PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit kardiovaskular yang
paling umum dan mematikan di dunia saat ini. PJK terjadi ketika pembuluh darah yang
memasok jantung dengan oksigen dan nutrisi, dikenal sebagai arteri koroner, menjadi
penyumbat atau terhambat oleh penumpukan plak aterosklerotik. Gejala PJK dapat
bervariasi, tetapi sering kali melibatkan nyeri dada atau angina, dan dalam kasus yang
lebih serius, dapat menyebabkan serangan jantung fatal. Penyakit ini merupakan
penyebab utama morbiditas dan kematian di negara industri yang mengakibatkan lebih-
kurang 30% kematian di Amerika Serikat (Robbins, 2009), tahun 2008 diperkirakan
17,3 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular, mewakili 30% dari semua
kematian, dan dari kematian ini 7,3 juta karena penyakit jantung koroner (WHO, 2013).
wawancara yang terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan
diagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta,
Aceh masing-masing 0,7% kemudian diikuti sumatra barat, bangka belitung, DIY,
sulawesi selatan sebanyak 0,6%. Sedangkan untuk wilayah jawa timur sebanyak 0,5%
(Kemenkes, 2013).
2
Ada banyak faktor resiko yang bisa menyebabkan penyakit jantung koroner,
resiko yang sangat berpengaruh adalah resiko akibat dari perilaku gaya hidup,
khususnya pola makan yang tidak sehat. Belakangan ini banyak orang yang
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak dan malas untuk berolahraga,
akibatnya kadar lemak dalam darah meningkat atau sering disebut hiperkolesterolemia
(Febry, 2010). Pevalensi angka kejadian hiperkolestrolemia di tahun 2003- 2004 adalah
15,5% dan tahun 2008 - 2009 adalah 19,4% (Roth dalam Firdiansyah, 2014). Suatu
ternyata paling takut bila kadar kolestrolnya tinggi. Sebanyak 23% masyarakat
menyatakan bahwa kolestrol tinggi menjadi tantangan kesehatan terbesar yang akan
dihadapi dalam lima tahun yang akan datang. Lemak yang ada dalam tubuh terdiri dari
empat fraksi (unsur) yaitu; koleterol total, trigliserida, LDL dan HDL. Dari empat fraksi
lemak tersebut kadar LDL dan HDL yang lebih berperan menjadi faktor resiko Penyakit
Jantung Koroner (Kurniadi, 2015). Dalam sebuah penelitian didapatkan hasil bahwa
LDL dan kolesterol tinggi adalah dua komponen lemak dengan proporsi tinggi pada
tinggi dan HDL rendah merupakan resiko utama pada komponen lemak darah masing-
masing 61,4% dan 56,8%. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, kedua
LDL atau yang sering disebut sebagai lemak jahat mengangkut lemak paling
banyak didalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan lemak dalam
arteri. Sementara HDL mengangkut lemak lebih sedikit dari LDL dan sering disebut
3
lemak baik karena dapat membuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri
kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi, 2015). Rasio lemak LDL
terhadap HDL yang menjadi faktor resiko jantung koroner apabila rasionya > 3
(Ramayulis, 2016). Rasio lemak ini sangatlah penting untuk menganalisis kemungkinan
terjadinya penyakit jantung. Semakin tinggi rasionya maka akan beresiko mengalami
penyakit jantung (Larry, 2012). Ketika kadar LDL dalam aliran darah meningkat,
beberapa diantaranya akan menuju ke arteri koroner dan akan menyebabkan dinding
arteri koroner melemah. Setelah itu akan terjadi peradangan pada dinding arteri koroner.
Dalam upaya menghambat peradangan ini, tubuh memberi sinyal kepada sel-sel otot
polos untuk memperbanyak diri dan membuat lebih banyak materi berserat untuk
menahan prosesnya. Pada akhirnya suatu tutup terbentuk diatas peradangan tadi yang
sering disebut dengan plak. Plak tersebut akan mempersempit arteri dan akan
mengurangi aliran darah, hal ini dapat membebani jantung. Walaupun demikian, hal
tersebut tidak selalu menyebakan serangan jantung. Serangan jantung (penyakit jantung
koroner) baru akan terjadi ketika plak itu pecah dan terjadi sumbatan pada arteri koroner
(Kurniadi, 2015).
gejala dari penyakitnya. Gejala yang dirasakan bisa memberikan efek atau dampak bagi
pasien. Dampak psikologis yang dialami pada pasien dengan jantung koroner
depresi. Sedangkan dampak sosial yang dialami yaitu pasien penyakit jantung koroner
sering dianggap lemah oleh orang sekitarnya. Hal ini terjadi karena pasien tidak
4
diperbolehkan untuk beraktivitas yang berat. Selain dampak dari penyakit jantung
koroner tersebut apabila penyakit jantung koroner tidak segera ditangani atau
penanganannya yang tidak tepat, maka akan terjadi beberapa komplikasi diantaranya
ventrikel sindroma koroner akut elevasi st tanpa elevasi st infark miokard angina tak
stabil takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel, syok kardiogenik, gagal jantung
yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat, berhenti merokok, membatasi konsumsi
alkohol, kurangi berat badan apabila berat badan berlebih (obesitas), menjaga pola
makan yang benar, kontrol atau kendalikan tekanan darah tinggi, mengendalikan kadar
lemak yang tinggi dengan menjaga pola makan (mengurangi makanan yang
mengandung lemak) dan rajin berolah raga (Utaminingsih, 2015). Agar kadar koleterol
kembali dalam batas yang normal, volume total aktivitas fisik dan olahraga terencana
yang diperlukan setiap minggunya, yaitu 1.200-1.500 kkal energi atau 250 kkal per hari
kira-kira 30-45 menit aktivitas fisik dan olahraga terencana (Larry, 2012). Apabila
penyakit Jantung Koroner sudah terjadi maka bisa dilakukan penatalaksanaan dengan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Serangan jantung adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi pembatasan
atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menybabkan otot jantung (miokardium)
mati karena kekurangan oksigen. Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan
pada arteri koroner menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu
Penyakit jantung koroner adalah perubahan variabel intima arteri yang merupakan
pokok lemak (lipid), pokok komplek karbohidrat darah dan hasil produk darah, jaringan
fibrus dan defosit kalsium yang kemudian diikuti dengan perubahan lapisan media
(Wijaya, 2013).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit dimana pembuluh darah yang menyuplai
makanan dan oksigen untuk otot jantung mengalami sumbatan. Sumbatan paling sering
6
b. Epidemiologi
2009). Diperkirakan 20.000 - 40.000 orang dari 1 juta penduduk Eropa menderita
penyakit jantung koroner (Wahyuni, 2017). Tahun 2008 diperkirakan 17,3 juta orang
meninggal akibat penyakit kardiovaskular, mewakili 30% dari semua kematian, dan dari
kematian ini 7,3 juta karena penyakit jantung koroner (WHO, 2013). Hasil Riset
terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter
atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis
dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh
masing-masing 0,7% kemudian diikuti sumatra barat, bangka belitung, DIY, sulawesi
selatan sebanyak 0,6%. Sedangkan untuk wilayah jawa timur sebanyak 0,5%
(Kemenkes, 2013). Dari data yang diperoleh dari dinkes kabupaten Ponorogo pada
tahun 2015 terdapat 3220 pasien yang menderita penyakit jantung koroner dan di tahun
7
c. Klasifikasi
Chronic stable angina terjadi ketika cadangan aliran dari arteri koroner
keadaan ini biasanya akan mereda dalam 5-10 menit setelah istirahat atau
Stable angina ditandai dengan nyeri dada rasa tidak enak pada rahang,
bahu, punggung, lengan saat beraktivitas fisik atau stress emosi akibat
kurangnya aliran darah ke jantung. Pada kasus ini tidak disertai dengan
krusakan sel-sel jantung. Gambaran EKG chronic stable angina tidak khas,
a. Unstable angina
Nyeri timbul saat beristirahat dan semakin hari nyeri lebih sering
8
(Kurniadi, 2015). Pada gambaran EKG tidak terdapat segmen ST
Pada kasus ini obstruksi koroner luas dan durasinya terbatas (<20
enzim yang keluar dari sel otot jantung seperti CK,CKMB, Trop T,
9
d. Etiologi
akibat berbagai mediator seperti serotinin dan histamin sering terjadi pada orang
Ada beberapa faktor resiko yang bisa menyebabkan penyakit jantung koroner.
Semakin banyak faktor resiko yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin besar
koroner enam kali lebih besar dari mereka yang hanya memiliki satu macam faktor
resiko (Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI, 2010). Faktor resiko penyakit
jantung koroner terbagi dalam faktor yang dapat dicegah, faktor yang tidak dapat
a. Merokok
10
serta terjadi penurunan kapasitas darah pengangkut oksigen akibat
b. Hipertensi
pembuluh darah yang lain, tekanan darah tinggi akan berakibat pada
c. Kolesterol
penyakit jantung koroner. Untuk itu, setiap orang harus menjaga agar
kolesterol lebih dari 300 mg/dl mempunyai resiko 4 kali lebih besar
11
d. Kelebihan Berat Badan (obesitas)
e. Kurang Olahraga
insulin, hal ini bisa menjadi faktor resiko penyakit jantung koroner.
Bila lemak tersebut dibakar, maka pembuluh darah akan terbebas dari
12
f. Diabetes
a. Penuaan
(Kurniadi, 2015).
b. Menopause
13
c. Riwayat Keluarga
penyakit yang sama (Kurniadi, 2015). Hal ini terjadi karena gaya
anggota kelurga lain juga akan memiliki gaya hidup yang sama
(Pudiastuti, 2013).
a. Stress
Strees yang dialami bisa menjadi salah satu faktor yang bisa
b. Alkohol
14
dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang dapat merusak otot-
c. KB Hormonal
2015).
e. Patofisiologi
ditandai dengan akumulasi bahan lemak (lipid) dan jaringan fibrosa pada dinding
arteri, karena atherosklerosis bertambah dan lumen dari pembuluh darah menjadi
sempit dan aliran darah terhambat ke daerah miokardium yang disuplai oleh arteri.
Akibat atherosklerosis bentuk dinding arteri juga kehilangan elastisitas dan menjadi
15
f. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit jantung koroner terjadi sesuai dengan lokasi dan derajat
1. Iskemik,
3. Gejala atipikal berupa iskemia miokardium (sesak napas, mual, dan lemah),
4. Infark miokardium,
g. Pemeriksaan Diagnostik
tanya jawab atau anamnesa untuk mengetahui keluhan dan riwayat yang pernah
fisik meliputi pengamatan umum, palpasi (perabaan bagian atas jantung), perkusi
jantung (ketuk pada batas jantung untuk menentukan gambaran besar jantung), dan
juga dilakukan seperti pemeriksaan tekanan darah dan tekanan vena. Selain itu juga
16
perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk medeteksi penyakit jantung koroner
(Pudiastuti, 2013):
1. Ekokardiografi
sumbatan.
2. Elektrokardiografi (EKG)
akan didapatkan gambaran seperti denyut, ritme, dan apakah otot jantung
3. Radioaktif isotop
technetium. Pada otot jantung yang mengalami infark, zat radioaktif lebih
4. Angiografi
17
menggunakan alat angiogram. Penggunaan angigram ini yaitu dengan cara
sampai ke berabagai tempat pada jantung. Tes ini termasuk dalam tindakan
h. Prognosis
Perubahan gaya hidup dan medikasi secara signifikan dapat mepengaruhi resiko
i. Komplikasi
2. Syok kardiogenik
5. Ruptur jantung
6. Anuerisma ventrikel
7. Tromboembolisme
8. Perikarditik
9. Sindrom dressler
10. Aritmia
18
j. Pencegahan
belum tentu sesuai harapan. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha pencegahan agar
tidak terjadi penyakit jantung koroner. Pencegahan penyakit jantung koroner bisa
pencegan primer adalah usaha untuk menjaga agar tidak terjadi penyakit jantung
koroner dan usaha ini bisa dilakukan sejak dini (saat masih remaja). Sedangkan
pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan agar tidak terjadi serangan
jantung dan komplikasi bagi pasien yang sudah terdiagnosis penyakit jantung
koroner. Pencegahan juga bisa dilakukan dengan mencegah faktor resiko yang bisa
(Kabo, 2008).
19
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Makan berlebih
Kegemukan
Kurang olahraga
Diabetes
Aterosklerosis
Merokok
Asupan tinggi garam Tekanan
Asupan tinggi lemak Darah
Tinggi
Penuaan
Asupan tinggi
kolesterol
Pada gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa ada beberapa faktor resiko yang bisa
20
diabetes, merokok, konsumsi alkohol, riwayat keluarga dan asupan tinggi garam, lemak,
Apabila tubuh kurang olahraga dan makan berlebih maka akan menyebabkan
jantung koroner. Ada beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan aterosklerosis yaitu
diabetes dan merokok. Hipertensi juga merupakan faktor resiko yang menyebabkan
penyakit jantung koroner. Yang menjadi faktor penyebab tekanan darah menjadi tinggi
bisa disebabkan karena kebiasaan merokok, asupan tinggi garam, penuaan dan lemak.
Dan yang terakhir yang bisa menjadi faktor resiko penyakit jantung koroner adalah
kolesterol darah yang tinggi. Faktor-faktor yang bisa menyebabkan tingginya kadar
21
BAB III
KESIMPULAN
C. Kesimpulan
pada kelompok usia lansia (56- 65 tahun) yakni 13 pasien (36,1 %).
jantung koroner di Poliklinik Jantung RSUD dr. Rasidin tahun 2017 yang
5. Kejadian DRPs dan outcome klinis pasien PJK didapatkan bahwa pasien
darah 0,84 kali dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami DRPs.
22
23