Anda di halaman 1dari 43

EKG Patologi

Hipertrofi Atrium
Istilah dilatasi/hipertrofi atrium lebih sering digunakan
pada pemeriksaan ekokardiografi, karena dimensi
atrium lebih bisa diukur.
Hipertrofi/dilatasi atrium kiri (left atrial enlargement/LAE)

Kriteria dilatasi atrium kiri.


1. P terminal force di V1
0.04 detik ( 1 mm).
2. Gelombang P
bertarik/notched (biasanya
paling jelas terlihat di sadapan
II) disertai durasi 0.12 detik (
3 mm) dengan amplitudo
normal.
Hipertrofi/dilatasi atrium kanan (Right atrial
enlargement/RAE)

Kriteria dilatasi atrium


kanan.
1. Tinggi gelombang P di
sadapan II > 2.5 mm
(disebut juga P pulmonal)
2. tinggi komponen awal
(initial P) di sadapan V1.
HIPERTROFI VENTRIKEL
Hipertrofi ventrikel kiri (left ventricular
hypertrophy/LVH)
Hasil penelitian Sokolow dan Lyon merupakan kriteria dignostik yang
paling banyak digunakan.
1. Amplitudo gelombang R di sadapan I + S di sadapan III > 25 mm.
2. Amplitudo gelombang R di sadapan aVL > 11 mm.
3. Amplitudo gelombang R di sadapan aVF > 20 mm.
4. Amplitudo gelombang S di sadapan aVR > 14 mm.
5. Amplitudo gelombang R di sadapan V5 atau V6 > 26 mm.
6. Amplitudo gelombang R di sadapan V5 atau v6 + S di sadapan V1 >
35 mm.
7. Amplitudo tertinggi gelombang R + S di sadapan prekordial > 45 mm.
1. Tinggi gelombang R disadapan
aVL > 11 mm.
2. Amplitudo gelombang R di
sadapan 1 + S di sadapan III > 25
mm.
3. Amplitudo gelombang R di
sadapan V6 > 26 mm.
4. Amplitudo gelombang R di
sadapan V5 atau V6 + di sdapan
V1 > 35 mm.
5. Amplitudo tertinggi
gelombangR + S di sadapan
prekordial > 45 mm.
Hipertrofi ventrikel kanan (right ventricular
hypertrophy/RVH)

Kriteria Myers dkk serta Sokolow dan Lyon :


1. Amplitudo gelombang R di sadapan V1 > 7 mm.
2. Amplitudo gelombang S di sadapan V1 < 2 mm.
3. Amplitudo gelombang S di sadapan V5 atau V6 > 7 mm.
4. Jumlah amplitudo gelombang R di sadapan V1 dan S di V5 atau V6 > 10.5
mm.
5. Amplitudo gelombang R di V5 atau V6 < 5 mm.
6. Rasio R/S di sadapan V5 atau V6 < 1.
7. Amplitudo gelombang R di aVR > 5 mm.
8. Rasio R/S di sadapan V1 (atau V3R) > 1.
9. Pola qR di V1 (atau V3R).
1. Amplitudo gelombang R di
sadapan V1 > 7 mm.
2. Amplitudo gelombang S di
sadapan V5 > 7 mm.
3. Jumlah amplitudo gelombang
R di sdapan V1 dan S di V5 atau
V6 > 10,5 mm.
4. Rasio R/S di sadapan V6 < 1.
5. Amplitudo gelombang R di
aVR > 5 mm.
6. Rasio R/S di sadapan V1 (atau
V3R) > 1.
EKG PADA SINDROMA KORONER
AKUT
EKG pada SKA mutlak harus dilakukan untuk
membedakan SKA dengan elevasi segmen ST (STEMI)
atau SKA tanpa elevasi segmen ST.
Sekitar 3,5% pasien dengan nyeri dada dengan EKG
normal ternyata mengalami infrak miokard.
Sekitar 9% pasien dengan keluhan nyeri dada dengan
EKG tidak Khas mengalami infrak miokard.
Penting dilakukan pemeriksaan EKG ulang (serial) untuk
menilai adakah perubahan EKG terutama pada keluhan
nyeri dad muncul
Elevasi/depresi segmenST menandakan terjadinya
repolarisasi di dalam dinding ventrikel.
Repolarisasi disebabkan ketidakseimbangan ion-ion
kalsium dan kalium di sekitar membran sel-sel miosit
yang mengalami gangguan.
Iskemia dapat mencetuskan perubahan ion-ion.
Iskemia terjadi bila terdapat ketidakseimbangan antara
aliran darah koroner (supply) dan kebutuhan miokard
(demand).
Bila terjadi ketidakseimbangan yang lama akan terjadi
kerusakan (nekrosis) miokard.
Daerah yang terjadi kerusakan tentu saja dipengaruhi
oleh arteri koroner yang mengalami sumbatan.
Gambaran EKG pada infrak miokard dengan elevasi
segmen ST (STEMI)

Dalam beberapa menit setelah sumbatan (oklusi) pembuluh


darah koroner, terlihat gambaran T hiperakut.
T hiperakut muncul di sadapan yang sesuai dengan lokasi
oklusi dan akan menjadi elevasi segmen ST.
Gelombang Q muncul jika terjadi nekrosis dalam 1 jam
pertama setelah oklusi.
Inversi gelombang T dapat terlihat dalam 72 jam, yang dapat
kembali normal dalam waktu yg bervariasi (hari, minggu,
bulan).
Segmen ST akan kembali normal namun gelombang Q
menetap (Q patologis).
Universal criteria for myocardial infraction (ESC tahun
2007)
ST > 0,2 mV (> 2 mm) pada pria atau > 0.15 mV (> 1,5
mm) pada wanita di sadapan V1-V4 atau > 0,1 mV (> 1
mm) di sadapan lainnya.

Lokasi miokard yang mengalami iskemia/infrak dapat


dikelompokan dengan melihat sadapan mana saja yang
mengalami deviasi :
Kematian sel di tandai dengan adanya gelombang Q
patologis.
kriteria Q patologis :
1. Durasinya > 1 mm (> 0.04 detik)
2. Amplitudonya > 25% tinggi gelombang R pada
sadapan yang sama.

Gelombang Q tidak menggambarkan waktu terjadinya


infrak, namun bila disertai perubahan gelombang T dan
segmen T maka dapat mengindikasikan infrak yang baru
terjadi (akut).
Infrak ventrikel kanan
Kurang lebih 50% infrak
inferior disertai infrak
ventrikel kanan, terutama
bila terjadi hipotensi.
Keadaan ini bisa diketahui
dengan menggunakan
sadapan V3R-V4R.
Sindroma koroner akut tanpa
elevasi segmen ST
Depresi segmen ST biasanya menunjukan iskemia
subendokardium, dan dalam konteks SKA termasuk
dalam kategori APTS atau NSTEMI.
Depresi segmen ST hanya > 0,5 mV (> 0,5 mm).
Depresi segmen ST dapat berupa :
Depresi up-sloping (seringkali tidak spesifik)
Depresi horizontal (lebih spesifik untuk iskemia)
Depresi downsloping (paling terpecaya untuk iskemia)
Kelainan non kardiak
dapat menimbulkan
deviasi gelombang T
(pada Hipokalemia).
Inversi gelombang T yang
dalam dan simetris lebih
sugestif untuk iskemia
miokard.
Aritmia
Aritmia adalah jenis irama dalam EKG yang tidak
memenuhi kriteria sinus.
Takiaritmia
Takiaritmia berasal dari kata takikardia dan aritmia,
yang mempunyai arti denyut jantung yang cepat dan
tidak teratur.
Langkah 1: menilai durasi kompleks QRS
- Komplek QRS sempit durasinya < 0,12 detik
supraventrikular.
- Komplek QRS lebar durasinya 0,12 detik
ventrikular.
Takiaritmia dengan kompleks QRS sempit:
- Fibrilasi Atrium (atrial fibrillation/AF)
- Kepak atrium (atrial fluter)
- Takikardia supraventrikular (supraventricular
tachycardia/SVT)
- Takikardia Atrium multifokal (multifocal atrial
tachycardia)

Takiaritmia dengan komplek QRS lebar:


- Takikardia ventrikel (ventricular tachycardia/VT)
- Takikardia supraventrikular dengan aberansi (SVT
aberan)
Langkah 2: Menilai teratur tidaknya interval R-R
Irama supraventrikel tidak teratur:
- Sinus takikardi dengan PAC, Fibrillasi atrium, Atrila
flutter, Takikardia atrium multifokal
Irama supraventrikel teratur:
- Sinus takikardia, Takikardia atrial, SVT
Aritmia supraventrikular
dengan irama teratur
Sinus Takikardia
- Sinus takikardia adalah irama sinus dengan kecepatan
komplek QRS > 100x/menit.
- Sinus takikardia bisa timbul pada kondisi
fisiologis/patologis, antara lain demam, kesakitan,
ketakutan, infeksi, anemia, perdarahan, dehidrasi,
asidosis, gagal jantung, sesak napas, hipotensi, aktivitas
fisik, pengaruh obat-obatan tertentu.
Atrial tachycardia
- Terjadinya atrial takikardia
adalah automatisasi suatu
fokus di atrium yang
mengambil alih fungsi
nodus SA, sehingga
gelombang P yang tampak
memiliki morfologi berbeda
dengan gelombang P sinus.
Atrial Flutter
- Atrial flutter merupakan
irama supraventrikel timbul
akibat reentri di atas nodus
AV di atrium kanan.
- Karakteristik gelombang
P' yang terlihat pada EKG
adalah gambaran gigi
gergaji (sawtooth pattern),
paling terlihat di sadapan
inferior.
Takikardia supraventrikel paroksimal (SVT)
- SVT terbagi 2 tipe AV nodal reentry tachycardia (AVNRT)
dan AV reentry tachycardia (AVRT).
- Sekitar 50-60 % takikardiaparoksimal adalah tipe
AVNRT.
- Irama paroksimal dimulai dari adanya PAC, dengan
gelombang P terbenam di dalam komplek QRS.
- Dalam aplikasi klinis praktis keduanya tidak dibedakan
karena tatalaksananya serupa.
Aritmia supraventrikel dengan
irama ireguler
Multifocal atrial
tachycardia
- Irama ini timbul akibat
automatisasi fokus di
atrium yang multifokal.
- Terdapat 3 morfologi
gelombang P yang berbeda
dengan interval PR yang
berbeda pada sadapan
yang sama.
Fibrilasi atrium
- Fibrilasi atrium di tandai
dengan aktivitas atrium
yang tidak terorganisasi
(chaotic atrial activity).
- Tidak ada gelombang P
- Variable ventricular rate.
Aritmia dengan kompleks QRS
lebar

Takikardia ventrikel
- Terdapat lebih > 3
komplek QRS lebar yang
berjalan konsekutif dengan
kecepatan > 100x/mnt.
- Irama QRS muncul
teratur, tanpa disertai
gelombang P.
Fibrilasi Ventrikel
- Ventricular fibrillation
ditandai oleh depolarisasi
yang sangat cepat, tidak
terkoordinasi dan kacau.
- No identifiable P waves, QRS
complexes, or T waves.
- Irama ini sering ditemukan
pada pasien mengalami henti
jantung.

Anda mungkin juga menyukai