DISUSUN
OLEH :
RUDI SETIAWAN
A. Pengertian
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu kondisi di mana ketidakseimbangan
antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai akibat dari tersumbatnya pembuluh
darah arteri koronaria dengan penyebab tersering adalah aterosklorosis (Wijaya, dkk, 2013).
Menurut LeMone et al., (2015) Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau biasa dikenal
dengan Coronary Heart Disease (CHD) adalah penyakit yang disebabkan karena kerusakan
aliran darah menuju miokardium yang disebabkan oleh penumpukan plak aterosklerosis di
arteri koroner.
Sedangkan National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI, 2015) menambahkan
bahwa PJK adalah penyakit dengan keadaan plak menumpuk didalam arteri koronaria yang
merupakan penyuplai darah yang kaya akan oksigen menuju ke otot jantung.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) secara klinis ditandai dengan adanya rasa nyeri di dada
atau rasa tidak nyaman di bagian dada dan biasanya seperti tertekan benda berat ketika
sedang beraktifitas (Riskesdas, 2013).
B. Klasifikasi
Menurut Potter & Perry (2010) Pada PJK klasifikasi dapat dibedakan menjadi empat
yaitu :
a. Silent Ischaemia (Asimtotik)
Banyak dari penderita silent ischaemia yang mengalami PJK tetapi tidak
merasakan ada sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda suatu penyakit (Iman, 2004:22).
b. Angina Pectoris
Angina pectoris terdiri dari dua tipe, yaitu Angina Pectoris Stabil yang ditandai
dengan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan atau berat di dada yang
menjalar ke lengan kiri dan Angina Pectoris tidak Stabil yaitu serangan rasa sakit dapat
timbul, baik pada saat istirahat, waktu tidur, maupun aktivitas ringan. Lama sakit dada
jauh lebih lama dari sakit biasa. Frekuensi serangan juga lebih sering.
c. Infark Miocard Akut (Serangan Jantung)
Infark miocard akut yaitu jaringan otot jantung yang mati karena kekurangan
oksigen dalam darah dalam beberapa waktu. Keluhan yang dirasakan nyeri dada, seperti
tertekan, tampak pucat berkeringat dan dingin, mual, muntah, sesak, pusing, serta pingsan
(Notoatmodjo, 2007:304).
C. Etiologi
Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh aterosklerosis, sumbatan pada arteri
koroner oleh plak lemak dan fibrosa. Penyakit jantung koroner ditandai dengan angina
pectoris, sindrom koroner akut, dan atau infark myocardium (Lemone, Burke, Bauldoff,
2015). Penyebab primer penyakit arteri koroner adalah inflamasi dan pengendapan lemak di
dinding arteri (Black & Hawks, 2014).
Kolesterol, kalsium, dan unsur-unsur lain yang dibawa oleh darah disimpan di dinding
arteri jantung yang mengakibatkan penyempitan arteri dan berkurangnya aliran darah
sepanjang pembuluh. Ini menghalangi suplai darah ke otot jantung. Penumpukan ini awalnya
berupa tumpukan lemak dan pada akhirnya berkembang menjadi plak yang menghalangi
darah sepanjang arteri.
Kadar kolesterol naik dan asupan lemak dapat berperan pada terbentuknya plak,
demikian juga dengan hipertensi, diabetes, dan merokok. Ketika plak terbentuk di dalam
arteri, otot jantung kekurangan oksigen dan nutrisi yang akhirnya merusak otot jantung (mary
DiGiulio dkk, 2014).
D. Faktor Resiko
Menurut Brunner & Suddart (2013) faktor resiko yang mencetus PJK dapat
dikelompokkan dalam dua kategori yaitu faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan tidak
dapat dimodifikasi:
1. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
a. Merokok
Menurut Smeltzer (2013), dalam rokok terdapat asam nikotin pada tembakau yang
akan memicu pelepasan katekolamin sehingga menyebabkan kontriksis dinding arteri.
Menghirup asap rokok dapat meningkatkan kadar karbon monoksida dalam darah
sehingga oksigen yang disuplai ke dalam jantung sangat berkurang dan kinerja kerja
jantung akan menjadi semakin berat. Menurut LeMone et al., (2015), Perokok
memiliki 3 kali risiko lebih rentan terkena penyakit jantung dibandingkan dengan
bukan perokok.
b. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Hipertensi merupakan tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg, dan diastolik
diatas 90 mmHg. Hipertensi akan merusak sel endotel arteri sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan karakteristik aliran darah yang dapat menyebabkan
perkembangan penumpukan plak ateroklerosis. (LeMone et al., 2015)
c. Diabetes
Pada penderita diabetes mellitus terjadi hiperglikemia dan hiperinsulinemia,
perubahan fungsi trombosit, kenaikan kadar fibrinogen dan inflamasi juga ikut
berperan pada perkembangan aterklerosis (LeMone et al., 2015).
d. Kurang Aktifitas/Latihan Fisik
Latihan fisik memiliki manfaat yang sangat banyak pada kesehatan jantung,
seperti peningkatan ketersediaan oksigen ke otot jantung, penurunan kebutuhan
oksigen dan beban kerja jantung, serta peningkata pada fungsi miokardium dan
stabilitas listrik jantung (LeMone et al., 2015).
e. Diet
Mengontrol pola makanan sangat penting dalam menjaga kesehatan.
Menkonsumsi makanan berserabut yang larut dalam air juga dapat membantu
menurunkan kadar kolestrol (Smeltzer, 2013).
f. Stres
Stress yang diakibatkan oleh berbagai macam situasi menegangkan dapat memicu
pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah, dengan demikian akan
menyebabkan frekuensi pada jantung dengan beban kerja jantung meningkat
(Smeltzer, 2013).
2. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a) Riwayat keluarga positif (kerabat derajat satu dengan penyakit kardiovaskular di
usia 55 tahun atau usia kurang untuk pria dan usia 65 tahun atau kurang untuk
wanita).
b) Usia (lebih dari 85% kematian yang diakibatkan oleh infark miokardium berusia 65
tahun atau lebih (LeMone et al., 2015).
c) Jenis kelamin (pria mengalami penyakit kardiovaskular pada usia lebih dini
dibandingkan wanita).
d) Ras (insidensi tinggi pada Afro-Amerika dibandingkan Kaukasia).
E. Manisfestasi Klinis
Gambaran klinis penyakit jantung koroner yaitu beberapa hari atau minggu sebelumnya
tubuh terasa tidak bertenaga, dada tidak enak, waktu olahraga atau bergerak jantung
berdenyut keras, napas tersengal-sengal, kadang-kadang disertai mual muntah
(Irmalita,2015).
Menurut Brunner dan Suddarth (2019), manifestasi klinis penyakit jantung koroner
adalah:
1. Iskemia
2. Nyeri dada : angina pectoris
3. Gejala atipikal berupa iskemia miokardium (sesak napas, mual, dan lemah)
4. Infark miokardium.
5. Disritmia, kematian mendadak
F. Patofisiologi
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a) Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin) diberikan secara
intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan. Dosis awal 2,0 –
2,5 mg dapat diulangi jika perlu.
b) Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkan venous
return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen demam. Di
samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan
meningkatkan suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray atau
sublingual, kemudian dilanjutkan dengan per oral atau intravena.
c) Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan diberikan
sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti menurunkan angka
kematian.
d) Rombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut adalah
melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin
(Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini didasari oleh proses patogenesnya, dimana
terjadi penyumbatan atau trombosis dari arteri koroner. Revaskularisasi dapat
dilakukan (pada umumnya) dengan obat-obat trombolitik seperti streptokinase, r-
TPA (recombinant tissue plasminogen ativactor complex), Urokinase, ASPAC
(anisolated plasminogen streptokinase activator), atau Scu-PA (single-chain).
e) Urokinase-type plasminogen activator). Pemberian trombolitik terapi sangat
bermanfaat jika diberikan pada jjam pertama dari serangan infark. Terapi ini
masih bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset serangan infark.
f) Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga akan
menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di samping itu betablocker juga
mempunya efek anti aritmia.
2. Non- Farmakologis
a) Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok.
b) Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral
koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat karena:
(1)
Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
(2)
Menurunkan berat badan sehingga lemak-lemak tubuh yang berlebih berkurang
bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol
(3)
Menurunkan tekanan darah
(4)
Meningkatkan kesegaran jasmani
(5)
Diet merupakan langkah pertama dalam penanggulangan hiperkolesterolemia.
Tujuannya untuk menjaga pola makan gizi seimbang, makan makanan yang dapat
menurunkan kadar kolesterol dengan menerapkan diet rendah lemak
(6)
Terapi diet pada PJK yang merupakan panduan dalam masalah kesehatan
kardiovaskuler yang telah diikuti secara luas adalah dari AHA dan NCEP.
Tetapi diet ini secara khusus bertujuan untuk memperbaiki profil lemak darah pada
batas-batas normal.
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Pemeriksaan Kadar Kolesterol
Peningkatan kadar kolesterol dan trigelserida dapat mengindikasi adanya faktor
risiko untuk jantung koroner. Kadar kolesterol di atas 180 mg/dl pada orang yang
berusia 30 tahun atau kurang atau di atas 200 mg/ dl untuk mereka yang berusia lebih
dari 30 tahun di anggap meningkat dan berisiko khusus penyakit jantung koroner.
2. Elektrokardiogram (EKG )
Biasanya normal bila pasien istirahat terapi datar atau depresi pada segmen ST
gelombang T menunjukkan iskemik. Peninggian ST atau penurunan lebih dari 1 cm
selama nyeri tanpa abnormalitas bila bebas nyeri menunjukkan iskemik miokard
transien, distritmia, dan blok jantung
3. Foto dada
Biasanya normal namun infiltrat mungkin menunjukkan dekompensasi jantung atau
komplikasi paru.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji
harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang diharapakan dari klien
(Iqbal dkk, 2011).
Fokus pengkajian pada Lansia dengan Penyakit Jantung Koroner:
1. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien penyakit jantung koroner adalah kelemahan
saat beraktivitas dan sesak napas (Mutaqqin, 2014).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST, diantaranya :
a. Provoking insident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas ringan
sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung.
b. Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yang
dirasakan atau digambarkan oleh pasien.
c. Region : radiation, relief : apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau memengaruhi
keseluruhan sistem otot rangka atau sering disertai dengan ketidakmampuan dalam
melakukan pergerakan.
d. Saverity (scale) of pain : kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari .
e. Time : sifat awalnya adalah dengan timbulnya (onset), keluhan kelemahan
beraktivitas biasanya timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat
beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat istirahat maupun saat beraktivitas
(Mutaqqin, 2014).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung dikaji dengan menanyakan apakah sebelumnya pasien
pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia miokardium, infark miokardium,
diabetes melitus, dan hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa di
konsumsi oleh pasien pada masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini.
Obat-obatan yang terkait misalnya seperti obat diuretik, nitrat, penghambat beta, serta
anti hipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan
reaksi alergi yang timbul (Mutaqqin, 2014)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
6. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam
lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan rentan
variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi
nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan
program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik akibat
adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang
maladaptif.
7. Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien melalui makanan yang dikonsumsi.
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut
hingga ujung kaki (head to toe).
9. Pemeriksaan Diagnosis
a. Kadar Kolesterol
b. EKG
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2018) Diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan
penyakit jantung koroner ada 5 diagnosa, yaitu:
1) Nyeri akut b.d ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen akibat penurunan suplai
darah ke miokardium dan peningkatan produksi asam laktat.
2) Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas, irama dan konduksi elektrik
jantung.
3) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai nutrisi dan kebutuhan oksigen.
4) Ansietas b.d rasa takut akan kematian, ancaman kesehatan, dan perubahan kesehatan.
5) Defisit pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.
C. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. (Iqbal dkk, 2011).
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter
& Perry, 2011).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
A. Data Adminitrasi
Tanggal : 09 November 2023 Waktu: 09.00 WIB
Inisial Pasien : Ny.E
Umur : 42 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sei Bilah
D. PENGKAJIAN KOMPREHENSIF
1. Keluhan Utama: sesak napas, nyeri dada sebelah kiri, cepat lelah
2. Riwayat keluhan: sesak napas, nyeri dada, nyeri ulu hati
3. Riwayat penyakit dan/atau pembedahan terdahulu: operasi appendik
4. Allergi/reaksi :
Obat: Tidak ada
- Agama
a. Islam√ b. Kristen c. Budha
6. Respirasi (pernafasan)
- Pola pernafasan:
a. Reguler b.Irreguler √ c.Lainnya:
d. frekwensi 26 x/i
- Tampilan:
a. Dispnue b. Orthopnue c. Wheeze
- Batuk:
a. Tidak ada b. Ya (produktif/ tidak produktif): tidak produktif √
- Sputum:
a. Tidak ada √ b. Ya (warna)
7. Sirkulasi
- Nadi:
a.Reguler √ b. Irreguler c. Frekuensi: 78 x/i
- TD:
a. Normal........./............mmHg
b. Hipotensi........./.............mmHg
- Ektremitas:
a. Hangat b. Dingin √ c. Pucat √ d. Sianosis
8. Neurosensori
- Status Mental:
GCS: Eye (4) Motorik (6) Verbal (5) E + M + V = Komposmentis
g. Depresi h. Lainnya:
- Orientasi :
a. Hari b. Waktu c. Orang
- Pendengaran
a. Normal √ b. Kesulitan pendengaran (ki/ka)
b. Kerusakan pendengaran d. Lainnya:
- Penglihatan
a. Normal √ b. Menggunakan kaca mata
- Berbicara
a. Normal √ b. Apasia c. Tidak ada komunikasi
d. Lainnya:
- Suhu
a. Normal 36.7 oC √ b. Hipotermia....... oC c. Hipertermia........oC
9. Gastrointertinal
- Tipe diet (selama di rs)
a. Normal √ b. Lunak c. Lainnya:
- Pembatasan cairan
a. Tidak ada b. Ya √
- Pembatasan diet
a. Tidak ada √ b. Ya
- Tube feeding
a. Nasogastic tube b. Peritoneal gastric tube
Gigi
- Tampilan
a. Nausea√ b. Vomiting√ c. Kesulitan menelan
- Pengkajian nutrisi
Kriteria Oral intake Kehilangan berat
Penyakit dengan resiko
badan tanpa BMI (kg/m2)
score malnutrisi
disengaja
Lingkari satu atau lebih Lingkari cukup Lingkari cukup satu Lingkari
satu saja saja cukup satu
saja
kcal/ml
makanan
Scoring 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
Total 6
10. Eliminasi
- Bowel (usus besar)
masalah :
- Urinary
Tampilan urine:
Masalah:
- Intergritas :
a. Utuh
b. Ruam
e. Kemerah – merahan:
f. Lainnya (jelaskan ):
Braden scale
Indikasi skore dan indentifikasi resiko ( pilih salah satu berdasarkan total skore )
- Skore nyeri : 4
Tipe: sedang
Komentar: -
14. Laboratorium
Tanggal : 09 November 2023
Hematologi
Darah rutin
Kimia Klinik
Ginjal-Hipertensi
- Klorida (Cl)
111 mmol/L 98-106 mmol/L Tinggi
15. Pemeriksaan radiologi dan lainnya
Terapi medis
clopidogrel 1 x 75 mg
DO:
- RR: 26 x/mnt
- SpO2 : 99% on nasal kanul 4 L/i
- CRT > 2 detik
- Akral dingin
- Kulit pasien tampak pucat
- Irama Pernafasan: Vesikuler
- Bunyi paru: Ronki (-), batuk (-)
- Konjungtiva anemis
DS: Iskemia jaringan Nyeri akut
- Ny. E mengatakan : “Merasakan miokard
nyeri dada di sebelah kiri tembus
ke punggung”
- Ny. E mengatakan : “Nyeri dada
dan nyeri di ulu hati yang dirasakan
hilang timbul
DO:
- Keadaan umum: Lemah
- Kesadaran : Compos mentis
- Pasien tampak memegangi dadanya
dan tampak meringis
- Pasien tampak sulit tidur
- Pengkajian PQRST :
P : CAD dan UAP, pergerakan dan
istirahat
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : sakit di dada tembus ke
belakang
S : 6 (NRS)
T : Kurang dari 20 Menit dan nyeri
yang dirasakan tidak menentu
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Terapeutik
- Pertahankan jalan napas paten
- Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
- Persiapkan Intubasi dan ventilasi mekanis, jika
perlu
- Berikan posisi syok (modified Trendelenberg)
- Pasang jalur IV Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine
- Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi
lambung
Kolaborasi
- Kolaborast pemberian infus cairan, kristalold 1
– 2 L pada dewasa
- Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20
mL/kgBB pada anak
- Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika
perlu
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri dada
- Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST
dan T
- Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
- Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan
risiko aritmia
- Monitor enzim jantung
- Monitor saturasi oksigen
- Identifikasi stratifikasi pada sindrom coroner
akut
Terapeutik
- Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
- Pasang akses intravena
- Puasakan hingga bebas nyeri
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
ansietas dan stress
- Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
Edukasi
- Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
- Anjurkan menghindari manuver valsava
- Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
- Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan
ketakutan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiplatelet,jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiangina
- Kolaborasi pemberian morfin,jika perlu
- Kolaborasi pemberian inotropic, jika perlu
- Kolaborasi pencegahan thrombus dengan
antikoagulan, jika perlu
Observasi
- Monitor frekuensi, pola napas
- Monitor bunyi napas tambahan
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen
- Posisikan semi fowler/fowler
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
3. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
tindakan
keperawatan 3 x 24 Observasi
jam, diharapkan
skala nyeri - Identifikasi PQRST
berkurang, dengan - Identifikasi faktor yang memperberat nyeri
kriteria hasil: Terapeutik
1. Keluhan nyeri - Berikan teknik nyeri non farmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri (berzikir dan menarik
2. Meringis nafas dalam)
menurun
- Fasilitasi istirahat dan tidur dengan
3. Sikap protektif
meminimalkan cahaya dan suara
menurun
4. Gelisah menurun Edukasi
5. Tekanan darah,
HR membaik - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
Observasi
- Identifikasi factor pencetus dan Pereda nyeri
- Monitor Kualitas nyeri
- Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
- Monitor intensitas nyeri
- Monitor durasi dan frekuensi nyeri
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Edukasi
Observasi
- Identifiksi karakateristik nyeri
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesic
- Monitor efektifitas analgesic.
EVALUASI KEPERAWATAN
O:
- RR: 26 x/mnt
- SpO2 : 99% on nasal kanul 4 L/i
- CRT > 2 detik
- Akral dingin
- Kulit pasien tampak pucat
- Irama Pernafasan: Vesikuler
- Bunyi paru: Ronki (-), batuk (-)
- Konjungtiva anemis
A : Nyeri akut
P:
Manajemen Nyeri
1. Lakukan pengkajian PQRST setiap 3-4 jam
2. Mengingatkan untuk tetap melakukan teknik nyeri non
farmakologis dengan berzikir dan tarik napas dalam
untuk menrunkan rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat/ tidur dengan lingkungan yang tidak
berisik
4. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
5. Kolaborasi pemberian therapy dengan dokter.