DISUSUN
OLEH :
A. Pengertian
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu kondisi di mana
ketidakseimbangan antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai akibat
dari tersumbatnya pembuluh darah arteri koronaria dengan penyebab tersering
adalah aterosklorosis (Wijaya, dkk, 2013).
Menurut LeMone et al., (2015) Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau biasa
dikenal dengan Coronary Heart Disease (CHD) adalah penyakit yang disebabkan
karena kerusakan aliran darah menuju miokardium yang disebabkan oleh
penumpukan plak aterosklerosis di arteri koroner.
Sedangkan National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI, 2015)
menambahkan bahwa PJK adalah penyakit dengan keadaan plak menumpuk
didalam arteri koronaria yang merupakan penyuplai darah yang kaya akan
oksigen menuju ke otot jantung.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) secara klinis ditandai dengan adanya rasa
nyeri di dada atau rasa tidak nyaman di bagian dada dan biasanya seperti tertekan
benda berat ketika sedang beraktifitas (Riskesdas, 2013).
B. Klasifikasi
Menurut Potter & Perry (2010) Pada PJK klasifikasi dapat dibedakan menjadi
empat yaitu :
a. Silent Ischaemia (Asimtotik)
Banyak dari penderita silent ischaemia yang mengalami PJK tetapi
tidak merasakan ada sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda suatu penyakit
(Iman, 2004:22).
b. Angina Pectoris
Angina pectoris terdiri dari dua tipe, yaitu Angina Pectoris Stabil yang
ditandai dengan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan atau berat di
dada yang menjalar ke lengan kiri dan Angina Pectoris tidak Stabil yaitu
serangan rasa sakit dapat timbul, baik pada saat istirahat, waktu tidur, maupun
aktivitas ringan. Lama sakit dada jauh lebih lama dari sakit biasa. Frekuensi
serangan juga lebih sering.
c. Infark Miocard Akut (Serangan Jantung)
Infark miocard akut yaitu jaringan otot jantung yang mati karena
kekurangan oksigen dalam darah dalam beberapa waktu. Keluhan yang
dirasakan nyeri dada, seperti tertekan, tampak pucat berkeringat dan dingin,
mual, muntah, sesak, pusing, serta pingsan (Notoatmodjo, 2007:304).
C. Etiologi
Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh aterosklerosis, sumbatan
pada arteri koroner oleh plak lemak dan fibrosa. Penyakit jantung koroner
ditandai dengan angina pectoris, sindrom koroner akut, dan atau infark
myocardium (Lemone, Burke, Bauldoff, 2015). Penyebab primer penyakit arteri
koroner adalah inflamasi dan pengendapan lemak di dinding arteri (Black &
Hawks, 2014).
Kolesterol, kalsium, dan unsur-unsur lain yang dibawa oleh darah disimpan
di dinding arteri jantung yang mengakibatkan penyempitan arteri dan
berkurangnya aliran darah sepanjang pembuluh. Ini menghalangi suplai darah ke
otot jantung. Penumpukan ini awalnya berupa tumpukan lemak dan pada akhirnya
berkembang menjadi plak yang menghalangi darah sepanjang arteri.
Kadar kolesterol naik dan asupan lemak dapat berperan pada terbentuknya
plak, demikian juga dengan hipertensi, diabetes, dan merokok. Ketika plak
terbentuk di dalam arteri, otot jantung kekurangan oksigen dan nutrisi yang
akhirnya merusak otot jantung (mary DiGiulio dkk, 2014).
D. Faktor Resiko
Menurut Brunner & Suddart (2013) faktor resiko yang mencetus PJK dapat
dikelompokkan dalam dua kategori yaitu faktor resiko yang dapat dimodifikasi
dan tidak dapat dimodifikasi:
1. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
a. Merokok
Menurut Smeltzer (2013), dalam rokok terdapat asam nikotin pada
tembakau yang akan memicu pelepasan katekolamin sehingga
menyebabkan kontriksis dinding arteri. Menghirup asap rokok dapat
meningkatkan kadar karbon monoksida dalam darah sehingga oksigen
yang disuplai ke dalam jantung sangat berkurang dan kinerja kerja jantung
akan menjadi semakin berat. Menurut LeMone et al., (2015), Perokok
memiliki 3 kali risiko lebih rentan terkena penyakit jantung dibandingkan
dengan bukan perokok.
b. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Hipertensi merupakan tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg, dan
diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi akan merusak sel endotel arteri
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan karakteristik aliran darah
yang dapat menyebabkan perkembangan penumpukan plak ateroklerosis.
(LeMone et al., 2015)
c. Diabetes
Pada penderita diabetes mellitus terjadi hiperglikemia dan
hiperinsulinemia, perubahan fungsi trombosit, kenaikan kadar fibrinogen
dan inflamasi juga ikut berperan pada perkembangan aterklerosis (LeMone
et al., 2015).
d. Kurang Aktifitas/Latihan Fisik
Latihan fisik memiliki manfaat yang sangat banyak pada kesehatan
jantung, seperti peningkatan ketersediaan oksigen ke otot jantung,
penurunan kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung, serta peningkata
pada fungsi miokardium dan stabilitas listrik jantung (LeMone et al.,
2015).
e. Diet
Mengontrol pola makanan sangat penting dalam menjaga kesehatan.
Menkonsumsi makanan berserabut yang larut dalam air juga dapat
membantu menurunkan kadar kolestrol (Smeltzer, 2013).
f. Stres
Stress yang diakibatkan oleh berbagai macam situasi menegangkan
dapat memicu pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah,
dengan demikian akan menyebabkan frekuensi pada jantung dengan beban
kerja jantung meningkat (Smeltzer, 2013).
2. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a) Riwayat keluarga positif (kerabat derajat satu dengan penyakit
kardiovaskular di usia 55 tahun atau usia kurang untuk pria dan usia
65 tahun atau kurang untuk wanita).
b) Usia (lebih dari 85% kematian yang diakibatkan oleh infark miokardium
berusia 65 tahun atau lebih (LeMone et al., 2015).
c) Jenis kelamin (pria mengalami penyakit kardiovaskular pada usia lebih
dini dibandingkan wanita).
d) Ras (insidensi tinggi pada Afro-Amerika dibandingkan Kaukasia).
E. Manisfestasi Klinis
Gambaran klinis penyakit jantung koroner yaitu beberapa hari atau minggu
sebelumnya tubuh terasa tidak bertenaga, dada tidak enak, waktu olahraga atau
bergerak jantung berdenyut keras, napas tersengal-sengal, kadang-kadang disertai
mual muntah (Irmalita,2015).
Menurut Brunner dan Suddarth (2019), manifestasi klinis penyakit jantung
koroner adalah:
1. Iskemia
2. Nyeri dada : angina pectoris
3. Gejala atipikal berupa iskemia miokardium (sesak napas, mual, dan lemah)
4. Infark miokardium.
5. Disritmia, kematian mendadak
F. Patofisiologi
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a) Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin) diberikan
secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan.
Dosis awal 2,0 – 2,5 mg dapat diulangi jika perlu.
b) Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkan
venous return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan
oksigen demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada
arteri koroner sehingga akan meningkatkan suplai oksigen. Nitrat dapat
diberikan dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan
dengan per oral atau intravena.
c) Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan
diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti
menurunkan angka kematian.
d) Rombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut
adalah melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin
(Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini didasari oleh proses patogenesnya,
dimana terjadi penyumbatan atau trombosis dari arteri koroner.
Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya) dengan obat-obat
trombolitik seperti streptokinase, r-TPA (recombinant tissue plasminogen
ativactor complex), Urokinase, ASPAC (anisolated plasminogen
streptokinase activator), atau Scu-PA (single-chain).
e) Urokinase-type plasminogen activator). Pemberian trombolitik terapi
sangat bermanfaat jika diberikan pada jjam pertama dari serangan
infark. Terapi ini masih bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset
serangan infark.
f) Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga
akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di samping itu
betablocker juga mempunya efek anti aritmia.
2. Non- Farmakologis
a) Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok.
b) Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki
kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat
karena:
(1)
Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
(2)
Menurunkan berat badan sehingga lemak-lemak tubuh yang berlebih
berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol
(3)
Menurunkan tekanan darah
(4)
Meningkatkan kesegaran jasmani
(5)
Diet merupakan langkah pertama dalam penanggulangan
hiperkolesterolemia. Tujuannya untuk menjaga pola makan gizi
seimbang, makan makanan yang dapat menurunkan kadar kolesterol
dengan menerapkan diet rendah lemak
(6)
Terapi diet pada PJK yang merupakan panduan dalam masalah kesehatan
kardiovaskuler yang telah diikuti secara luas adalah dari AHA dan
NCEP. Tetapi diet ini secara khusus bertujuan untuk memperbaiki profil
lemak darah pada batas-batas normal.
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Pemeriksaan Kadar Kolesterol
Peningkatan kadar kolesterol dan trigelserida dapat mengindikasi adanya
faktor risiko untuk jantung koroner. Kadar kolesterol di atas 180 mg/dl pada
orang yang berusia 30 tahun atau kurang atau di atas 200 mg/ dl untuk
mereka yang berusia lebih dari 30 tahun di anggap meningkat dan berisiko
khusus penyakit jantung koroner.
2. Elektrokardiogram (EKG )
Biasanya normal bila pasien istirahat terapi datar atau depresi pada
segmen ST gelombang T menunjukkan iskemik. Peninggian ST atau
penurunan lebih dari 1 cm selama nyeri tanpa abnormalitas bila bebas nyeri
menunjukkan iskemik miokard transien, distritmia, dan blok jantung
3. Foto dada
Biasanya normal namun infiltrat mungkin menunjukkan dekompensasi
jantung atau komplikasi paru.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam
mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang
diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011).
Fokus pengkajian pada Lansia dengan Penyakit Jantung Koroner:
1. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien penyakit jantung koroner adalah
kelemahan saat beraktivitas dan sesak napas (Mutaqqin, 2014).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien
secara PQRST, diantaranya :
a. Provoking insident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas
ringan sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung.
b. Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan
aktivitas yang dirasakan atau digambarkan oleh pasien.
c. Region : radiation, relief : apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau
memengaruhi keseluruhan sistem otot rangka atau sering disertai dengan
ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
d. Saverity (scale) of pain : kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari .
e. Time : sifat awalnya adalah dengan timbulnya (onset), keluhan kelemahan
beraktivitas biasanya timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi)
kelemahan saat beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat istirahat
maupun saat beraktivitas (Mutaqqin, 2014).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung dikaji dengan menanyakan apakah
sebelumnya pasien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia
miokardium, infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa di konsumsi oleh pasien pada
masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan yang
terkait misalnya seperti obat diuretik, nitrat, penghambat beta, serta anti
hipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat,
dan reaksi alergi yang timbul (Mutaqqin, 2014)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
6. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit
klien dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan
individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan
berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik
akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program pengobatan dan
perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan
hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang
maladaptif.
7. Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien melalui makanan yang dikonsumsi.
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe).
9. Pemeriksaan Diagnosis
a. Kadar Kolesterol
b. EKG
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2018) Diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien
dengan penyakit jantung koroner ada 5 diagnosa, yaitu:
1) Nyeri akut b.d ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen akibat penurunan
suplai darah ke miokardium dan peningkatan produksi asam laktat.
2) Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas, irama dan konduksi
elektrik jantung.
3) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai nutrisi dan kebutuhan
oksigen.
4) Ansietas b.d rasa takut akan kematian, ancaman kesehatan, dan perubahan
kesehatan.
5) Defisit pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.
C. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan klien. (Iqbal dkk, 2011).
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal pengkajian: 07 November 2023/Pukul: 17.00
Ruang/RS: Nusa Indah 4
A. BIODATA
1. Biodata Pasien
a. Nama : Ny. R
b. Umur : 57 Tahun
c. Alamat : PKL.Brandan
d. Pendidikan : SLTA/Sederajat
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Tanggal masuk : 06 November 2023
g. Diagnosa medis : NSTEMI + Hipertensi Stage II
h. Nomor registrasi : D23050708/D102304756
B. KELUHAN UTAMA
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sejak 1 hari SMRS.
Pasien mengeluh dada terasa berat. Sebelumnya pasien sudah minum
ISDN Sublingual, namun tidak ada perbaikan. Pasien mengalami
sesak napas, bertambah ketika beraktivitas dan tidak membaik ketika
beristirahat, batuk sudah 3 hari (+) , ronki (+), demam (-), mual
muntah tidak ada.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dibawa keluarga karena merasakan nyeri dada, batuk (+),
sesak napas dan mudah lelah bila melakukan aktivitas.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat hipertensi
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan ayah dari Ny. R menderita DM tipe II dan
kolestrol tinggi. Ibu dari Ny. R memiliki riwayat hipertensi.
NO ETIOLOGI MASALAH
DATA
1. DS: Perubahan Irama Penurunan Curah
- Ny. R mengatakan, “Dada saya terasa Jantung Jantung
sesak dan berat hingga membuat saya
tidak sanggup terkadang untuk berjalan”
- Ny. R mengatakan, “Seringkali ketika
kumat sakit dada kadang nyeri nya
menjalar hingga kedua lengan dan seperti
tertusuk-tusuk dan hilang timbul”
- Ny. R mengatakan, “Memiliki riwayat
darah tinggi dan kolesterol tinggi”
- Ny. R mengatakan, “Saya sudah minum
obat ISDN namun tidak ada perbaikan”.
DO:
- K/U: Lemah
- Kesadaran : Composmentis
- CRT > 2 detik
- Tekanan darah:160/96 mmHg
- Temp: 36,7 Cº
- Nadi: 114 x/menit
- RR: 26x/menit
- SP02: 96%
- Urine: 0,5 cc/kg/BB/i
- Pasien tampak lemah dan berkeringat
dingin
- ADL partial care
- Ekstremitas edema
- Interpretasi EKG: Terdapat Segmen ST
depresi, inversi gelombang T .
2. DS: Hambatan upaya Pola nafas tidak efektif
- Ny. R mengatakan, “Saya merasa sesak napas
dan dada saya terasa penuh”
DO:
- RR : 114x/menit
- SP02: 96%
- Akral hangat
- Kulit pasien tampak pucat
- Irama Pernafasan: irreguler
- Bunyi paru: ronki, batuk (+),
- Pasien terpasang nasal canul dengan O2
3-4 L
3. DS : Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
- Pasien mengatakan cepat lelah, lemas antara suplai dan
dan bertambah berat ketika beraktivitas kebutuhan oksigen
dan belum membaik ketika beristirahat
DO:
- KU: Lemah
- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan darah:160/96 mmHg
- Temp: 36,7 Cº
- Nadi: 114 x/menit
- RR: 26x/menit
- SP02: 96%
- CRT > 2 detik
- Warna kulit pucat
- Akral teraba hangat
- Turgor kulit baik
- Ektremitas bawah edema
- Pasien partial bedrest
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No SDKI SLKI SIKI
1. Penurunan Setelah dilakukan Manajemen syok kardiogenik
Curah tindakan
Jantung keperawatan Observasi
(D.0008) 3x24 jam - Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan
kekuatan nad, frekuensi napas, TD, MAP)
diharapkan curah
- Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
jantung
- Monitor status cairan (masukan dan haluaran,
meningkat
turgor kulit, CRT)
dengan, - Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Kriteria Hasil: - Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya
- Gambar EKG DOTS (deformity/deformitas, open wound/luka
aritmia terbuka, tendemess/nyeri tekan, swelling/bengkak)
menurun - Monitor EKG 12 lead
- Tekanan darah
membaik Terapeutik
- Dispnea - Pertahankan jalan napas paten
menurun - Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%
- Bradikardia
- Persiapkan Intubasi dan ventilasi mekanis, jika
menurun
perlu
- Berikan posisi syok (modified Trendelenberg)
- Pasang jalur IV Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
- Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi
lambung
Kolaborasi
- Kolaborast pemberian infus cairan, kristalold 1 – 2
L pada dewasa
- Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20
mL/kgBB pada anak
- Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri dada
- Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan
T
- Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
- Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan risiko
aritmia
- Monitor enzim jantung
- Monitor saturasi oksigen
- Identifikasi stratifikasi pada sindrom coroner akut
Terapeutik
- Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
- Pasang akses intravena
- Puasakan hingga bebas nyeri
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas
dan stress
- Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
Edukasi
- Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
- Anjurkan menghindari manuver valsava
- Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
- Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan
ketakutan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiplatelet,jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiangina
- Kolaborasi pemberian morfin,jika perlu
- Kolaborasi pemberian inotropic, jika perlu
- Kolaborasi pencegahan thrombus dengan
antikoagulan, jika perlu
INTERVENSI KEPERAWATAN
No SDKI SLKI SIKI
1. Penurunan Setelah dilakukan Manajemen syok kardiogenik
Curah tindakan
Jantung keperawatan 3x24 Observasi
(D.0008) jam diharapkan - Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
nad, frekuensi napas, TD, MAP)
curah jantung
- Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
meningkat dengan,
- Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor
Kriteria Hasil:
kulit, CRT)
- Gambar EKG - Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
aritmia menurun - Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya
- Tekanan darah DOTS (deformity/deformitas, open wound/luka
membaik terbuka, tendemess/nyeri tekan, swelling/bengkak)
- Dispnea menurun - Monitor EKG 12 lead
- Bradikardia
menurun Terapeutik
- Pertahankan jalan napas paten
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%
- Persiapkan Intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
- Berikan posisi syok (modified Trendelenberg)
- Pasang jalur IV Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
- Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung
Kolaborasi
- Kolaborast pemberian infus cairan, kristalold 1 – 2 L
pada dewasa
- Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20
mL/kgBB pada anak
- Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri dada
- Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T
- Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
- Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan risiko
aritmia
- Monitor enzim jantung
- Monitor saturasi oksigen
- Identifikasi stratifikasi pada sindrom coroner akut
Terapeutik
- Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
- Pasang akses intravena
- Puasakan hingga bebas nyeri
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan
stress
- Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat
dan pemulihan
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
Edukasi
- Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
- Anjurkan menghindari manuver valsava
- Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
- Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiplatelet,jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiangina
- Kolaborasi pemberian morfin,jika perlu
- Kolaborasi pemberian inotropic, jika perlu
- Kolaborasi pencegahan thrombus dengan antikoagulan,
jika perlu
Observasi
- Monitor frekuensi, pola napas
- Monitor bunyi napas tambahan
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen
- Posisikan semi fowler/fowler
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
3. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
aktivitas b/d Tindakan
keperawatan 5x24 Observasi
ketidakseim
jam diharapkan - Identifikasi gangguan tubuh yang mengakibatkan
bangan
toleransi aktivitas kelelahan
antara suplai
meningkat dengan - Monitor kelelahan fisik dan emosional
dan
kriteria hasil: - Monitor pola dan jam tidur
kebutuhan
- Frekuensi nadi
oksigen - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
meningkat
melakukan aktivitas
- Saturasi oksigen
Terapeutik
meningkat
- Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
- Kemudahan
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
dalam
melakukan - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak mampu
aktivtas sehari- berpindah/berjalan
hari meningkat Edukasi
- Keluhan lelah - Anjurkan tirah baring
menurun - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Perasaan lemah - Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
menurun Kolaborasi
- Tekanan darah - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
membaik asupan makanan
- Frekuensi nafas
membaik
EVALUASI KEPERAWATAN
O:
- K/U: Lemah
- Kesadaran : Composmentis
- CRT > 2 detik
- Tekanan darah:160/96 mmHg
- Temp: 36,7 Cº
- Nadi: 114 x/menit
- RR: 26x/menit
- SP02: 96%
- Urine: 0,5 cc/kg/BB/i
- Pasien tampak lemah dan berkeringat dingin
- Ekstremitas bawah edema
- ADL partial care
- Dx Medis:
NSTEMI +HHD
A: Penurunan curah jantung
P: Perawatan jantung akut
O:
- RR : 114x/menit
- SP02: 96%
- Akral hangat
- Kulit pasien tampak pucat
- Irama Pernafasan: irreguler
- Bunyi paru: ronki, batuk (+),
Pasien terpasang nasal canul dengan O2 3-4 L
A: Pola napas tidak efektif
P:
- Monitor frekuensi, pola napas
- Monitor bunyi napas tambahan
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen
- Posisikan semi fowler/fowler
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
Selasa, 07 Intoleransi S:
Novembe aktivitas - Pasien mengatakan cepat lelah, lemas dan bertambah berat ketika
beraktivitas dan belum membaik ketika beristirahat
r 2023 O:
- KU: Lemah
- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan darah:160/96 mmHg
- Temp: 36,7 Cº
- Nadi: 114 x/menit
- RR: 26x/menit
- SP02: 96%
- CRT > 2 detik
- Warna kulit pucat
- Akral teraba hangat
- Turgor kulit baik
Pasien partial bedrest
A: Intoleransi aktivitas tidak efektif
P:
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
- Sediakan lingkungan yang nyaman
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak mampu
berpindah/berjalan
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan