(Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah” patofisiologi penyakit”)
FAKULTAS KESEHATAN
PRODI S1 GIZI
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kekuatan
dan petunjuk-Nya. Dimana dengan izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Penyakit Tidak Menular Jantung koroner”. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Nur
Ainin Alfi,SKM,MKM. yang telah membimbing kami, dan juga kepada rekan-rekan yang telah
mendukung terselesaikannya makalah ini. Pemakalah menyusun makalah sebagai persyaratan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi Penyakit. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, atas kekurangan kami, kami mohonmaaf karena sesungguhya kesempurnaan
hanya milik Allah semata
. Wassalmu’alaikum Wr. Wb
PENULIS
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………..1
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………………..3
C. Tujuan penelitian …………………………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………………...….14
B. Saran ………………………………………………………………………………..…14
Daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Jantung Koroner atau yang biasa disebut PJK merupakan salah satu penyakit
yang dapat menyebabkan kematian terbesar. Penyakit Jantung Koroner disebabkan
karena tidak sanggupnya jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh yang
disebabkan karena penyumbatan yang terjadi pada pembuluh darah.Menurut World
Health Organization atau yang biasa disingkat WHO (2011) PJK adalah penyakit
penyebab kematian nomor satu secara global. Selain itu, menurut data WHO tahun 2012
dalam penelitian Bertalina (2017) jumlah penduduk dunia yang meninggal akibat
penyakit kardiovaskuler sebanyak 17,3 juta ditahun 2008. Sedangkan menurut WHO
(2013) di Asia Tenggara, Indonesia menepati urutan ke-4 setelah Negara Laos, Kamboja,
dan Filiphina yang memiliki angka PJK tertinggi.(1,2,3) Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi penyakit
jantung koroner di Indonesia menurut diagnosis dokter sebesar 0,5% atau sekitar 883.447
orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter dan gejala yang sudah ada sebesar 1,5%
atau sekitar 2.650.340 orang.. (4) Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suchi dinyatakan
bahwa Sumatera Barat dinyatakan sebagai Provinsi dengan prevalensi PJK tertinggi ke-4
di Indonesia. Setiap tahunnya terdapat 16 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Pada tahun 2001, 7,2 dari 16 juta kematian adalah akibat PJK. Menurut data WHO
diprediksikan bahwa pada tahun 2020 akan terdapat 25 juta kematian penduduk dunia
akibat penyakit kadiovaskular dan separuhnya disebabkan oleh PJK.(5) Rumah Sakit
Umum Pusat M. Djamil Padang merupakan salah satu rumah sakit rujukan yang ada di
Sumatera Barat. Berdasarkan data rawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat M. Djamil
Padang, diketahui penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh atherosclerosis masuk
ke dalam 5 diagnosis terbesar.(6) Berdasarkan survey yang telah dilakukan peneliti di
tempat penelitian yaitu RSUP M. Djamil Padang, angka kejadian jantung koroner pada
tahun 2017 masih sangat tinggi yaitu dengan total 13.733 penderita PJK. Sedangkan
diantaranya ada 12725 penderita yang melakukan rawat jalan. Penyakit Jantung Koroner
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, ada faktor yang dapat diubah dan ada juga yang
tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah meliputi usia, jenis kelamin, dan
riwayat keluarga. Sedangkan faktor yang dapat diubah meliputi kadar kolesterol, gaya
hidup, diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, merokok. (7) Kolesterol merupakan jenis
lemak yang dibutuhkan oleh tubuh. Kolesterol terbagi atas Low Density Lipoprotein
(LDL), High Density Lipoprotein (HDL), dan Trigliserida.(8) Jika dalam jumlah
berlebih, kolesterol LDL membahayakan karena dapat menimbulkan plak pada pembuluh
darah. Plak ini dapat mengakibatkan penyumbatan aliran darah ke otak dan ke
jantung.Penyumbatan darah ke jantung inilah yang disebut dengan Jantung Koroner.
Seperti yang telah dijelaskan, kadar kolesterol yang tinggi merupakan salah satu
penyebab terjadinya PJK yang merupakan penyakit yang menempati urutan tertinggi
sebagai penyakit penyebab kematian di Indonesia (26,4%). (9) Asupan lemak sangat erat
kaitannya dengan kadar kolesterol karena konsumsi lemak yang tinggi terutama lemak
jenuh akan meningkatkan kadar kolesterol plasma. Diperkirakan setiap penambahan asam
lemak jenuh 1% dari total kalori dapat meningkatkan kadar kolesterol darah sebanyak 1,9
mg/dl. Maka dari itu konsumsi lemak yang berlebih cenderung meningkatkan profil lipid
dalam darah dengan risiko penumpukkan atau pengendapan kolesterol pada dinding
pembuluh darah arteri. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rini 2015
yang menyatakan bahwa lemak sangat berbahaya karena dapat manaikkan kadar LDL
dan menurunkan kadar HDL sehingga meningkatkan risiko terkena PJK.(9) selain itu,
teori ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Waloya, dkk pada tahun
2015 yang menyatakan bahwa konsumsi makanan berlemak terutama yang mengandung
kolesterol dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah. Namun hal ini hanya
berkontribusi kecil apabila tidak didukung oleh faktor lainnya.(10) Aktivitas fisik adalah
setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan energi.(11)
Semua kegiatan sehari-hari masuk kedalam aktivitas fisik termasuk didalamnya kegiatan
olahraga. Olahraga berperan dalam membantu perbaikan penyakit jantung dan stroke
dengan jalan penurunan tekanan darah, peningkatan High Density Lipoprotein (HDL),
penurunan LDL, memperbaiki aliran darah, dan meningkatkan kapasitas kerja jantung.
Latihan intesitas sedang yang dilakukan dalam waktu yang relatif lama menyebabkan
asam lemak digunakan sebagai energi yang akan memperkecil peluang sintesis inti sterol,
sehingga kolesterol tidak terbentuk secara berlebihan. Menurut Soeharto dalam Hartini
tahun 2015 menyatakan bahwa olahraga yang dilakukan lebih dari 30 menit dapat
membantu memecah lemak dan kolesterol.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
olahraga dapat menurunkan kadar kolesterol.(12) Selain itu Sugeha pada tahun 2013 juga
menyatakan bahwa olahraga dapat menurunkan kadar LDL kolesterol dan dapat
meningkatkan HDL kolesterol.(13) Pada survey yang telah dilakukan pada pasien di
RSUP M. Djamil Padang, ditemukan kadar kolesterol yang berbeda-beda. Hal ini
membuktikan bahwa kadar kolesterol pada populasi bervariasi. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas
peneliti tertarik untuk mengangkat topik penelitian tentang “Hubungan Asupan Lemak
dan Kebiasaan Olahraga dengan Kadar Kolesterol pada Pasien Penyakit Jantung Koroner
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan asupan lemak dan
kebiasaan olahraga dengan kadar kolesterol pada pasien penyakit jantung koroner?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan lemak dan
kebiasaan olahraga dengan kadar kolesterol pada pasien PJK di RSUP M. Djamil Padang.
BAB II
PEMBAHASAN
B.SARAN
Diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai hubungan pola konsumsi lemak dan
status obesitas sentral dengan profil lipid pasien penyakit jantung koroner di Rumah
sakit.Proses pengumpulan data sebaiknya dilakukan langsung dengan pasien penyakit
jantung koroner agar data bersifat kualitatif dan nyata.Penelitian ini mengunakan
metode literature review sehingga data bersifat kualiatif sehingga data data yang
diperoleh banyak sekali ditemukan bias.Untuk itu diperlukan kajian literature yang
lebih banyak lagi dengan berbagai sumber data base sehingga mendapatkan yang baik
atau dilakukan penelitian dengan metode lain yang lebih obyektif.
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, Phillip I., and Ward, Jeremy PT., 2010, At a Glance Sistem
Kardiovaskular 3th ed, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Alwi, Idrus., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid
III,Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Anief, M., 1997, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Edisi ke 3, hal 148,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2000, Informatorium
Obat Nasional Indonesia, hal 1, 6, Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia, Jakarta.
Bresler, Michael Jay, and Sternbach, George L., 2007, Manual Kedokteran
Darurat Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Brown, C. T., 2006, Penyakit Aterosklerotik Koroner, dalam Price, S.A. dan
Wilson, L.M., Patofisiologi Konsep-konsep Proses Penyakit,
diterjemahkan oleh Pendit, B.U., Hartanto, H., Wulansari, P., Susi, N. dan
Mahanani, D.A., Volume 2, Edisi 6, 579-585, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Cannon CP, McCabe CH, Belder R, et al ., 2002, Design of the Pravastatin or
Atorvastatin Evaluation and Infection Therapy (PROVE IT)-TIMI 22 trial.
Am J Cardiol. 2002;89:860-1.
Chen ZM, Pan HC, Chen YP, et al., 2005 Early intravenous then oral metoprolol
in 45,852 patients with acute myocardial infarction: randomised placebo-
controlled trial. Lancet. 2005;366:1622-32.
Chilton, R., and Talbert, R.L., 2008, Dipiro Pharmacotherapy 7th, McGraw-Hill,
Amerika.
Dargie HJ., 2001, Effect of carvedilol on outcome after myocardial infarction in
patients with left-ventricular dysf unction: the CAPRICORN randomised
trial. Lancet. 2001;357:1385 90.
Depkes RI, 2006, Modul Pelatihan Penggunaan Obat Rasional , Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dines K. Mehta, 2006, British National Formulary 57, London : BMJ Group
Publishing Ltd.
35
Garcia-Dorado D, Permanyer-Miralda G, Brotons C, et al ., 1999, Attenuated
severity of new acute ischemic events in patients with previous coronary
heart disease receiving long-acting nitrates. Clin Cardiol. 1999;22:303-8.
Goodman SG, Cohen M, Bigonzi F, et al., 2003, Randomized trial of low
molecular weight heparin (enoxaparin) versus unfractionated heparin for
unstable coronary artery disease: one-year results of the ESSENCE Study.