Anda di halaman 1dari 14

MATERI ASKEP PENYAKIT JANTUNG KORONER

OLEH: MARLIN BODO BULU


KELAS: B/ ll

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


D-III KEPERAWATAN WAIKABUBAK
2022/2023

PENYAKIT JANTUNG KORONER

2.1.Konsep Teori
2.1 .1 Definisi

Menurut World Health Organization (WHO), Penyakit Jantung Koroner adalah ketidak
sanggupan jantung akut atau kronis yang timbul karena kekurangan suplai darah pada
myocardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner.
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang
mensuplai darah untuk dinding jantung mengalami pengerasan dan penyempitan (Lyndon,
2014). Arteri yang mensuplai miokardium mengalami gangguan, sehingga jantung tidak
mampu untuk memompa sejumlah darah secara efektif untuk memenuhi perfusi darah ke
organ vital dan jaringan perifer secara adekuat. Pada saat oksigenasi dan perfusi mengalami
gangguan, pasien akan terancam kematian. Kedua jenis penyakit jantung koroner tersebut
melibatkan arteri yang bertugas mensuplai darah, oksigen dan nutrisi ke otot jantung. Saat
aliran yang melewati arteri koroner tertutup sebagian atau keseluruhan oleh plak, bisa terjadi
iskemia atau infark pada otot jantung ( Ignatavicius & Workman,2014)

2.1.2 Patologi anatomi : Arteri koroner

2.1.3 Anatomi Fisiologi


a. Anatomi Arteri koroner

b. Fisiologi (fungsi utama) Arteri koroner:


menyuplai makanan bagi sel-sel jantung. Dan mengalirkan darah ke otot jantung. Semua
jaringan di tubuh membutuhkan darah yang kaya oksigen agar dapat berfungsi. Otot jantung
juga membutuhkannya. Dan darah yang kekurangan oksigen harus dibawa keluar. Arteri
koroner membungkus bagian luar jantung. Mereka mengirim darah kaya oksigen ke jaringan
otot jantung.

2.1.4 Etiologi
Penyakit jantung koroner akibat terjadinya penyumbatan, penyempitan, dan kelainan
pembuluh darah arteri. Pada saat aliran darah ke otot jantung mengalami penghentian yang
disebabkan oleh penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah yang seringkali ditandai
dengan nyeri. Dalam kondisi yang sangat parah kemampuan jantung dalam memompa darah
akan hilang. Hal tersebut yang dapat menyebabkan kerusakan sistem pengontrol irama
jantung dan dapat menyebabkan kematian (Hermawatirisa,2014)

2.1.5 Patofisiologi

Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh
darah. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol
LDL (low-density lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga
aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah (Al fajar,
2015).Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan lemak
disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah. Kerusakan pada
awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi
dan perdarahan di bagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan klot darah. Pada
akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan jantung (Naga, 2012).Pada
umumnya PJK juga merupakan ketidakseimba ngan antarapenyedian dan kebutuhan oksigen
miokardium. Penyediaan oksigen miokardium bisa menurun atau kebutuhan oksigen
miokardium bisa meningkat melebihi batas cadangan perfusi koroner peningkatan kebutuhan
oksigen miokardium harus dipenuhi dengan peningkatan aliran darah. gangguan suplai darah
arteri koroner dianggap berbahaya bila terjadi penyumbatan sebesar 70% atau lebih pada
pangkal atau cabang utama arteri koroner. Penyempitan <50% kemungkinan belum
menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung kepada beratnya
arteriosklerosis dan luasnya gangguan jantung (Saparina, 2017).Menurut Saparina (2010)
2.1.6 Pathway

2.1.7 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinik)

Manifestasi klinis dari penyakit jantung koroner menurut Sylvia A. Price, Latraine M.
Wilson, 2001 dalam Nurhidayat S
1. Dada terasa tidak nyaman (digambarkan sebagai mati rasa, berat,atau terbakar, dapat
menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung atau rahang)

2. Sesak nafas

3. Berdebar-debar

4. Denyut jantung lebih cepat

5. Pusing

6. Mual dan Muntah

7. Kelemahan yang luar biasa

2.1.8 Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengamati kulit, wajah, dan
keseluruhan anggota tubuh. Adapun beberapa bagian tubuh yang biasanya diperiksa, antara
lain
● :Kuku
untuk mengamati apakah ada garis merah kecoklatan di bawah kuku yang bisa menandakan
endokarditis infektif (infeksi di lapisan dalam ruang dan katup jantung).
● Kulit
untuk memeriksa suhu tubuh, yang mana jika permukaan kulit terasa dingin berarti jantung
tidak dapat memompa darah dengan normal.
● Leher
untuk melihat apakah ada kelainan pada denyut pembuluh darah vena jugularis di leher yang
merupakan tanda dari tamponade jantung, hipertensi paru, atau gagal jantung.
● Mulut
untuk memeriksa apakah ada memar pada langit-langit mulut belakang yang menandakan
endokarditis infektif.
● Anggota gerak tubuh (ekstremitas)
untuk memeriksa jika terdapat pembengkakan di anggota gerak tubuh yang menjadi salah
satu tanda gagal jantung.

2. Palpasi
● Mengukur tekanan darah:
● Mengevaluasi denyut nadi:
● PMI (Point of Maximal Impulse)
● Pemeriksaan getaran jantung:

3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengetuk permukaan dada
menggunakan jari tangan. Bunyi ketukan tersebut akan digunakan sebagai indikator
untuk membantu mendeteksi kelainan jantung, sepertt
● Aneurisma aorta
● efusi perikardium:

4. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan jantung yang dilakukan dengan menggunakan stetoskop
untuk mendengar suara jantung. Auskultasi juga bisa dilakukan untuk mendengarkan suara
jantung yang dievaluasi sesuai waktu, intensitas, frekuensi, dan durasi.

2.1.9 pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada penderita penyakit jantung koroner
menurut Syaiful Nurhidayat tahun 2011, yaitu:
1. Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar lipid seperti LDL,
HDL, kolesterol total, dan trigliserida untuk menentukan faktor resiko dan
perencanaan terapi. Selain pemeriksaan diatas dilakukan pula pemeriksaan darah
lengkap dan MMA serum kreatinin.
2. Elektrokardiogram (EKG)
3. Foto rongseng dada
4. Echocardiography:
Pemeriksaan Echocardiography memakai scanner untuk mengambil gambar dari
jantung. Pemeriksaan ini untuk melihat kontraksi jantung dan melihat bagian mana
saja berkontraksi lemah karena suplai darahnya berhenti.
5. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukan kateter semacam selang seukuran lidi
Selang ini dimasukan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Kemudian disuntikan
cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner. Setelah itu dapat dilihat adanya
penyempitan atau mungkin penyumbatan
6. Treadmill
7. Angiography

2.1.10 Komplikasi

1. Gagal Jantung Kongestif


2. Syok kardiogenik
3. Edema paru
4. Perikarditis akut

2.1.11 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada PJK menurut LeMone, Priscilla, dkk tahun 2019 yaitu pengobatan
farmakologi, non farmakologi dan revaskularisasi miokard. Penatalaksanaan yang perlu
dilakukan meliputi :

A. Pengobatan
1. Pengobatan farmakologi
● Nitrat
● Aspirin
● Penyekat bedah(Bloker)
● Antagonis kalsium
● Anti kolesterol
2. Non farmakologi
● Memodifikasi pola hidup yang sehat dengan cara olahraga ringan
● Mengontrol faktor risiko yang menyebabkan terjadinya PJK, seperti pola
makan.dll.
● Melakukan teknik distraksi, memejamkan mata untuk mengatasi rasa nyeri
dan relaksasi napas dalam

3. Revaskularisasi miokard
Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) atau bisa disebut dengan cangkok pintas
merupakan pembedahan untuk penyakit jantung koroner melibatkan pembukaan vena
atau arteri untuk menciptakan sambungan antara aorta dan arteri koroner melewati
obstruksi. Kemudian memungkinkan darah untuk mengaliri bagian is kemik jantung
(Nurhidayat S. 2011)

B. keperawatan:

penatalaksanaan keperawatan pada pasien PJK dengan tindakan konservatif meliputi:

● Umum
1. penjelasaan mengenai penyakitnya
2. pengendalian faktor resiko
3. pencegahan
4. penunjang
● Mengatasi iskemia
1. medikamentosa
2. revaskularisasi

● Operasi

2.12 Pencegahan

Menurut Brunner & Suddarth tahun 2015, yaitu :


1. Pencegahan primordial, yaitu upaya pencegahan munculnya faktor
predisposisi terhadap PJK
2. Pencegahan primer, yaitu upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang
mengalami PJK
3. Pencegah sekunder, yaitu upaya pencegahan PJK yang sudah pernah
menderita PJK yang mempunyai resiko berulang atau menjadi lebih berat
4. Pencegahan tersier, yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat atau yang bisa menyebabkan kematian.

5. Pola makan sehat


6. Berhenti Merokok
7. Hipertensi/ Tekanan darah tinggi
8. Obesitas
9. Olahraga teratur
10. Konsumsi antioksidan Radikal

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I. Pengkajian
A. Pengumpulan Data Perpola
1. Pola Aktivitas: nyeri dada saat beraktivitas fisik
2. Pola Sirkulasi: Detak jantung (nadi) yang tidak berada dalam batas normal dapat
menjadi tanda penyakit jantung.
3.Eliminasi: dehidrasi, konstipasi, atau masalah pencernaan.
B. Tubulasi Data
Nyeri dada saat beraktivitas fisik, menunjukkan adanya tanda penyakit jantung. Detak
jantung (nadi) yang tidak normal. Dehidrasi, konstipasi, dan masalah pencernaan,
yang dapat terkait dengan gangguan sirkulasi.
C. Klasifikasi data
Data subyektif:
● Nyeri, Sesak nafas, berdebar debar, lemah, pusing.edema
Data objektif :
● Detak jantung tidak normal, dehidrasi, konstipasi, atau masalah pencernaan, mual dan
muntah.
D. Analisa data :
No Sign/symptom Etiologi/penyebab Problem/masalah Keperawatan
(Tanda/gejala)
1. DS: Nyeri, Sesak nafas, Agen pencedera Nyeri akut
DO: Detak jantung tidak fisiologis ( mis.
normal Inflamasi, iskemia mia,
neoplasma)

2 DS: berdebar debar, Berdebar-debar Hipertensi


lemah, pusing,edema (Palpitasi)
DO: dehidrasi, konstipasi,
atau masalah pencernaan,
mual dan muntah.

E. Prioritas masalah keperawatan


1. Nyeri akut
2. hipertensi
II. Diagnosa Keperawatan (P-E-S)
1. . Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi, iskemia mia, neoplasma)
d.d. pola napas berubah (D.0077).
2. Risiko perfusi miokad tidak efektif b.d hiperttensi d.d hipertensi

lll. Intervensi keperawatan


Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi keperawatan
Nyeri Akut b/d Agen Setelah melakukan Observasi
pencedera fisiologis ( mis. Tindakan diharapkan
Inflamasi, iskemia mia, 1. nyeri menurun ● Identifikasi lokasi,
neoplasma).(D.0077) 2. kecemasan menurun karakteristik, durasi,
3. gerakanterbatas frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
4. kelemhan fisik menurun
● Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri
non verbal

● Identifikasi faktor yang


memperberat dan
memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan
dan keyaninan tentang
nyeri

● Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup

● Monitor keberhasilan
terapi yang sudah
diberikan

● Monitor efek samping


penggunaan analgetik

Terapeutik

● Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
akupresur, terapi
musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)

● Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
● Fasilitasi Istirahat dan
tidur

● Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

● Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
● Jelaskan strategi
meredakan nyeri

● Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

● Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nye

Kolaborasi
● pemberian analgetik, jika
perlu

1. mual menurun
2. muntah menurun
3. tekanan ateri rata- rata
meningkat
4. tekanan darah diastolik
membaik tekanan
5.tekanan darah sistolik
membaik

IV. .Implementasi
Implementasi keperawatan atau disebut juga dengan pelaksanaan keperawatan merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik. Pelaksanaan tindakan keperawatan
adalah realisasi dari perencanaan keperawatan (Induniasih dan Hendarsih, 2018). Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan diajukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien (Manurung, 2018). Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
a. Tahap 1 : Persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini perawat mengevaluasi hasil
identifikasi pada tahap perencanaan.
b. Tahap 2 : Pelaksanaan Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
kegiatan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan
tindakan keperawatan meliputi tindakan independen, dependen, dan interdependen.
c. Tahap 3 : Dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

V. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti & Muryanti, 2017).
Evaluasi yang diharapkan dapat tercapai pada pasien pasien penyakit jantung koroner
berdasarkan kriteria luaran yang ditetapkan menurut Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SIKI) oleh Tim Pokja SLKI DPP PPNI, antara lain :

● Keluhan Nyeri menurun


● Meringis menurun
● Gelisah menurun
● Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang di hadapi menurun
● Perilaku gelisah menurun
● Perilaku tegang menurun
● Verbalisasi kebingungan menurun
● Dispenda menurun
● PCO² membaik
● PO² membaik
● PH arteri membaik
● Pola nafas membaik
Menurut Dinarti dan Mulyanti (2017), evaluasi keperawatan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning), adapun komponen SOAP
yaitu :
a) S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan yang masih dirasakan klien
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b) O (Objektif), adalah data yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi perawat secara langsung pada pasien setelah tindakan keperawatan.
c) A (Assessment) adalah kesimpulan dari data subjektif dan objektif (biasanya
ditulis dalam bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah
dicapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan, yaitu :
1) Tujuan tercapai, yaitu respons klien sama dengan hasil yang diharapkan
2) Tujuan tercapai sebagian, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian yang
berhasil dicapai.
3) Tujuan tidak tercapai
4) P (Planning) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai