Anda di halaman 1dari 48

OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK

ADA YANG NGULANG, NILAINYA MEMUASKAN,


AAMIIN
DEPARTEMEN BEDAH UMUM
A. PRESURGERY
1. Gowning
B. BASIC SURGERY SKILL

DEPARTEMEN UROLOGI
C. KATETERISASI
1. Definisi ​: memasang saluran tabung kencing ke
dalam buli
2. Indikasi ​:
a. Diagnostik
➢ Memasukkan kontras; misalnya pada kasus
ruptur buli diperlukan cystography
➢ Mengumpulkan sampel urinalisis
➢ Mengecek residual urine
b. Terapeutik
➢ Retensi urine
➢ Instilasi buli; pada kasus ca buli pro kemoterapi
perlu memasukkan obat ke vesica urinaria lewat
kateter
➢ Mengistirahatkan organ; pada kasus post-op buli,
supaya jahitan yang masih baru tidak membuka
3. Kontraindikasi
a. Mutlak
➢ Ruptur uretra à bloody urethral discharge (kalau
hematuria disertai urine), saddle-back injury,
butterfly hematome, pada rectal tussae
didapatkan floating prostat
b. Relatif
➢ Striktur uretra à dicoba dulu dengan kateter foley
yang lebih kecil (18 à 16 à 14) à kalau masih
tidak bisa lakukan cystosomy / pungsi suprapubik
(venflon 16, 2 jari di atas simfisis pubis,
sambungkan ke urine bag)
➢ Batu uretra
• Posterior ​à lubrikasi posterior (semprotkan
jelly-cain dalam spuit 50 cc hingga tahanan
menghilang) à baru pasang kateter
• Anterior ​à dorsumsisi pada glans penis,
keluarkan batunya
4. Prosedur
Cek Poin Keterangan
Memperkenalkan diri • Perkenalkan, saya dokter muda Andrian
yang hari ini jaga bedah.
• Ini dengan bapak siapa? Usianya berapa?
Informed consent • Sesuai dengan indikasi, yaitu bapak
mengalami ... (retensi/instilasi/post-op),
maka akan saya pasang kateter
• Mekanismenya saya akan masukkan selang
ke saluran kencing bapak
• Agak sakit, tapi saya kasih jeli sama bius
lokal, bapak rileks saja
• Apakah bapak setuju?
Persiapan pasien • Baik, silakan naik ke bed, saya akan tutup
tirainya demi menjaga privasi bapak
• Pakaian bawahnya mohon dilepas
• Bapak silakan berbaring
• Saya periksa sebentar ya, Pak
Inspeksi, palpasi à nilai indikasi • Inspeksi MUE (muara uretra eksterna):
dan kontraindikasi - Tanda inflamasi
- Sekret / duh
- Bloody urethral discharge
- Fimosis, parafimosis
• Apakah ada butterfly hematome
• Palpasi corpus spongiosum apakah ada
tanda striktur
Persiapan medis • Menyiapkan alat dan bahan (boleh bilang
alat dan bahan sudah lengkap)
- Doek steril 1 dibuka sebagai alas, 1
diletakkan di sisi steril (dengan
korentang)
- Sarung tangan steril (sobek, jatuhkan)
- Pinset
- Kasa steril secukupnya (sobek,
jatuhkan)
- Povidone iodine 10% tuang di mangkuk
kecil
- Xylocain (atau bisa oplos di spuit 50 cc
lubang tengah, jelly : lidocain 1 : 1)
- Kateter (sobek, jatuhkan)
- Urine bag (sobek, jatuhkan)
- Spuit 10 cc (sobek jatuhkan)
- WFI
- Hypafix
• Mencuci tangan 6 langkah
• Memakai handscoen steril
Antisepsis • Basahi kasa steril dengan povidone iodine
• Dengan pinset oleskan secara sirkuler dari
medial ke lateral, mulai dari MUE, glans,
corpus hingga ke daerah inguinal (jangan
kontak dengan handschoen steril dulu
sebelum medan terkena povidone iodine)
Lapangan tindakan • Pasang doek steril
Lubrikasi & analgesik lokal • Masukkan xylocain melewati MUE sampai
habis
Cek balon kateter • Ambil WFI dengan spuit 10 cc
• Kembangkan balon kateter
• Bila sudah bisa mengembang, tarik WFI lagi
Kateterisasi • Pasang urine bag ke kateter
• Tangan kiri memfiksasi posisi penis (atau
membuka labia minor pada wanita)
Tangan kanan memegang pinset,
memasukkan kateter ke dalam lumen
uretra
• Masukkan sampai mentok ke percabangan
kateter
• Bila urine keluar, artinya sudah benar
masuk ke VU (bila tidak keluar evaluasi à
salah masuk vagina, striktur, batu)
Fiksasi kateter • Kembangkan balon dengan WFI sebanyak
10 – 15 cc
• Tarik dengan gentle hingga seperti ada
tahanan di MUI
• Copot doek steril
• Fiksasi kateter ke arah craniolateral
(supaya tidak ada penekanan pada uretra
pars membranosa)
Bersih-bersih • Bersihkan lapangan tindakan dengan kasa
basah / kering (MUE hingga inguinal)
• Buang bahan-bahan bekas
• Lepas handschoen, buang
• Cuci tangan 6 langkah

D. COLOK DUBUR (RECTAL TUSSAE)


Cek Komponen Keterangan
Memperkenalkan diri• Selamat siang, pak, saya DM Andrian yang jaga hari ini
• Dengan bapak siapa? Usia berapa?
Informed Consent • Setelah ini saya akan memeriksa bagian dubur bapak,
untuk mendeteksi kelainan yang berkaitan dengan
keluhan bapak
• Saya akan memasukkan jari telunjuk lewat anus,
memang agak kurang nyaman, namun akan saya beri
jeli supaya mengurangi rasa sakit. Jadi saya harap
bapak untuk rileks saja
• Apakah bapak setuju?
Persiapan pasien • Baik kalau begitu silakan kencing dulu (apabila pasien
tidak bisa kencing didekompresi dulu, retensi urine
menyebabkan false diagnosis terhadap pembesaran
prostat)
• Kalau sudah, sila berbaring di bed, saya akan menutup
tirai untuk menjaga privasi bapak
• Pakaian bawahnya mohon dilepas, dan kakinya agak
ditekuk
Persiapan medis • Menyiapkan alat dan bahan
- KY Jelly
- Handschoen (tidak perlu steril)
- Kasa
• Mencuci tangan 6 langkah
• Memakai handschoen
Inspeksi • Permisi saya periksa sebentar ya pak:
- Periksa adanya kelainan kulit, nodul tumor /
hemorroid eksterna / abses / fistula

RT • Oleskan KY Jelly secukupnya pada ujung jari telunjuk
tangan kanan
• Masukkan 1 ruas jari à nilai tonus sfingter ani (TSA)
• Masuk lagi à nilai mukosa lumen rektum à apakah ada
nodul à jika ya, deskripsikan:
- didapatkan nodul dengan UBBJKLMN (ukuran,
bentuk, batas, jumlah, konsistensi, lokasi,
mobilitas, nyeri)
• Masuk lagi à nilai prostat,
Normalnya:
- Sulcus medianus à cekung
- Lobus lateralis à simetris, nodul (-), nyeri tekan (-),
padat lunak
- Polus superior à teraba
• Tarik jari, sisakan 1 ruas jari à pencet glans penis / tarik
kateter à nilai bulbocavernosus reflex (BCR), untuk
menilai kelainan persarafan spinal
Bersih-bersih • Keluarkan jari à nilai apakah ada sisa darah (melena /
hematochezia), lendir, pus, feses, bau sekilas
• Bersihkan sisa jeli pada pasien dengan kasa
• Lepas handschoen
• Buang alat dan bahan bekas

Differential diagnosis:
BPH
Normal (Benign Prostat Kanker Prostat Prostatitis
Hyperplasia)
Sulcus Cekung Mendatar / Mendatar / Cekung
medianus cembung cembung
Lobus lateral
• Simetrisitas Simetris Simetris Asimetris Simetris
• Konsistensi Padat lunak Padat lunak Padat keras
• Nodul - - Keras -
berdungkul-
dungkul
• Nyeri tekan - - - +
Polus superior Teraba Tidak teraba Tidak teraba Teraba

E. DIAGNOSIS UROLOGI
1. Diagnosis primer ​: penyebab utama
2. Diagnosis sekunder ​: yang tidak berhubungan
3. Diagnosis komplikasi ​: akibat dari primer​
3. Diagnosis komplikasi ​: akibat dari primer​
DEPARTEMEN ORTOPEDI
F. PRIMARY SURVEY
1. Tujuan
a. Mendeteksi serta menatalaksana kondisi life-
threatening dengan segera dan simultan
2. Indikasi
a. Semua kasus trauma (termasuk combustio)
3. Komponen
Memakai APD sebelum ke pasien
(minimal handschoen & masker)
A Mengecek Airway
• Patensi jalan napas,
Bila tidak paten:
• Look, listen, feel
B Mengecek Breathing
• Inspeksi: gerakan dinding dada, RR,
regularitas, warna kulit
• Palpasi, Perkusi, Auskultasi
C Mengecek Circulation
• On going bleeding
• Tensi, Nadi, akral, CRT
D Mengecek Disability
• GCS, pupil
E Mengecek Exposure
• Membuka pakaian pasien
Adjunct to primary survei

a. Airway + cervical spine control


➢ Tujuan: cek patensi jalan napas
➢ Evaluasi
• Pasien ditanyai nama, bila dapat menjawab à
napas paten
• Bila tidak bisa menjawab
- LOOK ​ ​: periksa bila ada obstruksi
benda asing à hilangkan
- LISTEN ​: suara napas tambahan
♦ Stridor ​: sumbatan benda padat à
finger swab, manual manouver
♦ Gargling ​: cairan, darah à suction
♦ Snoring ​: pangkal lidah à manual
manouver, OFA / NFA
- FEEL ​ ​: raba trakhea, adakah
pergeseran
➢ Management
• Semi definitif
- Manual manouver

♦ Chin lift
♦ Jaw thrust
♦ Head tilt à DIHINDARI, berbahaya pada
trauma servikal karena mengubah sudut
leher)

- Alat
♦ OFA = Orofaringeal airway (Mayo) à
merangsang refleks muntah, untuk GCS ≤
8
♦ NFA = Nasofaringeal airway, aman untuk
GCS > 8, kontraindikasi untuk fraktur basis
cranii (tanda: racoon eye, otorrhea, battle
sign, halo sign)
♦ Cricotyroidotomy needle atau surgical,
dengan jet insufflation / bagging
(perbandingan ekspirasi : inspirasi 1 : 4
detik)
• Definitif
Diindikasikan untuk:
- GCS ≤ 8, karena dianggap tidak bisa
mempertahankan napas, dan muntah
sewaktu-waktu dapat menimbulkan aspirasi
- Mencegah obstruksi sekunder, misal pada
trauma inhalasi yang mana akan terjadi
edema laring 30 – 45 menit setelah trauma
Modalitas:
- Endotracheal Intubation, dengan ETT
(endotracheal tube)
- Tracheostomy surgical à apabila tidak
memungkinkan dilakukan per oral, misal ada
massa supraglottis
- Cricotyroidotomy surgical à jika di perifer
tidak ada alat tracheostomy
• Cervical collar à idealnya dipasang hingga
dipastikan tidak ada cervical trauma (15%
kasus ada cervical trauma). Indikasi:
- Trauma inhalasi
- Trauma maksilofasial (jejas, wajah asimetris)
- GCS menurun
b. Breathing
➢ Evaluasi à intinya sama kaya pemeriksaan
thorax
• Inspeksi ​:
- simetrisitas dinding dada,
- apakah ada gerakan napas paradoksal
- warna kulit
- jejas
- frekuensi napas
- pelebaran sela iga
- retraksi dinding dada
• Palpasi ​: chest expansion, stem fremitus,
trakhea
• Perkusi ​: sonoritas
• Auskultasi ​: suara napas, intensitas, suara
napas tambahan
➢ Pelaporan (N) ​: napas spontan, RR 20
x/ment reguler
➢ Curiga ada gangguan breathing pada:
• Trauma tumpul thorax (TTT)
• Seat belt injury
• Luka bakar melingkar di dada
➢ Masalah & Manajemen:
Open Tension Hematothorax Flail Chest + Efusi Pleura
Pneumothorax Pneumothorax Kontusio
Pulmonum
Definisi Terjebaknya Pneumothorax Terjebaknya Flail = Terjebaknya
udara di yang disertai darah di melayang; cairan
cavum pleura dengan gangguan cavum pleura Fraktur (eksudat /
hemodinamik segmental transudat) di
(dalam 1 cavum
costae pleura
terdapat ≥ 2
garis fraktur)
pada ≥ 3
costae.
Patomekanisme Udara yang Udara terjebak Darah Terdapat Cairan
terperangkap tidak bisa keluar à terjebak di segmen tertimbun di
masih bisa semakin besar à cavum pleura costae yang cavum
keluar masuk mendesak ke sisi tidak pleura
à tidak mengikuti
à tidak sehat à trakea dan mengikuti
bertambah tarikan dan
mediastinum
besar. embusan
bergeser ke sisi
• Simple / sehat (sesak) à
Closed vena cava tertekan
(tidak ada à JVP meningkat,
hubungan cardiac output
dengan turun à syok
udara luar) hipovolemik
• Open (ada
hubungan
dengan
udara luar)
Inspeksi - Dada lebih - Dada lebih - Dada lebih - Napas - Dada lebih
cembung cembung cembung paradoksal cembung
- Gerak napas - Gerak napas - Gerak napas à saat - Gerak
tertinggal tertinggal tertinggal menarik napas
- Deviasi trakea napas, tertinggal
- Pucat, sianosis costae
justru
tertarik ke
dalam
- Gerak napas
tertinggal
- Jejas (+)
Palpasi Chest Chest exp menurun Chest exp Chest exp Chest exp
expansion Stem frem menurun menurun normal menurun
menurun Stem frem Stem frem Stem frem
Stem fremitus menurun normal menurun
menurun Tanda fraktur
costae (+)
krepitasi,
tenderness,
swelling
Perkusi Hipersonor Hipersonor Dullness Normal Dullness
Auskultasi Suara napas Suara napas Suara napas Suara napas Suara
menurun menurun menurun normal napas
menurun
Egofoni (+)
Rontgen Clear zone Clear zone luas Radioopak Fracture line Meniscus
Thorax AP Pergeseran bersifat air pada costae sign
mediastinum ke sisi fluid level tertentu
sehat
Manajemen • Cegah • Needle • Oksigenasi • Oksigenasi •
menjadi Thoracocentesis • Chest tube • Strapping Oksigen
tension • Chest tube + • Kecepatan dada asi
dengan WSD (bisa drainase kanan dan • Chest tube
occlusive dengan active 200 cc/jam kiri
dressing suction) dalam 2 diplaster
(flap kasa • Oksigenasi jam • Shaft plate
3 sisi) cito
• Definitif à • Analgesik
Chest tube •
+ WSD
• Oksigenasi

• Occlusive dressing
- Tiga sisi, kecuali inferior
- Lapis kasa + lapis plastik baru diplaster
- Ketika inspirasi, paru mengembang, udara di
cavum terdorong keluar. Biar dia ga masuk
lagi, harus ada penghalang ketika pasien
ekspirasi
• Needle Thoracocentesis
- Tujuan: membuat tension menjadi open
pneumothorax, tidak bisa mengembalikan
tekanan negatif cavum pleura
- Teknis: tusuk venflon 14 atau 16 di ICS-2 Mid
Clavicular Line
(dekat dengan sisi atas dari costae 3, karena
sisi bawah costae 2 ada sulcus yang berisi
arteri, vena, dan nervus)
• Chest Tube
- Memasang drain ke dalam cavum pleura
untuk mengevakuasi udara, cairan, maupun
darah
- Tusuk trokar di ICS-5 Anterior Axillary Line
• WSD (Water Sealed Drainage)
- Tujuan: pengembangan paru
- Teknis: masukkan ujung selang WSD
setidaknya 2 cm (bisa dinaikkan bila
undulasi tidak ada) ke dalam air untuk
mengunci hasil drainase dengan air, agar
tidak kembali lagi ke cavum pleura à tercipta
kembali tekanan negatif pada cavum pleura
- Monitor
♦ Jumlah dan warna cairan yang keluar
♦ Undulasi (naik turunnya cairan pada
selang WSD), jika (+) berarti ada beda
tekanan jadi masih berfungsi, jika (-)
kemungkinan:
➢ Chest tube buntu, misal pada
hematothorax ada clot, pasien masih
mengeluh sesak
➢ Paru sudah mengembang, klinis pasien
membaik à lihat pada kontrol Thorax-AP
à aff chest tube
• Oksigenasi pada kasus trauma adalah 10 lpm
dengan face-mask / NRBM
c. Circulation + hemorrhagic control
➢ Evaluasi: penilaian syok hipovolemik (Tensi,
Nadi, CRT, akral)
➢ Masalah
• Syok Hipovolemik
- Curiga syok apabila fraktur: thorax, abdomen
/ internal, pelvis, femur, spinal shock
- Tanda: hipotensi, takikardi, CRT > 2 detik,
akral dingin basah
- Tentukan grade à untuk menentukan terapi
I II III IV
EBL = Estimated Blood 750 750 – 1500 1500 – 2000 > 2000
Loss (cc)
EBL terhadap EBV 15 % 15 – 30 % 30 – 40 % > 40 %
Nadi < 100 100 – 120 120 – 140 > 140
Tensi Normal Normal Turun Turun
Produksi urine cc/jam > 30 15 – 30 5 – 15 <5

RR
Kualitas kesadaran

➢ Terapi
• Hentikan on going bleeding à bebat tekan,
PASG (pneumatic anti shock garment), ligasi
hecting
• IV line 2 jalur
- Pilihan pertama vena perifer dulu (dorsum
manus, antebrachii, vena mediana cubiti, v.
dorsum pedis)
- Bila tidak bisa lakukan venous cutdown
(venous section) à pada vena saphena
magna (di dekat maleolus medialis)
- Bila tidak bisa, pasang CVC (central venous
catether)
- Alternatif lain pada anak < 6 tahun à
interosseus tibia (pada tuberositas tibia,
bagian proksimal, hanya sementara karena
bisa menyebabkan osteomyelitis dan trauma
EGP)
• Pasang kateter, untuk memonitor produksi urine
• Pasang monitor TTV, untuk melihat tekanan
darah, nadi, RR.
• Resusitasi dengan prinsip:
- Grade I & II ​à RL sebanyak 3 – 4 x EBL
- Grade III & IV ​à RL sebanyak 3 – 4 x
EBL + x
- Menghitung kebutuhan cairan sesuai volume
darah yang hilang:
3 sampai 4 x % EBL x (70 x BB)
• Atau, drip cepat kristaloid (biasanya RL, bisa
NS 0,9%) 2000 cc, bisa diulang 2 kali apabila
respon kurang memuaskan
➢ Monitor
• Tensi ​ ​: target MAP 65 – 70
• Nadi, RR, suhu ​: sesuai rentang normal
masing-masing
• Urine Output ​: target dewasa > 0,5
cc/kgBB/jam, anak > 1 cc/kgBB/jam
• Akral ​ ​: hangat, kering
• CRT ​ ​: < 2 detik
d. Disability
➢ Evaluasi GCS
➢ Evaluasi pupil ​: isokhor, ukuran D et S,
refleks pupil
e. Exposure
➢ Membuka seluruh pakaian dan evaluasi
permukaan tubuh dari ancaman jiwa
➢ Mencegah hipotermi dengan memakaikan
selimut
➢ Memastikan pasien di tempat aman
➢ Singkirkan benda-benda yang berbahaya dari
lingkungan pasien
4. Adjunct to Primary Survei à tambahan pemeriksaan
penunjang
a. Lab à DL, faal hemostatis, faal hepar, faal ginjal,
elektrolit, GDS, BGA
b. Radiologi à sesuai kecurigaan
➢ X-ray SCTP (Skull, Cervical, Thorax, Pelvis) AP /
Lateral
➢ FAST (Focused Abdomen Sonography for
Trauma) à USG yang dilakukan pada kasus TTA
(trauma tumpul abdomen] yang curiga
➢ DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
c. EKG
d. NGT (diagnosis + terapi)
5. Secondary Survei (AMPLE) à yang dilakukan adalah
anamnesis, log-roll, pemeriksaan head to toe
a. Allergy
b. Medication
c. Past Medical History
d. Last Meal
e. Event / MOI (Mechanism of injury)
G. FRAKTUR & DISLOKASI
1. Definisi
a. Fraktur ​: hilangnya kontinuitas tulang, kartilago,
sendi, dan epifisial growth plate
b. Dislokasi ​: perpindahan permukaan sendi
seluruhnya, sehingga tidak ada bagian yang kontak
c. Subluksasi ​: perpindahan permukaan sendi
sebagian, sehingga masih ada bagian yang kontak
2. Klasifikasi fraktur
a. Berdasarkan mekanisme dan garis fraktur
➢ Rotasi ​ ​ ​à fraktur spiral
➢ Kompresi (ketekan) ​à fr oblik
➢ Tension (ketarik) ​à fr transversal
➢ Bending ​ ​à fr butterfly (ada sisi
transversal, ada sisi segitiga)
➢ Fr kominutif (banyak garis fraktur dalam satu
regio)
➢ Fr segmental (banyak garis fraktur > 1 regio,
sehingga membagi tulang jadi beberapa segmen)
b. Berdasarkan kontak dengan dunia luar
➢ Closed Fracture (CF)
• Ekstremitas bawah, grading à Tscherne
Ekstremitas atas tidak memakai grading
-0 ​: fraktur sederhana tanpa / sedikit
kerusakan soft tissue
-1 ​: fraktur + luka memar pada kulit
-2 ​: fraktur + memar + swelling
-3 ​: fraktur + memar + swelling + ancaman
sindroma kompartemen

➢ Open Fracture (OF)


• Ekstremitas bawah, grading à Gustillo &
Anderson
Ekstremitas atas tidak memakai grading
-I ​: laserasi < 1 cm, luka terbuka tidak
berarti, kontaminasi (-), tipe fraktur spiral dan
transversal
- II ​: laserasi > 1 cm, luka terbuka,
kontaminasi (+), tipe fraktur kominutif
- III ​: luka hebat, kontaminasi (+++), tipe
fraktur kominutif berat
♦ IIIA ​: soft tissue masih menutupi tulang
♦ IIIB ​: periosteal stripping
♦ IIIC ​: lesi vaskuler (+)
c. Berdasarkan pergeseran
➢ Fracture Dislocation (displacement)
• Angulasi (varus, valgus, anterior, posterior)
• Rotasi
• Shortening
• Translation à berpindah
Elongasi tidak mungkin karena saat fraktur,
otot otomatis akan kontraksi
➢ Nondisplaced
3. Diagnosis Fraktur (dilakukan setelah primary survei)
a. Subjektif
➢ Riwayat trauma (+) à tanyakan MOI
➢ Tulang putus
➢ Nyeri
➢ Bengkak, memar, berdarah
➢ Gangguan fungsi
b. Objektif (LFM)
➢ Look
• Luka (vulnus), deskripsikan (syarat luka harus
bersih dari darah):
- Jenis luka
♦ V. ekskoriatum ​: luka lecet (erosi
epidermis tanpa titik perdarahan)
♦ V. abrassum ​: luka babras (luka
superfisial + bintik perdarahan)
♦ V. contusium ​: luka memar
(perdarahan superfisial tertutup)
♦ V. apertum ​ ​: luka terbuka
♦ V. punctum/ictum ​: luka tusuk
(kedalaman > lebar)
♦ V. laceratum ​: luka robek (kedalaman
< lebar, tepi ireguler)
♦ V. scissum ​: luka sayat (benda tajam,
tepi rata)
♦ V. incissum ​: luka insisi operasi
♦ V. caesum ​ ​: luka tajam + tumpul
♦ V. sclopetorum ​: luka tembak
♦ V. combustio ​: luka bakar
♦ V. morsum ​ ​: luka gigitan (misal
pada gigitan ular)
♦ Degloving ​ ​: pemisahan fascia
dengan otot
- Lokasi (regio)
- Jumlah
- Ukuran (dimensi)
- Tepi luka (rata / tidak)
- Kontaminan
- Adakah bone exposed
- Adakah perdarahan
Contoh: didapatkan vulnus apertum regio
femur dextra 1/3 proksimal lateral, jumlah satu,
dengan ukuran 3 x 5 cm sedalam otot, tepi
ireguler, tanpa kontaminan, bone exposed,
maupun perdarahan aktif
• Swelling
• Warna kulit
• Hematom
• Deformitas
• Bone Exposed
➢ Feel (palpasi)
• Suhu
• Nyeri tekan
• NVD (neurovaskuler distal)
- Palpasi pulsasi arteri bagian distal dari jejas
- Tes motorik dan sensorik bagian distal dari
jejas
- Bila ada, pasang pulse oxymetri
• Krepitasi à HANYA BOLEH DILAKUKAN SAAT
PEMBIDAIAN, mencari krepitasi adalah
kriminal (first, do no harm)
➢ Movement
• Memeriksa MMT
• Memeriksa ROM (terbatas / tidak)
c. Assessment, contoh deskripsi fraktur:
➢ Open fracture 1/3 Distal Femur Dextra grade
IIIB
➢ Closed Fracture 1/3 middle shaft tibia Sinistra
grade 2
d. Planning
• Diagnosis
- Radiologi
o X-ray AP/Lateral/oblik sesuai regio
o CT-scan kepala + bone window,
o Arteriografi untuk lesi vaskuler
• Terapi (4R)
- Recognition à mengenali masalah dan
tindakan yang perlu
- Reduction à mengembalikan ke posisi
seanatomis mungkin
♦ Reduksi tertutup
♦ Reduksi terbuka (OR) à fraktur terbuka atau
tidak stabil, fraktur sendi, reduksi tertutup
tidak memungkinkan, kerusakan
neurovaskuler
- Retention à mempertahankan posisi
♦ Pembidaian
o Tujuan: imobilisasi untuk menghindari
trauma tambahan dan rasa sakit pasien
o Prinsip
(1) Luka terbuka harus dirawat dulu. Luka
terbuka ditutup dengan kasa steril.

Tulang yang terekpos tidak boleh


dimasukkan sembarangan.
(2) Bidai melewati 2 sendi proksimal dan
distal dari trauma
(3) Bidai 3 sisi (lateral, medial, posterior),
sisi yang empuk menghadap ke dalam
(4) Ikat setidaknya di 3 tempat dengan
jarak yang sama, dengan ikatan tali
sepatu, simpul di sisi lateral, tapi jangan
dibebat seperti mumi karena bisa bikin
kompartemen sindrome
(5) Evaluasi NVD sebelum dan sesudah
bidai dipasang, ekstremitas kanan dan
kiri
♦ Traksi
o Menarik sesuai sumbu anatomi, untuk
menghindari kontraktur dan kompresi
o Macam:
■ Skin traction ​: menarik tulang dari
luar kulit, biasanya pada anak-anak,
berat beban 1/7 BB maksimal 5 kg, lebih
dari itu bikin degloving
■ Skeletal traction: menarik dari dalam
tulang, tidak disarankan untuk anak-
anak
♦ Gips / Cast splint
♦ Brace à digunakan 3 – 6 minggu setelah
tulang mengalami union (sesuai Perkin’s
Time Table), sendi lebih fungsional sehingga
bisa dipakai untuk aktivitas terbatas
♦ Fiksasi Internal (IF = internal fixation, ORIF =
open reduction + internal fixation), dengan
menggunakan plate and screw (P – S),
intermedullary screw, wire
♦ Fiksasi Eksternal dengan menggunakan
sekrup di luar kulit. Digunakan pada kasus
yang harus rawat luka terbuka, fraktur
daerah sendi, fraktur berat, malunion
- Rehabilitation à mengembalikan ke fungsi

sefisiologis mungkin
4. Sindroma kompartemen
a. Adalah peningkatan tekanan intersitial pada
ruangan osteofasial yang tertutup
b. Sign & Simptom 5P (pain, pallor, pulseless,
parestesia, paralisis)
c. Manajemen à dekompresi segera (lepas semua
benda yang melingkari) à fasiotomi bila beda
tekanan diastol dan kompartemen > 30 mmHg,
atau ada > 3 dari 5P
6. Radiologi
a. Syarat rule of two:
o views (AP + lateral),
o joints yang terlibat,
o limbs (D et S)
o injuries (dua lokasi/regio)
o events (dua waktu)
b. Cara baca:
- identitas, jenis foto, tempat periksa, tanggal, jam,
marker R/L, kelayakan baca
-A ​: allignment (posisi tulang dan sendi
terhadap sumbu normal) – slightly angulated
-B ​: bone (densitas osteolitik / osteoblastik,
deformitas, fracture line),
bila ada fracture line, deskripsikan:
o Site / lokasi fraktur à 1/3 proximal tibia (D)
o Extension / keterlibatan struktur sekitar à (-)
o Configuration / jenis fraktur à spiral
o Relation in-between / hubungan fraktur à
angulation displacement
Contoh: didapatkan garis fraktur spiral,
displaced angulation di 1/3 proksimal tibia,
tanpa keterlibatan struktur sekitar
-C ​: cartilage
-S ​: soft tissue
Closed fracture tibial plateu D grade II

5. Perkins Time Table


a. Hematom, inflamasi à proliferasi sel terbentuk
kalus à union à konsolidasi à remodelling
b. 3 minggu ​= union dari fraktur spiral esktremitas
atas
6 minggu ​= konsolidasi fraktur spiral
ekstremitas atas
Ekstremitas bawah 2 kali lipat lebih lama
Tambahkan 25% pada jenis fraktur selain spiral,
transversal dikalikan 2
H. KASUS TRAUMA
1. Laki-laki 14 tahun, kecelakaan. Pasien mengeluh
nyeri dan luka pada tungkai bawah kanan, pingsan (-
), nyeri (-), nyeri pada paha dan lutut kanan,
menggerakkan lutut kanan tidak bisa karena nyeri.
Tidak ada jejas dan cidera lain

• Karena primary survei sudah dalam kondisi stabil maka


akan dilanjutkan ke secondary survei
- Exposure à JANGAN LUPA LOG-ROLL untuk tahu
wound di posterior
- Adjunct to ​: USG FAST, XRAY (servikal, thorax,
pelvis) à KALO MISAL GA DITANYA GAUSAH
BILANG
• Kalo misal disuruh secondary ya AMPLE tanyakan

• Anamnesis
- Perkenalkan diri
- Nama, Alamat, Usia, Status, Pekerjaan
- Jatuhnya kapan? Di mana? Tempat kotor/bersih?
Bagaimana jatuhnya
• Pemeriksaan Fisik à SELALU KANAN DAN KIRI
- Look ​ ​: closed (Swelling, deformity, contusio),
open (wound, bone exposed)
- Feel ​ ​: tenderness, NV distal
➢ Ekstremitas bawah
■ Arteri
o a. Dorsalis pedis (di antara extensor halucis
dan extensor digitorum 2)
o a. Tibialis posterior (posterosuperior dari

maleolus medianus)
o kalau lesi di femur a. Poplitea
■ Nervus
o Motoris
♦ N. Peroneus superfisialis ​: eversi
♦ N. Peroneus profundus ​: dorsofleksi
(ekstensor)
♦ N. Tibialis ​ ​ ​: plantarfleksi (flexor)
o Sensoris
♦ Raba, tusuk, suhu
➢ Ekstremitas atas
- Movement
➢ Coba angkat kaki, dan tekuk
➢ Pada pasien didapatkan ROM aktif terbatas pada
saat dorsofleksi sudut ...,
• Diagnosis awal à SUSPEK closed fraktur humer
• Pemeriksaan Radiologi à AP Lateral gausah
kontralateral, baca!
- Layak baca à bisa dibedakan soft tissue dan tulang, 2
joint, 2 position
• Diagnosis kerja à closed fracture right radial ulna 1/3
proximal
• Planning:
- Fiksasi dengan BIDAI à sementara
- Rujuk ke ortopedi untuk dapat terapi definitif
Siapkan anatomical length, apparent, true
UNTUK BIDAI SISAKAN 4 menit
DEPARTEMEN BEDAH ANAK
A. RESUSITASI CAIRAN
1. Fisiologi cairan
a. Komposisi cairan neonatus 75 – 80% BB, dewasa
60 – 65% BB
b. Bayi baru lahir kehilangan cairan melalui:
➢ Air seni
➢ Feses
➢ Insensible water loss = IWL (evaporasi lewat kulit
dan pernapasan)
• Bayi aterm ​ ​= 1 ml/kgBB/jam
• Bayi preterm ​= 3 ml/kgBB/jam
Meningkat pada kondisi demam, sesak,
fototerapi, inkubasi
c. EBV (estimated blood volume)
➢ Bayi aterm 90 cc/kgBB
➢ Bayi preterm 100 cc/kgBB
➢ Anak 80 cc/kgBB
➢ Dewasa 70 cc/kgBB
2. Dehidrasi
Ringan Sedang Berat
Estimasi kehilangan 3 – 5% 6 – 9% > 10%
cairan
Kebutuhan 6% 8% 10%
resusitasi
Kesadaran Compos mentis Drowsiness Drowsiness, lemah,
Ingin minum Sangat haus tak bereaksi
Fontanella Normal Cekung Sangat cekung
Sunken eyes Mata cowong
Mukosa Basah Kering Sangat kering
Pulsasi Normal Cepat, lemah Cepat, sangat
lemah
Napas Normal Cepat dalam Cepat dalam
CRT < 2 detik 2 – 4 detik > 4 detik
Tekanan Darah Normal Normal HIpotensi
3. Tujuan resusitasi
a. Menjaga sirkulasi efektif
b. Agar perfusi organ primer (otak, jantung) tidak
terganggu
c. Mengatasi dehidrasi
4. Macam resusitasi
a. Medical resuscitation à dengan cairan kristaloid,
koloid, atau komponen darah
b. Surgical resuscitation à apabila medical tidak
memungkinkan
5. Yang harus diperhatikan:
a. Jenis cairan
➢ Rehidrasi ​: isotonik / hipertonik
➢ Maintenance ​: hipotonik (D5NS, D10NS)
b. Jumlah cairan
➢ Resusitasi I ​: 20 ml/kgBB à dapat diulang
jika klinis tidak membaik
➢ Maintenance ​: sesuai dengan hitung-
hitungan estimasi defisit cairan (EDC)
c. Kecepatan pemberian
➢ Resusitasi I ​: 20 – 30 menit
➢ Maintenance ​: 8 jam pertama menghabiskan
50% dari EDC, 16 jam kedua menghabiskan 50%
sisanya
d. Dipertahankan sampai kapan
6. Maintenance = kebutuhan cairan normal + defisit
a. Holiday Segar, kebutuhan pada kondisi normal
Per 24 jam Per jam Misal, BB pasien 25 kg à
pecah jadi 10 kg + 10 kg + 5 kg
10 kg pertama x 100 cc x 4 cc 1000 cc/hari 40 cc/jam
10 kg kedua x 50 cc x 2 cc 500 cc/hari 20 cc/jam
kg sisanya, x 20 cc x 1 cc 100 cc/hari 5 cc/jam
apabila BB > 20
kg
Jumlahkan 1600 cc/hari 65 cc/jam =
1560 cc/hari
n.b.:
Apabila pasien BB-nya 13 kg à (100 x 10 kg) + (50
x 3 kg)
Apabila pasien BB-nya 3 kg à (100 x 3 kg)
7. Aplikasi
Bayi laki-laki / 3.000 gram / 2 hari dengan dehidrasi
sedang (8%)
• Kebutuhan resusitasi ​= 8% x 3.000 gram = 240
cc dalam 24 jam dengan RL
• Kebutuhan maintenance ​= 100 x 3 = 300 cc
dalam 24 jam dengan D10½NS
Alur resusitasinya adalah sbb:
Alur resusitasinya adalah sbb:

8. Restriksi cairan atau memperpanjang resusitasi


menjadi > 1 jam, dilakukan pada:
a. Kelainan jantung bawaan
b. Edema paru
c. Kelainan ginjal (nefrotik sindrome)
d. Hiperesponsif pada pasien normal (pasien sesak
dalam beberapa menit setelah resusitasi)
B. OBSTRUKSI – INTUSUSEPSI

obstruksi
(dibatasi
ligamentum
treitz)
letak tinggi letak rendah
(muntah) (kembung)

atresia ani -> hirschsprung


billous non-billous tanyakan disease
VACTERL*)
atresia malrotasi with fistule delayed
intralumen ekstralumen (rectovestibular w/out fistule meconeal >
esofagus gaster
cewek, 24 jam; 5
rectouretra hari
atresia melibatkan cowok) meconeal
ampula pankreas with fistule w/out fistule
duodenum belum bersih
vateri
hypertropy atresia
pyloric duodenum
stenosis

• VACTERL à bila ada kelainan kongenital, curigalah


bahwa organ lain juga defek / anomali:
- Vertebral
- Anorectal (atresia)
- Cardiac
- Tracheo-(esophagus fistule)
- Esophagus (atresia)
- Renal
- Limb

ANAMNESIS
Memperkenalkan diri, sapa,
empati
Informed consent
Identitas pasien Nama, Usia, Alamat

Berat Badan
Keluhan utama What
(OLDCHART / 5W + 1H) How
• CHaracteristic
When
• Onset
• Duration
• Timing
• Aggravating / Allievating
Where
• Location
• Radiation
Why
• Risk factor & etiology (CINTO)
Riwayat prenatal - Hamil ke berapa (misal: P2002Ab000)
- Usia ibu saat hamil
- Riwayat ANC
- Gangguan saat hamil
- Konsumsi obat
Riwayat natal • Lahir di mana
• Ditolong siapa
• Normal / SC
I : L / 2.700 kg / sptB / at / • Preterm / aterm / postterm
bidan
• Kondisi ketuban, warna, banyak
II : P / 3.400 kg / SC / post /
obg • Berat badan lahir
• APGAR score
• Riwayat hipoksia arna kulit bayi saat lahir
Riwayat postnatal - Bayi langsung menangis / tidak
- Bergerak aktif / tidak
- Keluar dengan BAB / tidak
- Saat minum ASI biru / tidak
- Keluar BAB kapan
Riwayat keluarga Adakah kelainan serupa?
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis • KU & GCS
• TTV
• Kepala Leher à anemis? ikterik? Sunken eyes?
• Thorax
• Abdomen à tanda obstruksi (distensi, rounded, warna
mengilat, BU (+) meningkat, metalic sound, nyeri
tekan +/-)
• Ekstremitas à cari tanda dehidrasi lain, turgor kulit,
CRT
Status Lokalis Evaluasi anus +/- Rectal Tussae dengan jari kelingking
• Red current jelly stool à adanya kompresi vena, saat
usus mengalami hipermotilitas, clot darah akan keluar
bersama feses
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Atresia Ani • Babygram à foto X-ray AP full body, untuk menentukan
letak obstruksi
• Cross table lateral / knee chest position à bayi dalam
posisi pronasi, pelvis elevasi (seperti sujud), untuk
melihat udara yang paling distal pada rektum.
Kelihatan pada anorectal malformation tanpa fistula,
udara akan naik ke tempat yang paling tinggi, dapat
diukur jarak antara perineum dengan udara distal
tersebut (> 1 cm / < 1 cm) untuk menentukan
tindakan
Hirschsprung • BOF à lihat tanda obstruksi (herring bone posisi, step
ladder sign)
• Laterolateral
• Barium enema hirschsprung technique à pembesaran
segmen aganglionik
Intususepsi • USG à doughnut sign (potongan probe melintang),
saussage sign (potongan probe membujur)
• BOF atau barium enema à letak obstruksi / sumbatan,
gambaran cupping & coil spring

Contoh kasus
Seorang bayi laki-laki usia 6 bulan, 9 kg, dibawa ibunya ke
IGD karena muntah sejak kemarin. Riwayat diare 3 hari
SMRS, BAB darah ada lendir (+), perut kembung 2 hari
SMRS
Pemeriksaan fisik:
Bayi merintih, kehausan, bibir kering, dan ubun-ubun
cekung, nadi 180 bpm teraba lemah, suhu 35 C, BAK 1 0

kali, BAB (+) dengan red current jelly stool


1) Anamnesis tambahan, sesuai tabel
2) Usul pemeriksaan penunjang
➢ Lab ​ ​: DL, SE, BGA, feses lengkap
➢ Radiologi ​:
• USG abdomen (doughnut sign / target sign,
saussage sign),
• foto BOF (step ladder, herring bone)
3) Diagnosis: low level bowel obstruction dt susp
invagination dengan dehidrasi berat (/sedang?)
4) Diagnosis banding
➢ Disenteri basiler à diare berdarah, tennesmus
➢ Volvulus
➢ Hernia interna
➢ Meckel divertikulum
➢ Prolaps recti à pada RT ada segmen usus yang
kolaps
5) Penatalaksanaan awal
a) Oksigenasi
b) Pasang IV line 2
c) Shock position
d) Resusitasi cairan sesuai derajat dehidrasi à kadang

disuruh menghitung
e) Dekompresi dengan OGT
f) Pasien puasa dulu
g) Kateter
h) Antibiotik broad spectrum à iv Amoxicillin 10
mg/kgBB
i) Pertahankan suhu tubuh
6) Edukasi dan Komunikasi, penatalaksanaan lanjutan
a) Diagnosis
Ibu, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang, saya mendiagnosis anak ibu dengan
sumbatan usus yang dikarenakan intususepsi. Artinya
usus yang sebelah atas masuk ke usus di bawahnya,
sehingga menyebabkan sumbatan. Hal ini seringkali
disebabkan karena perubahan makanan dari ASI
eksklusif menjadi makanan pendamping ASI.
b) Terapi
Selain itu anak ibu juga mengalami kembung
sehingga perlu puasa, dan dipasang selang lewat
mulut, lalu dehidrasi sedang / berat akibat muntah
dan diare sehingga perlu kami lakukan resusitasi
cairan dan pemasangan kateter. Untuk terapi
pastinya, saya akan merujuk ke dokter spesialis
bedah anak.
Kemungkinan akan dioperasi, membebaskan
sumbatan, dipotong jaringan yang mati, ataupun
dibuatkan jalur baru untuk BAB di perut, sehingga
perlu kami rujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih
memadai.
c) Komplikasi
Jika tidak segera dirujuk maka jaringan yang mati
akan semakin meluas, dan memperburuk kondisi
hingga dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang
berujung kematian
d) Prognosis
Kami akan usahakan dulu semaksimal mungkin, agar
anak ibu dapat tertangani dengan baik. Namun tidak
dapat menjamin keberhasilan terapinya sampai
100%, karena segala hasil ada di tangan Tuhan.
Apakah ada yang kurang jelas?

DEPARTEMEN BEDAH DIGESTIF


A. HEMORRHOID
Laki-laki, 66 tahun, keluar BAB darah selama 9 bulan
terakhir
a) Lakukan anamnesis
Salam, perkenalkan diri Perkenalkan saya DM Andrian yang hari ini akan
memeriksa bapak
Tanya identitas pasien Nama
Alamat
Usia
Status
Pekerjaan
Informed consent Saya akan tanya-tanya berkaitan dengan keluhan bapak.
singkat Tenang saja, semua rahasia akan saya jaga, pak. Apakah
bapak bersedia?
Keluhan Utama What à keluar BAB darah + - (What) apa yang
benjolan dari anus + nyeri? membuat bapak ke
• Onset à awalnya 9 bulan sini?
terakhir - (How) bisa diceritakan
• Lokasi à dari dalam atau luar bagaimana BAB
anus? darahnya? Warna,
• Durasi à keluhan berapa lama keluar saat apa?
Apakah ada
• Character benjolan?
- warna darah (merah segar / - (When) sejak kapan?
hitam) - (Where) kalau ada
- (Where) kalau ada
- darah keluar saat feses benjolan di mana?
keras Kalau ada nyeri di
- benjolan bisa keluar masuk mana? Menjalar
• Aggreviating/alleviating à keluar atau tidak
saat apa, masuk saat ngapain - (Why) benjolan keluar
• Radiating à ada nyeri menjalar saat apa? Masuk
• Timing saat apa?
Riwayat Penyakit • Apakah pernah menderita seperti ini sebelumnya?
Dahulu • HT? DM? riwayat MRS? Trauma?
• Peningkatan tekanan abdomen: riwayat batuk kronis?
Keluhan kencing?
Riwayat Pengobatan • Sebelum kemari pernah ke pengobatan apa?
• Obatnya apa? Warna, bentuk? Berapa kali sehari? Ada
keluhan setelah minum itu?
• Pernah alergi obat / makanan?
Riwayat Penyakit • Adakah di keluarga yang sakit demikian?
Keluarga • HT, DM, dll
Riwayat Sosial • Apakah pekerjaan mengharuskan duduk lama?
• Seberapa banyak minum sehari?
• Makanan apa yang biasa dikonsumsi?
• Apakah sering BAB tidak lancar?
• Change of bowel habit dalam > 6 minggu ada
perubahan kebiasaan BAB, diare konstipasi, frekuensi,
darah?
• Penurunan BB drastis?
Sistemik Apakah ada keluhan lain:
• Demam?
• Pusing?
• Mual muntah kembung?
• BAK?
Review • Merangkum hasil wawancara
• Menanyakan ada yang kurang / ditanyakan?
Pemeriksaan Fisik • Baik, untuk sementara saya menduga bapak terkena
hemorrhoid / wasir / ambeien, namun untuk diagnosis
lebih lanjut saya perlu melakukan pemeriksaan fisik
Status Generalis • KU, GCS
• Kepala, Leher
• Thorax
• Abdomen
• Ekstremitas
Status Lokalis Grade II, III, IV
• Inspeksi perineum dan anus
- Tampak nodul yang keluar dari dalam anus,
berwarna merah kehitaman, dapat dimasukkan
dengan jari / tidak
Grade I
• Valsava manouver
• Rectal tussae à untuk menyingkirkan DD
- TSA (+)
- Teraba nodul di mukosa rektum UBBJKLMN (ukuran,
bentuk, batas, jumlah, konsistensi, letak arah jam,
mobile, nyeri)
- Kolaps dari ampula rectum (-)
Pemeriksaan Penunjang • Umum
- DL à fokus ke anemia akibat perdarahan saluran
cerna bawah
- Feses Lengkap à melihat darah samar
• Hemorrhoid interna grade I atau curiga keganasan:
- Anoscopy
- Proctoscopy (rectum)
- Sigmoidescopy
Diagnosis • Hemorrhoid interna gr I: pembesaran pleksus hemoroid
tapi tidak prolaps ke luar, perdarahan akibat trauma
feses keras
• Hemorrhoid interna grade II: pembesaran pleksus
hemoroid, prolaps ke luar, dapat masuk sendiri
• Hemorrhoid interna grade III: pembesaran pleksus
hemoroid, prolaps ke luar, tidak dapat masuk sendiri,
dapat dimasukkan dengan jari
• Hemorrhoid interna grade IV: pembesaran pleksus
hemoroid, prolaps ke luar, tidak dapat masuk sendiri,
tidak dapat dimasukkan dengan jari à dapat terjadi
trombus
• Hemorrhoid eksterna à pembesaran pleksus hemoroid
di luar rektum
Terapi • Nonfarmakologi
- Banyak minum air
- Banyak makan serat (buah, sayur)

- Kurangi duduk à banyakin olahraga


- Jangan biasa menahan BAB
• Farmakologis:
- Vegeta (suplemen serat)
- Bisacodyl / DulcolaxTM 2 x 5 mg supp. (pencahar)
- Ardium 2 x 500 mg (golongan bioflavonoid, ),
♦ Isinya Hidrosmin, hidriosmin à cara kerja
venaskleroting agent
- Simtomatis antinyeri kaltofren supp.
• Operatif:
- Hemoroidektomi pada grade III dan IV
- Hemoroidektomi pada grade I dan II yang nyeri atau
ada komplikasi lain

A. APENDISITIS AKUT

DEPARTEMEN ONKOLOGI
A. TIROID
Salam, memperkenalkan diri
Identitas pasien Nama
Usia
Alamat
Status
Pekerjaan
Informed consent Saya akan menanyakan beberapa hal terkait keluhan
yang ibu rasakan. Lalu nanti juga saya akan
memeriksa ibu untuk menegakkan diagnosis. Tenang
saja, privasi ibu akan saya jaga. Apakah bersedia?
Keluhan utama Benjolan
O: sejak kapan? Membesar tiba-tiba / pelan
L: di mana? Di kanan saja/kiri kanan
D: ada nyeri? Nyerinya terus-terusan?
Ch: nyerinya seperti apa?
A: keluhan memburuk/membaik saat apa?
R: ada di tempat lain? Nyeri menjalar?
T: gejalanya
RPS + review of system • Pusing?
• Deg degan
• Sering berkeringat
• Badan kurus drastis
• Tremor?
• Nyeri telan
• Serak
• Sesak? Batuk?
• Nyeri perut?
• BAB BAK?
RPD Dulu pernah seperti ini?
Ada tumor?
HT, DM, penyakit lain?
RPK Keluarga ada yang sakit demikian?
Tetangga?
R Sosial Pekerjaan?
Suka makan garam? Beryodium?
Pemeriksaan Fisik Baik, saya lanjutkan ke pemeriksaan fisik, ibu silakan
duduk
Cuci tangan!!!
Inspeksi • Nodul yang terlihat
• Simetrisitas nodul
• Warna kulit
• Venektasi
• Ulkus
• Menelan ludah!!!
Palpasi • Nodul à UBBJKLMN
• KGB submental sampai

B. CA MAMMA
Salam, perkenalkan diri Selamat siang bu, perkenalkan saya DM Andrian
yang jaga hari ini
Identitas Pasien Nama
Alamat
Usia
Status
Pekerjaan
Informed Consent Saya akan menanyakan beberapa hal terkait
penyakit ibu. Tenang saja, rahasia ibu akan saya
jaga. Apakah bersedia?
Keluhan Utama What?
O à sejak kapan? tiba-tiba?
L à lokasi di mana saja?
D à durasi saat terjadi keluhan?
C à karakter nyeri ditusuk, benjolan membesar
cepat disertai borok / pecah?
A à aggravating allievating
R à nyeri menjalar? Benjolan bertambah di tempat
lain?
T à saat kapan gejala muncul
Riwayat Penyakit Sekarang • Demam
+ review of system (untuk • Pusing
kecurigaan metastase) à • Batuk, Sesak
tanyakan OLDCHART juga • Dada berdebar
• Nyeri perut
• Nyeri pinggang
• BAK
• BAB
• Nyeri sendi tangan kaki
• Bengkak
Riwayat Penyakit Dahulu HT, DM, tumor di tempat lain, MRS
Riwayat Keluarga Apakah ada keluarga yang menderita tumor
serupa / kanker lain?
Riwayat Sosial • Pekerjaan
• Menikah, berapa kali?
• Anak berapa?
Riwayat Obstetri & - Menarke usia?
Ginekologi - Menopause usia?
- Anak terakhir usia?
- Riwayat menyusui? Masih aktif? Hingga usia
berapa?
- KB? Terapi hormonal?
Review Rangkum kembali isi wawancara + tanyakan bila
ada tambahan / pertanyaan
Pemeriksaan Fisik
Informed Consent • Baik, untuk keperluan diagnosis, saya akan
melakukan pemeriksaan fisik.
• Ibu tenang saja, saya akan bertindak
seprofesional mungkin dengan ditemani oleh
asisten, dan kami akan menjaga privasi ibu.
Apakah bersedia?
Cuci tangan
Persiapan pasien • Silakan duduk di bed
• Minta tolong bajunya untuk dibuka
Inspeksi • Simetrisitas
• Benjolan yang terlihat
• Warna kulit
• Retraksi, ulkus
• Venektasi
• Discharge dari puting
• Pasien tarik napas, angkat tangannya tinggi-
tinggi, dan kacak pinggang à lihat mobilitas
tumor terhadap dinding dada
Palpasi Mammae (lokal) - Ibu silakan berbaring di bed, tangannya ditekuk
ke atas dijadikan bantal, saya akan memeriksa
payudaranya
- Dengan teknik sirkuler dari medial ke lateral /
longitudinal sejajar atas ke bawah / konvergen
dari lateral ke medial à cari tumor à
UBBJKLMN
• Ukuran
• Bentuk
• Batas
• Jumlah
• Konsistensi
• Lokasi
• Mobilitas
• Nyeri tekan
Palpasi KGB (regional) • Silakan duduk lagi bu, saya akan memeriksa
kelenjar getah bening
• Tangan kanan pasien ditopang oleh tangan
kanan pemeriksa, tangan kiri pemeriksa
melakukan palpasi, dan vice versa.
• Lokasi:
- Aksila
♦ Sentral
♦ Lateral
♦ Pektoral (medial)
♦ Subklavikular (atas)
♦ Infraklavikular (bawah)
- Mamaria interna
- Supraklavikula

1. Staging Ca Mamma
a. Klasifikasi TNM
Tx Tumor primer tidak dapat ???
dievaluasi
T0 Tidak ada tumor primer
Tis Karsinoma insitu
T1 Diameter terbesar < 2 cm
T2 Diameter terbesar 2 – 5 cm
T3 Diameter terbesar > 5 cm
T4 Ukuran berapa pun, tapi
sudah ada ekstensi
• T4a Ekstensi ke dinding dada Ketika dipalpasi lengket
kecuali m. Pectoralis ke dinding dada, mobilitas
mayor dan minor (-)
• T4b Ekstensi ke kulit Peau d’orange, ulserasi
• T4c Ekstensi ke dinding dada +
kulit
• T4d Inflamatory carsinoma Ada tanda inflamasi

Nx KGB regional tidak dapat Misalnya sudah pernah


dievaluasi diambil sebelumnya
N0 Tidak ada keterlibatan /
metastasis KGB regional
N1 Keterlibatan KGB aksila
ipsilateral, mobile
N2 Keterlibatan KGB aksila
ipsilateral, fixed
N3
• N3a KGB Aksila infraklavikula
ipsilateral
• N3b KGB Mamaria interna
ipsilateral
• N3c KGB Supraklavikuler

Mx Metastasis masih belum Belum ada pemeriksaan


bisa dipastikan penunjang untuk
memastikan metastasis
M0 Tidak didapatkan
metastasis
M1 Ada metastasis HARUS DITULIS
METASTASE KE MANA,
(vertebrae, mamma
kontralateral, tulang, paru,
hepar, otak)

b. Stadium, biar mudah dihapalin aku tulis yang


menjadi pembeda
•0 ​: Tis ​N0 M0
•1 ​: T1 ​N0 M0
• IIA ​: ​N1, atau ​T2 tapi N0
• IIB ​: ​ ​ ​T2 tapi N1, atau ​T3 N0
• IIIA ​: ​ ​ ​T<3 ​N2, atau ​T3
N>0
• IIIB ​: T4 N<3
• IIIC ​: N3
• IV ​: M1
2. Pemeriksaan Penunjang
a. USG payudara kontralateral karena yang
ipsilateral sudah jelas
+ Mammografi à apabila tumor < 3 cm, atau usia >
35 tahun
b. USG axilla D et S à untuk melihat keterlibatan KGB
c. X-ray Thorax AP à untuk melihat metastasis ke
paru
d. USG abdomen / hepar à melihat metastasis ke
hepar
e. Pemeriksaan sitologi FNAB à bukan gold standard,
hati-hati bisa menambah staging karena kontak
dengan kulit. Kalau memang perlu mending
langsung core biopsi yang sudah gold standard.
f. Pemeriksaan histoPA (GOLD STANDARD) à kirim
ke PA untuk dites imunohistokomia à menentukan
terapi
Sampel bisa diambil dengan salah satu dari:
• Core biopsi ​à jarum besar, keluarnya kaya
mie, sampel berupa jaringan
• Eksisi biopsi ​à tumor ukuran < 3 cm
• Insisi biopsi ​à tumor > 3 cm
• Spesimen masektomi + KGB (sekalian di
masektomi sekalian diperiksa)
g. Pemeriksaan imunohistokimia
• ER (estrogen receptor) (+) à terapi hormonal
inhibitor (misal: Tamoxifen, Femara / Letrozol)
• PR (progesteron receptor) (+) à terapi hormonal
inhibitor
• HER-2 (+) à terapi targetting cells (Trastuzumab,
Lapatinib, Bevacizumab)
h. Pemeriksaan Lab
• DL
• OT/PT
• Ur/Cr

3. Stadium IIIA ke atas à terapi neoadjuvant (kemoterapi


sebelum dilakukan operasi) sampai jadi minimal
stadium IIB, atau ke bawah, baru dilakukan insisi /
eksisi biopsi
4. MRM ​: stadium IIIA boleh, atau IIIB dengan
neoadjuvant
5. Terapi
a. Masektomi
➢ Simpel ​ ​:
• BCS
• BCT ​: proporsi payudara masih besar
dibanding tumor, ada fasilitas PA dan
radioterapi,
➢ Radikal ​: mengangkat KGB, ganas yang tidak
bisa dilakukan simpel
• MRM (modified) à menyisakan, mulai T4a ke
atas tidak boleh

b.
6. Indikasi radioterapi pasca MRM:
• N1
• Stadium III
• Stadium IV
• Batas kedalaman sayatan MRM menyisakan jarak <
1 cm dari dinding dada

CONTOH KASUS
1. Subjektif
a. Wanita, 45 tahun, ...
2. Objektif
3. Assessment
Tumor mamma S suspek ganas T N M4b 2 x

4. KIE
a. Dari hasil pemeriksaan saya, ibu menderita tumor
yang kemungkinan ganas, sehingga perlu kami
lakukan pemeriksaan penunjang berupa
➢ Diagnostic à open biopsy
➢ Staging à DL, OT/PT, Ur/Cr, Thorax, USG
mammae kontralateral, USG axilla, USG liver
(Paru, liver; kalo tiroid paru)
b. Kemungkinan besar akan dilakukan neoadjuvant
dulu sampai mengecil baru diangkat, kemudian
nantinya juga perlu diradioterapi.
➢ Kemoterapi terapeutik
• Neoadjuvant à untuk down sizing, down staging
à MRM (diambil dengan free margin 2 cm
preservasi m. Pectoralis minor, a/v
torakodorsalis, n. Torakalis longus
• Adjuvant
➢ Kemoterapi paliatif à untuk yang M1
DEPARTEMEN BEDAH PLASTIK
A. COMBUSTIO
1. Primary survei singkat
• A: airway paten, dengan cervical spine stabil à
HATI-HATI pada kombus yang mengenai wajah dan
ledakan elpiji ruangan tertutup, curiga trauma
inhalasi à lakukan intubasi segera, sebelum
edema laring (golden period 30 – 45 menit pasca
trauma)
• B: spontan, RR 20 x/menit, reguler, simetris à
NRBM 10 lpm
• C: hemodinamik stabil à pasang IV line 2, ambil
sampel darah, DL, BGA, SE, tube (NGT, kateter),
D: GCS 456, pupil isokor 3 mm | 3mm
• Fokus ke E hitung-hitungan luas!
- Pasien ditelentangkan, dibuka seluruh pakaian
menggunakan gunting à nilai luas luka bakar
dengan rule of nine atau rule of palm
- Pasien dilog-roll à nilai luas luka bakar
p.s. ukuran luka bakar di soal selalu > 70%, jadi
terapi maksimalnya hingga sebatas luas 50% saja,
kecuali bila CVC sudah terpasang dan bisa
dimonitor barulah bisa gelontor cairan sesuai luas

luka bakar yang sesungguhnya


2. Rule of nine
3. Rule of palm à setiap luka bakar yang menyebar
seukuran telapak tangan bernilai 1%
4. Grade:
a. I ​: hiperemis, nyeri, bula (-)
b. II ​: bula (+), nyeri, hipersensitivitas
IIA ​: epidermis + dermis bagian atas
IIB ​: epidermis + dermis bagian tengah
c. III ​: kulit pucat, kaku, kering, tidak nyeri, luka
seluruh lapisan kulit bahkan bisa subkutis
5. Diagnosis
Luka bakar, grade IIA dan IIB luas 75% regio femur-
cruris D / S
(bisa ditambah ec ... dan dengan komorbid ...)
6. BAXTER
a. Dewasa ​: 4 x BB x luas (minimal 15%, maks
50%)
Anak ​: (2 x BB x luas) + Holiday Segar
b. Prinsip terapi cairan kristaloid : koloid 17 : 3
à setengah volume habis dalam 8 jam pertama,
à setengah volume habis dalam 16 jam kedua
(koloid dimasukkan 8 jam terakhir)
7. Terapi
a. Resusitasi cairan
b. Morfin
c. Antibiotik profilaksis kalo mau naik OK (cefazolin)
d. Planning à debridema (grade I II) + salep ,
eskarotomi (grade III)
e. Antitetanus
8. Jangan lupa MENCATAT DI REKAM MEDIK!!!
9. Adjunc to
a. Cervical AP lateral
b. Thorax AP
c. EKG
10. Trauma listrik
a. Grade minimal 3
b. Tentukan luka masuk luka keluar
c. Penanganan awal à eskarotomi
d. Pemeriksaan penunjang
e. trauma listrik (UL, EKG)
f.
11.
DEPARTEMEN BEDAH SARAF
A. PRIMARY SURVEY
Primary survei bener-bener dilakukan. Lihat primary
survei di departemen ortho.
Adjunct to primary survei yang penting pada trauma
kepala:
- Skull X-ray
- Cervical X-ray AP lateral
- Thorax X-ray AP
- Pelvic X-ray
- FAST USG
Pitfall:
• Airway à jangan lupa menstabilkan C-spine dengan
collar brace
• Disability à mengecek GCS harus dengan suara dulu,
tidak boleh disentuh supaya tidak rancu
• Di akhir sesi harus bilang MENULIS DI REKAM MEDIS
B. SECONDARY SURVEY
Dilakukan setelah primary survei dan adjunct to primary
survei terlaksana
Merupakan anamnesis ke penderita (autoanamnesis),
atau heteroanamnesis
1. A ​: allergy (obat dan makanan)
2. M ​: medication, (obat-obatan yang diminum
sebelumnya)
3. P ​: past medical illness, pregnancy
4. L ​: last meal
5. E ​: event at injury (kapan, di mana)
DEPARTEMEN BTKV
A. LESI VASKULER
Primary survei bener-bener dilakukan
1. Pastikan diri kita aman sebelum menolong (APD)
2. Primary survei pada pasien trauma, ABCD biasanya
aman, E status lokalis + cegah hipotermia
a. C à apabila ada syok à cari perdarahan eksternal
dulu baru internal (thorax, abdomen, pelvis, tulang

panjang, retroperitoneal)
b. Adjunctive paling penting foto X-ray
3. Secondary survei
a. Head to toe
4. Suspek lesi vaskuler apabila:
a. HARD sign ​: tanda pasti adanya vascular injury
➢ Absense pulse pada distal (bukan lemah, tapi tidak
ada, saturasi 0%)
➢ Audible bruit
➢ Palpable thrill pada proksimal (bising di atas tempat
injury)
➢ Active / pulsating bleeding (open wound)
➢ Expanding hematome (closed wound)
➢ Sign of limb ischemic (5P)
• Pulseless
• Parestesi
• Paralized
• Pale
• Pain
KALAU HARD SIGN (+) salah satu saja à langsung
naik OK eksplorasi
b. SOFT sign ​: tanda tidak pasti
➢ Ada injury yang dekat dengan vasa
➢ Pulsasi lemah (saturasi < 90%)
KALAU SOFT SIGN (+) à pastikan dulu diagnostiknya
dengan:
- arteriografi manual,
- CT angiografi,
- bila pasien sudah direncanakan explorasi sekalian
pas explorasi
KALAU SOFT SIGN (-) à
- bisa dianggap tidak ada
- atau cek modified ABI (yang cidera dibagi dengan
sistole yang tidak) < 9 à dianggap lesi vaskuler
5. Tipe lesi vaskuler
a. Tipe Laserasi
➢ simpel à dapat tertutup klot à hard sign proksimal
tidak muncul jelas
➢ inkomplet transection à terjadi bleeding
➢ komplet transection à muncul hard sign di distal
b. Tipe Oklusi
➢ Karena menyempit
➢ Etiologi:
• tekanan dari luar pembuluh (misal fragmen tulang
menekan),
• kontusio pembuluh darah
• spasme
c. Tipe melebar
➢ Pseuodaneurisma
➢ Aneurisma
d. Tipe intima
➢ Trombus karena luka intima (faktor ekstrinsik)
➢ HARD SIGN mungkin tidak muncul
➢ Jika trauma tajam à langsung sambung
➢ Trauma tumpul à luka intima à graft dari vena
saphena magna
6. Perdarahan eksternal
a. Bebat tekan à kasa banyak tempel langsung digulung
à kalo merembes terus pakai jari ditutup à klem, tapi
dapat merusak pembuluh darah, kalau tidak bisa
torniket saja
b. Torniket tidak boleh dilakukan kecuali jika ada indikasi
amputasi
B. LESI PAHA KIRI
Laki-laki 19 tahun, di pinggir jalan ke IGD terkena luka
pada paha kanan, nyeri berdarah, gelisah teriak-teriak
Sudah cervical collar, oksigen, infus à TETAP ABCDE

Primary survey
A ​: paten
B ​: 32x/menit à karena nyeri dan gelisah
C ​: T: 90/60, N: 120 x/menit, akral, à bebat tekan di
eksternal, pasang double IV line 2000 cc dalam 15
menit kristaloid, lalu koloid grojog
D ​: GCS, lateralisasi, pupil
E ​: luka terbuka di femur à cek AVN Distal

Adjunct to PS
• Xray cervical, thorax,
• FAST abdomen (cairan bebas intraabdomen dan
cavum thorax),
• Xray pelvis
• usul foto X-ray femur S à Open fracture femur S 1/3
tengah grade IIIC) à rujuk, analgesik, antibiotik,
antitetanus

Status lokalis
• Open wound ukuran ... sedalam ...
• Atau pakai Look, (false movement, lesi) Feel,
Movement
1. Arteri yang diperiksa
a. A. Poplitea à
b. A. Dorsalis pedis à
c. A. Tibialis posterior à

C. TRAUMA THORAX
Perempuan 27 tahun naik sepeda jatuh sendiri dada
terbentur stang
• APD
• Primary Survei
- A + cervical collar
i. jika GCS 456 à pasien suruh noleh kanan, kalau
tidak nyeri, palpasi, noleh kiri
ii. Jika GCS < 456 à dengan foto servikal
-B ​: 28x/menit, simetris, suara napas tambahan (-),
deviasi trakea, JVP tidak meningkat, perkusi dullness
kanan kiri, auskultasi suara napas menjauh
-
• Foto yang boleh saat primary survei à cervical, thorax,
pelvis,
-A ​: pergeseran trakhea
-B ​: dinding dada (fraktur costae), diafragma (tidak
dapat dievaluasi), parenkim paru (perselubungan,
mediastinum bergeser )
-C ​: widening mediastinum

Multiple fractur costae I – III D posterior (posterolateral /


lateral) + hemothorax kanan kiri
Terapi
• Pasang chest tube / thorax drain à pas primary survey

Hemopericardium à bisa menyebabkan tamponade atau


tidak (tamponade trias beck + : hipotensi, suara jantung
menjauh, JVP meningkat) à BIASANYA DIEKG low
voltage
• Jika trias beck (+) à pericardiocentesis pakai venflon
terbesar yang dipunyai tusuk di subscapula dengan
ujung tip scapula mengarah ke kiri à sampai ada darah
di aspirasi à pasang 3-way à drainase
Pasien ruptur aorta:
• Resusitasi cairan à HIPOTENSIF RESUSITASI (MAP
cukup untuk end distal organ, sistol 90 sudah cukup),
dikasi obat biar perdarahan tidak ongoing dan
diharapkan clot
• RUJUK

Diagnosis Obs TTT diberikan bila:


iii. Trauma tumpul thorax: trauma yang
menyebabkan patologi pada dinding dada dan
rongga dada (abrasi kulit, open wound kulit,
muskulus tidak termasuk)
• Jika ada jejas di dada
• Tidak ada jejas tetapi ada keluhan terkait dada (sesak,
nyeri dada)
• Tidak ada jejas tetapi mekanisme traumanya yang
kekuatannya besar (jatuh dari ketinggian 5 m, tertabrak
kereta api, sepeda motor tertabrak truk)
• Tidak ada jejas tetapi in between trauma (dada di antara
2 lokasi trauma yang signifikan, misal CKB dengan
trauma femur)
• Tidak ada jejas, tetapi pemeriksaan radiologi menunjang
ke trauma dada
Diagnosis Obs TTA juga sama, tinggal ganti dada ke perut
saja

Sindroma reperfusi
• Pasien tidak boleh hipoperfusi terlalu lama karena akan
terjadi anaerob metabolism yang menyebabkan adanya
asam laktat dan kerusakan sel. Kerusakan sel à debris
masuk ke vasa dan intersisial à ketika terjadi reperfusi
dari tim medis à debris digelontor ke arah organ à bikin
organ failure
Pada trauma thorax à paru tidak mengembang à oksigen
tidak masuk dengan sempurna à ventilasi dan difusi
osmosis di alveolus tidak maksimal à darah kotor ke paru
tidak bisa mendapat oksigen à hiperkarbia à hal ini tidak
bisa diterapi dengan oksigenasi, karena intake oksigen
normal. Maka kembangkan paru dulu
Kontusio paru: ada darah pada parenkim paru à difusi
osmosis terganggu à chest fisioterapi à darah dikeluarkan
Edema paru: ada cairan pada parenkim paru à restriksi
cairan intravena (euvolemik) à brokodilator +/- mukolitik,
diuresis à alveoli dan pembuluh darah akan kembali
berdekatan sehingga memungkinkan difusi osmosis

UJIAN BISMILLAH
1. PRIMARY SURVEI TRAUMA NS
• APD, tanpa tanya nama dan perkenalan
• A à evaluasi obstruksi jalan napas + hard collar brace
• B à I: gerak dada, jejas; PPA
• C à T, N, akral, CRT à pasang IV line terbesar, sampel
darah, NGT + kateter
• D à GCS, pupil isokor, refleks cahaya, lateralisasi
• E à logroll
• Manitol
• Adjunc to à kalo ditanyakan saja
• ISI REKAM MEDIS
2. PS TRAUMA TKV (vaskulernya) à bahasa inggris, Di
soal akan muncul = akral dingin
• APD
• A + cervical collar
•B
•C
•D
•E
• Adjunc to
• Secondary survei
- Anamnesis singkat
- Pemfis head to toe
- Lokalis à Gambaran kaki ada luka, akral dingin à
Susp. Ruptur arteri femoralis Cek pulsasi a.
Femoralis, a. Poplitea, tibialis posterior, dorsalis
pedis
• Dx awal: Open fracture 1/3 middle third femur S
susp ruptur arteri femoralis
• PDx à foto femur S AP lateral
• Dx akhir à open fracture 1/3 middle third femur S
grade IIIC
• KIE WAJIB
- Jadi pak ini bapak ada jejas pembuluh darah, harus
dioperasi
- Risiko kalau tidak dioperasi: amputasi
- Namun operasi belum tentu berjalan baik, tidak
menjanjikan 100%
• Usul ke Orto dan BTKV (BUKAN RUJUK karena RS
tipe B)
- Orto à reposisi à cek NVD à debridema + skin
traction à eksternal fixation
- BTKV à jika saturasi setelah reposisi 0 à eksplorasi
pembuluh darah pada luka
➢ Ruptur total a. Superfisial
➢ Jika ruptur gap > 5 cm à graft dari v. saphena
magna à anastomosis end to end
• Terapi
- Analgetik
- Antibiotik
- Antitetanus
• PENULISAN REKAM MEDIS

3. PS TRAUMA ORTO à
• APD
• A + cervical
•B
•C
•D
• E + log roll
• Karena primary survei clear, lanjut ke secondary suvey
•A
•M
•P
•L
•E
• Anamnesis singkat:
• Head to toe
•L ​: inspeksi
•F ​: tenderness NVD (arteri, nervus motorik, nervus
sensorik)
•M ​: ROM
• Dx awal ​: open fracture tibia fibula D derajat 3B
• Pem penunjang AP Lateral
• Dx akhir ​: open fraktur 1/3 proximal tibia D + open
fraktur 1/3 middle fibula D
• Tatalaksana ​:
- Bidai à definitif ke sejawat ortopedi
- Analgesik, antibiotik, antitetanus
• CATAT REKAM MEDIS
4. Hemorroid
Laki 62 th, ke IGD bejolan keluar masuk sejak 3 bulan
yll.
a. Jabat tangan
b. Sambil nyatat di rekam medis
c. Keluhan utama ​: benjolan keluar masuk, darah
merah segar
d. Faktor risiko & Riwayat penyakit dahulu
➢ BPH,
➢ batuk kronis,
➢ makanan kurang serat,
➢ aktivitas sering duduk,
➢ riwayat seksual
➢ Konstipasi
a. Keganasan
➢ Penurunan BB,
➢ BAB mringkil,
➢ change of bowel habit,
➢ keluarga
a. Dx banding ​: polip recti, keganasan, prolaps recti,
b. Grade!!!
c. Pemfis ​: general, bilang langsung ke RT!
d. Pem penunjang ​: anoscopy (karena hemoroid
kompressible mass) à pile hemoroid di arah jam 7
e. Dx ​: Hemorrhoid GRADE II (Jangan dikasi
interna)
f. KIE
➢ Nonmedication ​: mengubah gaya hidup
➢ Medikasi ​ ​: suplemen serat, bioflavonoid,
bisacodyl
➢ Bedah ​ ​: untuk saat ini belum perlu
dilakukan operasi, kita coba dulu perubahan pola
makan banyak sayur, kalo batuk diobati dulu, kalo
sulit kencing diobati dulu. Dioperasi bila didapatkan
nyeri atau merasa terganggu.
5. Bedah Onkologi
Laki-laki usia 55 tahun, benjolan di leher, 5 bulan yang
lalu
Pemeriksaan fisik saja!
a. Saya akan memeriksa pada bagian leher, dan juga
daerah dada sehingga perlu saya buka bajunya
b. Pasien duduk
c. Saya mencuci tangan
d. Inspeksi
➢ Massa
➢ Ikut menelan
e. Palpasi à struma + KGB
➢ Submandibula
➢ Anterior chain
➢ Supraclavicula
➢ Infraclavicula
f. Hasil à Massa pada regio coli anterior, kesan dari
tiroid, ikut bergerak dengan menelan, tidak terasa
nyeri
6. TRAUMA à Bedah Plastik
Wanita, 32 tahun, ke IGD karena ledakan elpiji 3 kg saat
memasak di dapur
a. APD, Jangan tanya identitas
b. Primary Survei
➢ A + CERVICAL + INTUBASI
➢B
➢C
➢D
➢E
c. Luas selalu > 50% (79%)
d. Misalkan:
➢ Pasien 50 kg 20% kejadian jam 6, datang jam 10
➢ Hitung resusitasi!
7. Urologi – RT
Pasien cowok, 60 tahun kencing kesendat, pernah
dipasang kateter di puskesmas, datang
a. Tujuannya untuk mengevaluasi
b. Bapak akan diperiksa di bilik / kamar periksa
c. Inspeksi à GAUSAH, karena uro bukan digest
d. Saat mukosa rektum sebut massa bukan nodul
e. Jangan lupa mengelap
f. Hasil temuannya à diceritakan
g. MENCATAT di REKAM MEDIS

8. Bedah anak -- Invaginasi


usia 2 bulan
a. Keluhan utama
b. Gejala ileus obstruksi total à tapi diagnosisnya low
level bowel obstruction
➢ Trias invaginasi (harus keluar) ​: nyeri perut,
red current jelly stool
➢ Paling sering ileocolic
c. Prenatal post natal!
d. RT ketemu apa harus tahu à pseudoporsio (segmen

usus yang masuk), red current jelly stool,


e. 3 foto yang disembunyikan penguji à BOF 2 posisi
(AP, laterolateral), USG abdomen
f. Diagnosis à low level bowel obstruksi dt invaginasi
+ dehidrasi berat
g. Tatalaksana
➢ Oksigenasi
➢ IV line à rehidrasi
➢ Infant warmer
➢ OGT untuk dekompresi
➢ Kateter
➢ Direncanakan eksplorasi laparotomi
h. Pak, jadi menurut hasil temuan kami,
➢ anak bapak kami diagnosis ...
➢ perlu dioperasi eksplorasi laparoskopi. Kalau usus
baik ga dipotong, ada kemungkinan usus yang mati
dipotong, kemudian disambung, kalau tidak bisa
disambung dibuat jalur ke perut (stoma). Tidak
selamanya. Kalau kondisinya baik, sekitar 3 bulan –
4 bulan disambung kembali.
➢ Kalau tidak dioperasi nanti banyak komplikasi,
kemungkinan terburuknya adalah kematian
9. Gowning
➢ Ganti baju OK
➢ Cap
➢ Masker
➢ Apron
➢ Masuk ke OK
➢ Buka handschoon sendiri
➢ Cuci tangan
➢ Gowning
➢ Handschoon
➢ Muter à KALO MISAL
➢ Tali
Triknya à pisahkan steril non steril, kalo tali misal jatuh
jangan diambil
10. BSS
➢ Menyiapkan alat bahan à membuka handschoen
steril, MENYOBEK PROLIN (jarum benang) DI AREA

STERIL
➢ Pastikan luka bersih dan siap
➢ Cuci tangan
➢ Handschoon steril
➢ Demarkasi / antisepsis povidone iodin
➢ Doek steril
➢ Infiltrasi lidokain
➢ Cek anestesi
➢ Needle holder à ambil benang à AWAS DANCING!
➢ Jahit interuptus à jarum diresting position à knotting
manual (3x mono, 6x multi)
➢ Jahit matras à idem
➢ JARUM DIBUANG di tempat safety box
➢ Benang di tempat bulat
(c) Andrian Triwibawanto, 2017

Anda mungkin juga menyukai