5. Komplikasi Penyakit
1. Angina.
Angina atau nyeri dada disebabkan oleh menyempitnya arteri, sehingga jantung tidak
mendapatkan cukup darah.
2. Serangan jantung.
Komplikasi ini terjadi bila arteri tersumbat sepenuhnya, akibat penumpukan lemak
atau gumpalan darah. Kondisi ini akan merusak otot jantung.
3. Gagal jantung.
Gagal jantung terjadi bila jantung tidak cukup kuat memompa darah. Kondisi ini
disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan jantung.
4. Gangguan irama jantung (aritmia).
Kurangnya suplai darah ke jantung atau kerusakan pada jantung akan memengaruhi
impuls listrik jantung, sehingga memicu aritmia.
6. Pemeriksaan Diagnostik (jika ada)
1. EKG (Elektrokardiografi)Pemeriksaan terhadap gambaran listrik yang ditimbulkan
oleh jantung pada waktu berkontraksi. EKG menunjukkan adanya S-T elevasi
yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang
merupakan tanda dari injuri dan gelombang Q yang mencerminkan adanya
nikrosis. Enzim dan isoenzim pada jantung: CPR-MB meningkat dalam 4-12 jam
dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan
mencapai puncak pada 36 jam. Elektrolit: ketidakseimbangan yang
memungkinkan terjadinya konduksi jantung dan kontraktilitas jantung.
(Notoatmodjo, 2011).
2. Arterigrafi coroner (Kateterisasi)Kateterisasi jantung merupakan pemeriksaan
yang bertujuan untuk memeriksa struktur serta fungsi jantung, termasuk
ruang jantung, katup jantung, otot jantung, serta pembuluh darah jantung
termasuk pembuluh darah koroner, terutama untuk mendeteksi adanya
pembuluh darah jantung yang tersumbat (Kurniadi, 2013).
3. Ekokardiografi Pemeriksaan yang tidak menimbulkan rasa sakit dan
berdasarkan pemantulan gelombang suara (ultrasound)dari berbagai bagian
jantung. Pada tes ini dapat dilihat gambaran fungsi pompa jantung dan kontraksi
yang terganggu bila suplai darah terganggu (Notoatmodjo, 2011).
4. Radioaktif isotope Menggunakan zat kimia atau isotop yang disuntikkan pada
penderita, kemudian zat tersebut dideteksi melalui kamera khusus. Zat yang
biasa digunakan adalah thaliumdan technetium. Pada bagian otot jantung yang
infark, zat radioaktif lebih sedikit dibandingkan dengan bagian otot jantung yang
normal (Notoatmodjo, 2011)
5. AngiografiCara yang langsung dapat mendeteksi kelainan jantung dari pembuluh
arteri jantung, seperti gambaran radiologis, yaitu dengan menggunakan alat
angiogram. Namun pemeriksaan imi termasuk tindakan invasive yaitu dengan
memasukkan kateter ke dalam pembuluh arteri atau vena lalu didorong sampai ke
berbagai tempat di jantung. Gambaran arteri jantung yang mengalirkan darah ke
jantung akan terlihat dengan pemeriksaan ini (Notoatmodjo, 2011)
2. Pemeriksaan fisika
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan
klien dilanjutkan mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga diamati
apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan
sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit.
b. Kulit, rambut, kuku
Pada klien PJK mengeluh nyeri pada kulit, rambut tipis dan kuku tipis serta rapuh.
c. Kepala dan leher
Pada klien PJK mengeluh nyeri pada kepala , muka kadang-kadang pucat
dan tidak adanya pembesaran pada kelenjar tiroid.
d. Mata: Pada klien PJK mata mengalami pandangan kabur.
e. Telinga, hidung, mulut dan tenggorokan
Pada klien PJK telinga, hidung dan tenggorokan tidak mengalami gangguan
sedangkan pada mulut ditemukan adanya mukosa pada mulut dan bibir.
f. Thoraks dan abdome
Pada klien dengan PJK pada pemeriksaan abdomen dan thoraks
ditemukannyeri pada dada. Pada abdomen ditemukan nyeri juga mual
muntah sehingga menurunkan nafsu makan pada klien.
g. Sistem respirasi
Pada klien PJK ditemukan dispnea dengan atau tanpa aktivitas , batuk
produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada
pemeriksaan mungkin didapatkan peningkatanrespirasi, pucat atau cianosis,
suara nafas wheezing cracekes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah
muda/ pink tinged.
h. Sistem kardio vaskulerMempunyai riwayat IMA, Penyakit Jantung Koroner,
CHF, tekanan darah tinggi dan diabetes militus. Tekanan darah mungkin
normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill
time, disritmia.Suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin
mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ventrikel kehilangan
kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan insufisiensi katup atau
muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
i. Sistem genito urinaria: Pada klien ini mengalami penurunan jumlah produksi urine
dan frekuensi urine.
j. Sistem gastrointestinal
Pada saluran pencernaan terjadi gangguan. Gejalanya nafsu makan menurun, mual
dan munta, nyeri perut, serta turgor kulit menurun, penurunan atau tidak
adanya bising usus.
k. Sistem muskulusskeletal
Pada klien PJK adanya kelemahan dan kelelahan otot sehinggah timbul
ketidak mampuan melakukan aktifitas yang diharapkan atau aktifitas yang
biasanya dilakukan.
l. Sistem endokrin: Biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah.
m. Sistem persyarafan
Biasanya timbul gejala rasa berdenyut, vertigo disertai tanda-tanda
dengan perubahan orientasi atau respon terhadap rangsang, gelisa, respon
emosi meningkat dan apatis.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengannyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Intervensi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Monitor pola napas
5. Monitor bunyi napas tambahan
6. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
7. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif
pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakn sebelumnya. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindaka keperawatan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan. Evaluasi dalam keperawatan adalah kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
1. DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta,
DPP PPNI.
2. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta, DPP
PPNI.
3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta,
DPP PPNI.
4. Diah Dwi Putri Irianto. 2020. Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Koroner.
https://studylibid.com/doc/4356060/laporan-pendahuluan-penyakit-jantung-koroner.
Diakses pada tanggal 8 Juli 2021
Mengetahui,
Pembimbing PKK 2 Orang Tua