Anda di halaman 1dari 133

Kapita Selekta

Elektrokardiografi

Dept. of Cardiology & Vascular Medicine


Dr.Soetomo Teaching Hospital, Faculty of Medicine, Airlangga
University
Surabaya.
Pokok bahasan
 Rate ( denyut jantung)
 Hipertrofi :
*atrium
*ventrikel
 Penyakit jantung coroner
 Aritmia
Gambaran Siklus Jantung
Pada EKG
5 kotak kecil
= 1 kotak sedang
= 0.2 detik Paper speed : 25 mm/second
1 kotak kecil
= 0.04 detik

5 kotak sedang
= 1 kotak besar
= 1 detik
Standard Rekaman EKG :
- Kecepatan rekaman : 25 mm/detik
- Kalibrasi : 1 milivolt (mV) = 10 mm
( standar ganda, separuh, seperempat )

Ukuran di Kertas EKG :


Garis horizontal
- Tiap satu mm = 1/25 detik = 0,04 detik
- Tiap lima mm = 5/25 detik = 0,20 detik
- Tiap 25 mm = 25 x 0,04 = 1,00 detik
Garis vertikal
- 1 mm = 0,10 mV
- 10 mm = 1,00 mV
MENGHITUNG LAJU JANTUNG :
A. Jarak R – R :

-1 kotak sedang = 300 x / menit


-2 kotak sedang = 150 x / menit
-3 kotak sedang = 100 x / menit
-4 kotak sedang = 75 x / menit
-5kotak sedang = 60 x / menit
-6 kotak sedang = 50 x / menit

B. Hitung jumlah R- R dalam 6 kotak besar = 6 detik


Jumlah R x 10 = heart rate / menit

C. 1500 / jarak R-R ( dlm mm ) = heart rate / menit


Bentuk dasar EKG dan
nama-nama interval
EKG NORMAL
ABNORMALITAS ATRIUM :
(hipertrofi atrium)

@ ABNORMALITAS ATRIUM KANAN (AAKa)


@ ABNORMALITAS ATRIUM KIRI (AAKi)
Kriteria EKG untuk AAKa
 P tinggi dan lancip di II, III, dan aVF :
1. tinggi >= 2,5 mm
2. interval <= 0,11 detik
 Defleksi awal di V1 >= 1,5 mm

Bentuk gelombang P pada AAKa disebut


“P pulmonale”
Kriteria EKG untuk AAKi
 Interval P di II melebar >= 0,12 detik
 Gel. P berlekuk, karena mempunyai 2 puncak, AKa
dan AKi
 Defleksi terminal V1 negatif dengan lebar >= 0,04
detik dan dalam >= 1mm.
(P terminale force V1 – PtfV1)
Kriteria ini disebut Kriteria Morris
Bentuk P pada AAKi disebut “P mitrale”
AAKa
AAKi
Kriteria EKG untuk HVKi

1. Kriteria Voltase :
Voltase Ventrikel Kiri meninggi
macam-macam kriteria,pilih salah satu :
• R atau S di sandapan ekstremitas >= 20 mm
• S di kompleks VKa >= 25 mm
• R di kompleks VKi >= 25 mm
• S di VKa + Rdi VKi >= 35 mm
2. Depresiasi ST dan inversi T di kompleks VKi
(sering disebut “strain pattern”)
3. AAKi

** 2 dari 3 kriteria diatas (+), maka definitif LVH


dengan catatan kriteria no1 harus (+)
bila hanya kriteria no 1 yang (+) disebut
“ high LV voltage”
Hipertrofi Ventrikel Kanan (HVKa)

 Dinding Ventrikel Kanan jauh lebih tipis


daripada Ventrikel Kiri
 HVKa baru nampak pada EKG bila HVKa sudah
cukup menonjol
Kriteria EKG untuk HVKa
Rasio R/S yang terbalik :
• R/S di V1 >1
• R/S di V6 <1

Kriteria Hvka yang paling kuat


Beberapa catatan tentang HVKa
 Diagnosa HVKa pada EKG, sensitivitas rendah,
spesifisitas tinggi
 Kriteria EKG HVKa terkuat : rasio R/S di V1.
Hipertrofi ventrikel kanan
Kriteria terpenting : Rasio R/S > 1 di V1(V2) dan
rasio R/S < 1 diV6 (V5)
Hipertrofi Ventrikel Kiri

Hipertrofi Ventrikel Kanan


EKG Pada PJK

 Sarana diagnostik yang penting untuk


jantung koroner
 Yang ditangkap EKG ialah kelainan
miokard, yang disebabkan
terganggunya aliran koroner
Berbagai derajat iskemia pada infark
miokard
Iskemia
 Depresi ST  ciri dasar iskemia miokard
 Ada 3 macam jenis depresi ST :
a. Horisontal
b. Landai ke bawah
c. Landai ke atas
 Spesifik a dan b
 Bermakna bila lebih dari 1 mm, makin dalam
makin spesifik.
Depresi ST pada iskemia miokard

a.Horizontal b.Landai ke bawah c.Landai ke atas


Iskemia
 Inversi T
 Gelombang T yang negatif (vektor T
berlawanan arah dengan vektor QRS)
 Tanda ini tidak terlalu spesifik
 Yang lebih spesifik gelombang T ini
simetris dan berujung lancip
Inversi T pada iskemia miokard
a. Inversi T pada umumnya kurang spesifik untuk iskemia
b. Inversi T yang berujung lancip dan simetris (seperti ujung anak
panah), spesifik untuk iskemia
Injuri

 Elevasi segmen ST, minimal 1mm.


 Pada minimal 2 sandapan yang
berpasangan (contiguous leads)
 Khas : elevasi segmen ST konveks
 Injuri sub endokardial : ST depresi dalam
Nekrosis
 Cirinya, ada gelombang Q patologis
 Q patologis :
 Q yang lebar dan dalam
 Lebar >= 0,04 detik
 Dalam >= 4 mm atau >= 25% tinggi R.
Nekrosis miokard. Pada umumnya dianggap: Q menunjukkan tebalnya
nekrosis, R menunjukkan sisa miokard yang masih hidup
a. Bentuk qR: nekrosis dengan sisa miokard sehat yang cukup
b. Bentuk Qr: nekrosis tebal dengan sisa miokard sehat yang
tipis
c. Bentuk QS: nekrosis seluruh tebal miokard, yaitu transmural
Location of infarct area at
Left Ventricular Wall
 anteroseptal: V1-V4
 anterior extensive: V1-V6, I dan aVL
 anterolateral: V4-V6, I dan aVL
 localized anterior: V3-V5
 inferior: II, III dan aVF
 high lateral : I dan aVL
 posterior: mirror image ofV1, against horizontal
line
Gambaran EKG pada
Infark Miokard Akut

 Fase Awal atau Fase Hiperakut


 Fase Evolusi Lengkap
 Fase Infark Lama
Fase awal atau Fase Hiperakut

 T yang tinggi dan melebar


 Elevasi ST yang nonspesifik
Fase Evolusi Lengkap

 Elevasi ST yang spesifik, konveks ke


atas
 Disebut ACS - STEMI
 T yang negatif dan simetris
 Q patologis
Fase Infark Lama
 Q patologis, bisa QS atau Qr
 T bisa normal atau negatif
 ST yang kembali iso-elektrik
Beberapa catatan EKG pada
infark miokard
 Kelainan EKG pada AMI bisa terlambat  perlu
EKG serial
 Fase evolusi berlangsung sangat bervariasi
(beberapa jam – 2 minggu) Bila elevasi ST
bertahan 3 bulan  aneurisma ventrikel
 Selama evolusi atau sesudahnya, gelombang Q
bisa hilang  infark miokard non-Q (20-30%
kasus)
LANJUTAN
• Infark miokard subendokardial pada EKG tidak
begitu jelas  perlu konfirmasi klinis dan
laboratoris ( CKMB atau Troponin meningkat)
• Umum terdapat depresi ST yang disertai inversi T
yang dalam yang bertahan beberapa hari,istilah
sekarang disebut NSTEMI (Non ST elevation
Myocardial Infarction)
• Infark miokard dinding posterior murni gambaran
EKG menunjukkan bayangan cermin dari infark
miokard anteroseptal terhadap garis horisontal. R
yang tinggi di V1, V2, V3, disertai T yang simetris.
Infark Non ST Elevasi Inferior dan Anterior Ekstensif
ARITMIA
Batasan dan Pembagian Aritmia

Pada umumnya aritmia dibagi


menjadi 2 golongan besar :

I. Gangguan pembentukan impuls


II. Gangguan penghantaran impuls
Irama Sinus Normal
 Gelombang P :
- harus ada
- mendahului kompleks QRS
- positif di II, aVF
- inverted di aVR
 Interval PR :
- durasi 0,12- 0,20 detik dan konstan
 Kompleks QRS :
- durasi < 0,10 detik
 Frekuensi 60-100 x/menit
Irama Sinus Normal
Gangguan Pembentukan Impuls

a. Gangguan pembentukan
impuls di sinus
1. Takikardia sinus
2. Bradikardia sinus
3. Aritmia sinus
4. Henti sinus
Takikardia Sinus

Kriteria : irama sinus, rate > 100/menit


Aritmia Sinus

Pengaruh respirasi melalui stimulasi reseptor saraf vagus di paru


Akhir inspirasi : frekuensi > cepat, akhir ekspirasi frekuensi > lambat
Henti Sinus

Tak ada gelombang P dari sinus


Gangguan Pembentukan Impuls

b. Pembentukan impuls di atria


(aritmia atrial)
1. Ekstrasistol atrial
2. Takikardia atrial
3. Fluter (Gelepar) atrial
4. Fibrilasi atrial
Ekstrasistol Atrial

Kriteria : - gelombang P prematur dari atrium


- biasanya pause kompensasi tak lengkap
Tipe Ekstrasistol Atrial

Couplet : 2 EA, Takikardia atrial : 3 atau lebih EA


Bigemini : 1 kompleks sinus diikuti 1 EA
Trigemini : 2 kompleks sinus diikuti 1 EA
Atrial ekstrasistol unifokal, multifokal dan
wandering atrial pacemaker

Unifokal : satu fokus


ektopik

Multifokal : 2 atau
lebih fokus ektopik

Wandering PM : fokus
ektopik berbeda-beda
Takikardia Atrial/ SVT

Kriteria : 3 atau lebih ekstrasistol atrial berturutan


Gambaran EKG : - frekuensi biasanya 160-250 /menit
- sering P sukar dikenali karena bertumpuk pada T
- interval P-P dan R-R teratur
Fluter Atrial

Denyut atria cepat dan teratur, frekuensi 250-350/menit


Gelombang fluter : seperti gergaji
Biasanya terdapat konduksi 2:1, karena simpul AV tak dapat
Meneruskan semua impuls dari atria
Fibrilasi Atrial

Gelombang f ( fibrilasi ) : gelombang-gelombang P yang tak teratur,


frekuensi 350-600/menit
Gelombang QRS tak teratur, frekuensi 140-200/menit
FA halus ( fine ) : defleksi gelombang P < 1 mm
FA kasar ( hoarse ) : defleksi gelombang P > 1 mm
Fibrilasi Atrial
Gangguan Pembentukan Impuls

c. Pembentukan impuls di penghubung AV


(aritmia penghubung/ Junctional)
1. Ekstrasistol penghubung AV
2. Takikardia penghubung AV
3. Irama lolos penghubung AV
Irama Penghubung / Junctional

Gelombang P prematur berasal dari penghubung AV :


vektor P lawan arus ( P negatif di II, III dan aVF )
Irama Penghubung /Junctional
Gangguan Pembentukan impuls

Pembentukan impuls di ventrikel


( aritmia ventrikular )

1. Ekstrasistol ventrikular
2. Takikardia ventrikular
4. Fibrilasi ventrikular
5. Henti ventrikular
6. Irama lolos ventrikular
Ekstrasistol Ventrikel

Gelombang QRS prematur, melebar dan bizarre ( tak teratur dan aneh )
P dari sinus tak terpengaruh oleh QRS ekstrasistol
( pause kompensasi lengkap )
Tipe Ekstrasistol Ventrikel

Couplet : 2 EV, Takikardia atrial : 3 atau lebih EV


Bigemini : 1 kompleks sinus diikuti 1 EV
Trigemini : 2 kompleks sinus diikuti 1 EV
Ekstrasistol Ventrikel
Fenomena R on T

QRS ekstrasitol jatuh sekitar puncak gelombang T


Takikardia Ventrikular
 Kriteria diagnosis :
- terdapat 3 atau lebih ekstrasistol ventrikel
yang berturutan
 Gambaran EKG :
- frekuensi biasanya 160-200/menit
- bila P dapat dikenali, maka P dan QRS
tidak berhubungan : disosiasi AV
- QRS melebar dan bizarre
Takikardia Ventrikel
Takikardia Ventrikular Polimorfik

Bentuk QRS beubah secara bergelombang melalui garis isoelektrik


(Torsade de Pointes)
Fibrilasi Ventrikel

Gelombang QRS dan T menyatu menjadi undulasi


yang tidak teratur dan cepat
FV halus ( fine ) : gelombang f < 3 mm
FV kasar ( coarse ) : gelombang f > 3 mm
Fibrilasi Ventrikel
Fibrilasi dan Asistol Ventrikel
Asistol Ventrikel
II. Gangguan Penghantaran Impuls

Blok sino – atrial


Blok atrio – ventrikular
Blok intraventrikular
Gangguan Penghantaran Impuls
Pada umumnya suatu blok mempunyai
Beberapa derajat :
 Blok derajat I :
impuls masih bisa diteruskan, tetapi dengan lambat.
 Blok derajat II :
sebagian impuls dapat diteruskan, dan sebagian lagi
terhenti.
 Blok derajat III :
impuls tak bisa lewat sama sekali. Juga disebut blok
total.
Blok Sino-Atrial (SA)

 Blok SA terjadi bila jaringan


penghubung antara simpul sinus dan
atria gagal menghantarkan impuls dari
simpul sinus ke atria.
Blok Sino-Atrial (SA Block)

 Blok SA derajat satu  tak dapat


dilihat pada EKG, sama dengan irama
sinus biasa
 Blok SA derajat tiga pada EKG sama
dengan henti sinus
Blok SA derajat dua tipeWenckebach. Interval P-P makin mengecil,
disusul satu gelombang P yang hilang (x). Jarak b<a, c=a+b
Blok SA derajad 3
Blok SA derajad 3 disebut juga henti sinus
(Sinus Arrest)
Dasar diagnosis :
 Tak ada gelombang P
 Diikuti irama lolos (Escape rhythm)
 Jika irama lolos berasal daridaerahpenghubung
(junctional) maka terlihat kompleksQRS yang sempit
 Jika irama lolos dari ventrikel, terlihat QRS kompeks
yang lebar
Irama lolos
A. Irama sinus yang terlambat/terhenti dengan irama lolos penghubung
B. Irama sinus yang terlambat/terhenti dengan irama lolos ventrikuler
Blok Atrio-Ventrikular

 Blok yang paling penting karena menyebabkan


gangguan pada koordinasi antara atrium dan
ventrikel sehingga sangat mengganggu fungsi
jantung
 Blok AV adalah blok yang paling sering terjadi
Blok AV Derajat Satu
Dasar diagnosis :
 Interval PR memanjang lebih dari 0.20 detik
Blok AV Derajat I
Blok AV Derajat Dua

Blok AV derajat dua dapat dibagi menjadi :


1. Blok AV tipe Wenckebach atau tipe Mobitz I
2. Blok AV tipe Mobitz II
3. Blok AV lanjut atau derajat tinggi
Blok AV Tipe Wenckebach
Dasar diagnosis :
 Interval PR makin memanjang, suatu saat ada
gelombang QRS yang hilang.
Blok AV Derajat II ( Tipe 1/ Wenckebach )
Blok AV Tipe Mobitz II

Dasar diagnosis :
Interval PR tetap, suatu saat ada gelombang
QRS yang hilang
Blok AV Derajat II Tipe Mobitz II
Blok AV Derajat II
Blok AV Derajat Tinggi

Dasar diagnosis :
Blok AV dengan rasio konduksi 3:1 atau lebih.
Misalnya blok AV 3:1, 4:1, dan sebagainya
Blok AV Derajat tinggi
Blok AV Total

 Pada blok AV total, atria dan ventrikel


berdenyut sendiri-sendiri, yang disebut
disosiasi AV komplit.

 Gambaran EKG secara khas menunjukkan letak


gelombang-gelombang P yang tak ada
hubungannya dengan letak gelombang-
gelombang QRS.
Blok AV Derajat III
Blok AV Derajat III
Blok Intra Ventrikuler

 Blok Cabang Berkas Kanan (BCBKa)


 Blok Cabang Berkas Kiri (BCBKi)
 Blok Intraventrikuler Nonspesifik
Blok Intraventrikuler menurut
tempatnya dibagi menjadi :
 Blok Cabang Berkas Kanan (BCBKa)
 Blok Cabang Berkas Kiri (BCBKi)
 Blok Intraventrikuler Nonspesifik
Definisi

 Blok  gangguan penghantaran impuls


melalui suatu jalur
 Konduksi intraventrikuler  konduksi melalui
Cabang Berkas Kanan (CBKa), Cabang Berkas
Kiri (CBKi), Fasikel-fasikel dan serabut-serabut
Purkinje
Gambaran EKG pada BCBKa/RBBB

 Interval QRS memanjang > 0,10 detik


 S yang lebar di I dan V6
 R’ yang lebar di V1
 Bila interval QRS 0,10 – 0,12 detik, maka disebut
BCBKa inkomplit
 Bila interval QRS >= 0,12 detik, maka disebut BCBKa
komplit
Gambaran EKG pada BCBKa
 Interval QRS memanjang > 0,10 detik
 S yang lebar di I dan V6
 R’ yang lebar di V1
 Bila interval QRS 0,10 – 0,12 detik, maka disebut
BCBKa inkomplit
 Bila interval QRS >= 0,12 detik, maka disebut BCBKa
komplit
Blok Cabang Berkas Kanan, QRS melebar, S yang lebar dan dalam di I
danV6 (V5), dan berbentuk RR’ diV1 (V2)
Gambaran EKG pada BCBKi/ LBBB
 Interval QRS melebar >= 0,10 detik
 Gelombang R yang lebar, sering berlekuk di I, V5
dan V6 dengan WAV > 0,08 detik
 rS atau QS di V1, disertai rotasi searah jarum jam
 Bila interval QRS 0,10-0,12 detik, maka disebut
BCBKi inkomplit
 Bila interval QRS > 0,12 detik, maka disebut BCBKi
komplit
Blok Cabang Berkas Kiri, QRS melebar, bentuk R di I danV6 (V5), danS
yang dalam diV1 (V2,V3)
Blok Intraventrikuler
Nonspesifik
 Istilah ini dipakai bila  interval QRS melebar
(> 0,10 detik), tetapi tidak khas untuk BCBKa
atau BCBKi
Aneka Kelainan EKG

 Hiperkalemia
 Hipokalemia
 Hiperkalsemia
 Hipokalsemia
 Digitalis
 Perikarditis
Hiperkalemia
 Bila Kalium darah meningkat:
 T menjadi tinggi dan lancip
 R menjadi lebih pendek
 QRS menjadi lebar
 QRS bersatu dengan T, sehingga segmen
ST hilang
 P mengecil dan akhirnya menghilang
Gambaran EKG pada Hiperkalemia.
Bila kadar K+ makin meningkat :
a. T meninggi dan lancip, R menjadi pendek
b. QRS melebar dan bersatu dengan T
c. P merendah dan hilang
Hipokalemia

 Kalium darah menurun :


 U menjadi prominen
 T makin mendatar dan akhirnya terbalik
 Depresi ST
 Interval PR memanjang
GambaranEKG pada Hipokalemia,Bila kadar K+ makin menurun:
a. U prominen, T mendatar
b. DepresiST, T terbalik, PR memanjang
Hiperkalsemia

 Kelainan EKG yang terpenting ialah


interval QT yang memendek
Hipokalsemia

 Yang terpenting  perpanjangan segmen ST,


sehingga interval QT memanjang
GambaranEKG pada Hipo- dan Hiperkalsemia
Hipokalsemia : QT memanjangterutama karena perpanjanganST
Hiperkalsemia : QT memendek, terutamakarena pemendekanST
Digitalis
 Dapat mempengaruhi bentuk QRS-T, yang disebut
efek digitalis:
 Interval QT memendek
 Depresi ST, mulai dengan menurun landai disusul
bagian akhir yang naik dengan curam.
 T sering menjadi rendah
Selain itu bisa terjadi gangguan pembentukan dan
penghantaran impuls
Perikarditis

 Peradangan pada epikard


 Gambaran EKG menyerupai gambaran injuri
pada epikard, yaitu elevasi ST
 Pada perikarditis yang hanya sedikit
menimbulkan keradangan pada epikard, EKG
bisa normal.
EKG Pada Perikarditis
 Elevasi ST
 Biasanya luas, kecuali V1 dan aVR
 Bentuk konkaf cekung ke atas
 Kurang dari 5 mm
 T menjadi terbalik, terutama setelah segmen ST
kembali ke garis isoelektrik
 Tidak timbul Q
EKG Pada Efusi Perikardial

 Tanpa adanya keradangan epikardial,


tidak terdapat elevasi ST.
 Voltase yang rendah pada QRS dan T
Perikarditis akut. ElevasiST kurangdari 5 mm, bentuk cekung ke atas,
tidak timbulQ
Efek Digitalis. QT yang memendek, depresiST yang menurunlandai
dan kemudiannaik dengan curam sertaT yang rendah

Anda mungkin juga menyukai