, lesi/tidak, stomatis
ada/tidak, gigi berlubang/tidak, bersih/tidak.Palpasi: nyeri tekan/tidak pada
bibir.
h. Leher
Inspeksi: luka/tidakPalpasi: ada pembesaran vena jugularis/tidak, ada
pembesaran kelenjar tiroid/tidak.
i. Payudara dan ketiak
Inspeksi: payudara kanan/kiri simetris/tidak, ketiak bersih/tidak, ada
luka/tidak.Palpasi: ada nyeri saat di tekan pada ketiak/tidak
j. Thorak
1) Paru-paru
Inspeksi: dada simetris/tidak, bentuk/postur dada, gerakan nafas
(frekuensi naik turun, irama normal/abnormal, kedalaman, dan upaya
pernafasan dan otot2 bantu pernafasan/tidak), warna kulit merata atau

14
tidak, lesi/tidak, edema, pembengkakkan/penonjolan, RR mengalami
peningkatan. Palpasi: getaran vocal fremutus kanan dan kiri sama/tidak
ada fraktur pada costea/tidak. Perkusi: normalnya berbunyi sonor.
Auskultasi: normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru dan ada
suara tambahan/tidak.
2) Jantung
Inspeksi: ictus cordis tampak/tidak Palpasi: teraba atau tidaknya ICS
Perkusi: normalnya terdengar pekuk Auskultasi: S3/S4 murmur
3) Abnomen
Inspeksi: luka/tidak, jaringan parut ada/tidak, umbilijus
menonjol/masuk kedalam, amati warna kulit merata/tidak.Palpasi: nyeri
tekan pasa abdomen atau tidak. Perkusi: suara timpani atau hipertimpan.
Auskuktasi: bising usus normal atau tidak (5-20x/menit)
4) Integumen
Inspeksi: warna kulit hitam/sawo matang, lembab/tidak, amati turgor
kulit baik/menurun.Palpasi: akral hangat/dingin, CRT (Capliary Refil
Time) pada jari normalnya<2 detik.
5) Ekstremitas
Inpeksi: tonus otot kuat/tidak, jari-jari lengkap/tidak, fraktur/tidak,
Palpasi: edema/tidak.
6) Genetalia
Inspeksi : terpasang kateter atau tidak.
3. Pengkajian status fungsional dan pengkajian status kognitif
a. Pengkajian status fungsional
1) Indeks katz .
Pemeriksaan indeks katz memfokuskan aktivitas kehidupan sehari-hari
yaitu kegiatan mandi, memakai pakaian, pindah tempat, toileting, dan
makan. Mandiri merupakan tidak ada yang mengawasi, mengarahkan,
ataupun bantuan orang lain. Pengkajian ini mendasarkan pada status

15
aktual serta bukan terhadap kemampuan. Pengkajian ini dapat mengukur
kemampuan fungsional lanjut usia dilingkungan sekitar rumah. (Susanto
2018)

2) Barthel indeks
Pemeriksaan barthel indeks adalah alat mengukur kemandirian lanjut
usia yang sering digunakan, dengan ukur mandiri fungsional pada
perihal keperawatan diri serta mobilitas. Barthel indeks tidak mengukur
ADL, instrumental, komunikasi, dan psikososial. Pengukuran pada
barthel indeks bertujuan buat ditunjukkan peningkatan pelayanan yang
dibutuhkan pasien. Barthel indeks dapat mengambil pada catat medik
penderita, pengamatan langsung ataupun catatan sendiri pada pasien.
(Susanto 2018)
b. Pengkajian status kognitif
1) SPMSQ (Short portable mental status questionaire) adalah beberapa
penguji sederhana yang sudah digunakan secara uas buat kaji status
mental. Menguji semacam 10 pertanyaan berkaitan dengan orientasi,
riwayat pribadi, ingatan janka pendek, ingatan jangka panjang dan
perhitungan. (Rosita 2012)
2) MMSE/Mini mental state exam ialah bentuk mengkaji kognitif yang
digunakan. Lima fungsi kognitif dalam MMSE yaitu konsentrasi,
bahasa, orientasi, ingatan serta atensi. MMSE terdiri dari dua bagian,
bagian pertama hanya membutuhkan respon verbal dan mengkaji
orientasi, memori dan atensi. Bagian kedua kaji kemampuan tulis
kalimat, nama objek, ikuti perintah verbal serta tulis, salin suatu desain
poligon kompleks. (Rhosma S, 2014)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif

16
a. Definisi : Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh.
b. Penyebab
1) Hiperglikemia
2) Penurunan konsentrasi gemoglobin
3) Peningkatan tekanan darah
4) Kekurangan volume cairan
5) Penurunan aliran arteri dan / atau vena
6) Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. merokok, gaya
hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam , imobilitas)
7) Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. diabetes
melittus, hiperlipidemia)
8) Kurang aktivitas fisik
c. Tanda dan Gejala

Tanda Gejala Mayor


Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) 1) Pengisian kapiler >3 detik.
2) Nadi perifer menurun atau
tidak teraba.
3) Akral teraba dingin.
4) Warga kulit pucat
5) Turgor kulit menurun
Tanda Gejala Minor
Subjektif Objektif
1) Parastesia. 1) Edema.
2) Nyeri ekstremitas 2) Penyembuhan luka lambat.
(klaudikasi intermiten). 3) Indeks ankle-brachial <
0,90.

17
4) Bruit femoral.
d. Kondisi Klinis Terkait
1) Tromboflebitis.
2) Diabetes melitus.
3) Anemia.
4) Gagal Jantung kongenital.
5) Kelainan jantung kongenital/
6) Thrombosis arteri.
7) Varises.
8) Trombosis vena dalam.
9) Sindrom kompartemen.
2. Nyeri Akut
a. Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lamat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3
bulan.
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c. Tanda dan Gejala

Tanda Gejala Mayor


Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis.
waspada, posisi menghindari
nyeri)

18
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
Tanda Gejala Minor
Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis

4) Kondisi Klinis Terkait


a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
d) Sindrom koroner akut
e) Glaukoma
C. Intervensi Keperawatan
1. Fokus

No Diagnosa Intervensi
1. Perfusi Perifer Tidak Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Efektif 1. Observasi
 Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer,
edema, pengisian kalpiler, warna, suhu,
angkle brachial index)
 Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi

19
(mis. Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi
dan kadar kolesterol tinggi)
 Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas
2. Terapeutik
 Hindari pemasangan infus atau pengambilan
darah di area keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas pada keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan pemasangan torniquet
pada area yang cidera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi
3. Edukasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
 Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
 Anjurkan minum obat pengontrol tekakan
darah secara teratur
 Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
 Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang
tepat(mis. Melembabkan kulit kering pada

20
kaki)
 Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
 Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
2. Nyeri Akut Manajemen Nyeri (I.08238)
1.Observasi
 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
2.Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk

21
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
3.Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4.Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Terapi Komplementer
Jurnal 1

Judul Pengaruh Intervensi Murotal Al-Quran Terhadap


Intensitas Nyeri Pada Pasien Jantung Koroner Di Rsud

22
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
Penulis N.W.Damayanti Agustin
Tahun Terbit 2020

P: Penyakit jantung koroner adalah istilah umum untuk penumpukan


plak di arteri jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung.
Gejala penyakit jantung koroner salah satunya adalah nyeri dada yang
membutuhkan tindakan farmakologi maupun non farmakologi.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penyakit jantung koroner
di RSUD Sultan Imanuddin rata
rata sebulan sejumlah 20 pasien. Sampel di ambil dari 20 responden.
I: Intervensi yang diberikan oleh peneliti ini menggunakan audio
murotal surat Ar-Rahman ayat 1 sampai 78 yang dibacakan oleh qari’
Muzammil Hasballah, diperdengarkan melalui hand phone dengan
menggunakan head
set selama 16 menit.
C: Ada pembanding dalam artikel ini dimana rerata intensitas nyeri
sebelum dilakukan intervensi murotal Al Qur’an adalah 3,05 yang
berarti nyeri sedang, setelah dilakukan intervensi murotal Al Qur’an
rerata intensitas nyeri menurun menjadi 2,25 yang artinya nyeri
ringan.
O: Hasil penelitian menunjukkan nilai p value adalah 0,001 (p < 0,05),
yang berarti terdapat pengaruh intervensi murotal Al Qur’an terhadap
intensitas nyeri pasien jantung koroner di RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun. Pemberian intervensi murotal Al Qur’an dapat
memberikan efek relaksasi sehingga merangsang pengeluaran
hormon endhorphin sehingga dapat mengurangi intensitas nyeri.

23
T: Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2020 sampai bulan
Desember 2020

Jurnal 2

Judul Intervensi Relaksasi Terhadap Skala Nyeri Saat Tindakan Invasif


Pada Pasien Gangguan Jantung Koroner
Penulis Heni Nurhaeni, dan Agus Susanto.
Tahun Terbit 2016

P: Tindakan invasif ini bertujuan untuk mengurangi risiko pendarahan


besar, meningkatkan kenyamanan dan kepercayaan pasien, sehingga
pasien dapat dengan cepat memobilisasi dan menurunkan biaya rawat
inap dan lama masa inap. Populasi nya semua orang yang masuk ke
ruang kateterisai
Jantung. Jumlah Responden adalah 29 orang.
I: Intervensi yang diberikan oleh peneliti yaitu dianjurkan untuk
relaksasi
pernapasan dalam dengan prosedur yang tetap.
C: Tidak ada pembanding dalam artikel ini tetapi ada perbandingan
sebelum
diberikan intervensi dan sesudah intervensi.
O: Hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test menunjukkan nilai yang
signifikan (p = 0,001 tanda) dimana tanda ini berarti p <0,05 sehingga
H1 diterima itu berarti Ada Efek Relaksasi Nafas Menurun Nyeri
Dalam
Tindakan RKA.
T: Penelitian ini dilakukan dari bulan September hingga Oktober 2013.

Jurnal 3

24
Judul Terapi akupresur sebagai evidence based nursing untuk
mengurangi nyeri dada pada pasien sindrom koroner akut
Penulis Irwan Surya Wibisono Kambu, Beti Kristinawati, Sigit Shalihien
Tahun Terbit 2020

P: Penyakit jantung koroner secara klinis ditandai dengan nyeri dada


akibat sumbatan di arteri coroner. Akupresur merupakan bagian
terapi komplementer yang mampu meningkatkan kadar endorfin
untuk merangsang penurunan nyeri. Populasi berjumlah 12 pasien
dengan
responden yang diteliti berjumlah 8 orang pasien.
I: Intervensi terapi akupresur/sentuhan diberikan pada lokasi titik LI4
terletak di bagian belakang tangan kanan/kiri antara tulang
metacarpal pertama dan kedua dan hampir sepanjang tulang radial.
Dilakukan selama ± 20 menit dalam 10 detik diberikan tekanan
sekitar 3 – 5 kilogram dengan periode
istirahat 2 detik..
C: Pembanding dalam artikel ini dapat dilihat dari penerapan teknik
akupresur ini terjadi pelaporan skala penurunan nyeri dada pada 7
responden dengan
skor rata- rata penurunan nyeri 2.
O: Hasil penelitian dari 8 sampel yang diberikan akupresur semua pasien
mengalami penurunan skala nyeri.
T: Penelitian ini dilakukan dari 4 – 30 November 2019.

Jurnal 4

Judul Manfaat Daun Sirih Pada Pencegahan Penyakit


Jantungkoroner

25
Penulis Athallah Naufalza.
Tahun Terbit 2021

P: Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang


disebabkan oleh adanya penyempitan arterikoronaria akibat adanya
prosesaterosklerosis atau spasme maupun kombinasi dari kedua
proses tersebut, dan menjadi salah satu penyebab utama kematian..
I: Intervensi yang bisa dilakukan mengkonsumsi daunnya atau
mengekstraknya terlebih dahulu. Senyawa antioksidan yang terdapat
didalam ekstrak daun sirih merah mampu menetralkan senyawa
radikal
bebas.
C: Tidak ada pembanding dalam artikel ini tetapi ada perbandingan
sebelum diberikan intervensi dan sesudah intervensi
O: Hasil penelitian bahwa daun sirih (Piper betle L.) dapat digunakan
sebagai tanaman obat untuk pencegahan penyakit jantung koroner
(PJK).
T: Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021.

Jurnal 5

Judul Pengaruh Intervensi Nonfarmakologi Dan Farmakologi


Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Penyakit
Jantung Koroner Di Ruang Iccu Rsu Kota Langsa Tahun 2012
Penulis Sunarsih Rahayu, Amrin
Tahun Terbit 2016

P: Nyeri dada pada gangguan sistem kardiovaskuler merupakan salah


satu keluhan utama yang sering
dirasakan pasien untuk meminta pertolongan. Sampel yang digunakan

26
pada
penelitian ini adalah total sampling.
I: Intervensi yang diberikan oleh peneliti itu terapi relaksasi
untuk
menurunkan rasa nyeri.
C: Perbandingan dari artikel ini dilihat Rata-rata pengukuran intensitas
nyeri sebelum dan sesudah intervensi adalah 2.000 (95% CI : 1.581-
2.419) dengan standard deviasi 0.756. Ada pengaruh yang
yangsignifikan antara intensitas nyeri sebelum diberikan intervensi
dengan intensitas nyeri setelah diberikan
intervensi, dengan nilai p 0.000.
O: Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara
intensitas nyeri sebelum diberikan intervensi dengan intensitas nyeri
setelah diberikan
intervensi.
T: Penelitian ini dilakukan bulan Februari 2012 di Ruang ICCU RSU
Kota
Langsa.

3. SOP

Judul SOP TERAPI MUROTAL

Pengertian Murotal Al Quran adalah ayat Al


Quran yang dibacakan dengan baik
menggunakan tajwid yang baik dan
benar serta berirama oleh seorang
qori’
Tujuan Memberikan efek relaksasi untuk
mengurangi intensitas nyeri pada
pasien penyakit jantung koroner

27
Kebijakan Dilakukan pada pasien penyakit
jantung koroner
Peralatan Handphone (MP3), Headset, dan
Alat-alat murottal yang sesuai.
Prosedur Pelaksanaan: FASE PRA INTERAKSI
a) Menyiapkan peralatan yang
akan digunakan.
b) Mencuci tangan
ORIENTASI
a) Memberikan salam dan
memperkenalkan diri
b) Menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian.
c) Meminta persetujuan pasien
untuk menjadi responden
penelitian.
INTERAKSI
a) Memberikan kesempatan
kepada responden untuk
bertanya sebelum dilakukan
terapi murottal
b) Jaga privasi responden,
memulai kegiatan dengan cara
yang baik
c) Mengatur posisi pasien
senyaman mungkin.
d) Batasi stimulasi eksternal
seperti cahaya, suara,

28
panggilan telepon selama
mendengarkan terapi murottal.
e) Nilai skala nyeri sebelum
dilakukan terapi murotal.
f) Dekatkan handphone (MP3)
dan perlengkapan alat terapi
dengan responden
g) Pastikan handphone (MP3)
dan perlengkapan alat terapi
dalam kondisi baik
h) Nyalakan handphone (MP3)
dan lakukan terapi selama 16
menit dan anjurkan pasien
untuk rileks.
i) Pastikan volume suara terapi
sesuai dan tidak terlalu besar
j) Setelah selesai, minta pasien
membuka mata perlahan .
k) Lepaskan headset dan
bereskan alat.
l) Berikan reinforcemen positif
pada pasien.
TERMINASI
a) Mengevaluasi terapi yang
baru dilakukan
b) Merapikan responden dan
lingkungan di sekitar tempat
terapi

29
c) Berpamitan dengan responden
d) Mencatat hasil observasi
setelah dilakukan terapi
murottal di lembar observasi

D. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi
1. Perfusi Perifer Tidak  Memeriksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
Efektif perifer, edema, pengisian kalpiler, warna,
suhu, angkle brachial index)
 Mengidentifikasi faktor resiko gangguan
sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
 Memonitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas
 Menghindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
 Menghindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas pada keterbatasan perfusi
 Menghindari penekanan dan pemasangan
torniquet pada area yang cidera
 Melakukan pencegahan infeksi
 Melakukan perawatan kaki dan kuku
 Meakukan hidrasi
 Menganjurkan berhenti merokok
 Menganjurkan berolahraga rutin

30
 Menganjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
 Menganjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
 Menganjurkan minum obat pengontrol
tekakan darah secara teratur
 Menganjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
 Menganjurkan melahkukan perawatan kulit
yang tepat(mis. Melembabkan kulit kering
pada kaki)
 Menganjurkan program rehabilitasi vaskuler
 Menganjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah lemak
jenuh, minyak ikan, omega3)
 Menginformasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
2. Nyeri Akut  Mengobservasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Mengidentifikasi skala nyeri
 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
 Mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
 Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan

31
tentang nyeri
 Mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
 Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Memonitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Memonitor efek samping penggunaan
analgetik
 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Mengcontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Memfasilitasi istirahat dan tidur
 Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
 Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
 Menganjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Menganjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk

32
mengurangi rasa nyeri
 Berkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

E. Evaluasi

No Diagno Evaluasi Evaluasi


sa formatif sumatif
kepera
watan
1 Perfusi - Denyut nadi perifer Perfusi Perifer
Perifer Tidak meningkat
meningkat
Efektif
- Penyembuhan luka meningkat
- Sensasi meningkat
- Warna kulit pucat menurun
- Edema perifer menurun
- Nyeri ekstremitas menurun
- Parastesia menurun
- Kelemahan otot menurun
- Kram otot menurun
- Akral membaik
- Turgor kulit membaik
- Tekanan darah sistolik
membaik
- Tekanan darah diastolic
membaik

33
2. Nyeri akut - Mengeluh nyeri menurun Nyeri akut menurun
- Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Menarik diri menurun
- Perasaan depresi menurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola nafas membaik
- Tekanan darah membaik
- Pola tidur membaik

34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) atau bisa disebut Coronary Heart Disease
(CHD) atau penyakit Coronary Artery Disease (CAD) merupakan penyakit yang
disebabkan adanya plak yang menumpuk di dalam arteri koroner sehingga terjadi
penyempitan atau sumbatan yang mensuplai oksigen (O2) ke otot jantung (Ghani,
2016).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2005 sampai saat ini
penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar
40% dari sebab kematian laki-laki usia menengah (Depkes, 2011).
Cara mencegah penyakit jantung koroner adalah berhenti merokok sedini
mungkin, berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan sehat dan gizi
seimbang, menghindari stress yang berlebihan, menghindari pola hidup tidak
sehat, mengurangi konsumsi alkohol, menjaga tekanan darah, mengontrol gula
darah dan menurunkan berat badan. Cara mengatasi penyakit jantung koroner
adalah tes diagnosis,angioplasti, operasi by-pass dan pemberian obat-obatan.
B. Saran
1. Perlu adanya kerjasama dan kolaborasi yang tepat sesama tenaga kesehatan
lainnya agar terapi yang diterima yang tepat, efektif dan aman.
2. Perlu adanya monitoring dan evaluasi pada pasien dengan penyakit jantung
koroner dikarenakan obat-obatan yang digunakan berpotensi mengalami
interaksi.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aprilyani, C. E. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit


Jantung Koroner Di Rsud Dr. Wahidin.

Wahidah, W., & Harahap, R. A. (2021). [PJK)]: PJK (Penyakit Jantung Koroner)
VS SKA (Sindrome Kororner Akut) Prespektif Epidemiologi:[PJK)]: PJK
(Penyakit Jantung Koroner) Vs Ska (Sindrome Koroner Akut)
PRESPEKTIF
EPIDEMIOLOGI. Afiasi: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 54-65.

Agustin, N. W. (2020). Pengaruh Intervensi Murotal Al Quran Terhadap Intensitas


Nyeri Pada Pasien Jantung Koroner Di Rsud Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Pengaruh Intervensi Murotal Al Quran Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Jantung Koroner Di Rsud Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.

Harun, H, ( 2019 ) Standar operasional Prosedur ( SOP ) Terapi Murotal STIKES


Karya Husada Semarang.

Kambu, I. S. W., Kristinawati, B., & Shalihien, S. (2020). Terapi akupresur sebagai
evidence based nursing untuk mengurangi nyeri dada pada pasien sindrom
koroner akut. Journal of Health, Education and Literacy,
2(2), 69-73. Diakses pada:
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=1541449&val=13947&title= Terapi%20Akupresur%20Sebagai
%20Evidance%20Based%20Nursing%20Untuk%20Me ngurangi%20Nyeri
%20Dada%20Pada%20Pasien%20Sindrome%20Koroner%20Akut

Naufalza, A. (2021). Manfaat daun sirih pada pencegahan penyakit jantung koroner.
Journal of Holistic and Traditional Medicine, 6(02), 595-599. Dapat diakses:
https://jhtm.or.id/index.php/jhtm/article/view/110 .

36
Nurhaeni, H., & Susanto, A. Intervensi Relaksasi Terhadap Skala Nyeri Saat
Tindakan Invasif Pada Pasien Gangguan Jantung Koroner. Dapat diakses
https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/wp-
content/uploads/legacy/jurnal/dokumen/1921.%20INTERVENSI
%20RELAKSASI%20T ERHADAP%20SKALA%20NYERI%20SAAT
%20TINDAKAN%20INVASIF%20PAD A%20PASIEN%20GANGGUAN
%20JANTUNG%20KORONER.pdf

Rahayu, S., & Amrin, A. (2016). Pengaruh Intervensi Nonfarmakologi Dan


Farmakologi Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Penyakit
Jantung Koroner Di Ruang ICCU RSU Kota Langsa Tahun 2012. (JKG)
Jurnal Keperawatan Global, 1(1), 11-15. Dapat diakses:
http://www.jurnalkeperawatanglobal.com/index.php/jkg/article/view/9/8

37

Anda mungkin juga menyukai