Oleh :
ANANTYO ARI S 012116323
DANU MULYO S 012116357
NADYA NOOR F 012116462
YUSUF HAKIM AJI 012116556
Nama :
ANANTYO ARI S 012116323
DANU MULYO S 012116357
NADYA NOOR F 012116462
YUSUF HAKIM AJI 012116556
Pembimbing,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
iii
2.3.8. Penatalaksanaan CHF .......................................................................... 38
iv
BAB I
PENDAHULUAN
fasilitas untuk radiologi diagnostik. Oleh karena itu, salah satu langkah yang
memberikan cakupan radiologi yang lebih memadai bagi penduduk yang sekarang
Jantung mudah dibedakan dari paru-paru karena jantung lebih mengandung darah
dengan densitas air lebih besar dibanding udara. Karena darah melemahkan x-ray
lebih kuat dibanding udara, jantung relatif tampak berwarna putih dan paru-paru
relatif hitam.
menjadi suatu epidemi global yang tidak membedakan pria maupun wanita, serta
(WHO) melaporkan satu dari tiga orang di seluruh dunia pada tahun 2001,
dada, salah satunya adalah gagal jantung atau Congestive Heart Failure (CHF).
1
2
digunakan untuk diagnosis suatu gagal jantung, kita juga perlu mengetahui
gagal yaitu relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh, penekanan arti gagal
penyakit arteri koroner, defek jantung kongenital dengan gagal jantung ataupun
beberapa keadaan lain seperti tumor jantung, anemia berat, kelainan endokrin,
malnutrisi, distrofi muskular dan gagal jantung akibat penyakit paru (Ismail,
2009).
terjadi 700.000 perawatan di rumah sakit per tahun. Di Inggris, sekitar 100.000
pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun untuk gagal jantung., merpresentasikan
5% dari semua perawatan medis dan menghabiskan lebih dari 1% dana perawatan
3
kesehatan nasional. Di Indonesia, sekitar 3-20 per 1000 orang pada populasi
yaitu 100 per 1000 orang pada usia di atas 65 tahun (Gray, 2003; brashers, 2008).
Gagal jantung susah dikenali secara klinis serta tidak spesifik serta hanya sedikit
tanda-tanda klinis pada tahap awal penyakit. Maka dari itu pemeriksaan
Gambaran sinar rontgen yang menyokong diagnosa dari gagal jantung ialah
adanya kardiomegali yang paling sering dijumpai, penonjolan vaskular pada lobus
atas, efusi pleura dan adanya kongesti vena paru (garis Kerley B) atau edema
paru. Beberapa gambaran di atas itulah yang menjadi karakteristik dari gambaran
Dengan data perkembangan seperti ini, penyakit gagal jantung atau CHF
yang signifikan bagi masyarakat global dan bukan tidak mungkin dalam kurun
beberapa tahun kedepan angka statistik ini akan bergerak naik jika para praktisi
medis khususnya tidak segera memperhatikan faktor risiko utama yang menjadi
awal mula penyakit ini. Dengan demikian perlu adanya penanganan dari segala
aspek baik secara biomedik maupun biopsikososial. Dan untuk itu kasus ini
diangkat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sebagai praktisi medis agar
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Miokardium terdiri dari dua berkas otot yaitu sinsitium atrium dan
sinsitium ventrikel. Setiap serabut otot dipisahkan diskus interkalaris yang
berfungsi mempercepat hantaran impuls pada setiap sel otot jantung. Antara
sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel terdapat lubang yang dinamakan
anoulus fibrosus yang merupakan tempat masuknya serabut internodal dari
atrium ke ventrikel. Lapisan endokardium merupakan lapisan yang
membentuk bagian dalam jantung dan merupakan lapisan endotel yang
sangat licin untuk membantu aliran darah (Guyton, 2008).
6
1. Atrium
1. Sirkulasi Sistemik
Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.
Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
Memerlukan tekanan permulaan yang besar.
Banyak mengalami tahanan.
Kolom hidrostatik panjang.
2. Sirkulasi Pulmonal
Hanya mengalirkan darah ke paru.
Hanya berfungsi untuk paru-paru.
Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.
Hanya sedikit mengalami tahanan.
Kolom hidrostatiknya pendek.
9
3. Sirkulasi Koroner
Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi dan
oksigenasi yang cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi koroner
meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen untk
miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil
(Guyton, 2008).
b. Tampak lateral
Batas anterior jantung dari superior ke inferior
Aorta ascending
Ventrikel kanan outflow track
Ventrikel kanan
12
Dari segi radiologik, cara yang mudah untuk mengukur jantung apakah
membesar atau tidak, adalah dengan membandingkan lebar jantung dan lebar dada
pada foto toraks PA (cardio-thoracis ratio). Pada gambar, diperlihatkan garis-
garis untuk mengukur lebar jantung (a+b) dan lebar dada (c1-c2) (Rasad, 2010)..
a + b
𝐶𝑇𝑅 = = ±50%
c1 + c2
(normal : 48-50 %)
Dalam hubungan yang luas ada dua faktor penyebab gagal jantung :
1. Faktor mekanik (kelainan struktur jantung), yaitu :
Kondisi miokardium normal, akan tetapi gangguan dari beban kerja
yang berlebihan, biasanya kelebihan beban volume (preload) atau
tekanan (afterload) akibat penyakit jantung bawaan atau didapat.
2. Faktor miokardium, yaitu :
Kelainan otot jantung sendiri atau insufisiensi miokardium,
misalnya:
a. Radang atau intoksikasi otot jantung pada penderita demam
reumatik atau difteri.
b. Otot jantung mengalami defisiensi nutrisi, seperti pada anemia
berat.
c. Perubahan-perubahan patologis dalam struktur jantung, misal
kardiomiopati.
17
Pada gagal jantung hampir selalu ada dilatasi dari satu atau lebih
pada ruang-ruang di jantung, menghasilkan pembesaran pada jantung.
Dengan perkembangan dari gagal jantung kongestif, atrium kiri
mengalami peningkatan tekanan yang paling pertama. Hal ini
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik, tekanan kapiler paru serta
pembentukan edema interstitial terutama pada daerah basal paru. Hal ini
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler yang mengalir ke basal paru,
menyebabkan pirau aliran darah ke pembuluh-pembuluh darah pada lobus
atas paru-sehingga menyebabkan adanya peralihan pada vena-vena pada
lobus atas. Pengalihan pada lobus atas dapat didiagnosis dengan radiografi
posisi erect (tegak), pembesaran pembuluh-pembuluh darah pada lobus
atas sama dengan atau melebihi pembuluh-pembuluh darah pada lobus
bawah yang berjarak sama dari hilum (Rasad, 2010).
1. Stage 1 :
Pada stage 1 PCWP [13-18 mm]. Terjadi redistribusi dari pembuluh
darah paru. Pada foto toraks PA normal, pembuluh darah pada lobus
atas lebih kecil dan sedikit dibanding pembuluh darah pada lobus
bawah paru. Pembuluh darah paru yang beranastomosis memiliki
kapasitas reservoir dan akan mengalir pada vaskular yang tidak
menerima perfusi darah, sehingga menyebabkan terjadinya ditensi
pada vaskular yang telah mendapat perfusi darah. Hal ini
mengakibatkan terjadinya redistribusi pada aliran darah pulmonal.
Awalnya terjadi aliran darah yang sama, kemudian terjadi redistribusi
aliran darah dari lobus bawah menuju lobus atas.
Pada gambaran radiologis tampak redistribusi dari pembuluh darah
paru, kardiomegali, dan broad vascular pedicle.
2. Stage 2 :
Pada stage 2, PCWP [18-25 mm]. Tahap ini ditandai oleh kebocoran
cairan kedalam interlobular dan interstitial peribronkial sebagai akibat
dari meningkatnya tekanan di dalam kapiler paru. Saat kebocoran
cairan masuk ke dalam septum interlobular perifer, akan tampak
gambaran garis Kerley B pada foto toraks. Saat kebocoran cairan
masuk ke dalam interstitial peribronkovaskular, pada foto toraks akan
tampak gambaran penebalan pada dinding bronkus yang disebut
peribronchial cuffing dan pengaburan pembuluh darah paru (perihilar
haze). Selain itu, fisura interlobaris juga akan terlihat menebal pada
foto toraks.
3. Stage 3 :
Pada stage ini, PCWP [> 25 mm]. Tahap ini ditandai dengan
berlanjutnya kebocoran cairan menuju interstitial, yang tidak dapat
dikompensasi oleh drainase limfatik. Hal ini akan mengakibatkan
22
c) Peribronchial cuffing :
Gambaran seperti donat kecil. Terjadi akibat akumulasi cairan
interstitial di sekeliling bronkus yang menyebabkan menebalnya
dinding bronkus.
24
e) Garis Kerley B :
Berupa gambaran garis pendek yang berparalel pada daerah paru
perifer. Garis ini dapat terlihat ketika cairan mengisi dan mendistensi
septum interlobular. Panjangnya kurang dari 1 cm dan paralel antara
satu dengan lainnya pada sudut kanan bawah dari pleura. Garis ini
bisa tampak pada semua daerah paru, tapi lebih sering pada paru
bagian basal di sudut costofrenicus pada foto toraks PA.
25
f) Garis Kerley C
Garis ini jarang terlihat dibanding garis yang lain. Bentuk garis ini
pendek dan tipis dengan gambaran reticular yang merepresentasikan
garis Kerley B en face. Munculnya garis ini disebabkan oleh
menebalnya anastomosis pembuluh limfe atau superimpose dari
beberapa garis Kerley B.
g) Efusi pleura
Efusi laminar yang berkumpul di bawah pleura viseral, yakni pada
jaringan ikat longgar antara paru dan pleura.
Gambar 2.14. Efusi pleura tampak pada foto torak PA dan lateral
h) Bat’s Wings
Saat tekanan hidrostatik mencapai 25 mmHg, cairan melewati alveoli
dan menyebabkan edema paru. Hal ini dapat terlihat sebagai densitas
alveolar multiple dari setengah bagianbawah paru. Kemungkinan lain,
26
dapat juga terlihat densitas ruang udara bilateral yang difus dan
kurang tegas/jelas atau densitas perihilar.
1. Stenosis mitral
Penyakit reuma atau infeksi oleh coccus, menimbulkan parut yang
dapat menyempitkan katup mitral. Penyempitan yang berat dengan
diameter 1 cm atau kurang, menyebabkan hambatan bagi darah yang
mengalir dari paru melalui vena-vena pulmonalis. Vena-vena ini
melebar karena bertambah isinya dan tampak pada foto sebagai
pembuluh darah lebar dan pendek diatas hilus dengan arah ke atas.
Selain bertambahnya vena-vena ini, tekanan atrium kiri dan vena
pulmonalis juga bertambah tinggi sehingga menyebabkan tekanan di
28
Pada sistolik, darah dari ventrikel kiri masuk ke dalam aorta secara
normal. Pada diastolic, darah dari aorta sebagian masuk ke dalam
ventrikel. Jumlahnya bergantung pada parahnya katup aorta. Dalam
keadaan parah yang lanjut, jumlah darah yang kembali itu besar.
Darah yang bolak balik ini disebut regurgitasi. Dengan demikian
penyakit katup ini disebut regurgitasi aorta atau insufisiensi aorta.
4. Stenosis aorta
32
1. Stenosis Pulmonal
Stenosis pulmonal untuk sebagian besar merupakan kelainan
congenital. Sebagian lainnya disebabkan oleh pengisutan katup akibat
reuma.
Pada kebocoran jantung dengan arah arus dari kiri ke kanan ini (L-R
shunt) hilus melebar, tebal, dan tampak pulsasi hilus. Pulsasi ini
disebut hilar dance. Hilar dance ini terjadi karena arteri pulmonalis
penuh darah dan melebar, sehingga pulsasi ventrikel kanan merambat
sampai ke hilus. Hilar dance ini dapat dilihat pada kedua hilus dengan
fluoroskopi.
Darah dari atrium kiri mengalir ke dalam atrium kanan (L-R shunt).
Bersama dengan darah dari atrium kanan, darah tersebut masuk ke
dalam ventrikel kanan lalu ke arteri pulmonalis. Jumlah darah dalam
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis menjadi besar dan terjadi
dilatasi ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Darah yang masuk ke
ventrikel kiri berkurang.
5. Tetralogi Fallot
Pada tetralogi fallot terdapat 4 kelainan pokok, yaitu :
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Penderita
Nama : Tn Kasmani
Usia : 63 th
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
- Riwayat DM (+)
- Riwayat hipertensi (+)
- Riwayat alergi obat disangkal (+)
3.3. Diagnosis
Elongasi aorta
Edema pulmo
HEMATOLOGI
3.4.1.1.2 Ht 45,1 %
KIMIA
Elongasi aorta
KESAN
Elongasi aorta
BAB IV
4.1. Hasil
Seorang pasien laki-laki dengan usia 63 tahun datang ke IGD RSI Sultan
Agung dengan keluhan sesak nafas dan terasa lemas 1 minggu SMRS dan
Sesak terjadi setiap hari, terus menerus dan mengganggu aktivitas. Sesak
nafas juga terjadi saat pasien istirahat. Pasien mengeluh mual, muntah, dan
. Nyeri berkurang sedikit dengan istirahat dan tidur dengan bantal tinggi.
pasien memeriksakan diri langsung ke IGD RISA dan langsung menjalani rawat
foto thoraks : Cor : CTR > 50%, mengalami pembesaran (suspek LVH, LAH) .
4.2 Pembahasan
Pasien Tn. K memiliki usia kategori usia lanjut yang sangat berisiko
insiden kejadian gagal jantung banyak dijumpai pada usia lebih dari 55
tahun.
pembesaran jantung kiri atau LVH. Hal ini sesuai dengan penelitian
hipertrofi ventrikel kiri dimana pria dengan hipertensi beresiko sebesar 7,737
bahwa LVH terjadi pada lebih dari 50% penderita hipertensi sedang dan
(Horrower, 1998).
jantung, kontraksi otot jantung akan menurun karena suplai aliran darah yang
45
perifer dan beban sistolik ventrikel kiri, jantung mengalami hipertrofi karena
dengan aktivitas fisik yang kurang berisiko sebesar 6,333 kali mendapatkan
oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena
edema pulmo. Edema ini disebabkan oleh gangguan fungsi sistolik dan/atau
fungsi diastolik ventrikel kiri, stenosis mitral atau keadaan lain yang
(Lorraine, 2011).
BAB V
KESIMPULAN
Congestive heart fealure (CHF) atau Gagal jantung adalah suatu sindroma
klinis yang disebabkan oleh gagalnya mekanisme kompensasi otot miokard dalam
yang berlebih pada jantung, sehingga tidak mampu memompakan darah untuk
Pada pasien dalam kasus diatas didapkan diagnosis Congestive heart failure
(CHF) atau Gagal jantung kiri di dasarkan pada pemeriksaan radiologi X foto
Pada mekanisme kompensasi otot miokard ventrikel kiri pada pasien ini
akibat peningkatan tahanan perifer dan beban sistolik ventrikel kiri, jantung
anatomi, dimana apeks cordis akan bergeser kearah laterokaudal dan menempati
ventrikel kiri, stenosis mitral atau keadaan lain yang menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik atrium kiri dan kapiler paru yang mendadak akan
paru.
47
DAFTAR PUSTAKA
Brashaers, Valentina L. Gagal jantung kongestif. Dalam: Aplikasi klinis
patofisiologi, pemeriksaan dan manajemen. 2nd ed. Jakarta: EGC.2007. p53-5.
Collins J, Stern EJ. 2007. Chest radiology, the essentials. Lippincott Williams &
Wilkins. ISBN:0781763142.
Guyton, A.C; Hall, J.E; 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
107-128.
H. Gray, Huon, D. Dawkins, Keith, dkk. 2003. Lecture Notes : Kardiologi. Edisi
4. Jakarta : Erlangga Medical Series.
Ismail. Gagal jantung kongestif. [Online] 1 Mei 2009 [akses 18 Juli 2015].
Available from: URL: http://www.gagal-jantung-kongestif.co.id.html.
Kumar, Cotran, Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 7 Volume 2.Jakarta :
EGC.
Lorraine B. Ware, M.D., and Michael A. Matthay, M.D. 2011. Acute Pulmonary
Edema. (Akses 17 Juli 2015) Available from: URL http://www.nejm.org.
Rasad, Sjahriar. 2010. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
48
49
Sudoro, Aru . 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi V. Jakarta :
FKUI.
6. The vascular pedicle of the heart and the vena azygos. Part II: Acquired
heart disease.
by M Pistolesi, E N Milne, M Miniati and C Giuntini
July 1984 Radiology, 152, 9-17.