Anda di halaman 1dari 13

BAB 7

EVALUASI PELAKSANAAN HEALTH PROMOTION

7.1 Evaluasi Program Pemicuan Wawasan mengenai BABS, Jamban sehat


dan Cara Mencuci Tangan yang Benar.

Tabel 7.1 Evaluasi Program Pemicuan wawasan mengenai BABS, Jamban sehat
dan Cara Mencuci Tangan yang Benar.

Indikator Keberhasilan Pelaksanaan

PROSES:
 Seluruh acara terlaksana dengan  Seluruh acara terlaksana dengan baik
baik sesuai rundown acara. sesuai rundown acara. Kegiatan dimulai
 90 % perwakilan warga masing- tepat waktu dan diakhiri tepat waktu.
masing KK RT 38 hadir di acara  80% perwakilan KK warga RT 38, Desa
pemicuan. Sumberoto hadir dalam acara.
 Dokter muda memberikan wawasan  Dokter muda mampu memberi wawasan
dan simulasi BABS, Jamban sehat dan simulasi tentang BABS, Jamban
dan cara mencuci tangan yang benar sehat dan cara mencuci tangan yang
pada masyarakat RT 38 Desa benar
Sumberoto, Kecamatan Donomulyo  Seluruh warga berpatisipasi aktif selama
 Warga berpatisipasi aktif selama pemicuan. Lebih dari 3 pertanyaan
pemicuan. diajukan kepada dokter muda seperti:
1. Penyakit yang disebzbkan oleh BABS
?
2. Kapan kita harus mencuci tangan
yang sesuai ?
3. Sekiranya bila pembuangannya
dibuang ke kolam yang berisi ikan
lele dan kolamnya ditutup, apakah
dinyatakan sebagai jamban sehat?

IMPACT:
 Peningkatan pengetahuan warga RT  Pengetahuan warga tentang BABS,
38 Desa Sumberoto tentang BABS, Jamban sehat dan cara mencuci tangan
Jamban sehat dan cara mencuci yang benar pada kategori baik dengan
tangan yang benar yang diukur dari adanya peningkatan pada nilai post test
perbandingan hasil pre-test dan post- dibandingkan dengan pre test.
test  Dengan persentase pre test dan post
test, sebagai berikut:
Pre test Post test
 Nilai ≤50 13,5% 1,3%
 Nilai 51-75 75,6% 10,8%
 Nilai >75 10,8% 87,8%

OUTCOME:
 Penurunan angka kejadian BABS • Belum bisa di evaluasi
pada RT 38 Desa Sumberoto
menjadi 50% pada bulan januari
2021
(1 tahun dari intervensi)
Dalam kegiatan ini kendala kami adalah :
1. Kurangnya waktu yang diberikan, dikarenakan bersamaan dengan acar
pengajian rutin yang dilakukan setiap minggunya.
3

7.2 Evaluasi Pembuatan Media Informasi Mengenai Jamban Sehat dan Cara
Mencuci tangan yang benar yang Diletakkan Di rumah warga.

Tabel 7.2 Evaluasi Pembuatan Media Informasi Mengenai Jamban Sehat dan
Cara Mencuci tangan yang benar yang Diletakkan Di rumah warga.

Indikator Keberhasilan Pelaksanaan

PROSES:
 Pembuatan menyetak dan  Kegiatan mendesain dan menyetak media
meletakkan media informasi informasi tentang BABS, Jamban sehat
berupa flipchart, sticker, leaflet dan cara mencuci tangan yang benar
dan flipchart di rumah kader dan dilakukan sebelumnya.
rumah warga.  Kegiatan meletakkan media informasi
 Pembuatan dan penyebaran dalam bentuk poster dan flipchart tentang
informasi tentang Jamban sehat BABS, Jamban sehat dan Cara Mencuci
dan cara mencuci tangan yang Tangan yang benar di rumah kader RT 38.
benar melalui Whatsapp.  Kegiatan meletakkan media informasi
dalam bentuk sticker dan leaflet tentang
BABS, Jamban sehat dan Cara Mencuci
Tangan yang benar di rumah warga.
 Kegiatan menyebarkan informasi tentang
tentang BABS, Jamban sehat dan Cara
Mencuci Tangan yang benar melalui
Whatsapp berjalan lancar.

IMPACT:
• 80% warga RT 38 Desa  80% warga RT 38 Desa Sumberoto
Sumberoto mengetahui dan ngetahui dan melihat poster dan flipchart
melihat poster dan flipchart yang yang diberikan kepada ibu kader.
diberikan kepada ibu kader.  80% warga RT 38 menempel di kaca
• 80% warga RT 38 Desa rumah masing-masing dan memmbaca
Sumberoto mendapatkan sticker leaflet yang diberikan mengenai BABS
dan leaflet untuk ditempel di dan mencuci tangan yang benar.
rumah masing-masing.  50% warga RT 38 Desa Sumberoto
• 80% warga RT 38 Desa mendapat informasi melalui Whatsapp
Sumberoto mendapat informasi tentang BABS, Jamban sehat dan Cara
melalui Whatsapp terkait tentang Mencuci Tangan yang benar 1 minggu
BABS, Jamban sehat dan Cara setelah disebarkan.
Mencuci Tangan yang benar
dalam 1 minggu setelah
disebarkan.

OUTCOME:
 Penurunan angka kejadian BABS  Belum dapat dievaluasi
pada RT 38 Desa Sumberoto
menjadi 50% pada bulan januari
2021
(1 tahun dari intervensi)
Dalam kegiatan ini kendala kami adalah :
1. Masih banyak diantara warga RT 38 yang belum menggunakan aplikasi
Whatsapp , sehingga informasi tidak dapat disampaikan.

7.3 Evaluasi Advokasi kepada Perangkat Desa Sumberoto tentang


Pembuatan Peraturan Desa (Perdes) Mengenai Larangan BABS di Desa
Sumberoto, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang

Tabel 7.3 Evaluasi Advokasi kepada Perangkat Desa Sumberoto tentang


Pembuatan Peraturan Desa (Perdes) Mengenai Larangan BABS di Desa
Sumberoto, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang

Indikator Keberhasilan Pelaksanaan

PROSES:
 Advokasi dari pihak Dokter Muda  Kegiatan dilakukan bertahap, waktu demi
tentang pembuatan Peraturan waktu. Pertama dilakukan perkenalan oleh
Desa (Perdes) mengenai Dokter Muda tentang latar belakang
5

larangan BABS di Desa pentingnya Perdes tentang larangan


Sumberoto, Kecamatan BABS di Desa ai larangan BABS di Desa
Donomulyo, Kabupaten Malang Sumberoto kepada perangkat Desa ai
disambut baik oleh Perangkat larangan BABS di Desa Sumberoto,
Desa ai larangan BABS di Desa utamanya Kepala Desa ai larangan BABS
Sumberoto khususnya Perangkat di Desa Sumberoto.
Desa ai larangan BABS di Desa  Selanjutnya dilakukan pengajuan draft
Sumberoto dan sekretaris Desa Perdes tentang larangan BABS di Desa ai
Sumberoto. Hal ini dibuktikan larangan BABS di Desa Sumberoto dan
dengan diterimanya draft Perdes draft perdes diterima oleh perangkat Desa
yang diajukan Dokter Muda oleh ai larangan BABS di Desa Sumberoto.
pihak pemerintah Desa
Sumberoto.

IMPACT:
Perangkat Desa menyetujui  Perangkat Desa menyetujui pembuatan
pembuatan draft Perdes tentang draft Perdes tentang larangan BABS di
larangan BABS di Desa ai Desa Desa Sumberoto dan menyetujui untuk
Sumberoto dan dilanjutkan dengan dilanjutkan dengan Focus Group
Focus Group Discussion (FGD) Discussion (FGD), namun waktunya
belum bisa dipastikan

OUTCOME:
Terbentuknya Perdes mengenai Belum dapat dievaluasi
larangan BABS di Desa Sumberoto,
Kecamatan Donomulyo
Dalam kegiatan ini kendala kami adalah :
1. Sulitnya menyocokkan waktu dengan Perangkat Desa Sumberoto untuk Focus
Group Discussion (FGD) sehingga intervensi ini tidak dapat dilakukan.
BAB 8
PEMBAHASAN

8.1 Alasan Pemilihan Metode Health Promotion

Tabel 8.1 Alasan Pemilihan Metode Health Promotion


7

8.2 Pembahasan
Metode Health Promotion Alasan Pemilihan Metode
Pemberian penyuluhan secara  Pemicuan tentang BABS, Jamban sehat
kelompok dengan cara: dan Cara mencuci Tangan yang benar akan
 Pemicuan tentang memberikan rasa jijik kepada para warga
BABS, Jamban sehat karena program ini secara langsung akan
dan Cara mencuci memberikan gambaran gambaran bahwa
Tangan yang benar . kebiasaan buang air besar sembarangan
 Media gambar berupa dan tidak mencuci tangan dengan benar
leaflet, flipchart, poster akan berdampak negatif terhadap tubuh
dan sticker. seseorang.
 Diskusi tanya jawab  Menggunakan leaflet dan flipchart akan
 Advokasi tentang menarik perhatian para peserta dan lebih
Perdes mudah dipahami dibandingkan dengan
tulisan saja.
 Pemberian sticker dan leaflet diakhir
pemicuan diharapkan agar warga selalu
menginagt setelah sticker tersebut di tempel
di rumah masing-masing.
 Sesi interaksi diskusi tanya jawab
memudahkan peserta bertanya pada
presentor dan presentor yang bertanya
pada peserta agar pertanyaan dan
kebingung peserta akan dijawab serta
preserta dapa memastikan persepsi yang
salah akan dikoreksi.
 Advokasi kepada perangkat desa
Mentaraman tentang pembuatan Peraturan
Desa (Perdes) megenai larangan BABS di
Desa Sumberoto agar terdapat payung
hukum yang jelas tentang larangan BABS
sebagai penguatan upaya tercapainya ODF.
Kecamatan Donomulyo yang terletak di bagian selatan kota Malang merupakan
salah satu dari 33 kecamatan yang ada di Kabupaten Malang. Luas wilayah kecamatan
Donomulyo 180 km2. Tercatat jumlah penduduk Kecamatan Donomulyo tahun 2017
sebanyak 69.589 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 275 orang/km 2. Salah satu
masalah kesehatan yang mencolok di Kecamatan Donomulyo adalah rendahnya Open
Defecation Free (ODF). Berdasarkan data sekunder yang didapat dari Pemegang Program
Kesling Puskesmas Donomulyo, 54,3% warga yang melakukan BABS pada desa
Manteraman.Bedasarkan data primer berupa hasil wawancara pemegang program kesling
didapatkan data bahwa tiga dari sepuluh desa di Donomulyo sudah ODF diantaranya desa
Tempursari, Purworejo, dan Tulungrejo dan satu desa dalamwaktu dekat akan deklarasi
ODF yaitu desa Mentaraman. Beberapa desa di Donomulyo sulit untuk ODF karena
banyaknya sungai di desa tersebut dan sudah merupakan kebiasaan sejak dulu serta faktor
ekonomi yang rendah juga mendukung desa tersebut sulit untuk ODF.
Berdasarkan identifikasi faktor resiko dengan diagram Ishikawa didapatkan beberapa
penyebab sulitnya ODF di desa Mentaraman, yaitu kurangnya pengetahuan warga berkaitan
dengan bahaya mengalirkan BAB ke kolam yang tidak tertutup, belum ada sarana informasi
terkait bahaya BABS dan pentingnya jamban sehat, belum adanya Perdes yang mengatur
tentang BABS dan jamban sehat, ekonomi warha yang kurang, dan akses menuju rumah
warga yang masih kurang baik sehingga mempersulit pembuatan jamban sehat.
Berdasarkan hal tersebut kami melakukan beberapa intervensi, yaitu melakukan pemicuan
pada warga desa Mentaraman yang bertujuan untuk pengetahuan tentang STBM,
khususnya jamban sehat; membuat sarana informasi mengenai jamban sehat;
melaksanakan advokasi kepada perangkat desa Mentaraman tentang pembuatan Perdes
larangan BABS; melakukan focus group discussion dengan perangkat desa dan perwakilan
masyarakat Desa Mentaraman, khususnya yang tidak memiliki jamban tentang konten
Perdes larangan BABS.
Intervensi dilakukan secara bertahap, yang pertama dilakukan pemicuan pada warga
desa Mentaraman RT 8, 9, dan 10. Pemicuan tentang ODF yang dilakukan memberikan
rasa jijik kepada para warga karena program ini secara langsung akan memberikan
gambaran bahwa kebiasaan buang air besar sembarangan akan berdampak negatif
terhadap tubuh seseorang.Dilakukan diskusi mengenai dampakBABS dan pentingnya
jamban sehat. Dilanjutkan sesi interaksi diskusi tanya jawab. Warga diberikan leaflet
mengenai hubungan BABS dan stunting untuk media pembelajaran maupun pengingat
nantinya. Saat diskusi, mayoritas warga merasa jijik jika BAB sembarangan seperti di sungai
atau di kebun. Mayoritas warga juga sudah mempunyai jamban sendiri tetapi belum memiliki
septic tank. Warga yang sudah memiliki jamban, mayoritas penampungan tinjanya di kolam
dengan atau tanpa lele di dalamnya. Mayoritas warga sudah merasa cukup layak dan
9

merasa puas dengan hanya memiliki kolam sebagai tempat penampungan tinja. Mereka
lebih memilih menggunakan kolam sebagai tempat penampungan tinja karena bisa
mendapatkan pendapatan dari hasil penjualan lele dari kolam tersebut. Saat dijelaskan
tentang kepemilikan septic tank, mayoritas warga mengeluh tidak memiliki biaya dan
menunggu adanya bantuan dari pihak luar.
Terdapat peningkatan wawasan warga RT 8, 9, dan 10 Desa Mentaraman,
dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai posttest dibanding pretest. Hasil pretest nilai
kurang yaitu nilai ≤50 sebanyak 13,5%, kelompok nilai cukup 51-75 sebanyak 75,6% dan
kelompok nilai baik >75 sebanyak 10,8%. Dan dari hasil evaluasi posttest ditemukan hasil
dengan kelompok nilai kurang yaitu nilai ≤50 sebanyak 1,3%, kelompok nilai cukup 50-75
sebanyak 10,8%, dan kelompok nilai baik >75 sebanyak 87,8%. Secara keseluruhan acara
terlaksana dengan baik. Kegiatan ini memiliki kendala yaitu, sulitnya mengumpulkan warga
pada waktu dan tempat yang sama untuk melakukan pemicuan.
Intervensi kedua berupa pembuatan sarana informasi mengenai jamban sehat untuk
warga yang diletakkan di balai desa dan Posyandu.Hal ini dilakukan agar warga mengingat
bahaya BABS sehingga tidak melakukan BABS dan menggunakan jamban sehat. Kami
mendesain dan mencetak poster mengenai dampak BABS yang dapat mengakibatkan
stunting dan meletakkannya di balai desa dan Posyandu. Selain itu, kami juga menyebarkan
jarkom via media Whatsapp ke bidan desa untuk disebarkan ke warga desa. Dengan
adanya sarana informasi ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan warga Desa
Mentaraman.
Intervensi ketiga berupa advokasi kepada perangkat desa Mentaraman tentang
pembuatan Peraturan Desa (Perdes) megenai larangan BABS di Desa Mentaraman. Hal ini
dilakukan untuk pembuatan payung hukum yang jelas tentang larangan BABS di Desa
Mentaraman sebagai penguatan upaya tercapainya ODF. Dilakukan pemaparan latar
belakang pentingnya Perdes tentang larangan BABS kepada perangkat desa Mentaraman.
Perangkat desa memberikan tanggapan positif untuk pembuatan Perdes sehingga
kemudian dilakukan pengajuan draft Perdes oleh dokter muda dan diterima oleh perangkat
desa Mentaraman. 4 hari setelah draft Perdes diajukan, perangkat desa setuju untuk
membuat draft Perdes larangan BABS di Desa Mentaraman dan menyetujui untuk
dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD).
Intervensi keempat berupa Focus Group Discussion (FGD) dengan perangkat desa
dan perwakilan warga desa Mentaraman khususnya yang tidak memiliki jamban tentang
konten Perdes larangan BABS di Desa Mentaraman. Hal ini bertujuan agar warga
mengetahui dan menyetujui konten Perdes larangan BABS yang akan diterapkan di Desa
Mentaraman. Namun, intervensi ini tidak dapat kami lakukan dikarenakan
sulitnyamenyocokkanwaktudenganPerangkatDesa Mentaraman untuk Focus Group
Discussion (FGD).
Banyak respon baik dari warga mengenai intervensi ini. Warga mengatakan dengan
adanya kegiatan ini, mereka menjadi lebih paham dan menyadari BABS dapat
mengakibatkan tercemarnya sumber air dan terjadinya penyakit infeksi yang pada akhirnya
dapat menyebabkan stunting. Selain itu bagi Pemegang Program Keslingdan bidan desa
juga merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini karena warga juga berkomitmen
untuk membuat jamban sehat.

8.3 Level Pencegahan yang Sudah Dilakukan Pada Komunitas di Puskesmas


Tabel 8.2 Level Pencegahan yang Sudah Dilakukan Pada Komunitas di Puskesmas
Level Pencegahan Aktivitas yang sudah lakukan
Primary Prevention Melakukan pemicuan tentang jamban
(Health Promotion) sehat agar warga lebih paham tentang
dampak BABS, khususnya mengalirkan BAB
ke kolam yang tidak tertutup dan pentingnya
menggunakan jamban sehat.
Membuat sarana informasi mengenai
jamban sehat untuk warga yang diletakkan
di balai desa dan Posyandu agar warga
mengingat larangan dan dampak BABS.
Advokasi kepada perangkat desa
Mentaraman tentang pembuatan Peraturan
Desa (Perdes) megenai larangan BABS di
Desa Mentaraman agar terdapat payung
hukum yang jelas tentang larangan BABS
sebagai penguatan upaya tercapainya ODF.

8.4 Hasil Analisa Statistik


Metode statistik digunakan untuk mengukur pengetahuan warga mengenai jamban
sehat dan stunting. Data yang dimasukan dalam uji statistik adalah pretest dan posttest.
11

Pre test dan Post test Jamban Sehat


100
90
80 83.97
70
60
50 52.89
40
30
20
10
0
pre test post test

Gambar 8.1 Bagan Pretest dan Posttest Jamban Sehat


Rata-rata nilai warga sebelum mendapatkan pemicuan mengenai pentingnya
menggunakan jamban sehat adalah sebesar 67,39 ± 15,86. Setelah dilakukan pemicuan,
rata-rata posttest naik menjadi 83,78 ± 13,04. Untuk mengetahui uji statistik yang akan
digunakan terlebih dahulu dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan distribusi
data yang ada. Melalui uji uji Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa data pretest maupun
postest tidak memiliki distribusi normal (p<0.001). Maka uji statistik dilakukan dengan
menggukan uji Wilcoxon. Melalui uji Wilcoxon, diketahui bahwa pemicuan dapat
meningkatkan pengetahuan warga secara signifikan p<0.001.

Pre test dan Post test Stunting


100
90
80 83.97
70
60
50 52.89
40
30
20
10
0
pre test post test

Gambar 8.2 Bagan Pretest dan Posttest Stunting


Rata-rata nilai warga sebelum mendapatkan penyuluhan mengenai stunting adalah
sebesar 52,89 ± 21,50. Setelah dilakukan pemicuan, rata-rata posttest naik menjadi 83,97 ±
15,67. Untuk mengetahui uji statistik yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan distribusi data yang ada. Melalui uji uji Kolmogorov-
Smirnov diketahui bahwa data pretest maupun postest tidak memiliki distribusi normal
(p<0.001). Maka uji statistik dilakukan dengan menggukan uji Wilcoxon. Melalui uji
Wilcoxon, diketahui bahwa pemicuan dapat meningkatkan pengetahuan warga secara
signifikan p<0.001.

8.5 Metode Pengambilan Sampel

Puskesmas Donomulyo terdiri dari 10 desa yaitu desa Donomulyo, Purworejo,


Sumberoto, Tempursari, Tlogosari, Kedungsalam, Banjarejo, Tulungrejo, Mentaraman, dan
Purwodadi. Kemudian, berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari puskesmas
Donomulyo, terdapat 1 desa yang memiliki angka buang air besar sembarangan dan
stunting yang cukup di wilayah kecamatan Donomulyo, yaitu desa Mentaraman. Desa
tersebut terbagi menjadi tiga dusun yaitu dusun Mentaraman, dusun Gondangtowo, dan
dusun Gondangrejo. Dusun Mentaraman adalah dusun yang warganya masih banyak yang
menerapkan buang air besar sembarangan dan memiliki angka stunting yang cukup tinggi
diantara dua dusun lainnya.Oleh karena itu kami melakukan intervensi di dusun tersebut
dengan membagikan kuisioner di rumah rumah warga terpilih yang masih menerapkan
sistem buang air besar sembarangan. Kami memilih teknik pengambilan sampel yaitu
Purposive Non Random Sampling, sesuai dengan data sekunder yang telah didapatkan di
puskesmas Donomulyo. Awalnya kami melakukan Cluster Random Sampling dengan
memilih 3 RT dari 21 RT di Dusun Mentaraman yaitu RT 8, 9 dan 10. Kemudian kami
memilih 10 sampel dari setiap RT yang telah dipilih secara acak dengan menggunakan
metode Non Random Sampling.

8.6 Contributing Risk Factor


Tabel 8.3 Contributing Risk Factor
Faktor Predisposing Faktor Enabling Faktor Reinforcing
• Kurangnya pengetahuan Biaya untuk  Belum adanya
tentang STBM, khususnya pembuatan septic tank media informasi
jamban sehat pada yang mahal bagi seperti banner
masyarakat Desa warga (faktor atau poster
Mentaraman, Kecamatan ekonomi). tentang buang air
Donomulyo, Kabupaten besar
Malang, khususnya Dusun sembarangan.
Mentaraman RT 8, 9, dan  Belum adanya
10. pembuatan
• Kurangnya pengetahuan Peraturan Desa
masyarakat bahwa (Perdes)
13

perilaku BABS dapat mengenai


mengakibatkan kejadian larangan BABS
stunting jika terjadi dalam serta memuat
jangka waktu yang tentang kriteria
panjang. jamban sehat

Anda mungkin juga menyukai