2.1.Konsep Teori
2.1 .1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), Penyakit Jantung Koroner adalah ketidak
sanggupan jantung akut atau kronis yang timbul karena kekurangan suplai darah pada
myocardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner.
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang
mensuplai darah untuk dinding jantung mengalami pengerasan dan penyempitan (Lyndon,
2014). Arteri yang mensuplai miokardium mengalami gangguan, sehingga jantung tidak
mampu untuk memompa sejumlah darah secara efektif untuk memenuhi perfusi darah ke
organ vital dan jaringan perifer secara adekuat. Pada saat oksigenasi dan perfusi mengalami
gangguan, pasien akan terancam kematian. Kedua jenis penyakit jantung koroner tersebut
melibatkan arteri yang bertugas mensuplai darah, oksigen dan nutrisi ke otot jantung. Saat
aliran yang melewati arteri koroner tertutup sebagian atau keseluruhan oleh plak, bisa terjadi
iskemia atau infark pada otot jantung ( Ignatavicius & Workman,2014)
2.1.4 Etiologi
Penyakit jantung koroner akibat terjadinya penyumbatan, penyempitan, dan kelainan
pembuluh darah arteri. Pada saat aliran darah ke otot jantung mengalami penghentian yang
disebabkan oleh penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah yang seringkali ditandai
dengan nyeri. Dalam kondisi yang sangat parah kemampuan jantung dalam memompa darah
akan hilang. Hal tersebut yang dapat menyebabkan kerusakan sistem pengontrol irama
jantung dan dapat menyebabkan kematian (Hermawatirisa,2014)
2.1.5 Patofisiologi
Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh
darah. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol
LDL (low-density lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga
aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah (Al fajar,
2015).Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan lemak
disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah. Kerusakan pada
awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi
dan perdarahan di bagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan klot darah. Pada
akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan jantung (Naga, 2012).Pada
umumnya PJK juga merupakan ketidakseimba ngan antarapenyedian dan kebutuhan oksigen
miokardium. Penyediaan oksigen miokardium bisa menurun atau kebutuhan oksigen
miokardium bisa meningkat melebihi batas cadangan perfusi koroner peningkatan kebutuhan
oksigen miokardium harus dipenuhi dengan peningkatan aliran darah. gangguan suplai darah
arteri koroner dianggap berbahaya bila terjadi penyumbatan sebesar 70% atau lebih pada
pangkal atau cabang utama arteri koroner. Penyempitan <50% kemungkinan belum
menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung kepada beratnya
arteriosklerosis dan luasnya gangguan jantung (Saparina, 2017).Menurut Saparina (2010)
2.1.6 Pathway
Manifestasi klinis dari penyakit jantung koroner menurut Sylvia A. Price, Latraine M.
Wilson, 2001 dalam Nurhidayat S
1. Dada terasa tidak nyaman (digambarkan sebagai mati rasa, berat,atau terbakar, dapat
menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung atau rahang)
2. Sesak nafas
3. Berdebar-debar
5. Pusing
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengamati kulit, wajah, dan
keseluruhan anggota tubuh. Adapun beberapa bagian tubuh yang biasanya diperiksa, antara
lain
● :Kuku
untuk mengamati apakah ada garis merah kecoklatan di bawah kuku yang bisa menandakan
endokarditis infektif (infeksi di lapisan dalam ruang dan katup jantung).
● Kulit
untuk memeriksa suhu tubuh, yang mana jika permukaan kulit terasa dingin berarti jantung
tidak dapat memompa darah dengan normal.
● Leher
untuk melihat apakah ada kelainan pada denyut pembuluh darah vena jugularis di leher yang
merupakan tanda dari tamponade jantung, hipertensi paru, atau gagal jantung.
● Mulut
untuk memeriksa apakah ada memar pada langit-langit mulut belakang yang menandakan
endokarditis infektif.
● Anggota gerak tubuh (ekstremitas)
untuk memeriksa jika terdapat pembengkakan di anggota gerak tubuh yang menjadi salah
satu tanda gagal jantung.
2. Palpasi
● Mengukur tekanan darah:
● Mengevaluasi denyut nadi:
● PMI (Point of Maximal Impulse)
● Pemeriksaan getaran jantung:
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengetuk permukaan dada
menggunakan jari tangan. Bunyi ketukan tersebut akan digunakan sebagai indikator
untuk membantu mendeteksi kelainan jantung, sepertt
● Aneurisma aorta
● efusi perikardium:
4. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan jantung yang dilakukan dengan menggunakan stetoskop
untuk mendengar suara jantung. Auskultasi juga bisa dilakukan untuk mendengarkan suara
jantung yang dievaluasi sesuai waktu, intensitas, frekuensi, dan durasi.
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada penderita penyakit jantung koroner
menurut Syaiful Nurhidayat tahun 2011, yaitu:
1. Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar lipid seperti LDL,
HDL, kolesterol total, dan trigliserida untuk menentukan faktor resiko dan
perencanaan terapi. Selain pemeriksaan diatas dilakukan pula pemeriksaan darah
lengkap dan MMA serum kreatinin.
2. Elektrokardiogram (EKG)
3. Foto rongseng dada
4. Echocardiography:
Pemeriksaan Echocardiography memakai scanner untuk mengambil gambar dari
jantung. Pemeriksaan ini untuk melihat kontraksi jantung dan melihat bagian mana
saja berkontraksi lemah karena suplai darahnya berhenti.
5. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukan kateter semacam selang seukuran lidi
Selang ini dimasukan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Kemudian disuntikan
cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner. Setelah itu dapat dilihat adanya
penyempitan atau mungkin penyumbatan
6. Treadmill
7. Angiography
2.1.10 Komplikasi
2.1.11 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada PJK menurut LeMone, Priscilla, dkk tahun 2019 yaitu pengobatan
farmakologi, non farmakologi dan revaskularisasi miokard. Penatalaksanaan yang perlu
dilakukan meliputi :
A. Pengobatan
1. Pengobatan farmakologi
● Nitrat
● Aspirin
● Penyekat bedah(Bloker)
● Antagonis kalsium
● Anti kolesterol
2. Non farmakologi
● Memodifikasi pola hidup yang sehat dengan cara olahraga ringan
● Mengontrol faktor risiko yang menyebabkan terjadinya PJK, seperti pola
makan.dll.
● Melakukan teknik distraksi, memejamkan mata untuk mengatasi rasa nyeri
dan relaksasi napas dalam
3. Revaskularisasi miokard
Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) atau bisa disebut dengan cangkok pintas
merupakan pembedahan untuk penyakit jantung koroner melibatkan pembukaan vena
atau arteri untuk menciptakan sambungan antara aorta dan arteri koroner melewati
obstruksi. Kemudian memungkinkan darah untuk mengaliri bagian is kemik jantung
(Nurhidayat S. 2011)
B. keperawatan:
● Umum
1. penjelasaan mengenai penyakitnya
2. pengendalian faktor resiko
3. pencegahan
4. penunjang
● Mengatasi iskemia
1. medikamentosa
2. revaskularisasi
● Operasi
2.12 Pencegahan
● Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
● Monitor keberhasilan
terapi yang sudah
diberikan
Terapeutik
● Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
akupresur, terapi
musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Edukasi
● Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
● Jelaskan strategi
meredakan nyeri
● Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
● Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nye
Kolaborasi
● pemberian analgetik, jika
perlu
1. mual menurun
2. muntah menurun
3. tekanan ateri rata- rata
meningkat
4. tekanan darah diastolik
membaik tekanan
5.tekanan darah sistolik
membaik
IV. .Implementasi
Implementasi keperawatan atau disebut juga dengan pelaksanaan keperawatan merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik. Pelaksanaan tindakan keperawatan
adalah realisasi dari perencanaan keperawatan (Induniasih dan Hendarsih, 2018). Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan diajukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien (Manurung, 2018). Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
a. Tahap 1 : Persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini perawat mengevaluasi hasil
identifikasi pada tahap perencanaan.
b. Tahap 2 : Pelaksanaan Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
kegiatan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan
tindakan keperawatan meliputi tindakan independen, dependen, dan interdependen.
c. Tahap 3 : Dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
V. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti & Muryanti, 2017).
Evaluasi yang diharapkan dapat tercapai pada pasien pasien penyakit jantung koroner
berdasarkan kriteria luaran yang ditetapkan menurut Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SIKI) oleh Tim Pokja SLKI DPP PPNI, antara lain :