Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PENYAKIT PARU CAD ( CORONARY ARTERY

DISEASE) PADA NY.A DI RUMAH SAKIT HASNA MEDIKA

Oleh :

Anggi Rahmawati

220721051

STASE KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURA PROGRAM PROFESI


NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
CIREBON 2022
A. Pengertian
Coronary Artery Disease (CAD) atau penyakit arteri koroner atau disebut juga penyakit
jantung koroner (Coronary Heart Disease/CHD) adalah istilah umum untuk penumpukan
plak di arteri jantung yang bisa menyebabkan serangan jantung (AHA, 2018). CAD
terjadi ketika arteri yang mesuk darah ke otot jantung menjadi mengeras dan menyempit.
Hal ini disebabkan oleh penumpukan kolesterol dan bahan lainnya, yang disebut plak,
didinding bagian dalamnya. Penumpukan ini disebut aterosklerosis. Lama-kelamaan akan
menghambat aliran darah di arteri. Akibatnya, otot jantung tidak bisa mendapatkan darah
atau oksigen yang dibutuhkannya. Hal ini dapat menyebabkan nyeri dada (angina) atau
serangan jantung. Sebagian besar serangan jantung terjadi saat gumpalan darah tiba-tiba
memotong suplai darah jantung, menyebabkan kerusakan jantung permanen

B. Etiologi/ Faktor Resiko


a. Usia.
Kerentanan terhadap terjadinya CAD meningkat dengan bertambahnya usia. Cukup
bertambah tua meningkatkan risiko arteri yang rusak dan menyempit karena terjadi
perubahan fungsi pembuluh darah sehingga terjadi hilangnya elastisitas pembuluh darah
b. Merokok Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin dan
karbon monoksida dalam asam rokok dapat membebani kerja jantung, dengan memacu 7
jantung bekerja lebih cepat. Karena kedua senyawa tersebut juga meningkatkan risiko
terjadinya penggumpalan darah. Senyawa lain dalam rokok juga dapat merusak dinding arteri
jantung dan menyebabkan penyempitan.
c. Hiperlipidemia Hiperlipidemia merupakan tingginya kolesterol dengan kejadian penyakit
arteri koroner memiliki hubungan yang erat. Lemak yang tidak larut dalam air terikat dengan
lipoprotein yang larut dengan air yang memungkinkannya dapat diangkut dalam system
peredaran darah. Tiga komponen metabolisme lemak, kolesterol total, lipoprotein densitas
rendah (low density lipoprotein) dan lipoprotein densitas tinggi (high density lipoprotein).
Peningkatan kolestreol low density lipoprotein (LDL) dihubungkan dengan meningkatnya
risiko koronaria dan mempercepat proses arterosklerosis. Sedangkan kadar kolesterol high
density lipoprotein (HDL) yang tinggi berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit
arteri koronaria dengan cara mengangkut LDL ke hati, mengalami biodegradasi dan
kemudian diekskresi.
d. Tekanan darah tinggi Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko yang dapat
menyebabkan penyakit arteri koroner. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan pengerasan dan penebalan arteri sehingga mempersempit saluran yang akan
dilalui oleh darah. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan suplai kebutuhan
oksigen jantung menurun
e. Diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus cenderung memiliki prevalensi
aterosklerosis yang lebih tinggi. Hal ini diakibatkan karena penderita diabetes mellitus
viskositas darahnya meningkat sehingga aliran darah melambat hal ini 8 yang menyebabkan
timbulnya plak dan terjadi aterosklerosis.

C. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinis


Gejala-gejala penyakit jantung korner menurut Soeharto (2018) manifestasi klinik yang biasa
terjadi pada kasus Coronary Artery Disease (CAD) meliputi:
a. Nyeri dada Nyeri muncul secara spontan, berlangsung terus-menerus, terletak di bagian
bawah sternum dan perut atas, biasa menyebar ke bahu dan lengan, biasanya lengan kiri.
b. Perubahan Pola EKG 14 Bisa depresi pada segmen ST, normal pada istirahat. Gelombang T-
inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan nekrosis. Disritmia dan blok
jantung disebabkan kondisi yang memengaruhi sensitivitas sel miokard ke impuls saraf
seperti iskemia, ketidakseimbangan elektrolit dan stimulus saraf simpatis, dapat berupa
takikardi, bradikardi, premature ventlrikel, ventrikel fibrilasi.
c. Sesak Napas Jantung mulai gagal dan tidak mampu memompa darah ke paruparu, sehingga
O2 di paru-paru berkurang.
d. Diaphoresis Terjadi pelepasan Katekolamin pada fase awal yang meningkatkan stimulasi
simpatis, sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Akibatnya, kulit lembab,
dingin dan berkeringat.
e. Pusing Suplai O2 ke otak berkurang karena jantung tidak dapat memompa darah ke otak,
sehingga timbullah rasa pusing.
f. Kelelahan Terjadi karena penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan jantung
kekurangan O2.
g. Mual dan Muntah Nyeri yang menjalar dari dada ke area perut, bisa merangsang pusat
muntah. Area yang infark, akan merangsang refleks vasofagal, sehingga timbul perasaan
mual dan muntah
D. Patofisologi/ Pathway
Patofisiologi
CAD atau penyakit jantung koroner berawal dari penimbunan lemak pada pembuluh darah arteri
yang mensuplai darah ke jantung. Akibat dari proses ini pembuluh darah arteri menyempit dan
mengeras, sehingga jantung kekurangan pasokan darah yang kaya oksigen. Akibatnya fungsi
jantung terganggu dan harus bekerja sangat keras. Penyakit ini sering juga disebut dengan istilah
atherosklerosis (Suiraoka, 2012). Aterosklerosis merupakan komponen penting yang berperan
dalam proses pengapuran atau penimbunan elemen-elemen kolesterol. Salah satu hal yang tidak
bisa dipungkiri bahwa kolesterol dalam batas normal juga sangat penting bagi tubuh. Masalahnya
akan berbeda ketika asupan kolesterol berlebihan. Asupan lemak yang adekuat yang berhubungan
dengan keadaan patologi yaitu Penyakit Jantung Koroner erat hubungannya dengan peningkatan
kadar profil lipid (Suiraoka, 2012). Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen
oleh pembuluh darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya iskemia miokardium
lokal.

E. Pemeriksaan Fisik
Menurut Suyati & Rahayu (2019) pemeriksaan fisik dapat dibagi menjadi beberapa
yaitu:
1. Inspeksi : Adanya dispnea, takipnea, sputum mengandung darah, terjadipendarahan
spontan pada hidung
2. Palpasi : Kemungkinan vokal vremitus menurun akibat kualitas pernapasan buruk
karena pendarahan pada saluran respirasi
3. Perkusi : Suara paru sonor atau pekak
Auskultasi : Adanya suara napas tambahan whezing atau ronchi yang muncul akibat dari
komplikasi gejala lain

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Black & Hawks (2018) pemeriksaan penunjang pada CAD, diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Laboratorium
b. Elektrokardiogram (EKG)
c. Foto Rontgen Dada
d. Echocardiography
e. Katerisasi Jantung
f. Angiography

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non-Medis
Penatalaksanaan pada penyakit jantung koroner menurut Lemone (2019) yang
perlu dilakukan, berdasarkan non farmakologi meliputi:
1. Pola hidup yang sehat dengan berolahraga ringan.
2. Mengontrol pola makan.
3. Membatasi aktivitas yang memperberat aktivitas jantung.
4. Melakukan teknik distraksi dan relaksasi dengan cara napas dalam.

2. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada penyakit jantung koroner menurut Lemone (2019) yang
perlu dilakukan, berdasarkan pengobatan farmakologi meliputi:
1. Aspirin, untuk mengurangi risiko agregasi trombosit dan pembentukan thrombus.
Biasanya, dosis rendah (80-325 mg/hari).
2. Anti Kolesterol Statisn yang berperan sebagai anti trombotik, anti inflamasi dan
dapat menurunkan risiko komplikasi aterosklerosis.
3. Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi pasien
yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual.
Antikoagulan Fondaparinuks, secara keseluruhan memiliki profil keamanan
berbanding risiko yang paling baik. Dosis yang diberikan adalah 2,5 mg setiap hari
secara subkutan
H. Diagnosis Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
J. Rencana Keperawatan

No Tujuan Rencana Intervensi Rasional


1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas - Penurunan bunyi
keperawatan selama 3 x 24 jam,  Observasi napas dapat
diharapkan pola napas membaik - Monitor pola napas menunjukkan
dengan, kriteria hasil: (frekuensi, kedalaman, atelectasis, ronkhi
1. Dispnea menurun usaha napas) mengi
2. Penggunaan otot bantu napas - Monitor bunyi napas menunjukkan
menurun tambahan (mis. akumulasi secret,
3. Pemanjangan fase ekspirasi Gurgling, mengi, ketidakmampuan
menurun ronkhi kering) membersihkan
4. Frekuensi napas membaik - Monitor sputum jalan napas
5. Kedalaman napas membaik. (jumlah, warna, aroma) menimbulkan
 Terapeutik penggunaan otot
- Pertahankan kepatenan bantu dan
jalan napas dengan peningkatan kerja
head-tilt dan chin-lift napas
(jaw-thrust jika curiga - Mengetahui ada
trauma cervical) tidaknya suara
- Posisikan semi-Fowler napas tambahan
atau Fowler yang menghalangi
- Berikan minum hangat jalan napas
- Lakukan fisioterapi - Untuk mengetahui
dada, jika perlu seberapa parah
- Lakukan penghisapan kondisi pasien.
lendir kurang dari 15 - Untuk
detik mempertahankan
- Lakukan hiperplasi dan memelihara
sebelum penghisapan kepatenan jalan
endotrakeal napas
- Keluarkan sumbatan - Untuk
benda padat dengan memudahkan
forsepMcGill pasien bernapas
- Berikan O2, jika perlu - Untuk
 Edukasi mengencerkan
- Anjurkan asupan cairan secret dan
2000 ml/hari, jika tidak memudahkan
kontraindikasi bernapas
- Ajarkan teknik batuk - Membantu
efektif membersihkan dan
 Kolaborasi mengelurkan
- Kolaborasi pemberian secret,
bronkodilator, melonggarkan
ekspektoran, mukolitik, jalan napas
jika perlu. - Mengurangi sesak,
melonggarkan
jalan napas dan
mengencerkan
secret
- Menghindari
hipoksemi akibat
suction
- Membebaskan
sumbatan dari
benda padat
- Untuk mencegah
kegagalan napas.
- Untuk mengganti
cairan tubuh -
Batuk efektif dapat
mengeluarkan
dahak.
- Pemberian obat
bronkodilator
untuk melebarkan
jalan napas,
ekspektoran obat
untuk merangsang
pengeluaran
sputum, mukolitik
membuat hancur
formasi sputum
atau tidak lagi
bersifat kental
2 Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi - Jika klien
keperawatan selama 3 x 24 jam,  Observasi mengalami
diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi penurunan penurunan tingkat
menurun dengan, kriteria hasil : tingkat energi, energi,
1. Keluhan nyeri menurun ketidakmampuan ketidakmampuan
2. Meringis menurun berkonsentrasi atau berkonsentrasi atau
3. Sikap protektif menurun gejala lain yang gejala lain yang
4. Gelisah menurun mengganggu mengganggu,
5. Frekuensi nadi membaik kemampuan kognitif maka klien akan
6. Kesulitan tidur menurun - Periksa ketegangan sulit melakukan
7. Tekanan darah membaik otot, frekuensi nadi, teknik relaksasi
8. Pola napas membaik tekanan darah dan suhu tersebut
sebelum dan sesudah - Untuk mengetahui
latihan apakah ada
- Monitor respon perubahan yang
terhadap terapi baik pada otot,
relaksasi frekuensi nadi,
 Terapeutik tekanan darah dan
- Ciptakan lingkungan suhu sebelum dan
tenang dan tanpa sesudah latihan
gangguan dengan - Untuk
pencahayaan dan suhu membandingkan
ruang yang nyaman perasaan sebelum
- Gunakan pakaian dan setelah terapi.
longgar - Untuk memberikan
- Gunakan nada suara perasaan yang
lembut dengan irama tenang dan
lambat dan berirama nyaman pada saat
 Edukasi klien sedang
- Jelaskan tujuan, latihan terapi
manfaat, batasan dan relaksasi
jenis relaksasi - Agar klien lebih
- Jelaskan secara rinci mudah bergerak
intervensi yang dipilih - Untuk memberikan
- Anjurkan mengambil perasaan tenang
posisi nyaman pada klien.
- Anjurkan rileks dan - Anjurkan sering
merasakan sensasi mengulangi atau
relaksasi melatih tekhnik
yang dipilih
- Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi
- Untuk memberikan
informasi terkait
tindakan jenis
relaksasi
- Agar klien
memahami terkait
intervensi yang
akan dilakukan
- Memberikan rasa
nyaman pada saat
diberikan
intervensi
- Sebagai penunjang
agar bisa
merasakan
ketenangan
- Untuk membuat
pasien mudah
mengingat dan
menerapkan
intervensi yang
diberikan
- Untuk
memudahkan klien
melakukan
intervensi.
3 Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi - Untuk mengetahui
keperawatan selama 3 x 24 jam,  Observasi sirkulasi perifer
diharapkan perfusi meningkat - Periksa sirkulasi - Untuk memantau
dengan, kriteria hasil : perifer (mis. nadi tanda-tanda
1. Denyut nadi perifer perifer, edema, gangguan sirkulasi
meningkat pengisian kapiler, perifer
2. Penyembuhan luka warna, suhu, - Untuk
meningkat anklebrachialindex) menghindari
3. Sensasi meningkat - Identifikasi faktor masalah baru yang
4. Warna kulit pucat risiko gangguan dapat muncul
menurun sirkulasi (mis. - Untuk
5. Edema menurun Diabetes Melitus Tipe menghindari
II, perokok, orang tua, sirkulasi menjadi
hipertensi dan kadar tidak lancer
kolesterol tinggi) - Mempertahankan
- Monitor panas, kebersihan pasien
kemerahan, nyeri/ - Untuk memberikan
kesemutan, atau pemahaman agar
bengkak pada pasien berhenti
ekstremitas merokok -Untuk
- Untuk mengetahui memberikan
faktor risiko gangguan pemahaman agar
sirkulasi pasien melakukan
 Terapeutik aktivitas fisik
- Hindari pengukuran - Untuk
tekanan darah pada menghindari
ekstremitas dengan peningkatan kulit
keterbatasan perfusi terbakar
- Hindari penekanan dan - Untuk
pemasangan tourniquet mempertahankan
pada area yang cedera kebersihan pasien
- Lakukan perawatan - Pencegahan
kaki dan kuku terhadap
 Edukasi komplikasi
- Anjurkan berhenti
merokok
- Anjurkan olahraga
rutin
- Anjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
- Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
melembabkan kulit
kering pada kaki)
- Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
(mis. rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)
4 Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Tanda Vital - Untuk mengetahui
keperawatan selama 3 x 24 jam  Observasi tekanan sistolik
diharapkan curah jantung - Monitor tekanan darah dan diastolik
meningkat dengan, kriteria - Monitor nadi pasien (frekuensi,
hasil : (frekuensi, kekuatan, kedalaman)
1. Kekuatan nadi perifer irama) - Untuk mengetahui
meningkat - Monitor pernapasan frekuensi nadi,
2. Cardiac index (CI) - Monitor suhu tubuh kekuatan nadi dan
meningkat - Identifikasi penyebab irama nadi
3. Left Ventricular Stroke perubahan tanda vital - Untuk mengetahui
Work Index (LVSWI) pernapasan dan frekuensi
meningkat kedalaman pernapasan - Untuk mengetahui
4. Bradikardi menurun  Terapeutik suhu tubuh
5. Takikardi menurun - Atur interval - Untuk mengetahui
6. Gambaran EKG aritmia pemantauan sesuai penyebab
menurun kondisi pasien perubahan yang
7. Lelah menurun - Dokumentasi hasil terjadi dan
pemantauan memonitor
 Edukasi perkembangan
- Jelaskan tujuan dan pasien
prosedur pemantauan - Mengetahui
- Informasikan hasil keadaaan pasien
pemantauan, jika perlu - Sebagai sarana
melakukan
evaluasi terhadap
tindakan yang
telah dilakukan
- Memberikan
pemahaman
mengenai manfaat
tindakan yang
dilakukan
5 Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipervolemia - Mengetahui tanda
selama 3 x 24 jam, diharapkan  Observasi dan gejala
keseimbangan cairan meningkat - Periksa tanda dan hipervolemia
dengan, kriteria hasil : gejala hypervolemia - Mengetahui
1. Asupan cairan (mis.ortopnea, penyebab
meningkat dyspnea, edema hipervolemia
2. Haluaran urin JVP/CVP meningkat, - Mengetahui intake
meningkat refleks hepatojugular dan output cairan
3. Kelembapan membran positif, suara napas - Mengetahui
mukosa meningkat tambahan) peningkatan BB
4. Asupan makanan - Identifikasi penyebab - Membatasi cairan
meningkat hipervolemia dalam tubuh
- Monitor intake dan - Mengetahui
output cairan asupan dan
 Terapeutik haluaran cairan
- Timbang BB setiap - Agar pasien
hari pada waktu yang mengerti cara
sama membatasi
- Batasi asupan cairan cairannya
& garam - Untuk membuang
 Edukasi kelebihan garam
- Ajarkan cara dan air dari dalam
mengukur, mencatat tubuh melalui urin
asupan dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara
membatasi cairan
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretic
- Untuk membuang
kelebihan garam dan
air dari dalam tubuh
melalui urin
6 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi - Untuk dapat
keperawatan selama 3 x 24 jam,  Observasi memecahkan
diharapkan toleransi aktivitas - Identifikasi gangguan masalah terkait
meningkat dengan, kriteria hasil: fungsi tubuh yang kelelahan
1. Frekuensi nadi menurun mengakibatkan - Untuk
2. Kemudahan dalam kelelahan mengetahui
melakukan aktivitas - Monitor kelelahan kelelahan fisik
sehari-hari meningkat fisik dan emosional dan emosional
3. Kecepatan berjalan - Monitor pola dan jam pasien
meningkat tidur - Untuk
4. Jarak berjalan - Monitor lokasi dan mengetahui pola
meningkat ketidaknyamanan tidur pasien
5. Kekuatan tubuh bagian selama melakukan - Untuk
atas meningkat aktivitas mengetahui
 Terapeutik lokasi dan
- Sediakan lingkungan ketidaknyamanan
nyaman dan rendah pasien dalam
stimulus melakukan
- Lakukan latihan aktivitas
rentang gerak pasif - Untuk
dan atau/aktif memfasilitasi
- Berikan aktivitas lingkungan yang
distraksi yang mendukung
menenangkan dalam proses
- Fasilitasi duduk di sisi pengimplementas
tempat tidur, jika tidak ian
dapat - Agar gerakan
berpindah/berjalan tubuh tidak kaku
 Edukasi - Untuk
- Anjurkan tirah baring pengalihan yang
- Anjurkan melakukan dapat
aktivitas secara menenangkan
 Kolaborasi pasien
- Kolaborasi dengan - Agar dapat
ahli gizi tentang cara mempermudah
meningkatkan asupan proses mobilisasi
makanan pasien bertahap
- Untuk
memberikan
posisi yang
nyaman pada
pasien
- Agar nutrisi yang
dikonsumsi
pasien sesuai
dengan SOP
yang ada.

Tujuan Rencana Intervensi Rasional


Bersihan Jalan Nafas Mandiri : - Mengetahui keadaan
Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi bunyi nafas. umum dan mengetahui
keperawatan selama 3 x 24 Catat adanya bunyi nafas adanya abnormal pada
jam diharapkan pasien akan misalnya mengi, krekels, pernapasan.
mempertahankan jalan nafas ronkhi. - Mengoptimalkan
yang paten dengan bunyi - Untuk mengetahui ada keseimbangan cairan
nafas bersih atau jelas dengan tidaknya obstruksi jalan untuk membantu
kriteria hasil pasien akan nafas dan menjadi mengencerkan dahak.
menunjukkan perilaku untuk manifestasi adanya bunyi - Fisioterapi dada dapat
memperbaiki bersihan jalan nafas adventisius. memaksimalkan
nafas misalnya batuk efektif - Kaji atau pantau frekuensi menjatuhkan secret yang
dan mengeluarkan sekret. pernafasan. ada di jalan napas.
- Catat rasio inspirasi atau
ekspirasi.
- Untuk takipnea biasanya
ada pada beberapa derajat
dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama
stress/adanya proses
infeksi akut.
- Catat adanya derajat
dispnea, misalnya keluhan
lapar udara, gelisah,
ansietas, distress
pernafasan, penggunaan
otot bantu.
- Untuk mengetahui
disfungsi pernapasan.
- Kaji pasien untuk posisi
yang nyaman, misalnya
peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran
tempat tidur.
- Untuk mempermudah
fungsi pernapasan dengan
menggunakan gravitasi.
- Dorong atau bantu latihan
nafas abdomen atau bibir.
- Untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan
udara.
- Observasi karakteristik
batuk, misalnya batuk
menetap, batuk pendek,
basah.
- Bantu tindakan untuk
memperbaiki keefektifan
upaya batuk.
- Untuk batuk dapat
menetap tetapi tidak
efektif.
- Anjurkan masukan cairan
antara sebagai pengganti
makanan
- Untuk hidrasi membantu
menurunkan kekentalan
sekret, mempermudah
pengeluaran.
- Kolaborasi :Berikan obat
sesuai indikasi.
Kerusakan Pertukaran Gas Mandiri : - Pasien mengatakan pusing
Setelah dilakukan tindakan - Kaji frekuensi, kedalaman menurun
keperawatan selama 3 x 24 pernafasan. - Pasien mengatakan pola
jam diharapkan pasien - Catat penggunaan otot nafas membaik
menunjukkan perbaikan aksesori, nafas bibir, - Pasien mengatakan nafas
ventilasi dan oksigenasi ketidakmampuan berbicara cuping hidung menurun
jaringan adekuat dengan GDA atau berbincang.
dalam rentang normal dan - Untuk berguna dalam
bebas gejala distress evaluasi derajat distres
pernafasan dengan kriteria pernapasan dan kronisnya
hasil pasien akan proses penyakit.
berpartisipasi dalam program - Tinggikan kepala tempat
pengobatan dalam tingkat tidur, bantu pasien untuk
kemampuan atau situasi. memilih posisi yang
mudah untuk bernafas.
- Dorong nafas dalam
perlahan atau nafas bibir
sesuai kebutuhan atau
toleransi individu.
- Untuk posisi duduk tinggi
dan latihan nafas untuk
menurunkan kolaps jalan
napas, dispnea, dan kerja
napas.
- Kaji atau awasi secara
rutin kulit dan warna
membran mukos.
- Untuk Keabu-abuan dan
sianosis sentral
mengidentifikasikan
beratnya hipoksemia.
- Dorong mengeluarkan
sputum, penghisapan bila
di indikasikan.
- Untuk banyaknya sekret
menjadi sumber utama
gangguan pertukaran gas
pada jalan nafas.
- Auskultasi bunyi nafas,
catat area penurunan aliran
udara dan atau bunyi
tambahan.
- Untuk bunyi nafas
mungkin redup karena
penurunan aliran udara
atau area konsolidasi.
- Evaluasi tingkat toleransi
aktivitas.
- Berikan lingkungan tenang
dan kalem.
- Batasi aktivitas pasien atau
dorong untuk tidur atau
istirahat di kursi selama
fase akut.
- Kolaborasi : Awasi dan
gambarkan seri GDA dan
nadi oksimetri.
- Bantu intubasi, berikan
atau pertahankan ventilasi
mekanik dan pindahkan ke
ICU sesuai instruksi untuk
pasien.
- Umtuk terjadinya
kegagalan nafas yang akan
datang memerlukan upaya
tindakan penyelamatan
hidup.
Ganguan Rasa Nyaman - Untuk lakukan - Respon klien dan keluarga
(Nyeri) pendekatan pada klien dan lebih terbuka dan
Setelah di lakukan tindakan keluarga jelaskan tentang menerima baik penjelasan
keperawatan 2x24 jam penyebab sakit yang di dari perawat.
gangguan rasa nyaman “nyeri’ alami. - Mengurangi rasa nyeri
berkurang. - Respon klien dan keluarga yang di rasakan klien.
lebih terbuka dan - Mengetahui perkembangan
menerima baik penjelasan setiap harinya.
dari perawat.
- Ajarkan pada keluarga
klien agar memberi
kompres hangat pada
daerah perut yang sakit.
Mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan klien.
- Berikan posisi senyaman
mungkin. Mengetahui
perkembangan setiap
hasilnya
Kurang Pengetahuan dari - Kaji tingkat pengetahuan - Pasien mampu mengetahui
Penyakitnya pasien dan keluarga, akan penyakitnya.
Setelah dilakukan tindakan jelaskan patofisiologi dari - Pasien mampu
keperawatan 2x24 jam penyakit dan bagaimana akanmemahami
pengetahuan klien dan hal ini berhubungan penyakitnya.
keluarga bertambah.Penulis dengan anatomi dan - Pasien mampu
memprioritaskan diagnosa ini fisiologi dengan cara yang menggambarkan
pada urutan ketiga karena tepat. bagaimana penyakit nya.
pada saat klien bertanya - Gambarkan tanda dan - Pasien mampu mengetahui
perawat menjelaskan terkait gejalan yang biasa muncul proses penyakit nya.
penyakitnya, Respon klien pada penyakit dengan
merasa puasa atas apa yang carayang tepat.
diinformasikan terhadap - Gambarkan proses
perawat. penyakit dengan cara yang
tepat.
Daftar Pustaka
Edwin A. Pakpahan. (2022). Malnutrisi Pada Pasien PPOK. Jurnal KedokteranMethodist,
Vol. 15 No.1 Juni 2022
https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/jkm/article/view/1146
Arita. (2019). Terapi gizi pada lanjut usia dengan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Sains Medika. 2013; 5(1):50-61.
Brashers.(2019). Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen Edisi
2.Jakarta : EGC Buku Kedokteran. Doenges, Marilynn E. 2012. Rencana Asuhan
Keperawat.
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis penerapan pendekatan praktis kesehatan paru
di Indonesia. Jakarta: Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan; 2018.
Samiadi.(2017). Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta : EGC Buku Kedokteran.
Reeves.(2020). Global Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Barcelona: Medical Communications
Resources.
Frisky et al. (2020).Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:Salemba Medika.
Sherwood. (2019). Sindrom metabolik pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).J
Respir Indo. 2016; 36(1):47-59.
Kemenkes RI. (2019). Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita.Jakarta.
Reilly J, et al. (2019). Chronic obstructive pulmonary disease. In: Longo D, Fauci AS,
Kasper D, Hauser SL, Jameson JL, editors. Harrison's principles of internal
medicine. 18th ed. New York: McGraw-Hill; 2011. pp. 2151–2159.
Fitria et al. (2018).Analisis Keakuratan Kode Diagnosis Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Eksasebrasi Akut B Berdasarkan ICD 10 Pada Dokumen Rekam.
Doenges.(2019). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC Buku Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai