PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang paling mematikan di
dunia. Data The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME)
menunjukkan kematian di dunia yang disebabkan oleh penyakit terkait
dengan jantung dan pembuluh darah pada 2016 mencapai 17,7 juta jiwa atau
sekitar 32,26% total kematian di dunia. Sebagian besar atau 63% kematian
akibat penyakit kardiovaskular merupakan penderita dengan usia di atas 70
tahun, 29,13% berusia 50-69 tahun, dan 7,61% berusia 15-49 tahun.
Penyakit kardiovaskular yang paling sering terjadi meliputi jantung
koroner, tekanan darah tinggi, kelainan jantung bawaan, hingga gagal jantung
kongestif. Bersumber dari penyakit-penyakit jantung tersebut penyakit
jantung
kongestif terlebih miocard infark memiliki presentasi mengancam kehidupan
tertinggi karena serangan miocard infark terjadi secara tiba-tiba dengan
presentasi mencapai 72% dari penyebab kematian penyakit jantung (Data The
Institute for Health Metrics and Evaluation, 2016).
Menurut data Riskesdas tahun 2018 menunjukan bahwa penyakit
jantung
koroner Salah satunya adalah IMA telah menyebabkan 36,33% dari total
kematian di Indonesia dan juga merupakan penyebab kematian tertinggi.
Kasus miokard infark yang terjadi di provinsi Lampung sendiri masih
dibawah rata-rata kasus di Indonesia secara umum yaitu diangka 1.3 %dan
Lampung
menempatkan diurutan ke-19 dalam daftar (Riskesdas, 2018).
Prasurvey peneliti pada tanggal 02 April 2019 di RSUD dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung didapatkan data bahwa pasien yang mengalami
Infark Miokard dari bulan Januari-Februari Tahun 2019 didapatkan 34 pasien
yang mengalami infark miokard, dan 40 pasien yang mengalami penyakit
jantung iskemik lainya (Rekam Medik RSUD dr.Hi. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung, 2019).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan infark miokard?
2. Apa saja etiologi infark miokard?
3. Apa saja tanda dan gejala infark miokard?
4. Bagaimana patofisiologi infark miokard?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada infark miokard?
6. Bagaimana pengobatan pada klien dengan penyakit infark
miokard?
7. Bagaimana penatalaksanaan terapi diet infark miokard?
8. Bagaimana pengkajian yang dilakukan pada infark
miokard?
9. Apa saja diagnosa keperawatan pada klien infark
miokard?
10. Bagaimana perencanaan keperawatan pada klien infark
miokard?
11. Bagaimana evaluasi keperawatan yang dilakukan pada
klien infark miokard?
BAB II
ISI
A. Pengertian
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(Fenton, 2 009).
Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung yang disebabkan karena
adanya penyumbatan (obstruksi) pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi
karena adanya arterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga
menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung. (Black & Joyce, 2014)
Infark Miokard Akut adalah kematian otot jantung (miokard) disebabkan
karena insufisiensi suplai atau banyaknya darah baik relatif maupun absolut.
(Muwarni, 2011)
B. Etiologi
Infark miokard umumnya terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkan kematian sel-
sel jantung tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi
tersebut diantaranya:
1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard.
Menurunnya suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain:
a. Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan
darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu
kepatenan pembuluh darah diantaranya: arterosklerosis, spasme, dan
arteritis.
Spasme pembuluh darah dapat terjadi pada orang yang sebelumnya
tidak memiliki riwayat penyakit jantung dan dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu mengkonsumsi obat-obatan tertentu, stress
emosional atau nyeri, terpapar suhu dingin yang ekstrem, dan merokok.
b. Faktor sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung
keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Kondisi yang
menyebabkan gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi.
Stenosis maupun insufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung
(aorta, mitrlalis, maupun trikuspidalis) menyebabkan menurunnya
cardiac output (COP). Penurunan COP yang diikuti penurunan sirkulasi
menyebabkan beberapa bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan
adekuat termasuk otot jantung.
c. Faktor darah
Jika daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun pembuluh
darah dan pemompaan jantung maka hal tersebut tidak cukup
membantu. Yang dapat menyebabkan terganggunya daya angkut darah
antara lain: anemia, hipoksemia.
2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh
Pada orang normal, meningkatnya kebutuhan oksigen mampu
dikompensasi dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan
COP. Pada orang yang memiliki penyakit jantung mekanisme kompensasi
justru pada akhirnya akan memperberat kondisinya karena kebutuhan
oksigen semakin meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak bertambah.
Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya
kebutuhan oksigen memicu terjadinya infark. Misalnya, aktivitas berlebih,
emosi, hipertropi miokard, dll.
C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri dada biasanya intens dan berlangsung terus-menerus selama 30-60
menit. Nyeri terasa pada bagian retrosternal dan seringkali menjalar ke
leher, bahu, rahang, dan lengan kiri. Nyeri dirasakan seperti tertekan,
terbakar, atau bahkan tajam.
2. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari.
3. Gejala pada epigastrium, misalnya rasa mual dan kembung, serta muntah.
4. Adanya gejala prodromal, misalnya letih, lesu, rasa tidak enak pada dada
atau malaise.
5. Sesak napas dan batuk.
6. Keringat yang berlebihan.
7. Gelisah
D. Patofisiologi
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG (Electrocardiogram)
Hasil pemeriksaan EKG pada pasien yang mengalami infark miokard
akut didapatkan adanya gelombang patologik disertai peninggian segmen
ST yang konveks dab diikuti gelombang T yang negative dan simetrik, Q
menjadi lebar (lebih dari 0,04 detik) dan dalam (Q/R lebih dari ¼)
2. Test Laboratorium Darah
a. Leukositosis (10.000-20.000 mm3) muncul dihari kedua setelah infark
karena inflamasi.
b. Kolesterol atau trigliserida serum meningkat, menunjukkan
arterosklerosis sebagai penyebab AMI.
c. GDA dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
3. Test Radiologi
a. Thorax Rontgen: menilai kardiomegali (dilatasi sekunder) karena gagal
jantung kongestif.
b. Echocardiogram: menilai struktur dan fungsi abnormal otot dan katup
jantung.
c. Radioactive isotope: menilai area iskemia serta non-perfusi koroner dan
miokard.
F. Pengobatan
Pengobatan pada pasien yang mengalami Infark Miokard diantaranya:
1. Obat-obatan trombolitik
Obat ini ditujukan untuk memperbaiki kembali aliran darah pada
pembuluh darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan
miokard lebih lanjut. Cara kerja obat ini adalah melarutkan bekuan darah
yang menyumbat arteri koroner. Waktu paling efektif pemberiannya
adalah 1 jam setelah timbul gejala pertama dan tidak boleh lebih dari 12
jam pasca serangan miokard. Obat ini juga tidak boleh diberikan pada
pasien diatas 75 tahun. Contihnya adalah streptokinase.
2. Memberikan bantuan oksigen tambahan dan pantau saturasi oksigen
dengan bentuan atal pulse oximetry. Kadar oksigen yang rendah apabila
suturasi oksigen kurang dari 90%
3. Pemberian obat aspirin dengan cara dikunyah. Pasien yang memiliki
riwayat alergi aspirin, harus tetap diberikan aspirin sebagai pertolongan
pertama. Karena aspirin berguna untuk mengencerkan darah.
4. Pemberian obat nitrogliserin yang diletakan dibawah lidah (sublingual)
untuk mengatasi nyeri. Nitrogliserin berfungsi untuk melebarkan diameter
pembuluh darah, sehingga kebutuhan oksigen dijaringan otot berkurang.
Nitrogliserin tidak boleh diberikan pada pasien yang memiliki tekanan
darah rendah atau denyut nadi rendah.
5. Memberikan obat penahan sakit golongan morfin. Obat penahan sakit
biasa yang dijual bebas, tidak mampu untuk mengatasi nyeri dada akibat
serangan jantung.
6. Pemeriksaan rekam jantung EKG. Untuk mengetahui jenis-jenis infark
miokard.
7. Beta-Blocker menurunkan tekan darah dan membuat otot jantung relaks.
Ini dapat membantu membatasi tingkat keparahan kerusakan jantung.
8. ACE inhibitor juga dapat digunakan untuk menrunkan tekanan darah dan
mengurangi sters pada jantung. Contohnya adalah captropil.
9. Pereda nyeri yang dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan
yang pasien rasakan.
G. Terapi Diet
1. Diet makanan lunak atau saring serta rendah garam (bila ada gagal
jantung)
2. Menghindari konsumsi makanan yang memiliki kadar kolesterol dan
lemak yang tinggi
3. Menganjurkan untuk mengubah pola hidup menjadi sehat
4. Hindari merokok, konsumsi alkohol dan kaffein
H. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan: serangan nyeri dada seperti tertekan, berat, atau diremas yang
timbul secara mendadak atau hilang timbul (residif). Nyeri menjalar ke
lengan, wajah, rahang, leher, punggung, dan epigastrium.
2. Dapatkan tanda-tanda disritmia, hipotensi, syok, mual, muntah, atau
gagal jantung.
3. Klien menunjukkan tanda dan gejala lain seperti fever, dispnea, pucat,
diaforesis, paroxysmal nocturnal dyspnea (PND).
4. Klien tidur memakai bandal lebih dari satu buah.
5. Pekerjaan klien guna mendapatkan gambaran tentang tingkat stress baik
fisik maupun psikis klien terutama aktivitas yang berlebihan.
6. Asupan makanan atau minuman: lemak jenuh, gula, garam, kafein,
alkohol, cairan.
7. Catat aktivitas-aktivitas atau hobi klien yang dapat mebgurangi
ketegangan.
8. Pola eliminasi: oliguria mengindikasikan retensi cairan (congestive heart
failure) atau konstipasi.
9. Kebiasaan merokok: cara, jumlah (batang per hari) dan jangka waktu
merokok.
10. Riwayat penyakit sebelumnya yang menunjang infark miokard:
hipertensi, angina, disritmia, kerusakan katup, bedah jantung, diebetes
melitus, dan trombosis.
11. Riwayat insomnia, kecemasan, kegelisahan, rasa takut kronis.
12. Riwayat penyakit keluarga: hipertensi, stroke, diabetes melitus, penyakit
jantung, dan penyakit vaskular.
Pemeriksaan Fisik
1. Tinggi badan, berat badan, latergi, warna kulit, edema, dan temperatur.
2. Respirasi: pola pernapasan, frekuensi, adanya suara napas abnormal,
seperti rales, ronkhi, atau wheezing.
3. Jantung: bunyi jantung (BJ1, BJ2, BJ3/BJ4 atau irama Gallop’s), bising,
friction rub, disritmia, lokasi apeks, tekanan darah, distensi vena jugular,
dan denyut nadi perifer.
4. Cek toleransi klien terhadap aktivitas, hepatojugular refluks, serta
clubbing fingers.
5. Kulit pucat, sianosis, dingin, lembap, berkeringat, atau diaforesis.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah
jantung.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi cairan alveoli
sekunder kegagalan fungsi jantung kiri (jika didapatkan edema paru).
J. Perencanaan
K. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan (Tarwoto & Wartonah, 2011). Evaluasi yang peneliti angkat tentang
asuhan keperawatan pada pasien infark miokard dengan masalah nyeri akut
yang mempunyai kriteria hasil menyatakan nyeri dada hilang/terkontrol,
mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi, menunjukan menurunnya
tegangan, rileks mudah bergerak (Doengoes, 2012)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Infark Miokard Akut (AMI) adalah nekrosis miokard akibat gangguan
aliran darah ke otot jantung. Infark Miokard Akut terjadi akibat penyumbatan
koroner (pembuluh darah yang memperdarahi jantung) akut dengan iskemia
yang berkepanjangan yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel dan
kematian (infark) miokard. Iskemia sendiri merupakan suatu keadaan transisi
dan reversible pada miokard akibat dari ketidakseimbangan antara suplay dan
demand miokard yang menyebabkan hipoksia miokard. Kerusakan ini akan
menggangu fungsi utama jantung dalam mekanis, biokimiawi, dan listrik
sehingga jantung tidak lagi mampu memompa darah secara adekuat untuk
dialirkan ke otak dan organ lain yang akan berlanjut (Fenton, 2009).
3.2 Saran
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kami sangat mengharapkan saran untuk perbaikan makalah di masa yang
akan mendatang. Semoga makalah yang kami susun dapat berguna untuk
menambah wawasan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA