Anda di halaman 1dari 14

Makalah Jantung Koroner

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab tunggal
terbesar kematian di negara maju dan di negara berkembang. Menurut statistik
dunia, ada 9.4 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh penyakit
kardiovaskular dan 45% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung
coroner. Davidson Christopher (2003).

Penelitian lain menunjukkan secara global, 1/3 pria dan 1/4


wanita mengalami penyakit jantung koroner. Ada 3.8 juta pria dan 3.4 juta wanita
setiap tahunnya meninggal akibat penyakit jantung koroner. Risiko penyakit
jantung koroner meningkat 50% pada laki-laki dan 33% pada wanita usia 40
tahun (Lennep, 2001). Pada tahun 2009, ada sebanyak 16.419 kematian di antara
orang Asia dan Kepulauan Pasifik karena penyakit kardiovaskular. Dari jumlah
tersebut, 7.752 disebabkan oleh PJK. Menurut data WHO,Department of
Measurement and Health Information, angka kematian PJK di Asia Timur
adalah 480 per 100.000 dalam satu tahun. Davidson Christopher (2003).

Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukkan


penyakit jantung koroner berada pada posisi ketujuh tertinggi PTM (Penyakit
Tidak Menular) di Indonesia. Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan
diagnosis dokter Indonesia sebesar 0.5%, sedangkan berdasarkan gejala (tanpa
diagnosis dokter) sebesar 1.5%. WHO memperkirakan kematian akibat PJK di
Indonesia mencapai 17.5% dari total kematian di Indonesia.

Faktor-faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung


koroner adalah merokok, hiperkolesterolemia, hipertensi, diabetes
melitus, obesitas, usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Di Amerika Serikat,
PJK menurun sebanyak lebih dari 50% pada tahun 1968-1996. Penurunan ini
disebabkan karena adanya penurunan faktor risiko dan peningkatan terapi. Studi
epidemiologi menunjukkan adanya manfaat dari intervensi terhadap faktor risiko
PJK.

Menurut Krishnan( 2013), terjadi 9.4% kematian akibat hipertensi


disertai penyakit jantung koroner pada tahun 2008 di Amerika. Selain itu, ada
penelitian yang membuktikan 50% penyakit jantung koroner di negara berkembang
terjadi disebabkan oleh hipertensi. Ini menunjukkan hipertensi adalah satu faktor
risiko utama terjadinya penyakit jantung coroner.
Menurut WHO dan The International Society of
Hypertension, terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia dan 300 juta di
antaranya meninggal setiap tahun atau sekitar 50% pasien hipertensi mengalami
kematian. Di Amerika Serikat, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita
hipertensi. Dari semua orang yang menghidap hipertensi, hanya 61% yang
mendapat pengobatan.
Menurut WHO, prevalensi hipertensi pada tahun 2008 tertinggi adalah
di wilayah Afrika (46%) dan terendah di wilayah Amerika (35%).
Sementara kejadian hipertensi di Indonesia sebesar 42,7% pada laki-laki dan 3
9,2% pada perempuan.
Menurut Riskesdas 2013 Kementerian Kesehatan RI, prevalensi
hipertensi di Indonesia pada usia di atas 18 tahun mencapai 29,8%. Prevalensi ini
semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi hipertensi pada
golongan umur 55-64 tahun, 65-74 tahun dan >75 tahun, masing-masing mencapai
53,7%, 63,5%, dan 67,3%. Statistik menunjukkan prevalensi usia standar
hipertensi pada orang dewasa di Indonesia sebesar 42.7% pada laki-laki dan 39.2%
pada wanita.
Hipertensi merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh
terhadap kejadian PJK. Dalam penelitian Kuklina (2010), menunjukkan pada
2,587 pasien PJK ada sebesar 286 orang (10,9%) yang mengalami hipertensi di
Amerika.
Hipertensi yang tidak terkontrol cenderung mengakibatkan komplikasi
lain seperti stroke, aterosklerosis, aneurisma, sindroma metabolik, dan penyakit
ginjal. Penyakit jantung koroner juga mempunyai komplikasi-komplikasi
tersendiri seperti aritmia, gagal jantung kongestif, infark miokardial, dan
kematian. Ini berarti pasien penyakit jantung koroner yang disertai dengan
hipertensi harus diberi perhatian yang lebih baik karena, pasien ini mendapatkan
komplikasi
Dari kedua penyakit tersebut. Oleh karena itu, peneliti membuat
penelitianmengenai berapa besar jumlah pasien penyakit jantung koroner yang
disertai dengan hipertensi dan meneliti karakteristik hipertensi pada pasien
penyakit jantung koroner.
Menurut survei awal yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik,
jumlah pasien penyakit jantung koroner pada tahun 2013 adalah 729 orang. Jumlah
pasien penyakit jantung koroner dari September 2013 hingga November 2013
adalah 102 orang pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Koroner ?
2. Bagaimana penyebab dan gejala Penyakit Jantung Koroner ?
3. Bagaimana Gambaran epidemiologi penyakit jantung coroner?
4. Apa sajakah faktor – faktor risiko dari Penyakit Jantung Koroner ?
5. Bagaimanakah cara pengobatan dan pencegahan dari Penyakit Jantung Koroner ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari Penyakit Jantung Koroner.
2. Untuk mengetahui peneyebab, gejala, dan diagnosis Penyakit jantung Koroner.
3. Untuk mengetahui Gambaran epidemiologi penyakit jantung coroner
4. Untuk mengatahui faktor – faktor risiko Penyakit Jantung Koroner.
5. Untuk mengetahui cara pengobatan dan pencegahan Penyakit Jantung Koroner.

BAB II
PEMBAHASAN
a. Defenisi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah gangguan yang terjadi pada jantung akibat
suplai darah ke Jantung yang melalui arteri koroner terhambat. Kondisi ini terjadi
karena arteri koroner (pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai
makanan dan oksigen bagi sel-sel jantung) tersumbat atau mengalami
penyempitan karena endapan lemak yang menumpuk di dinding arteri (disebut
juga dengan plak). Proses penumpukan lemak di pembuluh arteri ini disebut
aterosklerosis dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri
koroner. Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi
menyuplai makanan bagi sel-sel jantung. Davidson Christopher
(2003).
Berkurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner
menimbulkan rasa nyeri di dada (gejala ini dikenal dengan istilah angina).
Umumnya hal ini terjadi setelah penderita melakukan aktivitas fisik yang berat
atau saat mengalami stress. Bila arteri koroner tersumbat dan darah sama sekali
tidak bisa mengalir ke ja ntung, penderita bisa mengalami serangan jantung, dan
ini dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika penderitanya dalam keadaan tidur.
Penyakit jantung koroner menyebabkan kemampuan jantung memompa darah ke
seluruh tubuh melemah. Dan jika darah tidak mengalir secara sempurna ke
seluruh tubuh, maka penderitanya akan merasa sangat lelah, sulit bernafas (paru-
paru dipenuhi cairan), dan timbul bengkak-bengkak di kaki dan persendian.
Davidson Christopher (2003).
b. Penyebab Dan Gejala Penyakit Jantung Koroner
1. Penyebab Penyakit Jantung Koroner
Penyebab jantung koroner adalah karena penumpukan zat lemak secara
berlebihan di lapisan dinding nadi pembuluh koroner, yang dipengaruhi oleh pola
makan yang kurang sehat. Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga
dapat menjadi penyebab penyakit jantung koroner. Makanan mempeno5garuhi
kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi resiko
terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu
mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan
kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah
berkembangnya penyakit arteri koroner. Menurunkan kadar LDL sangat besar
keuntungannya bagi seseorang yang memiliki faktor resiko berikut:
a. Merokok sigaret
b. Tekanan darah tinggi
c. Kegemukan
d. Malas berolah raga
e. Kadar trigliserida tinggi
f. Keturunan
g. Steroid pria (androgen).
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya
bukan merupakan faktor penting dalam gaya hidup seseorang. Tracey C. C. W.
Rompas, A. Lucia Panda, Starry H. Rampengan. (2012).
2. Gejala Penyakit Jantung Koroner
Pada pria, gejala jantung pun dapat dilihat dari gangguan fungsi seksual
serius dan kebotakan rambut. Kolesterol dan lemak berlebih dalam tubuh
dikaitkan sebagai faktor pemicu gangguan jantung. Untuk itu, anda perlu
mengetahui dan mewaspadai gejala serangan jantung yang muncul tiba-tiba:
a. Tiba-tiba sakit di bagian dada dibelakang tulang dada atau seperti sesak dada.
b. Nyeri dada bisa berulang beberapa menit (20 menit atau lebih).
c. Rasa nyeri bisa berupa tekanan di bagian dada, dan leher seolah tercekik hingga
menyebabkan keluar keringat dingin.
d. Tiba-tiba pingsan, namun bisa kembali sadar. Ini terjadi karena ada gangguan
irama jantung.

c. Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat
menakutkan dan masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun
berkembang Di belahan negara dunia, penyakit jantung merupakan penyebab
kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa. Setiap tahunnya, di Amerika
Serikat 478000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, 1,5 juta orang
mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi peralihan, 300000
orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000 orang dari 1
juta penduduk menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis
merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita
penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya
hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola
hidup. Davidson Christopher (2003).
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung
Sedunia (World Heart Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi
penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini,
sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan
masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan
ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk
menurunkan penyakit kardiovaskuler pada 2010. Di negara berkembang dari
tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan
meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju
peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di
tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25
orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi
penyebab kematian dan kecacatan nomer satu di dunia. Corwin J. Elizabeth,
(2009)
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan
beragam. Tentu saja mulai dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif
serta penyakit psikososial yang menjadikan Indonesia saat ini yang menghadapi "
threeple burden diseases". Namun tetap saja penyebab angka kematian terbesar
adalah akibat penyakit jantung koroner – "the silence killer". Tingginya angka
kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10
tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun
1991, angka kematian akibat PJK adalah 16 %. kemudian di tahun 2001 angka
tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat PJK diperkirakan
mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara kita. Corwin J. Elizabeth, (2009)
Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari Rumah Sakit, kasus
tertinggi Penyakit Jantung Koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.784
kasus (26,00%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus Penyakit Jantung
Koroner di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat berdasarkan
jumlah kasus keseluruhan PTM lain di Kabupaten Klaten adalah 3,82%.
Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Banyumas yaitu sebesar 2.004
kasus (10,89%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan PTM lain di
Kabupaten Banyumas adalah sebesar 9,87%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di
Kabupaten Tegal yaitu 2 kasus (0,01%). Sedangkan kabupaten Semarang dan
Kabupaten Cilacap belum melaporkan. Rata-rata kasus Jantung Koroner di Jawa
Tengah adalah 525,62 kasus. Corwin J. Elizabeth, (2009)
Beberapa hasil penelitian telah dilakukan terkait dengan penyakit jantung
koroner dan factor-faktor yang berpengaruh. Salah satunya yaitu, penelitian
tentang Pengembangan Model Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Jantung
Koroner (PJK) pada Kelompok Pengambil Keputusan (Lanjutan ). Para pejabat
pengambil keputusan di Indonesia adalah kelompok masyarakat penting karena
kelompok inilah otak dari baik tidaknya situasi dan kondisi pembangunan.
Namun, kelompok ini sering terpapar pada faktor risiko penyakit jantung koroner.
Untuk mendapatkan suatu model dalam menurunkan faktor risiko tersebut di atas
telah dilakukan suatu survei sehingga diperoleh data dasar mengenai keadaan (a).
fisik(elektrokardiografik = EKG dan tekanan darah); (b). antropometrik (tinggi
dan berat badan); (c). pemeriksaan darah terhadap kadar kolesterol, gula darah,
asam urat; dan (d). paparan asap rokok. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh
hasil bahwa faktor risiko terhadap terjadinya penyakit jantung koroner yang
paling mencolok ditunjukan oleh kadar kolesterol tinggi (70,4%) disusul oleh
kegemukan (28,6%); kadar asam urat tinggi (27,7%) dan EKG tidak normal
(21,4%). Data tentang kadar kolesterol darah tinggi, kegemukan, kadar asam urat
darah tinggi dan EKG tidak normal digunakan sebagai data dasar untuk membuat
model menurunkan faktor risiko terhadap terjadinya. Corwin J. Elizabeth, (2009).
d. Diagnosis Penyakit Jantung Koroner
Dokter akan bertanya tentang riwayat kesehatan pasien penyakit jantung
koroner, kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah rutin. Beberapa
pemeriksaan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit jantung koroner,
antara lain: Elektrokardiografi (EKG), dengan pemeriksaan EKG dapat diketahui
kemungkinan adanya kelainan pada jantung dengan tingkat ketepatan
40%. Echocardiografi, dengan menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar jantung. Selama proses ini, dokter dapat menentukan
apakah semua bagian dari dinding jantung berkontribusi biasa dalam aktivitas
memompa jantung. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama
serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen. Ini mungkin menandakan
arteri koroner atau berbagai kondisi lain. Corwin J. Elizabeth, (2009)
Kateterisasi Koroner, untuk melihat aliran darah melalui jantung, dokter
mungkin mnyuntikkan cairan khusus ke dalam pembuluh darah (intravena). Hal
ini dikenal sebagai angiogram. Cairan disuntikkan ke dalam arteri jantung melalui
pipa panjang, tipis, fleksibel (kateter) yang dilewati melalui arteri, biasanya di
kaki, ke arteri jantung. Pewarna menandai bintik-bintik penyempitan dan
penyumbatan pada gambar sinar-X. Jika pasien yang diperiksa memiliki
penyumbatan yang membutuhkan perawatan, balon dapat didorong melalui
kateter dan ditiup untuk meningkatkan aliran darah dalam jantung. Corwin J.
Elizabeth, (2009)

e. Faktor – faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner


a. Memasuki usia 45 tahun bagi pria. Sangat penting bagi kaum pria untuk
menyadari kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif untuk mencegah
datangnya penyakit jantung.
b. Bagi wanita, memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopause dini (sebagai
akibat operasi).
c. Wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko penyakit jantung setelah mengalami
menopause.
d. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga. Riwayat serangan jantung di dalam
keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal.
e. Diabetes. Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena
meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplika si jantung
mereka.
f. Merokok. Resiko penyakit jantung dari merokok setara dengan 100 pon kelebihan
berat badan - jadi tidak mungkin menyamakan keduanya.
g. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
h. Kegemukan (obesitas). Obesitas tengah (perut buncit) adalah bentuk dari
kegemukan. Walaupun semua orang gemuk cenderung memiliki risiko penyakit
jantung, orang dengan obesitas tengah lebih-lebih lagi.
i. Gaya hidup buruk. Gaya hidup yang buruk merupakan salah satu akar penyebab
penyakit jantung - dan menggantinya dengan kegiatan fisik merupakan salah satu
langkah paling radikal yang dapat diambil.
Stress. Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa, bila
menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias jantung yang
membahayakan jiwa. Sulistiani, W. (2005).
f. Cara Pengobatan Dan Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
Cara Pengobatan Penyakit Jantung Koroner Pengobatan penyakit jantung
koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami pasien.
1. Perubahan Gaya Hidup
Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-
buahan, penting untuk melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak,
khususnya lemak jenuh, dapat mengakibatkan kadar kolesterol tinggi, yang
merupakan komponen utama kumpulan yang berkontribusi terhadap penyempitan
arteri jantung. Olah raga teratur berperan penting untuk menjaga kesehatan
jantung. Olah raga membantu kita untuk menjadi fit dan membangun system
sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita menurunkan berat badan. Obesitas
biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes mellitus,
dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang dapat merusak arteri
jantung.
2. Pengendalian faktor resiko utama penyakit jantung coroner.
Diabetes melitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah
tinggi adalah empat faktor utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung
koroner lebih tinggi. Pengendalian keempat factor resiko utama ini dengan baik
melalui perubaha gaya hidup dan/atau obat-obatan dapat membantu menstabilkan
progresi atherosklerosis,dan menurunkan resiko komplikasi seperti serangan
jantung.
3. Terapi Medis Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri
jantung. Yang paling umum diantaranya:
a. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan
darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi
resiko serangan jantung.

b. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol)


Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah,
sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
c. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate)
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan
aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada.
d. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet
atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara
cepat.
e. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and
Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan) Obatan-obatan ini
memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu
menurunkan tekanan darah.
Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin,
Rosuvastatin) Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol ‘jahat’ (Lipoprotein
Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit
jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi
penyakit jantung koroner.
4. Intervensi Jantung Perkutan
Ini adalah metode invasif minimal untuk ‘membuka’ arteri jantung yang
menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik selangkang
atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang menyempit, dimana
itu kemudian dikembangkan untuk membuka penyempitan. Kemudian, tube jala
kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan arteri terbuka. Cincin
baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat).
Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan
jantung akut. Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini
dapat meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan
penyakit pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan dari metode
ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk,
prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan
alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik.
5. Operasi Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG)
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada,
lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot
jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil dan
sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar
2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai
prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen.
Operasi biasanya dilakukan melalui sayatan di tengah dada, ahli bedah
memilih untuk melakukan prosedur dengan jantung masih berdetk, menggunakan
alat khusus yang dapat menstabilkan porsi jantung yang dijahit. Operasi Robotik
Sebagai tambahan, NHCS juga mulai melakukan CABG melalui program operasi
robotic. Penggunaan instrument ini sekarang membolehkan operasi untuk
dilakukan menggunakan sayatan kecil keyhole di dinding dada.
Metode ini menghasilkan pemulihan lebih cepat, mengurangi nyeri, dan
resiko infeksi luka lebih rendah. Namun, ini sesuai untuk bypass hanya satu atau
dua pembuluh darah. Revaskularisasi Transmiokardia
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan CABG,
prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga tersedia di NHCS. Pada
prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot
jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini
membantu mengurangi angina. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
a. Jalani pola hidup sehat
b. Hindari dan berhenti merokok
c. Hindari makanan berkolestrol tinggi agar terhindar dari penyakit jantung koroner
d. Luangkan waktu untuk berolahraga setiap hari atau menciptakan gerakan-gerakan
kecil
e. Istirahat teratur dan cukup
Dengan menghindari makanan berkolestrol dan berlemak adalah cara bijak
untuk mencegah penyakit jantung koroner. Sebab lemak dan kolestrol inilah yang
nantinya akan menutupi dinding pembuluh darah arteri yang memasok makanan
ke jantung. Ketika anda telah di diagnosis mengidap penyakit jantung, sebaiknya
untuk segera mencari pengobatan penyakit janntung koroner yang tepat. Dengan
menggunakan bahan herbal seperti jus buah manggis atau produk obat jantung
herbal yang banyak di temukan di toko obat. Dengan menggunakan obat berbahan
herbal, tentunya akan sangat aman dan tanpa efek samping. Selain itu anda juga
bisa segera memeriksakannya ke dokter secara medis. Diah Krisnatuti dan Rina
Yenrina. (1999).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyakit jantung koroner adalah gangguan yang terjadi pada jantung akibat suplai
darah ke Jantung yang melalui arteri koroner terhambat. Kondisi ini terjadi karena
arteri koroner (pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan dan
oksigen bagi sel-sel jantung) tersumbat atau mengalami penyempitan karena
endapan lemak yang menumpuk di dinding arteri (disebut juga dengan plak).
Proses penumpukan lemak di pembuluh arteri ini disebut aterosklerosis dan bisa
terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner. Arteri koroner
adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel
jantung.
2. Penyebab jantung koroner adalah karena penumpukan zat lemak secara
berlebihan di lapisan dinding nadi pembuluh koroner, yang dipengaruhi oleh pola
makan yang kurang sehat. Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga
dapat menjadi penyebab penyakit jantung koroner. Makanan mempengaruhi kadar
kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi resiko terjadinya
penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu mengkonsumsi obat
dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan kadar kolesterol total
dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah berkembangnya penyakit
arteri koroner. Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi
seseorang yang memiliki faktor resiko berikut:
a. Merokok sigaret
b. Tekanan darah tinggi
c. Kegemukan
d. Malas berolah raga
e. Kadar trigliserida tinggi
f. Keturunan
g. Steroid pria (androgen).
2. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat
menakutkan dan masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun
berkembang Di belahan negara dunia, penyakit jantung merupakan penyebab
kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa. Setiap tahunnya, di Amerika
Serikat 478000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, 1,5 juta orang
mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi peralihan, 300000
orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000 orang dari 1
juta penduduk menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis
merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita
penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya
hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola
hidup.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung
Sedunia (World Heart Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi
penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini,
sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan
masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan
ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk
menurunkan penyakit kardiovaskuler pada 2010. Di negara berkembang dari
tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan
meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju
peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di
tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25
orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi
penyebab kematian dan kecacatan nomer satu di dunia.

3. Faktor – faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner


a. Memasuki usia 45 tahun bagi pria. Sangat penting bagi kaum pria untuk
menyadari kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif untuk mencegah
datangnya penyakit jantung.
b. Bagi wanita, memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopause dini (sebagai
akibat operasi).
c. Wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko penyakit jantung setelah mengalami
menopause.
d. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga. Riwayat serangan jantung di dalam
keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal.
e. Diabetes. Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena
meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi jantung mereka.
f. Merokok. Resiko penyakit jantung dari merokok setara dengan 100 pon kelebihan
berat badan jadi tidak mungkin menyamakan keduanya.
g. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
h. Kegemukan (obesitas). Obesitas tengah (perut buncit) adalah bentuk dari
kegemukan. Walaupun semua orang gemuk cenderung memiliki risiko penyakit
jantung, orang dengan obesitas tengah lebih-lebih lagi.
i. Gaya hidup buruk. Gaya hidup yang buruk merupakan salah satu akar penyebab
penyakit jantung - dan menggantinya dengan kegiatan fisik merupakan salah satu
langkah paling radikal yang dapat diambil.
4. Cara Pengobatan Penyakit Jantung Koroner Pengobatan penyakit jantung koroner
tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami pasien.
a. Perubahan Gaya Hidup
b. Pengendalian faktor resiko utama penyakit jantung coroner.
c. Terapi Medis Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri
jantung.
d. Intervensi Jantung Perkutan
e. Operasi Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG)

B. Saran
Penyakit Jantung Koroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya
kepada usia lanjut saja, namun pada usia yang masih sangat muda sekalipun
penyakit jantung dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit
berbahaya ini maka kita harus mulai dengan berperilaku hidup sehat.
1. Gaya hidup seimbang dan menghindari risiko stres.
2. Mengonsumsi makanan berserat, jangan makan berlebihan serta kontrol
kolesterol, kontrol tekanan darah dan gula darah, serta kontrollah kesehatan secara
rutin.
3. Hentikan kebiasaan merokok, karena merokok menyebabkan elastisitas pembuluh
darah berkurang sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri yang
memicu stroke.
4. Berolahraga yang teratur, istirahat cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk in Physical
Workers and Managers. . (http://wordpress.com/2010/0509.html) Di akses Pada
Tanggal 11 November 2016
Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian Tentang Perbedaan Kadar Kolesterol
Darah Pada Pekerja Kantoran dan Pekerja Kasar.
(http://www.referensisehat.com/2015/05/makalah-gejala-penyebab-mengatasi-
mengobatikanker-prostat.pdf.html) Di akses pada tanggal 11 november 2016
Corwin J. Elizabeth, (2009), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Davidson Christopher. (2003), Penyakit Jantung Koroner. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati Penyakit Jantung. Jakarta:
Pustaka Swara
Hermansyah, Citrakesumasari, Aminuddin. (2009). Aktifitas Fisik dan Kesehatan Mental Terhadap
Kejadian Penyakit Jantung Koroner.
(http://www.referensisehat.com/2015/05/makalah-gejala-penyebab-mengatasi-
mengobatikanker-prostat.pdf.html) Di akses pada tanggal 11 november 2016
Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit
Jantung Koroner.(http://www.referensisehat.com/2015/05/makalah-gejala-
penyebab-mengatasi-mengobatikanker-prostat.pdf.html) Di akses pada tanggal 11
november 2016
Kurniastuti, Y. (2009). Faktor Resiko Penyakit Janting Koroner di Indonesia.
(http://www.suara.com/health/2015/04/25/200000/jumlah-penderita-diabetes-
indonesia-terbanyak-ke-5-di-dunia.html) Di akses Pada Tanggal 11 November
2016
Tracey C. C. W. Rompas, A. Lucia Panda, Starry H. Rampengan. (2012), Hubungan Obesitas Umum
dan Obesitas Sentral dengan Penyakit Jantung
Koroner(http://www.referensisehat.com/2015/05/makalah-gejala-penyebab-
mengatasi-mengobatikanker-prostat.pdf.html) Di akses pada tanggal 11 november
2016
Sulistiani, W. (2005). Analisis factor Resiko Yang Berkaitan Dengan Penyakit
Jantung.(http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-11-14/penderita-
kanker-paru-di-asia-pasifik-melonjak/1220064.html) Di akses Pada tanggal 11
November 2016

Anda mungkin juga menyukai