Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN II

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS PONTIANAK


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
SEMESTER GANJIL TA. 2020-2021

MATA KULIAH : KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II (KMB II)


KOMPETENSI : KARDIOVASKULAR (Jantung Koroner)

NAMA : Dea Tri Natalia


NIM : 191121010
KELAS : Tingkat 2 Sarjana Terapan Keperawatan Pontianak

A. KONSEP KEBUTUHAN PENYAKIT TERKAIT GANGGUAN YANG


DIIDENTIFIKASI
1. Pengertian
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana ketidakseimbangan
antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai akibat tersumbatnya
pembuluh darah arteri koronaria dengan penyebab tersering adalah aterosklerosis
(Wijaya dkk, 2013). Penyakit Jantung Koroner (PJK)merupakan gangguan fungsi jantung
akibat otot jantung kekurangan darah dari penyempitan pembuluh darah koroner.
Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah (membawa 02 dan
makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfungsi dengan baik).Secara klinis,
ditandai dengan nyeri dada terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan
berat ketika sedang mendaki juga pada kerja berat ataupun berjalan terburu-buru
pada saat berjalan datar atau berjalan jauh (RISKESDAS,2013).
2. Etiologi
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam
pembuluh darah jantung,hal ini dimana lama kelamaan diikuti berbagai proses
seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah yang
semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah. Hal ini akan
mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah
dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius dari Angina Pectoris
(nyeri dada) sampai Infark
Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang
dapat menyebabkan kematian mendadak. Pembuluh arteri ini akan menyempitdan
bila parah terjadi penghentian darah. Setelah itu terjadi proses penggumpalan
dari berbagai substansi dalam darah sehingga menghalangi aliran darah dan terjadi
atherosclerosis dan thrombosis (kharisma al’an sarwin.2016),selain faktor diatas ada
banyak faktor lain, seperti hipertensi, kadar lipid, rokok, dan kadar gula darah yang
abnormal (Naga, 2012).

3. Patofisiologi/Mekanisme Gangguan Kebutuhan Terkait


Ateroklerosis pada arteri koroner jantung merupkan awal mula terjadinya
penyakit jantung koroner.Proses pembentukan aterosklerosis tersebut dimulai dengan
terjadinya endotel pembuluh darah yang disebabkan oleh hiprtensi,zat nikotin pada
pembuluh darah dan diabetes mellitus (LS, 2011).Plak yang tebentuk pada arteri
koroner membuat lumen pembuluh darah menyempit sehingga asupan oksigen otot
jantung untuk berkontraksi menururn dan menimbulkan rasa tidak nyaman yang
sering disebut sebagai nyeri dada dan biasanya muncul saat beraktivitas dan stress
emosional. Keadaan tersebut sering disebut juga stable angina pectoris sebagai
manifestasi dari penyakit iskemik(LS, 2011).Plak fibrosa yang bisa terbentuk adalah plak
yang stabil dan yang rentan. Plak fibrosa yang stabil mengandung lipid yang sedikit dan
kapsul fibrosa yang tebal,sedangkan plak yang rentan mengandung lipid yang banyak dan
kapsul fibrosa yang tipis sehingga lebih rentan pula untuk mengalami ruptur. Ruptur
plak yang aterom akan mengaktifkan agregasi platelet yang nantinya aktivasi
faktor pembekuan darah dan membentuk thrimbus di dalam lumen pembuluh darah
(LS, 2011).

4. Tanda dan Gejala


1. Biasanya kadar lemak yang tinggi tidak menimbulkan gejala. Kadang-kadang,
jika kadarnya sangat tinggi, endapan lemak akan membentuk suatu penumpukan
lemak yang disebut xantoma di dalam tendo (urat daging) dan di dalam kulit.
2. Nyeri dada, Sakit dada kiri (angina) dan nyeri terasa berasal dari dalam. Nyeri dada
yang dirasakan pasien juga bermacam-macam seperti ditusuk-tusuk,
terbakar, tertimpa benda berat, disayat, panas. Nyeri dada dirasakan di dada kiri
disertai penjalaran ke lengan kiri, nyeri di ulu hati, dada kanan, nyeri dada
yang menembus hingga punggung, bahkan ke rahang dan leher.
3. Beberapa hari atau minggu sebelumnya tubuh terasa tidak bertenaga, dada tidak
enak, waktu olahraga atau bergerak jantung berdenyut keras, napas tersengal-
sengal(sesak nafas), kadang-kadang disertai mual, muntah dan tubuh mengeluarkan
banyak keringat.(Irmalita, 2015).

5. Komplikasi Penyakit
1. Angina.
Angina atau nyeri dada disebabkan oleh menyempitnya arteri, sehingga jantung tidak
mendapatkan cukup darah.
2. Serangan jantung.
Komplikasi ini terjadi bila arteri tersumbat sepenuhnya, akibat penumpukan lemak
atau gumpalan darah. Kondisi ini akan merusak otot jantung.
3. Gagal jantung.
Gagal jantung terjadi bila jantung tidak cukup kuat memompa darah. Kondisi ini
disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan jantung.
4. Gangguan irama jantung (aritmia).
Kurangnya suplai darah ke jantung atau kerusakan pada jantung akan memengaruhi
impuls listrik jantung, sehingga memicu aritmia.
6. Pemeriksaan Diagnostik (jika ada)
1. EKG (Elektrokardiografi)Pemeriksaan terhadap gambaran listrik yang ditimbulkan
oleh jantung pada waktu berkontraksi. EKG menunjukkan adanya S-T elevasi
yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang
merupakan tanda dari injuri dan gelombang Q yang mencerminkan adanya
nikrosis. Enzim dan isoenzim pada jantung: CPR-MB meningkat dalam 4-12 jam
dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan
mencapai puncak pada 36 jam. Elektrolit: ketidakseimbangan yang
memungkinkan terjadinya konduksi jantung dan kontraktilitas jantung.
(Notoatmodjo, 2011).
2. Arterigrafi coroner (Kateterisasi)Kateterisasi jantung merupakan pemeriksaan
yang bertujuan untuk memeriksa struktur serta fungsi jantung, termasuk
ruang jantung, katup jantung, otot jantung, serta pembuluh darah jantung
termasuk pembuluh darah koroner, terutama untuk mendeteksi adanya
pembuluh darah jantung yang tersumbat (Kurniadi, 2013).
3. Ekokardiografi Pemeriksaan yang tidak menimbulkan rasa sakit dan
berdasarkan pemantulan gelombang suara (ultrasound)dari berbagai bagian
jantung. Pada tes ini dapat dilihat gambaran fungsi pompa jantung dan kontraksi
yang terganggu bila suplai darah terganggu (Notoatmodjo, 2011).
4. Radioaktif isotope Menggunakan zat kimia atau isotop yang disuntikkan pada
penderita, kemudian zat tersebut dideteksi melalui kamera khusus. Zat yang
biasa digunakan adalah thaliumdan technetium. Pada bagian otot jantung yang
infark, zat radioaktif lebih sedikit dibandingkan dengan bagian otot jantung yang
normal (Notoatmodjo, 2011)
5. AngiografiCara yang langsung dapat mendeteksi kelainan jantung dari pembuluh
arteri jantung, seperti gambaran radiologis, yaitu dengan menggunakan alat
angiogram. Namun pemeriksaan imi termasuk tindakan invasive yaitu dengan
memasukkan kateter ke dalam pembuluh arteri atau vena lalu didorong sampai ke
berbagai tempat di jantung. Gambaran arteri jantung yang mengalirkan darah ke
jantung akan terlihat dengan pemeriksaan ini (Notoatmodjo, 2011)

7. Penatalaksanaan Medik (jika ada)


1. Analgetik yang diberikan biasanya golongannarkotik (morfin) diberikan secara
intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan. Dosisnya awal
2,0 –2,5 mg dapat diulangi jika perlu.
2. Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkan
venous return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen
demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri koroner
sehingga akan meningkatakan suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan
sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral atau
intravena
3. Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan diberikan
sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti menurunkan angka
kematian.
4. Rombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut adalah
melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin
(Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini didasari oleh proses patogenesanya, dimana
terjadi penyumbatan trombosis dari arteri koroner.
5. Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga akan
menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di samping itu betaclocker juga
mempunyai efek anti aritmia.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien: Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama: Pada klien dengan penyakit jantung koroner biasanya klien
mengeluh nyeri khas angina yaitu dada retrostenal kurang lebih 5-15 menit, terasa
berat, tertekan seperti di cengkram dan panas.
c. Riwayat kesehatan:
1) Riwayat kesehatan lalu: Dalam hal ini yang perlu dikajiatau di tanyakan pada
klien antara lain apakah klien pernah menderita hipertensi atau diabetes
millitus, infark miokard atau penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya.
Serta ditanyakan apakah pernah MRS sebelumnya.
2) Riwayat kesehatan keluarga: Mengkaji pada keluarga, apakah
didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang diderita oleh klien atau
tidak, atau apakah didalam keluarga mempunyai riwayat penyakit
menular atau menurun.
3) Riwayat kesehatan sekarang: Dalam mengkaji hal ini menggunakan
analisa systom PQRST. Untuk membantu klien dalam mengutamakan
masalah keluannya secara lengkap. Pada klien PJK umumnya mengalami
nyeri dada dan sesak nafas.
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolismePada klien dengan Penyakit Jantung
Koronerbiasanya kehilangan nafsu makan,mual dan muntah sehingga
mengalami penurunan berat badan.
2) Pola istirahat dan tidurBiasanya pada klien PJK mengalami gangguan sulit
tidur karena nyeri dada yang timbul dengan tiba-tiba
3) Pola aktifitas dan latihanPada klien PJK biasanya mengalami gangguan
dalam melaksanakan aktivitas karena nyeri,dispnea dan takikardi.

2. Pemeriksaan fisika
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan
klien dilanjutkan mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga diamati
apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan
sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit.
b. Kulit, rambut, kuku
Pada klien PJK mengeluh nyeri pada kulit, rambut tipis dan kuku tipis serta rapuh.
c. Kepala dan leher
Pada klien PJK mengeluh nyeri pada kepala , muka kadang-kadang pucat
dan tidak adanya pembesaran pada kelenjar tiroid.
d. Mata: Pada klien PJK mata mengalami pandangan kabur.
e. Telinga, hidung, mulut dan tenggorokan
Pada klien PJK telinga, hidung dan tenggorokan tidak mengalami gangguan
sedangkan pada mulut ditemukan adanya mukosa pada mulut dan bibir.
f. Thoraks dan abdome
Pada klien dengan PJK pada pemeriksaan abdomen dan thoraks
ditemukannyeri pada dada. Pada abdomen ditemukan nyeri juga mual
muntah sehingga menurunkan nafsu makan pada klien.
g. Sistem respirasi
Pada klien PJK ditemukan dispnea dengan atau tanpa aktivitas , batuk
produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada
pemeriksaan mungkin didapatkan peningkatanrespirasi, pucat atau cianosis,
suara nafas wheezing cracekes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah
muda/ pink tinged.
h. Sistem kardio vaskulerMempunyai riwayat IMA, Penyakit Jantung Koroner,
CHF, tekanan darah tinggi dan diabetes militus. Tekanan darah mungkin
normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill
time, disritmia.Suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin
mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ventrikel kehilangan
kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan insufisiensi katup atau
muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
i. Sistem genito urinaria: Pada klien ini mengalami penurunan jumlah produksi urine
dan frekuensi urine.
j. Sistem gastrointestinal
Pada saluran pencernaan terjadi gangguan. Gejalanya nafsu makan menurun, mual
dan munta, nyeri perut, serta turgor kulit menurun, penurunan atau tidak
adanya bising usus.
k. Sistem muskulusskeletal
Pada klien PJK adanya kelemahan dan kelelahan otot sehinggah timbul
ketidak mampuan melakukan aktifitas yang diharapkan atau aktifitas yang
biasanya dilakukan.
l. Sistem endokrin: Biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah.
m. Sistem persyarafan
Biasanya timbul gejala rasa berdenyut, vertigo disertai tanda-tanda
dengan perubahan orientasi atau respon terhadap rangsang, gelisa, respon
emosi meningkat dan apatis.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengannyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

3. Intervensi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Monitor pola napas
5. Monitor bunyi napas tambahan
6. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
7. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat

4. Tindakan dan Rasional Tindakan


1. Jelaskan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif
pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakn sebelumnya. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindaka keperawatan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan. Evaluasi dalam keperawatan adalah kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

1. DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta,
DPP PPNI.
2. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta, DPP
PPNI.
3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta,
DPP PPNI.
4. Diah Dwi Putri Irianto. 2020. Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Koroner.
https://studylibid.com/doc/4356060/laporan-pendahuluan-penyakit-jantung-koroner.
Diakses pada tanggal 8 Juli 2021
Mengetahui,
Pembimbing PKK 2 Orang Tua

Dr. Kelana Kusuma Dharma, S.Kp, M.Kes Elisabeth

Anda mungkin juga menyukai