infark
miokard
diawali
dengan
terbentuknya
obstruksi,
menurunkan
aliran
darah
koroner,
dan
plak.
Erosi
dan
ruptur
plak
ateroma
menimbulkan
yang
terbentuk
biasanya
tidak
menyebabkan
oklusi
hanya di sebagian miokard dan terdiri dari bagian nekrosis yang telah
terjadi pada waktu berbeda-beda. [1]
D. Manifestasi Klinis
Nyeri dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri
angina tetapi lebih intensif dan berlangsung lama serta tidak
sepenuhnya hilang dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin. [1]
Pada fase awal infark miokard, tekanan vena jugularis normal
atau sedikit meningkat. Pulsasi arteri karotis melemah karena
penurunan stroke volume yang dipompa jantung. Volume dan denyut
nadi cepat, namun pada kasus infark miokard berat nadi menjadi kecil
dan lambat. Bradikardi dan aritmia juga sering dijumpai. Tekanan
darah menurun atau normal selama beberapa jam atau hari. Dalam
waktu beberapa minggu, tekanan darah kembali normal. [1]
Dari ausklutasi prekordium jantung, ditemukan suara jantung
yang melemah. Pulsasinya juga sulit dipalpasi. Pada infark daerah
anterior, terdengar pulsasi sistolik abnormal yang disebabkan oleh
diskinesis otot-otot jantung. Penemuan suara jantung tambahan (S3
dan S4), penurunan intensitas suara jantung dan paradoxal splitting
suara jantung S2 merupakan pertanda disfungsi ventrikel jantung. Jika
didengar dengan seksama, dapat terdengar suara friction rub perikard,
umumnya pada pasien infark miokard transmural tipe STEMI. [1]
E. Faktor Risiko
a. Tidak dapat diubah
1.) Umur seiring dengan bertambahnya umur, maka resiko
penyakit jantung akan meningkat, sama seperti penyakitpenyakit lainnya. Hal ini terkait dengan kemungkinan
terjadinya atherosclerosis yangmakin besar, terkait dengan
deposit lemak serta elastisistas pembuluh darah yang makin
menurun seiring dengan bertambahnya umur. [1]
2.) Jenis kelamin lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan dengan
wanita.
Diduga karena
pengaruh
estrogen.
menopause,
premature
insidensi
karena
aminotransferase
(AST),
lactate
dehydrogenase,
EKG pasien Non STEMI beragam, bisa berupa depresi segmen ST,
inversi gelombang T, gelombang T yang datar atau pseudonormalization, atau tanpa perubahan EKG saat presentasi. Untuk
menegakkan diagnosis Non STEMI, perlu dijumpai depresi
segmen ST 0,5 mm di V1-V3 dan 1 mm di sandapan lainnya.
Selain itu dapat juga dijumpai elevasi segmen ST tidak persisten
(<20 menit), dengan amplitudo lebih rendah dari elevasi segmen
ST pada STEMI. Inversi gelombang T yang simetris 2 mm
semakin memperkuat dugaan Non STEMI. [2]
d. Pemeriksaan laboratorium
Pada nekrosis miokard, protein intraseluler akan masuk dalam
ruang
interstitial
dan
masuk
ke
sirkulasi
sistemik
melalui
sebagai
penghambat
aktivitas
membrane
reseptor
platelet.
GP
yang
IIB/IIIA
bekerja
juga
a.
b.
c.
d.
Aritmia
Gagal jantung
Komplikasi mekanik
Shock kardiogenik [1]
Daftar Pustaka:
1. Setiawati, Siti, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam
Jilid II. Jakarta: Internal Publishing.
2. Isselbacher, J Kurt. 2000. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam
Edisi 13 Volume 3. Jakarta : EGC.